"Nona Freya anggita, bisa anda jelaskan apa motivasi anda untuk bisa diterima bekerja di perusahaan ini?" Vano pun memulai interview kerjanya.
"Uang," jawab Freya dengan yakin dan singkat."Maksut anda, nona Freya?" Vano terlihat bingung dengan jawaban singkat Freya itu."Motivasi terbesar saya untuk bekerja di perusahaan anda adalah demi uang, dari sekian banyak lowongan kerja di perusahaan yang saya lihat, perusahaan anda adalah satu-satunya perusahaan yang berani membayar gaji yang besar untuk posisi ini. Maaf kalau saya terlalu jujur, tapi memang itulah motivasi saya," jelas Freya dengan tenang dan jujurnya."Jadi anda memilih melamar ke perusahaan ini karena uang?" Vano mencoba meyakinkan sekali lagi."Yup, bukankah para karyawan bekerja memang untuk menghasilkan uang?" balas Freya."Baiklah nona Freya, kau di terima. Aku melihat CV mu dan itu sesuai standar yang kami butuhkan, dan kau juga adalah orang yang jujur," ucap Vano yang sebenarnya memang mau menerima Freya bekerja di perusahaan itu, bagaimanapun hasil interviewnya."Anda serius pak?" Tanya Freya yang kaget dengan ucapan Vano itu, dia sampai menutup mulutnya dengan telapak tangan saking tidak percayanya."Jadi, kau datang melamar pekerjaan hanya karena uang? Apa pelangganmu sedang sepi akhir-akhir ini nona?" tanya Kenzi yang sedari tadi sudah berdiri di ambang pintu, dan mengamati jalanya proses interview itu."Tunggu! Suara ini?!" Freya merasa nafasnya tercekat, dan saliva pun tak kuasa untuk di telanya saat mendengar suara yang tak lagi asing di telinganya itu, dia pun segera menoleh ke arah datangnya suara."Kau?! Kenapa kau ada disini?!" Freya pun spontan berdiri karena terkejut."Kau bertanya padaku?" tanya Kenzi dengan arrogantnya."Ya, tentu saja aku bertanya padamu,""Kau bertanya, kenapa aku ada di perusahaanku sendiri?" tanya Kenzi yang auto membuat Freya gelagapan tidak karuan, dan salah tingkah."Perusahaanmu? Kau bercanda kan?" Freya pun tergagap dan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan."Dia memang pemilik perusahaan ini nona, dan karena kau lulus interview ini nona Freya, maka kau akan menjadi sekretarisnya," sahut Vano menjawab pertanyaan Freya.Freya yang tadinya sempat berdiri karena kaget pun, kembali terduduk di kursinya dan masih dengan wajah kaget, tidak percaya dengan apa yang di dengarnya."Kenapa nona? Apa kau terkejut, orang yang tadi kau katai si mulut bau adalah calon atasanmu?!" Kenzi menyeringai dengan liciknya."Glek!" Freya pun kesulitan menelan salivanya, tenggorokanya seolah tercekik dengan pertanyaan Kenzi barusan."Bos, kau membuatnya takut. Apa maskutmu mengatakan hal seperti itu padanya?" tanya Vano pada Kenzi dengan heran."Aku tidak akan menerimanya sebagai sekretarisku! Suruh dia pergi, Vano!" seru Kenzi dengan nada marahnya."Bos, kau ini apa-apaan?" tanya Vano yang tidak habis fikir dengan sikap bosnya itu."Aku tidak mau, ada seorang penjaja tubuh di perusahaanku!!" Kenzi menatap sinis pada Freya."Apa maksudmu dengan penjaja tubuh tuan?!" Freya pun memberanikan diri untuk angkat bicara, rasa sakit hatinya saat mendengar label yang di sematkan oleh Kenzi pada dirinya itu, akhirnya sanggup mengalahkan rasa takutnya untuk melawan seorang CEO."Apa kau tuli hah?!" sarkas Kenzi."Aku hanya bertanya, apa maksudmu tuan?! Kenapa anda menolak untuk menerimaku, dan kenapa anda mengatakan bahwa aku adalah seorang wanita semacam itu?" Freya bertanya dengan penekanan di setiap ucapanya."Maksudku adalah, kau seorang wanita jal*ng! Dan aku tidak sudi menerimamu sebagai sekretarisku! Aku tidak mau perusahaanku ini di kotori oleh wanita murahan sepertimu!!" ucap Ken dengan kejamnya."Cukup Kenzi! Kau sudah keterlaluan!" seru Vano yang ikutan geram dengan sikap Kenzi itu."Apa kau masih mau membelanya, Vano?! Bahkan kau berani berbicara denganku seperti itu!?" Kenzi pun bertanya dengan penuh amarah pada Vano"Cukup!! Hentikan semua ini!! Jika kau mengataiku seperti itu karena pakaian yang aku pakai hari ini, maka itu salahku tuan. Ini semua terjadi di luar perkiraan, aku terpaksa berlari ke perusahaan karena jalanan macet, jadi aku juga tidak bisa memakai kemejaku untuk berlari, dan terpaksa melepas kaos dalamanku yang sudah basah oleh keringat. Dan aku akui, itu semua memang karena keteledoranku, tapi tolong anda ingat tuan! jangan seenaknya menyematkan perdikat wanita jal*ng padaku, itu sangat tidak adil! Aku bukan wanita jal*ng! Aku bukan wanita panggilan! Aku, bukan wanita penjaja tubuh! Camkan itu!" Seru Freya panjang kali lebar kali tinggi bagi dua, karena saking sesaknya rasa di dadanya mendengar Kenzi yang terus memakinya dengan sebutan semacam itu."Cih!! Akting yang bagus, ku akui kau layak mendapat penghargaan sebagai aktris. Tapi aktingmu itu, tidak akan bisa menipuku! Aku sudah sangat hafal dengan wanita-wanita semacam kalian yang datang ke perusahaanku, hanya untuk menggodaku!" Kenzi menyeringai jahat pada Freya."Maaf, tuan CEO yang terhormat! Pernahkah anda mendengar pepatah mengatakan, jangan menilai buku hanya dari sampulnya? Hanya karena pakaianku yang seperti ini, dan itupun tanpa di sengaja! Anda menuduhku seperti ini?!" Freya pun membantah ucapan Kenzi dengan tegas."Untuk apa seorang penulis membuat Cover jika bukan untuk dilihat!? Vano, pilih kandidat lain! Terserah yang mana saja tapi untuk wanita ini, Big No!!" Kenzi melenggang pergi dari ruangan itu."Nona Freya, maaf atas semua kejadian tidak mengenakkan ini. Tapi tolong jangan pergi dulu, tetaplah disini dan aku akan membujuknya untuk menerimamu." Vano pun segera menyusul langkah Kenzi yang pergi dengan marah.Sesaat setelah Vano ikut keluar dari ruangan itu, dan hanya tersisa Freya sendiri di sana. Lutut Freya pun lemas dan serasa baru di presto, tulang-tulangnya terasa empuk tidak bertenaga, membuatnya merosot dan terduduk lemah di lantai."Apa aku harus sesial ini? Aku tidak mendapatkan pekerjaan ini, setelah semua usaha keras yang kulakukan. Dan itu artinya, aku tidak bisa membantu orang tuaku meringankan beban mereka. Dan apa yang orang itu katakan tadi sangat menyakitkan," gumam Freya yang tidak terasa sudah menitikkan air mata yang membasahi pipinya."Bos! Apa kau sudah gila!" Vano melemparkan CV milik Freya ke atas meja Kenzi dengan kasar."Aku? Gila? Tidak! Kau yang gila, Vano! Bisa-bisanya kau mau menerima wanita jal*ng itu?" balas Kenzi tidak kalah kesalnya."Alasanmu mengatainya begitu, sungguh tidak masuk akal, bos! Itu semua tidak di rencanakan, itu karena sebuah insiden yang membuatnya berpakaian seperti itu. Aku tanya padamu, apa kau melihatnya tela*jang dan menawarkan tubuhnya untukmu!!? Apa dia membuka kakinya lebar-lebar di hadapanmu!? Ayolah bos, berfikir positif, ok? Lihat CVnya, dia sangat sesuai dengan kriteria gila yang kau inginkan!" Vano pun mendudukkan dirinya di sofa, mengendurkan dasinya yang terasa mencekik lehernya.Jika bukan karena mereka sudah bersama sedari kecil dan sudah seperti saudara, Vano pastinya tidak akan berani berkata dan bersikap seperti itu pada Kenzi.Brak!!"Cukup Vano! Aku tidak mau membahas masalah ini lagi," Kenzi tiba-tiba saja menggebrak meja kerjanya."Berikan dia ruang untuk membuatmu percaya bahwa dia bukan wanita seperti itu, Kenzi. Beri dia kesempatan setidaknya uji coba selama 7 hari kedepan, ok?" bujuk Vano."Terserah kau saja!" Kenzi pun akhirnya mengalah, dia tak ingin berselisih dengan teman satu-satunya yang dia miliki itu hanya karena seorang gadis, Kenzi memilih untuk mengalah dan memberikan Freya kesempatan."Tapi ingat, Vano. Hanya satu minggu dan tidak lebih! Jika dia bisa bertahan dan membuktikan dia tidak seperti yang ku katakan, aku baru akan mengakuinya! Tapi jika dia berani menggoda atau bahkan memanjat ke ranjangku, kau tau apa yang akan ku lakukan, Vano!" tegas Kenzi pada Vano yang sudah merasa lega mendengar jawabanya."Tenanglah aku yakin, Freya tidak tertarik padamu. Apalagi setelah apa yang kau katakan tadi, dia pasti sangat membencimu," gumam Vano pelan sambil berjalan meninggalkan ruangan Kenzi dan kemba
"Apa menurutmu aku dan Kenzi itu mirip, makanya kau menanyakan apa kami saudara? Kami sudah berteman sejak kecil, orang tua kami juga sudah lama bersahabat jadi orang tuanya Kenzi sudah menganggapku seperti anak mereka sendiri," jawab Vano lalu menyeruput kopinya yang baru saja datang."Bukan begitu maksutku ... kalian memang sama-sama tampan tapi jika dari sifatnya kalian itu bagaikan langit dan bumi, yang satunya lagi baik dan yang satunya arrogant," ucap Freya dengan jujurnya."Ha ... Ha ... Ha ... Kau ini bisa saja nona Freya, sebenarnya Kenzi tidak seburuk itu hanya karena ada suatu hal yang membuatnya menjadi seperti itu," jawab Vano."Maaf nona Freya, kurasa aku harus segera kembali sebelum singa lapar itu menerkamku." Vano berdiri dan berjalan bersama Freya ke kasir, setelah membayar keduanya pun berjalan bersama keluar dari restoran itu."Sampai jumpa lagi tuan Vano, TTDJ." Freya melambaikan tanganya ke arah Vano dan berjalan menuju halte bus, kebetulan gerimis yang tadi empa
Prang!!!Freya pun ternganga sambil menutup mulutnya dengan tangan, hingga nampan yang tadinya dia pegang terjatuh dan gelasnya pun pecah membuat beling berserakan di lantai.Des*han wanita kini memenuhi gendang telinga Freya.Kedua orang yang tengah memperagakan adegan dewasa dengan tidak tahu malunya itu terus melanjutkan aktivitas mereka tanpa peduli keberadaan Freya. Saat mulai bisa mengendalikan diri, Freya sadar bahwa perempuan di sana adalah Calista.Kini mereka berada di atas meja kerja Kenzi. Keduanya seolah menikmati aktivitas mereka itu, terutama Calista yang sedang mendongakan kepalanya itu. Dan lebih parahnya lagi, saat ini dia sudah dalam keadaan telan*ang dan pakaiannya sudah tersebar ke berbagai arah."A ... apa itu?!" gumam Freya yang seketika merasa lemas, bahkan pandangan matanya mulai mengabur dan tiba-tiba saja semuanya menjadi gelap."Freya!!" Dengan sigap, Vano yang baru saja keluar dari ruanganya dan melihat Freya hampir jatuh pun, menahan tubuh Freya. Untungny
"Aaah!!" seru Freya saat tiba-tiba Kenzi mendekat ke arahnya dan menarik tanganya begitu saja, membuat wajah mungilnya itu menabrak dada bidang Kenzi skin to skin karena dia belum sempat merapikan kemejanya akibat ritual laknatnya tadi bersama Calista.Dag!!Dig!!Dug!!Duar!!Rasanya ada genderang perang yang tengah di tabuh di dalam tubuh Freya, yang membuat jantungnya serasa mau ikut meledak karena terlalu cepat berdetak. Dia takut dan juga salah tingkah karena ini pertama kalinya bagi seorang Freya Anggita, begitu dekat dengan seorang pria tanpa pembatas sedikit pun."Tu ... tuan?" ucap Freya dengan gugup sambil mencoba mendorong tubuh Kenzi, namun nihil karena ukuran tubuhnya yang terbilang kecil jika di bandingkan dengan Kenzi, dan tentu saja tenaga Kenzi pun lebih besar darinya membuat usahanya mendorong pria itu sia-sia belaka."Lain kali, saat kau mau masuk ke ruanganku jangan lupa untuk mengetuk pintu lebih dulu. Jika sekali lagi kau mengacaukan makan siangku, bersiaplah men
"Shitt!!" umpat Kenzi setelah menggebrak meja kerjanya dengan keras."Mereka kenapa jadi sedekat itu? Bahkan Vano tidak mengajakku makan siang, biasanya dia selalu makan siang bersamaku. Dasar wanita jal*ng apa kau berencana menjadikan Vano sebagai batu loncatanmu untuk meraihku, hah!? Aku pasti akan menggagalkan rencana licikmu itu!" Kenzi mengepalkan erat-erat tanganya dengan tatapan mata yang tajam.Freya dan Vano pun berjalan beriringan menuju lift, mereka berjalan sambil mengobrol dan sesekali bercanda dengan di selingi tawa renyah mereka.Ting!!Saat pintu lift terbuka, mereka pun segera masuk ke dalam lift dan memencet tombol ke lantai dasar perusahaan itu."Cih!! Pela*ur!!" sarkas Kenzi yang melihat mereka masuk ke dalam lift bersama, dia memperhatikan mereka berdua dari jarak yang lumayan jauh, setelah itu dia pun berjalan ke arah lift untuk menunggu lift sampai dan turun ke lantai bawah juga untuk makan siang.Ting!!Pintu lift yang mengantarkan Freya dan vano ke lantai dasa
Freya dan Vano pun terhenyak kaget saat Kenzi tiba-tiba saja menjatuhkan sendoknya, mereka pun sontak menoleh ke arah Kenzi dan melihat apa yang terjadi."Hah!! Hah!! Hah!! Makanan macam apa ini!? Kenapa pedas sekali!?" umpat Kenzi yang marah sambil mengipas-ngipas mulutnya dengan tangan, akibat rasa pedas yang membuat mulutnya terasa panas."Huek!! Huek!!" Kenzi pun segera berlari mencari toilet di kantin itu untuk memuntahkan makanan yang sempat di telannya tadi."Kenapa dia? Apa dia sedang hamil muda, Ha ... Ha ... Ha ..." tanya Freya sambil tertawa terbahak-bahak melihat Kenzi yang kelimpungan lari ke kamar mandi."Kenzi itu tidak suka makanan pedas," jawab Vano sambil menahan tawanya."Lalu kenapa kau diam saja tadi?" Freya pun sedikit bingung."Ya, siapa suruh dia main pesan apa yang kita pesan tanpa bertanya dulu," Vano pun ikut terkekeh geli mengingat ekspresi Kenzo tadi saat baru saja menelan, sesuap nasi goreng ekstra pedas level neraka jahanam
"What!! Berteman!? Ingat Vano, tidak pernah ada yang namanya pertemanan antara pria dan wanita!" seru Kenzi dengan wajah jengahnya."Lagi pula aku hanya sekedar respect padanya, kurasa dia itu berbeda dengan wanita yang biasa naik ke ranjangmu Kenzi. Dia itu apa adanya dan dia juga tidak pandai menyembunyikan perasaanya, kurasa kau lah yang sudah salah menilainya," Vano pun kembali membayangkan wajah Freya dengan senyum manis yang terukir di wajah cantiknya itu."Cih!! Dia itu hanya memasang tampang polos Vano! Aku mengingatkanmu karena kau sudah seperti saudaraku sendiri, aku tidak mau kau mengalami hal yang sama denganku!" Kenzi pun kembali mengingat masa dimana dia memergoki secara langsung alias live, adegan ranjang panas mantan kekasihnya yang bernama Viona."Tunggu dulu Ferguso, kau tidak bisa begitu saja menyamakan Freya dengan Viona kan?" protes Vano."Tunggu saja aku membuka topeng polosnya!" Kenzi pun beranjak dari sofa dan duduk di kursi kerjanya, membuka
Byurr!!Untuk ke sekian kalinya Kenzi menyemburkan kopi yang Freya buat, namun kali ini Freya menundukkan kepalanya sambil berusaha untuk menahan tawanya."Huek!! Kopi apa ini? Kenapa asin?! Kau mau membuatku darah tinggi?!""Ups maaf tuan, kurasa aku salah memasukkan garam ke kopi anda tuan aku kira itu gula. Mungkin itu karena tadi saat aku sedang mencari gula, mataku kemasukan debu jadi aku tidak bisa melihat dengan jelas," elak Freya, "Mampus!! Rasakan itu, siapa suruh kau mengerjaiku!" batin Freya yang sedang menahan tawanya."Ooh ... Jadi tadi matamu itu kemasukan debu?" Kenzi pun beranjak dari duduknya dan berjalan perlahan ke arah Freya, dan sontak saja Freya pun perlahan berjalan mundur selangkah demi selangkah karena Kenzi pun juga dengan perlahan namun pasti mendekat ke arahnya dengan senyum devilnya.Hingga Akhirnya ...Bruk!!Langkah Freya pun terhenti saat dirinya mundur sampai menabrak sisi sofa dan membuatnya terjatuh ke atas sofa i
"Kamu hadirkan ke pesta nya Randy besok Viona?" tanya Sonya, salah satu teman dekatnya Viona. "Entahlah.." Jawabnya sambil melihat-lihat berita terbaru Kenzi di laman gosip."Dia lagi?" tanya Sonya sembari mendaratkan pantatnya di lengan sofa yang sedang diduduki oleh Viona."Dia tetap tampan seperti biasanya kan?" cicit Viona, melihat foto Kenzi yang di salah satu cover majalah pengusaha sukses.Viona menatap cover majalah itu dengan sebuah senyuman di wajahnya. "I miss you.." Ujar Viona dan memeluk majalah itu erat."Kalau masih cinta itu bilang!" cicit Sonya. "Dia udah gak cinta aku Sonya." Ujar Viona sambil masih mendekap erat majalah tadi."kata siapa? Bukti nya doi masih belum married ampe sekarang!" Tukas Sonya, sambil melipat kedua tangannya di dada."Tapi Kenzi udah punya pacar. Kau tahu kan siapa pacar Kenzi saat ini!" Viona pun meletakkan majalah tadi dan berjalan ke meja bar mini di dalam apartemen nya itu. Viona menuangkan anggur ke dalam gelas yang ada di atas meja. Da
Kenzi tiba-tiba teringat Clarisa. Benar, mengapa Kenzi tidak menjadikan Clarisa sebagai tameng hidupnya. Paling tidak dengan menggandeng Clarisa maka Kenzi tidak perlu lagi raket nyamuk untuk menyingkir wanita-wanita yang pasti akan menempel pada nya selama pesta itu. Lagi pula kan Clrisa memang adalah pacar Kenzi. Semua orang di dunia tahu itu. "kau dimana Clarisa?" Tanya Kenzi pada Clarisa begitu telpon itu tersambung. "Aku? aku sedang di salon sayang." Jawab Clarisa berbohong sebab saat ini dia sedang ada di apartemen salah satu selingkuhannya yang berprofesi sebagai model juga. "Temani aku ke Villa nya Randy sabtu dan minggu ini. Dia mengadakan pesta koktail."Ujar Kenzi. Clarisa menoleh pada pria yang sedang bersama nya saat ini. Clarisa sudah terlanjut berjanji untuk ke Paris bersama pria ini sabtu dan minggu ini. Mereka pun sudah membeli tiket dan membooking hotel. Itu lah mengapa tadi Clarisa datang ke tempat Kenzi sebab dia membutuhkan suntikan dana tambahan untuk bero
Freya menarik nafas sebanyak yang dia bisa lalu menghembuskan sambil terisak-isak. Kata-kata Kenzi yang mengatakan tidak ingin memiliki anak Freya bagaimana pun tetap dirasa kejam bagi Freya.Memang Freya tidak cintai Kenzi bahkan Freya sangatlah membenci pria itu. Tapi kenyataannya saat ini Freya sudah terikat tali pernikahan dengan Kenzi. Kalau bukan memiliki anak dari Kenzi, lantas dari siapa lagi Freya harus memiliki anak? Sedangkan bagi seorang wanita, takdirnya baru akan terasa sempurna bila ia bisa memiliki anak dari rahimnya sendiri. Tapi kini, laki-laki kejam yang berstatus sebagai suami Freya malah dengan jelas mengatakan dia tidak ingin di repotkan dengan kehadiran anak di antara mereka."Dia memberikan ku status sebagai nyonya Kenzi Adinata, tapi di merenggut hak ku sebagai seorang ibu! Aku harus bagaimana tuhan?" Rintih Freya dalam hati. Ucapan Kenzi benar-benar menjadi satu pukulan yang lainnya bagi Freya. Bukan karena dia berharap memiliki anak dari laki-laki itu tap
"Cewek-cewek pasti akan sedih kalau kalian tidak datang. Lagi pula ini party nya weekend. So waktu kerja para pejantan tangguh seperti kita ini tidak akan terganggu!" Tukas Randy. "Woman penting, tapi cuan lebih penting because no cuan, no woman, man.." Seru Randy yang hanya di tanggapi tatapan aneh oleh Kenzi dan Vano."Kriik..""Krik..."Sungguh garing."Well aku cuma mau ngasih itu untuk kalian berdua! Dan ingat besok untuk datang." Randy pun keluar dari ruangan Kenzi.Begitu Randy menutup pintu itu, pandangannya terkunci pada sekertaris Kenzi. Siapalagi kalau bukan Freya..Randy ingat, dia masih punya satu undangan lagi di dalam jas nya. Entah mengapa Randy sangat ingin memberikan undangannya itu pada gadis yang baru saja dia kenalkan ini."Aku akan membuat dia menjadi kemeriahan di pesta nanti. Aku rasa Kenzi pasti tidak akan keberatan bila kau menjadi keseruan di pesta nanti." Pikiran jahat sudah menghinggapi kepala Randy."Sibuk?" tanya Randy pada Freya yang sedang merapikan ja
Begitu keluar dari walk in closet setelah berganti baju, Freya langsung melihat ke arah tempat tidurnya, dan ternyata Kenzi sudah tidak lagi berada di sana. Freya pun menscan seluruh ruangan kamar dan hasilnya tetap saja nihil, Kenzi juga tidak ada dimana pun, di ruangan itu. "apa dia mandi?" gumam Freya dalam hati, sambil melihat ke arah kamar mandi. Tapi pintu kamar mandi itu tidak tertutup yang artinya tak ada siapapun di dalam sana. "Sepertinya tidak di kamar mandi juga." Freya hendak melanjutkan langkah kaki nya keluar dari kamar itu. "Apa kau sedang mencari ku, Freya?" tanya Kenzi dari arah belakang, yang membuat Freya sedikit terkejut. Dan benar saja, saat Freya menolehkan kepalanya, dia mendapati Kenzi yang sedang bersandar di samping pintu walk in closet, tempat dia mengganti pakaiannya tadi. Dari penampilannya yang hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggang, Freya yakin jika si Mr. Mesum ini pasti baru saja selesai mandi. "Kenapa aku tidak melihatny
Akhirnya suapan terakhir pun, masuk sudah ke dalam mulut Freya. Dia meletakkan kembali piring itu, ke atas nakas."Ini minumlah." Kenzi menyodorkan segelas air pada Freya, dan Freya yang ingin ini semua drama memuakkan ini segera berakhir pun, meminum air itu dengan wajah yang masih menunjukkan ketidaksukaannya pada Kenzi."Kau perlu apa lagi?" Tanya Kenzi sambil memperlihatkan gigi putihnya yang begitu sempurna. Berharap setelah perut Freya kenyang, hati nya jadi sedikit senang."Bisakah kau pergi dari kamar ini?" tanya Freya tanpa basa basi ditambah dengan senyum terpaksa, yang sangat jelas terlihat."Tidak!!" Jawab Kenzi masih dengan senyum manisnya."Oke." Freya yang merasa jengah pun, kembali membaringkan dirinya di kasur."Dia tidur lagi! Apa bagian bawahnya masih terasa sakit?" Kenzi sebenarnya sangat ingin menanyakan hal itu, tapi tidak berani ia lakukan.Kenzi ingat sewaktu dia membobol Clarisa, wanita itu terlihat sangat kesakitan padahal rasanya tidak lah sesulit sewaktu Ke
"Jangan coba bilang kau tidak melakukan apapun pada Freya di malam hari sebab%&*#.. " Nayla pun sudah masuk gigi empat dan hendak mundur tajam menyenggol Kenzi.Tapi untung nya, Kenzi buru-buru membekap mulut sang ibu. Kalau tidak, maka sudah bisa dipastikan jika ibunya itu akan merangkum semua perkataan nya tadi, plus mengatakan kalau tadi malam Ken juga menggerayangi Freya."%*&(*)(_... Argh!!" Nayla menggigit tangan Kenzi"Auw!! Ibu apa-apaan sih!!" Teriak Ken kesakitan."Kau itu yang apa-apaan Ken!! Pakai menyumbat mulut ibu mu ini dengan tangan mu!! Itu tangan ngomong-ngomong bersih atau tidak!" Seru Nayla sambil mengusap kasar mulutnya."Paling Ken pakai untuk ...." Kenzi tersenyum jahil untuk mengerjai sang ibu.Nayla langsung mengambil tisu dan membersihkan mulut nya."Sudah-sudah!! Ibu keluar sana! Biar aku saja yang mengeringkan rambut Freya!" Kenzi menarik paksa tangan Nayla untuk bangkit dan meninggalkan kamarnya.Kenzi langsung menutup pintu kamarnua, tepat di depan muka i
Freya yang tengah emosi, kini sedang duduk di depan cermin rias di kamarnya."Dasar Mr.arogan! Apa karena kau punya banyak uang, itu artinya kau boleh melakukan apapun seenak jidatmu!" umpatnya, "Ya... meskipun memang uang berkuasa sih. Tapi kan tidak begitu konsepnya!" kesal Freya sembaru menatap pantulan wajah dongkolnya sendiri di cermin.Hingga saat pandangan matanya, kini tertuju pada totol-totol merah dilehernya yang kini berubah warna menjadi sedikit keunguan."Astaga... kenapa warnanya jadi berubah? Apa serangga yang menggigitku itu beracun?" Tak ingin mengambil resiko, Freya pun menyambar ponslenya dan mengetikkan apa yang ingin dia ketahui di laman mbah google.Dan seketika itu pula matanya membulat sempurna, karena yang muncul di sana sangat mengejutkannya. Pelaku yang membuatnya menjadi macan betina itu, ternyata bukanlah serangga, melainkan manusia laknat itu."Dasar Mr.Arogan mesum!" Sambil menghentakkan kakinya, Freya masuk ke dalam kamar mandi.Jangan tanya untuk apa,
Seorang pelayan yang melintas, tampak terkejut melihat Freya yang tengah berada di dapur, "Nyonya?! Apa yang Nyonya lakukan?" tanyanya dengan berlari kecil, menghampiri Freya.Freya terkejut dengan tubuh yang sampai terlonjak, akibat panggilan pelayan itu. Dia menolehkan kepalanya dan berkata, "Apa kau tidak lihat? Aku ini sedang memasak. Apa aku terlihat seperti sedang bermain gundu?" tanya Freya sambil menghela nafas jengah.Mendengar jawaban dan tanggapan Freya, yang terlihat begitu acuh dan biasa saja, membuat pelayan itu justru semakin panik."Astaga Nyonya, biar saya saja. Kalau Nyonya butuh apa-apa, Nyonya tinggal panggil para pelayan. Ini bukan tempat Nyonya, di sini kotor dan berbahaya.Lagi dan lagi, Freya hanya bisa menghela nafas jengah. Apanya yang kotor? Dapur bukan tempat sampah, lalu berbahaya yang dimaksud itu apa? Apakah mungkin tabung gasnya akan meledak? No, karena rumah itu tidak menggunakan tabung gas, melainkam kompor listrik. Lalu dimana letak bahayanya? Lagip