Sekembalinya dari pesantren Al-Kautsar Blitar, Rama kembali menelepon boy di Padang.
"Bos, Mega ngamuk."
Tanpa to the poin, saat panggilan tersambung tiba-tiba boy langsung melapor soal Mega.
"Emang dia ngapain?"
"Dia mencoba datang ke rumah tapi tidak berhasil masuk."
"Lalu Bundo dimana?'
"Itu dia bos, kebetulan Bundo lagi ke Batusangkar, sebelumnya beliau berpesan keseluruh penghuni rumah terutama para satpam agar tidak mengizinkan siapapun ke rumah kecuali anggota keluarga."
"Lalu?" Rama dengan antusias menyimak laporan Boy.
"Mega datang ke kontrakan gue bos, dan membanting barang-barang gue.
"Hahaha."
"Loh kok tertawa, apanya yang lucu bos?"
"Masalah sepele gitu aja nggak tertangani, trus kamu bilang apa sama Mega?"
"Dia ngotot nanyain bos, gue jawab aja nggak tahu, sudah sebulan ini kita nggak ada urusan dan udah punya job masing-masing, gua jawab aja gitu."
"Good, emang lu bisa gue andalin, trus gimana, paket udah beres?" Rama kembali menanyakan soal barang haram yang diserahkan ke Boy.
"Aman, beres deh.pokoknya bos tenang aja."
"Boy, gua minta pastikan semuanya beres tanpa sisa."
"Loh kenapa gitu bos, yang bagian kita mana?"
"Kalau lu mau lanjut silahkan boy, kalau gue mau berhenti."
"Napa bos, lu yakin?" Boy hampir tidak percaya dengan ucapan Rama, kemudian dia tertawa.
"Napa lu tertawa, emang lucu?"
"Lah tadi bukannya bos yang nertawain gue, bos ngomongnya kayak orang mau tobat nasuha aja."
"Pala lu peang, lu berani nertawain gue kalau di telepon awas lu ya."
"Ampun bos ampun. Iya maksudnya bos serius mau berhenti?"
"Menurut gue kita lebih baik berhenti Boy, tapi terserah lu kalau mau lanjut, dan ingat, jangan pernah bawa-bawa nama gue!"
"Baiklah, sekarang gua ngerti ini semua pasti karena anak pak Uztadz yang bos jumpai di panti itu kan?"
"Udah nggak usah kepo dan soteuu lo, sekarang gimana setuju untuk stop nggak?"
"Terserah bos aja."
"Plus berhenti makek."
"What, emang kita bisa, maksud gue bos bisa nggak?"
"Nggak tahu."
"Gimana mau berhenti kalau bos aja nggak bisa?"
"Gua akan berusaha, lo sendiri gimana?"
"Sama aja, gua nggak bisa jawab bos."
"Terserah lu mau ngapain, mau lanjut silahkan, mau berhenti syukur, satu lagi boy, kalau lu mau lanjut ,gue terpaksa mecat lu, ini demi kebaikan semua!"
"Mmmak, segitunya bos, apa nggak bisa ditolerir lagi?"
"Gue serius Boy, gue mau berubah."
"Ok gue ngerti sekarang."
"Jadi gue minta pastikan detik ini juga kantor kita bersih dari barang tersebut dan jangan pernah mengangkat dan membalas telepon dari mereka."
"Ok siap."
"Gue tunggu kabar berikutnya besok."
Tut tut tut.
"Hah dasar orang kaya, belum sempat dijawab sudah dimatikan duluan." Gerutu boy.
Setelah selesai berbicara di telepon dengan Boy, Rama pun berniat ingin kembali ke kamar nya untuk berbaring, namun belum sempat melangkah dia mendengar suara Uztadz dari samping. Rama sempat kaget.
"Hah sejak kapan pak Uztadz datang?" Gumam Rama.
"Assalamu'alaikum nak Rama."
"Waalaikum salam pak Uztadz." Rama masih gugup.
"Kebetulan saya lewat, apa nak Rama belum tidur?"
"Belum pak Uztadz, kebetulan barusan selesai nelepon teman di Padang." jawab Rama.
"Oo, kebetulan sekali nak Rama, kalau memang belum ngantuk gimana kalau nak Rama temani saya ke musholla sebentar sambil berbincang-bincang disana."
"Baik pak Uztadz , saya setuju."
Uztadz Marzuki pun mengajak Rama ke Mushola yang ada di seberang jalan rumahnya.
Di Mushola pak Uztadz berbagi cerita tentang masa lalunya yang kelam.
Saat itu Uztadz masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Semenjak kecil Marzuki tinggal dilingkungan pasar. Disekolah Marzuki kala itu merupakan ketua salah satu geng dilingkungan tempat tinggalnya. Mereka seringkali melakukan penjarahan dipasar dengan bersenjatakan kapak dan gasing, dua jenis senjata tajam itulah yang digunakan oleh kelompok Marzuki dimasa itu.
Hasil jarahan mereka setiap harinya disetor kan kesebuah bangunan terbengkalai dan dijadikan sebagai markas mereka yang jauh dari pemukiman warga, namun seiring waktu bangunan tersebut sudah di sulap menjadi sebuah mall terbesar di Blitar saat ini.
Setiap malam Marzuki selalu pulang dalam keadaan mabuk dengan bau mulut yang menyengat.
Uztadz Marzuki terdiam ketika hendak melanjutkan ceritanya.
"Jadi pak Uztadz dulunya seorang pemabuk begitu?"
"Iya, dan ayah saya meninggal gara-gara Saya." Sambil menyeka air matanya berusaha melanjutkan ceritanya.
Marzuki memang sempat berhenti dan keluar dari geng nya. Namun anggota geng kembali memanggilnya untuk bergabung. Marzuki pun tertarik lagi untuk ikut, namun musibah kembali datang pada keluarga Uztadz Marzuki kala itu. Ibunda Marzuki kena serangan jantung dan meninggal ditempat tepatnya saat keluarga itu akan berangkat ke makam ayahandanya untuk berziarah. Namun sebelumnya memang terdengar kabar oleh sang ibu bahwa Marzuki masih berhubungan dengan geng perusuh itu.
Tidak berhenti disitu, sepertinya Uztadz Marzuki masih ingin berpetualang, dan yang terakhir tanpa di ketahui para anggota geng, saat mereka menjarah di pasar, ada seorang wanita yang mencoba melawan karena tas miliknya diambil paksa, dan perlawanannya itu membuat nyawanya melayang seketika dengan bersimbah darah dan kedua lengan terputus oleh gasing dan kapak milik anggota geng. Dan yang lebih menyakitkan bahwa wanita itu tak lain adalah saudara perempuan satu-satunya di keluarga mereka. Marzuki tinggal sebatang kara, untung saja masih ada beberapa kerabat yang masih peduli padanya hingga menjadikannya seperti saat ini. Salah satunya adalah Uztadz Ahmad yang merupakan kerabat jauh dari ibunya.
Saat itu juga Marzuki menyatakan berhenti dan keluar dari anggota geng. Tepatnya pas kenaikan kelas tiga SMA. Urusan Marzuki dengan geng belum selesai, setiap hari Marzuki di teror dan didatangi terang-terangan kesekolah bahkan mereka semua sempat mengancam akan membuat gaduh di sekolah Marzuki.
Pihak sekolah menghubungi pihak kepolisian untuk menggiring semuanya ke kantor polisi termasuk Marzuki, walau bagaimanapun dia juga salah satu dari mereka yang membuat gaduh di masa itu.
"Jadi nak Rama, Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum itu sendiri tidak mau merubahnya. Semuanya kembali ke fitrah, kembali ke diri kita sendiri apakah mau berubah atau tidak."
"Baik pak Uztadz saya mengerti, pak Uztadz tolong ajari saya cara membaca Alqur'an dengan benar." Rama pun bermohon kepada ustadz Marzuki agar mau mengajarinya langsung.
Selama di Blitar, Rama merasa menemukan dunianya yang baru, walau kisah nya berbeda dengan Uztadz Marzuki di masa lampau, namun ia banyak memetik hikmah dari itu semua. Dan Rama sangat bersyukur bisa bertemu dengan keluarga Uztadz Marzuki. Dalam diam Rama berharap begitu besar kelak Azize berkenan untuk di suntingnya.
Seminggu pun sudah berlalu, selama itu juga baik Azize dan Rama tidak pernah bertemu. Keduanya berada di tempat terpisah, Azize sibuk mengajari anak-anak mengaji dan belajar hapalan Al-Qur'an.Sementara di asrama lain Rama dengan merdunya melantunkan ayat suci. Uztadz Marzuki lega akhirnya dia berhasil membuat Rama berubah.Sebelumnya Rama sebenarnya sudah bisa membaca Alqur'an, akan tetapi dia sangat jarang membuka ayat suci tersebut, akhirnya dia pun sempat lupa, sungguh ironis memang, dengan mudah karena pengaruh teman-teman yang nggak jelas itu Rama pun melupakan semua tentang ilmu agama yang ia peroleh dari semenjak kecil.Minggu ketiga selama puasa Ramadan , hampir satu bulan mereka di Blitar dan menjalankan ibadah puasa Ramadan disana, semuanya berencana kembali ke Padang mengingat sebentar lagi adalah idul Fitri.Bundo Maryam sudah tidak sabar menunggu kepulangan mereka. Apalagi mendengar kabar dari Uztadz Marzuki kalau Rama sudah banyak per
Masih Di Tiga Tahun Yang Lalu.Cuaca sore itu masih terasa terik di kota Padang, Rama berserta keluarga Uztadz Marzuki baru saja tiba di kediaman Rama setelah sebelumnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat di bandara Ketaping Sumatera barat."Apa tidak mampir dulu pak Ustad?" Bundo Maryam yang telah menunggu kedatangan mereka dari pagi menawarkan Uztadz dan keluarganya untuk mampir setelah mengantar Rama dengan mobil jeputan mereka."Terimakasih Bundo Maryam, alangkah baiknya jika kami pulang kerumah dulu." Uztadz pun menolak secara halus."Baiklah Uztadz, saya juga nggak akan memaksa kalau begitu ,oh iya terimakasih banyak atas bimbingannya ya pak Uztadz.""Sama-sama bunda Maryam, tidak perlu begitu, anggap saja nak Rama sambil berlibur. Betulkan Rama.?" Sambil tersenyum ke arah Rama.Beberapa waktu kemudian, hampir satu bulan waktu itu berlalu. Azize dan Rama tidak pernah lagi bertemu, berbagai cara dilakukan Rama agar diri
Tok! Tok! Tok! "Masuk!" Boy pun masuk setelah mendapat perintah untuk masuk. "Ada apa kau kesini sebelum kupanggil?" Pertanyaan yang menekan dan jelas sekali kedatangannya tidak disambut. "Anu bos, aku tidak sengaja mendengar kalau pesantren yang pernah bos dan mendiang datangi dulu kalau pengurusnya adalah seorang uztadzah muda dan sangat cantik. Dan feeling aku jangan-jangan dia adalah wwwa..." Brraakk! Boy yang belum selesai melanjutkan perkataannya tiba-tiba harus membungkam mulutnya karena Rama sepertinya tidak senang dengan berita yang ia sampaikan. Boy tahu semenjak Azize meninggalkannya tiga tahun lalu semenjak itu juga Rama berubah. Perubahannya kali ini sangat diluar nalar. Walau dirinya sudah berhenti dari seluruh hal-hal yang berbaur barang haram dan perempuan, namun membuat Rama berubah menjadi seorang pria yang tempramen. Ditambah lagi semenjak meninggalnya sang Bundo dua tahun yang lalu. Waktu beg
Rama baru saja sampai, sebuah kota kecil yang penuh kenangan. Dia ingat tiga tahun lalu sering menghabiskan waktu bersama para wanitanya disini. Namun sekarang berbeda, para wanita itu tidak ada lagi yang berani muncul didepannya setelah Rama memutuskan meninggalkan mereka dan meminta agar jangan pernah menemuinya lagi.Banyak diantara mereka yang tidak terima dengan perlakuan Rama, terutama Mega. Mega sempat mendatangi kediaman keluarga Rama pada saat itu justru mendapat peringatan keras dari rumah tersebut. Jika dia terus bersikeras maka pihak Rama tidak segan-segan untuk menyeretnya ke jeruji.Hingga suatu hari Mega datang menemui Azize dirumahnya. Mega sempat mengancam gadis itu apabila dirinya tidak bisa mendapatkan Rama maka dia akan bunuh diri atau Azize juga tidak bisa memilikinya.Azize tersenyum, namun dihatinya tidak rela jika Rama menikahi Mega. Azize ikhlas walau berat kemudian memutuskan untuk meninggalkan tanah air dan mengikuti program pertukaran
"Jadi selama ini bang Rama belum jadi menikah Abi?" Tanya Azize dengan sembraut sumringah setibanya di rumah mereka. "Hei, sepertinya kamu senang mendengar Rama tidak jadi menikah hah?" Goda Umi Marwa. "Azize jadi teringat waktu Mega datang ke sini Umi, dia mengancam kita semua kalau akan menghancurkan keluarga kita. Bang Rama pasti membenci keluarga kita sekarang dengan sikap yang kita tunjukkan untuknya." "Yaa mau gimana lagi, kamu juga waktu itu udah keburu berangkat, coba aja nggak jadi ke Mesir mungkin kalian sekarang sudah menikah. Lagian belum tentu Rama bersedia menikah dengan Rama." Keluarga itu sempat terdiam sesaat dengan penuturan dan penyesalan yang diungkapkan gadis itu. Namun semua sudah terjadi dan tidak akan bisa dirubah lagi. "Biarlah semua berjalan semestinya, Allah pasti punya rencana yang lebih indah untuk nak Rama, begitu juga denganmu nak, jodoh tidak akan kemana." Sambung Uztadz berikutnya. "Aamiin." Obr
Tiga tahun yang lalu,Ramadhan Sanjaya, merupakan pewaris tunggal distributor kerupuk Sanjay terbesar dan juga terkenal dari kota Padang yang saat ini sudah mulai merambah keberbagai negara.Sang nenek sengaja memberi nama belakang nya dari nama hasil produksi usaha mereka yaitu Sanjay.Rama,ya itulah panggilan sehari-hari anak muda ini, terlahir dari keluarga kaya yang nggak bakal habis tujuh turunan, sang nenek juga merupakan Puti (putri) bangsawan dari ranah Minang, tentunya memiliki Pusako Laweh (harta pusaka yang sangat luas).Untuk di Sumatra Barat khususnya suku Minang seluruh harta akan jatuh ketangan anak perempuan,begitu juga dengan Bundo (bunda) panggilan Rama ke ibunya yang merupakan anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, kesiapa lagi jatuh nya harta itu kalau bukan ke Bundo Rama, dan kelak semuanya akan menjadi milik Rama.Kehidupannya yang bergelimang harta justru menyesatkan nya, entah terlalu dimanja dimasa kecil hingga s
Tiga tahun yang laluDikediaman keluarga besar Rama, memasuki hari ketiga bulan Ramadan tahun itu, semua penghuni di rumah mewah yang bernuansa Minang kabau tersebut tengah sibuk mempersiapkan jamuan untuk buka puasa.Bu Maryam sang Bundo nampak hilir mudik dan gelisah."Assalamu'alaikum.""Waalaikum salam, Alhamdulillah, pulang juo ang nak."Semenjak hari pertama masuk puasa dua hari yang lalu Rama memang tidak pernah pulang, hal biasa memang untuk seorang Rama, membuat Bu Maryam tidak habis pikir dengan kelakuan Rama yang nggak pernah berubah hingga terlintas ide dipikirannya untuk mempertemukan secara lebih dekat antara Rama dan Azize.Entah kenapa Bundo melihat sosok Azize sepertinya cocok untuk Rama.Sang Bundo beharap Azize mampu merubah seorang Rama.Setelah menelepon ustadz Marzuki tadi pagi Bu Maryam meminta ustadz untuk mengizinkan putrinya buka bersama dirumah mereka.Sang Bundo memanggil semua art di rumahnya
Rama sedang bermain dengan fantasinya saat ini setelah menghisap serbuk kesayangan yang menjadi candunya selama bertahun-tahun, entah mulai kapan dia menggunakan barang haram itu.Setelah beberapa jam yang lalu Keanggunan Azize berkelana di benaknya membuat Rama tak bisa tidur.Gadis itu berhasil mengacaukan pikirannya, walau sebelumnya Rama sempat tertarik dengan pertemuan mereka dipanti tiga hari yang lalu, tapi dia sudah melupakannya, namun kemudian sang Bundo pun kembali mempertemukan nya dengan gadis berhijab itu.Alhasil membuat Rama tak tenang, hingga kegelisahannya mencapai puncak, ingin rasanya ia lepaskan hasrat nya bersama Mega kekasih yang ia kencani saat ini, tapi ada sisi lain di dirinya untuk menolak perempuan itu.Azize dengan anggunnya menggunakan gaun panjang dan sorban putih berhiaskan mutiara ditiap pinggir sorban begitu juga dengan gaun yang ia kenakan tengah berada di atas kuda putih (Pegasus, nama kuda dalam
"Jadi selama ini bang Rama belum jadi menikah Abi?" Tanya Azize dengan sembraut sumringah setibanya di rumah mereka. "Hei, sepertinya kamu senang mendengar Rama tidak jadi menikah hah?" Goda Umi Marwa. "Azize jadi teringat waktu Mega datang ke sini Umi, dia mengancam kita semua kalau akan menghancurkan keluarga kita. Bang Rama pasti membenci keluarga kita sekarang dengan sikap yang kita tunjukkan untuknya." "Yaa mau gimana lagi, kamu juga waktu itu udah keburu berangkat, coba aja nggak jadi ke Mesir mungkin kalian sekarang sudah menikah. Lagian belum tentu Rama bersedia menikah dengan Rama." Keluarga itu sempat terdiam sesaat dengan penuturan dan penyesalan yang diungkapkan gadis itu. Namun semua sudah terjadi dan tidak akan bisa dirubah lagi. "Biarlah semua berjalan semestinya, Allah pasti punya rencana yang lebih indah untuk nak Rama, begitu juga denganmu nak, jodoh tidak akan kemana." Sambung Uztadz berikutnya. "Aamiin." Obr
Rama baru saja sampai, sebuah kota kecil yang penuh kenangan. Dia ingat tiga tahun lalu sering menghabiskan waktu bersama para wanitanya disini. Namun sekarang berbeda, para wanita itu tidak ada lagi yang berani muncul didepannya setelah Rama memutuskan meninggalkan mereka dan meminta agar jangan pernah menemuinya lagi.Banyak diantara mereka yang tidak terima dengan perlakuan Rama, terutama Mega. Mega sempat mendatangi kediaman keluarga Rama pada saat itu justru mendapat peringatan keras dari rumah tersebut. Jika dia terus bersikeras maka pihak Rama tidak segan-segan untuk menyeretnya ke jeruji.Hingga suatu hari Mega datang menemui Azize dirumahnya. Mega sempat mengancam gadis itu apabila dirinya tidak bisa mendapatkan Rama maka dia akan bunuh diri atau Azize juga tidak bisa memilikinya.Azize tersenyum, namun dihatinya tidak rela jika Rama menikahi Mega. Azize ikhlas walau berat kemudian memutuskan untuk meninggalkan tanah air dan mengikuti program pertukaran
Tok! Tok! Tok! "Masuk!" Boy pun masuk setelah mendapat perintah untuk masuk. "Ada apa kau kesini sebelum kupanggil?" Pertanyaan yang menekan dan jelas sekali kedatangannya tidak disambut. "Anu bos, aku tidak sengaja mendengar kalau pesantren yang pernah bos dan mendiang datangi dulu kalau pengurusnya adalah seorang uztadzah muda dan sangat cantik. Dan feeling aku jangan-jangan dia adalah wwwa..." Brraakk! Boy yang belum selesai melanjutkan perkataannya tiba-tiba harus membungkam mulutnya karena Rama sepertinya tidak senang dengan berita yang ia sampaikan. Boy tahu semenjak Azize meninggalkannya tiga tahun lalu semenjak itu juga Rama berubah. Perubahannya kali ini sangat diluar nalar. Walau dirinya sudah berhenti dari seluruh hal-hal yang berbaur barang haram dan perempuan, namun membuat Rama berubah menjadi seorang pria yang tempramen. Ditambah lagi semenjak meninggalnya sang Bundo dua tahun yang lalu. Waktu beg
Masih Di Tiga Tahun Yang Lalu.Cuaca sore itu masih terasa terik di kota Padang, Rama berserta keluarga Uztadz Marzuki baru saja tiba di kediaman Rama setelah sebelumnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat di bandara Ketaping Sumatera barat."Apa tidak mampir dulu pak Ustad?" Bundo Maryam yang telah menunggu kedatangan mereka dari pagi menawarkan Uztadz dan keluarganya untuk mampir setelah mengantar Rama dengan mobil jeputan mereka."Terimakasih Bundo Maryam, alangkah baiknya jika kami pulang kerumah dulu." Uztadz pun menolak secara halus."Baiklah Uztadz, saya juga nggak akan memaksa kalau begitu ,oh iya terimakasih banyak atas bimbingannya ya pak Uztadz.""Sama-sama bunda Maryam, tidak perlu begitu, anggap saja nak Rama sambil berlibur. Betulkan Rama.?" Sambil tersenyum ke arah Rama.Beberapa waktu kemudian, hampir satu bulan waktu itu berlalu. Azize dan Rama tidak pernah lagi bertemu, berbagai cara dilakukan Rama agar diri
Seminggu pun sudah berlalu, selama itu juga baik Azize dan Rama tidak pernah bertemu. Keduanya berada di tempat terpisah, Azize sibuk mengajari anak-anak mengaji dan belajar hapalan Al-Qur'an.Sementara di asrama lain Rama dengan merdunya melantunkan ayat suci. Uztadz Marzuki lega akhirnya dia berhasil membuat Rama berubah.Sebelumnya Rama sebenarnya sudah bisa membaca Alqur'an, akan tetapi dia sangat jarang membuka ayat suci tersebut, akhirnya dia pun sempat lupa, sungguh ironis memang, dengan mudah karena pengaruh teman-teman yang nggak jelas itu Rama pun melupakan semua tentang ilmu agama yang ia peroleh dari semenjak kecil.Minggu ketiga selama puasa Ramadan , hampir satu bulan mereka di Blitar dan menjalankan ibadah puasa Ramadan disana, semuanya berencana kembali ke Padang mengingat sebentar lagi adalah idul Fitri.Bundo Maryam sudah tidak sabar menunggu kepulangan mereka. Apalagi mendengar kabar dari Uztadz Marzuki kalau Rama sudah banyak per
Sekembalinya dari pesantren Al-Kautsar Blitar, Rama kembali menelepon boy di Padang."Bos, Mega ngamuk."Tanpa to the poin, saat panggilan tersambung tiba-tiba boy langsung melapor soal Mega."Emang dia ngapain?""Dia mencoba datang ke rumah tapi tidak berhasil masuk.""Lalu Bundo dimana?'"Itu dia bos, kebetulan Bundo lagi ke Batusangkar, sebelumnya beliau berpesan keseluruh penghuni rumah terutama para satpam agar tidak mengizinkan siapapun ke rumah kecuali anggota keluarga.""Lalu?" Rama dengan antusias menyimak laporan Boy."Mega datang ke kontrakan gue bos, dan membanting barang-barang gue."Hahaha.""Loh kok tertawa, apanya yang lucu bos?""Masalah sepele gitu aja nggak tertangani, trus kamu bilang apa sama Mega?""Dia ngotot nanyain bos, gue jawab aja nggak tahu, sudah sebulan ini kita nggak ada urusan dan udah punya job masing-masing, gua jawab aja gitu.""Good, emang lu bisa gue andalin, trus gima
Usai makan siang Uztad Marzuki sengaja mengajak Rama sholat berjamaah di mesjid yang hanya berjarak seratus meter dari kediaman mereka.Rama berusaha mengikuti semua yang yang di perintahkan oleh Uztad pada dirinya, mulai dari sholat berjamaah dan jangan sekali-kali meninggalkan sholat wajib, walau dirinya yang sebenarnya adalah pecandu sekaligus pengedar, namun entah dorongan apa dan dia hanya menurut pada keluarga tersebut."Bang Rama.""Eh Azize, kamu ada apa?" Tiba-tiba Azize datang saat Rama baru saja mau menelepon seorang kurir yang katanya akan disuruh mengantar barang miliknya (Shabu)."Bang Rama lagi ngapain, Azize rencana mau mengajak Abang ke pesantren Abi sambil kenalan."Bukannya kamu udah kenal mereka, kok mau kenalan lagi?""Kenalan dari mana, orang saya kesini baru sekarang, kan sekalian ngenalin bang Rama juga, soalnya bentar lagi bang Rama bakal tinggal di sinikan?""Tinggal disini, emang siapa yang bilang?" Rama heran deng
"Dasar tengik, ditelepon nggak diangkat, di chatt pun nggak di balas, awas kau Boy." Sambil mengumpati Boy orang kepercayaannya, akhirnya Rama pun berniat mengirimkan pesan lewat WA."Boy, beberapa waktu kedepan saya mau ke Jawa, jadi saya harap jangan buat saya kecewa, semuanya ku percayakan padamu. Semoga bisa diandalkan. Dan satu lagi jangan sampai ada yang tahu, paham?!"Boy yang masih meringkuk di balik selimut nya karena hawa dingin dataran tinggi kota Bukittinggi, berusaha menjulurkan tangannya menggapai HP di nakas. Suara panggilan berulang-ulang dari HP nya telah mengganggu tidurnya."Arghh, ganggu orang tidur aja siapa lah mengusik ketenangan orang pagi-pagi ni?"Hingga akhirnya dengan memaksakan untuk membuka matanya walau sebelah, Boy membaca satu persatu laporan panggilan dan semuanya dari Rama. Ditambah lagi beberapa pesan masuk lewat WA.Mata Boy yang tadinya terbuka sebelah dan yang sebelahnya lagi terpejam dalam hitungan detik saat ini
Rama sedang bermain dengan fantasinya saat ini setelah menghisap serbuk kesayangan yang menjadi candunya selama bertahun-tahun, entah mulai kapan dia menggunakan barang haram itu.Setelah beberapa jam yang lalu Keanggunan Azize berkelana di benaknya membuat Rama tak bisa tidur.Gadis itu berhasil mengacaukan pikirannya, walau sebelumnya Rama sempat tertarik dengan pertemuan mereka dipanti tiga hari yang lalu, tapi dia sudah melupakannya, namun kemudian sang Bundo pun kembali mempertemukan nya dengan gadis berhijab itu.Alhasil membuat Rama tak tenang, hingga kegelisahannya mencapai puncak, ingin rasanya ia lepaskan hasrat nya bersama Mega kekasih yang ia kencani saat ini, tapi ada sisi lain di dirinya untuk menolak perempuan itu.Azize dengan anggunnya menggunakan gaun panjang dan sorban putih berhiaskan mutiara ditiap pinggir sorban begitu juga dengan gaun yang ia kenakan tengah berada di atas kuda putih (Pegasus, nama kuda dalam