Rama sedang bermain dengan fantasinya saat ini setelah menghisap serbuk kesayangan yang menjadi candunya selama bertahun-tahun, entah mulai kapan dia menggunakan barang haram itu.
Setelah beberapa jam yang lalu Keanggunan Azize berkelana di benaknya membuat Rama tak bisa tidur.
Gadis itu berhasil mengacaukan pikirannya, walau sebelumnya Rama sempat tertarik dengan pertemuan mereka dipanti tiga hari yang lalu, tapi dia sudah melupakannya, namun kemudian sang Bundo pun kembali mempertemukan nya dengan gadis berhijab itu.
Alhasil membuat Rama tak tenang, hingga kegelisahannya mencapai puncak, ingin rasanya ia lepaskan hasrat nya bersama Mega kekasih yang ia kencani saat ini, tapi ada sisi lain di dirinya untuk menolak perempuan itu.
Azize dengan anggunnya menggunakan gaun panjang dan sorban putih berhiaskan mutiara ditiap pinggir sorban begitu juga dengan gaun yang ia kenakan tengah berada di atas kuda putih (Pegasus, nama kuda dalam mitologi Yunani).
Gadis itu perlahan melambaikan tangannya kearah Rama, kemudian merentangkan kedua tangannya seakan jelas bahwa ia ingin Rama segera merangkulnya dan berangsur memanggil-manggil namanya, saat Rama berdiri dan sedang berusaha menjulurkan tangannya tiba-tiba Azize menghilang, menghilang diantara kerumunan para pria yang berjubah putih tanpa terlihat jelas wajah, tangan, maupun kaki.
Rama bangkit dan berusaha berlari di sungai berkerikil dangkal itu agar bisa mencapai Azize, namun dirinya terlambat.
Rama terduduk lesu di rerumputan pinggir sungai, ia pun menangis, menyesal karena terlambat menggapai gadis itu, kenapa begitu sulit untuk meraihnya, andai Azize mau menunggu beberapa menit saja sudah tentu Rama berhasil mendekap dan memeluknya tanpa dilepas.
Rama pun terduduk dari pembaringannya, dia mengedarkan pandangan, nampak jelas alat hisap dan botol kemudian beberapa sampah di kamarnya.
Rama kembali mengucek matanya dan berusaha menyempurnakan kesadarannya.
"Apa aku bermimpi, hah...mimpi aneh."
Rama berusaha menggubris apa yang baru dialaminya.
Diapun berdiri dan membungkus rapat sampah alat hisap sabu dan yang lainnya lalu membuangnya ke dalam tong sampah dikamar nya.
Masih dalam keadaan linglung dan sempoyongan dipaksakannya ke kamar mandi.
Saat keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dari pinggang hingga betis, Rama meraih ponselnya dinakas yang entah sudah berapa lama berdering.
"Sayang, kok baru diangkat, aku bosan dirumah ,cepatlah datang aku kangen." Mega menelepon dari seberang.
" Maaf, hari ini aku sibuk ada sedikit urusan keluarga, jadi kita tunda dulu janji kita yang kemaren ya, daa." Rama pun segera menutup telepon.
Jelas Rama berubah, dipikirannya hanya Azize, walau pertemuan semalam di meja makan dan sempat berbincang sedikit di ruang keluarga tetapi Azize berhasil membuat pikirannya berkecamuk.
"Azize, nama yang sangat indah, semampai, walau setinggi bahuku, dia lumayan tinggi untuk ukuran seorang gadis, senyum menawannya, alis mata yang masih alami tanpa di kurangi, mata kucing dan bibir manisnya yang memancarkan pesona sensual, itu baru bagian luar yang terlihat, aku yakin bagian dalamnya masih murni tak terlihat dan belum terjamah, hah, pasti sulit mendapatkan wanita itu." Rama kembali berfantasi tentang keindahan gadis itu.
Dia terus berargumen dengan pikirannya sendiri, dibenaknya hanya Azize dan Azize.
Tok, tok, tok.
"Hah, siapa?"
"Ni mar, Rama di panggia Bundo turun, katonyo penting." Salah satu art disuruh Bundo untuk memanggil Rama turun.
"Yo, sabanta lai." Jawab Rama ketus.
Salah satu karakter Rama sedikit angkuh, walau sebenarnya dia anak baik, hanya saja karena kekuasaan dan memiliki banyak uang kemudian bertemu dengan orang-orang yang salah membuatnya jadi semena-mena.
Dilantai dasar disebuah ruang tamu rumah mewah milik keluarga besar Bu Maryam.
Bundo baru saja menerima telepon dari pak ustadz Marzuki, bahwa beliau akan datang sebentar lagi dengan putrinya.
Bundo sangat senang mendengar kabar gembira itu.
Bundo pun segera memanggil art agar Rama turun dan menyambut kedatangan Azize.
Tak lama pun Rama turun.
"Ado apo Bun?"
Hanya itu sapaan Rama saat jumpa Bundo nya pagi ini, nggak lebih.
" Sabanta lai Azize jo pak ustadz kamari, ko baru nyo nelepon sabantako." Jelas Bundo agar Rama yakin.
Dug, jantung Rama berdegup, perasaan apa ini?" Pikirnya.
" Mm, ado manga Bun?"
"Ustad Marzuki dan Azize juga Umi marwa baru saja dari bandara, Minggu depan mereka bertiga ada rencana ke Blitar, karena lewat sini, rencana mereka ingin mampir, dan Bundo senang kalau mereka mampir."
"Ooh, kirain kok ngapa gitu."
"Ehh, tapi kamu nggak boleh gitu Rama, niat mereka kesini mau silaturahmi, jadi tolong di sambut baik, dengar itu." Perintah Bundo.
" Iya, iya, Bundo tenang aja, bisa diatur itu, asal Bundo ndak boleh pelit-pelit." Goda Rama .
Begitulah Rama, yang sampai saat ini belum menyadari arti sebuah tanggung jawab seperti yang Bundo nya pikul selama ini, namun wanita yang sudah setengah abad itu tetap tegar dan semangat dalam menghadapi hari-harinya, karena dia berpikir apabila dia drop, pasti semua berantakan dan Rama masih saja sibuk dengan urusan pribadinya yang kotor.
Tak lamapun suara klakson dari depan membuat mereka untuk segera menghampiri ke depan.
"Tuh kan, untung kamu dah turun, ayok kita sambut." Ajak Bundo.
Yang di sambut pun keluar dari mobil, dari pintu depan nampak Umi turun yang disusul oleh pak ustadz di pintu sebelahnya, kemudian Azize dari pintu belakang.
"Astaga, Azize memang cantik, atau tambah cantik?"
Rama terpukau dan menelan saliva nya.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikum salam, mari, mari masuk." Setelah semuanya bersalaman dan kemudian masuk ke dalam.
Azize yang kala itu menggunakan dress panjang lengan berwarna grey dan pashmina dalam, warna hitam menyiratkan pesona lembutnya dengan polesan make up tipis dan lip balm yang membuat bibirnya nampak menyala walau bukan yang berwarna karena warna merah asli bibirnya sudah cukup untuk warna bibir ranum itu.
Seakan Rama tidak sabar ingin menyentuhnya, kalau bukan karena menjaga etika dan norma mungkin entah apa yang di perbuatnya.
Semakin lama rasa itu semakin tumbuh, Rama bertekad mendapatkan gadis Soleha itu, namun kemudian hatinya surut lagi, tidak yakin untuk memperoleh gadis itu dengan mudah, karena belum tentu mau menerimanya.
"Bagaimana kabar Umi dan pak ustadz?"
"Alhamdulillah, sehat, Bundo Maryam gimana, lancarkan puasanya?"
"Alhamdulillah, ehh nak Azize, yang makin cantik juga apa kabar?" Sambung Bundo yang langsung beralih ke Azize yang saat itu duduknya berhadapan dengan Rama .
"Alhamdulillah juga Bundo, Alhamdulillah puasa pun masih lancar."
"Ada acara apa ke Blitar pak ustadz?" Tanya Bundo membuka obrolan.
"Berniat mengunjungi pesantren di sana Bundo, sekalian Azize semenjak tamat SD sampai sekarang belum pernah melihat pesantren milik orang tuanya sendiri, sekalian juga bersilaturahmi dengan keluarga besar disana."
"Jadi selama ini Azize sendiri belum pernah melihat pesantrennya?"
"Hehe, belum Bun, kan selama ini Azize hanya di Padang, itupun dalam lingkungan pesantren dan belum pernah kemanapun." Jawab Azize sopan.
" Nak Rama, bagaimana kabarnya?" Sambung pak ustadz yang melihat Rama dari tadi hanya tersenyum simpul.
"Alhamdulillah baik, pak ustadz."
"Kalau Bundo dan Rama nggak keberatan kita bisa sama-sama berangkat ke Blitar, anggap saja sambil rekreasi, selama ini Bundo kan sibuk dengan rutinitasnya, begitu juga nak Rama, pasti belum pernah ke Blitar kan?" Tebak pak ustadz.
"Belum pak ustadz."
"Bagus itu Rama, sambil cari pengalaman baru, mana tahu jumpa jodoh disana, iya kan nak?" Sambung Bundo Maryam.
"Bundo, kok bahas masalah jodoh, Bundo ini ada-ada aja." Rama sempat tersipu oleh seloroh bundonya.
"Kalau Bundo gimana, kan bisa ikut sekalian?" Sambung Umi.
" Bundo mau sekali ikut, tapi sekarang itu Bundo sangat sibuk dengan kantor yang di Bukittinggi, jadwal minggu ini aja hampir tiap hari Bundo harus bolak balik Padang- Bukittinggi, kali ini gimana Rama dulu yang ikut, moment berikutnya giliran Rama yang ngurus kantor, dan Bundo yang jalan-jalan, ya kan nak?".
" InshaAllah, biar nanti Rama pikirkan dulu pak ustadz, masalahnya Rama ada sedikit urusan, emang jadwal berangkat nya kapan pak ustadz?"
"InshaAllah minggu depan, kalau nak Rama ikut, nanti Azize bisa pesankan lagi tiket keberangkatan nya." Jelas pak ustadz.
" Nggak usah repot-repot pak ustadz, begini saja, karena berangkat nya masih minggu depan berarti masih ada waktu, bagaimana kalau selepas Zuhur nanti Rama kabari, sebelumnya terima kasih pak ustadz, Umi, ajakannya."
"Nggak usah sungkan, selama ini kita kan udah seperti saudara, itung-itung nambah ilmu dan pengalaman lo nak Rama, jadi apa salahnya untuk ikut." Bujuk pak ustadz lagi.
Setelah obrolan panjang, mulai dari masalah bisnis Sanjay nya Bundo dan perkembangan pesantren ustadz Marzuki, akhirnya mereka pun pamit.
Di seberang jalan ada sepasang mata yang mengintai dengan masam.
Sebelumnya, setelah menelepon Rama, Mega berniat untuk menjumpai Rama kerumahnya, namun seratus meter sebelum sampai di depan pagar rumah mewah itu, tiba-tiba Ayla putih masuk, dari depan nampak turun sepasang suami istri, awalnya Mega lega dengan apa yang dilihatnya, namun baru dua detik menyunggingkan senyumnya, tiba-tiba dari pintu belakang keluar seorang wanita berhijab dan nampak sedang mencium tangan ibunya Rama.
Mega sangat cemburu dengan adegan didepan matanya, nampak sekali Bundo Rama sangat menyukai gadis berhijab itu.
"Hmm, siapa mereka, inilah salah Rama, tidak pernah mengenalkan ku pada ibunya." Mega sangat kesal sambil memukul setir mobil yang dikendarainya, mobil pembelian Rama saat Mega berulang tahun.
Lima bulan yang lalu saat keduanya merayakan hari jadi Mega di apartemen yang disewa Rama untuknya, Rama sengaja memberi hadiah berupa mobil sedan jazz untuk Mega.
Wanita mana yang tidak senang diberi berlian, begitulah ibaratnya, menurut Rama semua yang diberi kan ke Mega belum seberapa, mengingat wanita itu adalah teman kencannya, ya hanya sebatas teman kencan, Rama pun tak berniat menikahinya, hanya untuk bersenang-senang, karena Rama tahu Mega bukan tipikal wanita yang pantas untuk teman hidupnya kelak.
Asal usulnya saja tidak jelas, keduanya pun bertemu disebuah club malam yang ada di kota Padang.
Mega sangat murka, dua jam lebih dia menunggu sampai akhirnya keluarga ustadz itupun keluar dari rumah megah, dan berpamitan.
Mega mengikuti kemana arah mobil itu, dia penasaran, niat bertemu Rama pun diurungkannya, ada hubungan apa keluarga ini, begitulah dipikirannya saat ini.
Hampir setengah jam perjalanan menuju Indarung, mobil Azize pun masuk kesebuah rumah lumayan besar.
"Inikan komplek pesantren Al Kautsar, apa keluarganya ada hubungan dengan pesantren tersebut?"
Rasa penasaran membuat nya untuk menghentikan mobil nya sebentar dan pura-pura bertanya pada security di komplek.
Akhirnya Mega mendapat jawaban dari security bahwa pemilik rumah yang dimasuki Azize adalah pemilik pesantren Al-Kautsar.
"Apa jangan-jangan mereka dijodohkan, tidak bisa, Rama harus kudapatkan, tidak ada yang boleh memilikinya, Rama harus jadi milikku." Tekadnya sambil tersenyum licik.
Mega tahu banyak latar belakang keluarga Rama, selain keluarga bangsawan di ranah minang Rama juga sekaligus pewaris tunggal kekayaan ibunya.
"Dasar tengik, ditelepon nggak diangkat, di chatt pun nggak di balas, awas kau Boy." Sambil mengumpati Boy orang kepercayaannya, akhirnya Rama pun berniat mengirimkan pesan lewat WA."Boy, beberapa waktu kedepan saya mau ke Jawa, jadi saya harap jangan buat saya kecewa, semuanya ku percayakan padamu. Semoga bisa diandalkan. Dan satu lagi jangan sampai ada yang tahu, paham?!"Boy yang masih meringkuk di balik selimut nya karena hawa dingin dataran tinggi kota Bukittinggi, berusaha menjulurkan tangannya menggapai HP di nakas. Suara panggilan berulang-ulang dari HP nya telah mengganggu tidurnya."Arghh, ganggu orang tidur aja siapa lah mengusik ketenangan orang pagi-pagi ni?"Hingga akhirnya dengan memaksakan untuk membuka matanya walau sebelah, Boy membaca satu persatu laporan panggilan dan semuanya dari Rama. Ditambah lagi beberapa pesan masuk lewat WA.Mata Boy yang tadinya terbuka sebelah dan yang sebelahnya lagi terpejam dalam hitungan detik saat ini
Usai makan siang Uztad Marzuki sengaja mengajak Rama sholat berjamaah di mesjid yang hanya berjarak seratus meter dari kediaman mereka.Rama berusaha mengikuti semua yang yang di perintahkan oleh Uztad pada dirinya, mulai dari sholat berjamaah dan jangan sekali-kali meninggalkan sholat wajib, walau dirinya yang sebenarnya adalah pecandu sekaligus pengedar, namun entah dorongan apa dan dia hanya menurut pada keluarga tersebut."Bang Rama.""Eh Azize, kamu ada apa?" Tiba-tiba Azize datang saat Rama baru saja mau menelepon seorang kurir yang katanya akan disuruh mengantar barang miliknya (Shabu)."Bang Rama lagi ngapain, Azize rencana mau mengajak Abang ke pesantren Abi sambil kenalan."Bukannya kamu udah kenal mereka, kok mau kenalan lagi?""Kenalan dari mana, orang saya kesini baru sekarang, kan sekalian ngenalin bang Rama juga, soalnya bentar lagi bang Rama bakal tinggal di sinikan?""Tinggal disini, emang siapa yang bilang?" Rama heran deng
Sekembalinya dari pesantren Al-Kautsar Blitar, Rama kembali menelepon boy di Padang."Bos, Mega ngamuk."Tanpa to the poin, saat panggilan tersambung tiba-tiba boy langsung melapor soal Mega."Emang dia ngapain?""Dia mencoba datang ke rumah tapi tidak berhasil masuk.""Lalu Bundo dimana?'"Itu dia bos, kebetulan Bundo lagi ke Batusangkar, sebelumnya beliau berpesan keseluruh penghuni rumah terutama para satpam agar tidak mengizinkan siapapun ke rumah kecuali anggota keluarga.""Lalu?" Rama dengan antusias menyimak laporan Boy."Mega datang ke kontrakan gue bos, dan membanting barang-barang gue."Hahaha.""Loh kok tertawa, apanya yang lucu bos?""Masalah sepele gitu aja nggak tertangani, trus kamu bilang apa sama Mega?""Dia ngotot nanyain bos, gue jawab aja nggak tahu, sudah sebulan ini kita nggak ada urusan dan udah punya job masing-masing, gua jawab aja gitu.""Good, emang lu bisa gue andalin, trus gima
Seminggu pun sudah berlalu, selama itu juga baik Azize dan Rama tidak pernah bertemu. Keduanya berada di tempat terpisah, Azize sibuk mengajari anak-anak mengaji dan belajar hapalan Al-Qur'an.Sementara di asrama lain Rama dengan merdunya melantunkan ayat suci. Uztadz Marzuki lega akhirnya dia berhasil membuat Rama berubah.Sebelumnya Rama sebenarnya sudah bisa membaca Alqur'an, akan tetapi dia sangat jarang membuka ayat suci tersebut, akhirnya dia pun sempat lupa, sungguh ironis memang, dengan mudah karena pengaruh teman-teman yang nggak jelas itu Rama pun melupakan semua tentang ilmu agama yang ia peroleh dari semenjak kecil.Minggu ketiga selama puasa Ramadan , hampir satu bulan mereka di Blitar dan menjalankan ibadah puasa Ramadan disana, semuanya berencana kembali ke Padang mengingat sebentar lagi adalah idul Fitri.Bundo Maryam sudah tidak sabar menunggu kepulangan mereka. Apalagi mendengar kabar dari Uztadz Marzuki kalau Rama sudah banyak per
Masih Di Tiga Tahun Yang Lalu.Cuaca sore itu masih terasa terik di kota Padang, Rama berserta keluarga Uztadz Marzuki baru saja tiba di kediaman Rama setelah sebelumnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat di bandara Ketaping Sumatera barat."Apa tidak mampir dulu pak Ustad?" Bundo Maryam yang telah menunggu kedatangan mereka dari pagi menawarkan Uztadz dan keluarganya untuk mampir setelah mengantar Rama dengan mobil jeputan mereka."Terimakasih Bundo Maryam, alangkah baiknya jika kami pulang kerumah dulu." Uztadz pun menolak secara halus."Baiklah Uztadz, saya juga nggak akan memaksa kalau begitu ,oh iya terimakasih banyak atas bimbingannya ya pak Uztadz.""Sama-sama bunda Maryam, tidak perlu begitu, anggap saja nak Rama sambil berlibur. Betulkan Rama.?" Sambil tersenyum ke arah Rama.Beberapa waktu kemudian, hampir satu bulan waktu itu berlalu. Azize dan Rama tidak pernah lagi bertemu, berbagai cara dilakukan Rama agar diri
Tok! Tok! Tok! "Masuk!" Boy pun masuk setelah mendapat perintah untuk masuk. "Ada apa kau kesini sebelum kupanggil?" Pertanyaan yang menekan dan jelas sekali kedatangannya tidak disambut. "Anu bos, aku tidak sengaja mendengar kalau pesantren yang pernah bos dan mendiang datangi dulu kalau pengurusnya adalah seorang uztadzah muda dan sangat cantik. Dan feeling aku jangan-jangan dia adalah wwwa..." Brraakk! Boy yang belum selesai melanjutkan perkataannya tiba-tiba harus membungkam mulutnya karena Rama sepertinya tidak senang dengan berita yang ia sampaikan. Boy tahu semenjak Azize meninggalkannya tiga tahun lalu semenjak itu juga Rama berubah. Perubahannya kali ini sangat diluar nalar. Walau dirinya sudah berhenti dari seluruh hal-hal yang berbaur barang haram dan perempuan, namun membuat Rama berubah menjadi seorang pria yang tempramen. Ditambah lagi semenjak meninggalnya sang Bundo dua tahun yang lalu. Waktu beg
Rama baru saja sampai, sebuah kota kecil yang penuh kenangan. Dia ingat tiga tahun lalu sering menghabiskan waktu bersama para wanitanya disini. Namun sekarang berbeda, para wanita itu tidak ada lagi yang berani muncul didepannya setelah Rama memutuskan meninggalkan mereka dan meminta agar jangan pernah menemuinya lagi.Banyak diantara mereka yang tidak terima dengan perlakuan Rama, terutama Mega. Mega sempat mendatangi kediaman keluarga Rama pada saat itu justru mendapat peringatan keras dari rumah tersebut. Jika dia terus bersikeras maka pihak Rama tidak segan-segan untuk menyeretnya ke jeruji.Hingga suatu hari Mega datang menemui Azize dirumahnya. Mega sempat mengancam gadis itu apabila dirinya tidak bisa mendapatkan Rama maka dia akan bunuh diri atau Azize juga tidak bisa memilikinya.Azize tersenyum, namun dihatinya tidak rela jika Rama menikahi Mega. Azize ikhlas walau berat kemudian memutuskan untuk meninggalkan tanah air dan mengikuti program pertukaran
"Jadi selama ini bang Rama belum jadi menikah Abi?" Tanya Azize dengan sembraut sumringah setibanya di rumah mereka. "Hei, sepertinya kamu senang mendengar Rama tidak jadi menikah hah?" Goda Umi Marwa. "Azize jadi teringat waktu Mega datang ke sini Umi, dia mengancam kita semua kalau akan menghancurkan keluarga kita. Bang Rama pasti membenci keluarga kita sekarang dengan sikap yang kita tunjukkan untuknya." "Yaa mau gimana lagi, kamu juga waktu itu udah keburu berangkat, coba aja nggak jadi ke Mesir mungkin kalian sekarang sudah menikah. Lagian belum tentu Rama bersedia menikah dengan Rama." Keluarga itu sempat terdiam sesaat dengan penuturan dan penyesalan yang diungkapkan gadis itu. Namun semua sudah terjadi dan tidak akan bisa dirubah lagi. "Biarlah semua berjalan semestinya, Allah pasti punya rencana yang lebih indah untuk nak Rama, begitu juga denganmu nak, jodoh tidak akan kemana." Sambung Uztadz berikutnya. "Aamiin." Obr
"Jadi selama ini bang Rama belum jadi menikah Abi?" Tanya Azize dengan sembraut sumringah setibanya di rumah mereka. "Hei, sepertinya kamu senang mendengar Rama tidak jadi menikah hah?" Goda Umi Marwa. "Azize jadi teringat waktu Mega datang ke sini Umi, dia mengancam kita semua kalau akan menghancurkan keluarga kita. Bang Rama pasti membenci keluarga kita sekarang dengan sikap yang kita tunjukkan untuknya." "Yaa mau gimana lagi, kamu juga waktu itu udah keburu berangkat, coba aja nggak jadi ke Mesir mungkin kalian sekarang sudah menikah. Lagian belum tentu Rama bersedia menikah dengan Rama." Keluarga itu sempat terdiam sesaat dengan penuturan dan penyesalan yang diungkapkan gadis itu. Namun semua sudah terjadi dan tidak akan bisa dirubah lagi. "Biarlah semua berjalan semestinya, Allah pasti punya rencana yang lebih indah untuk nak Rama, begitu juga denganmu nak, jodoh tidak akan kemana." Sambung Uztadz berikutnya. "Aamiin." Obr
Rama baru saja sampai, sebuah kota kecil yang penuh kenangan. Dia ingat tiga tahun lalu sering menghabiskan waktu bersama para wanitanya disini. Namun sekarang berbeda, para wanita itu tidak ada lagi yang berani muncul didepannya setelah Rama memutuskan meninggalkan mereka dan meminta agar jangan pernah menemuinya lagi.Banyak diantara mereka yang tidak terima dengan perlakuan Rama, terutama Mega. Mega sempat mendatangi kediaman keluarga Rama pada saat itu justru mendapat peringatan keras dari rumah tersebut. Jika dia terus bersikeras maka pihak Rama tidak segan-segan untuk menyeretnya ke jeruji.Hingga suatu hari Mega datang menemui Azize dirumahnya. Mega sempat mengancam gadis itu apabila dirinya tidak bisa mendapatkan Rama maka dia akan bunuh diri atau Azize juga tidak bisa memilikinya.Azize tersenyum, namun dihatinya tidak rela jika Rama menikahi Mega. Azize ikhlas walau berat kemudian memutuskan untuk meninggalkan tanah air dan mengikuti program pertukaran
Tok! Tok! Tok! "Masuk!" Boy pun masuk setelah mendapat perintah untuk masuk. "Ada apa kau kesini sebelum kupanggil?" Pertanyaan yang menekan dan jelas sekali kedatangannya tidak disambut. "Anu bos, aku tidak sengaja mendengar kalau pesantren yang pernah bos dan mendiang datangi dulu kalau pengurusnya adalah seorang uztadzah muda dan sangat cantik. Dan feeling aku jangan-jangan dia adalah wwwa..." Brraakk! Boy yang belum selesai melanjutkan perkataannya tiba-tiba harus membungkam mulutnya karena Rama sepertinya tidak senang dengan berita yang ia sampaikan. Boy tahu semenjak Azize meninggalkannya tiga tahun lalu semenjak itu juga Rama berubah. Perubahannya kali ini sangat diluar nalar. Walau dirinya sudah berhenti dari seluruh hal-hal yang berbaur barang haram dan perempuan, namun membuat Rama berubah menjadi seorang pria yang tempramen. Ditambah lagi semenjak meninggalnya sang Bundo dua tahun yang lalu. Waktu beg
Masih Di Tiga Tahun Yang Lalu.Cuaca sore itu masih terasa terik di kota Padang, Rama berserta keluarga Uztadz Marzuki baru saja tiba di kediaman Rama setelah sebelumnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat di bandara Ketaping Sumatera barat."Apa tidak mampir dulu pak Ustad?" Bundo Maryam yang telah menunggu kedatangan mereka dari pagi menawarkan Uztadz dan keluarganya untuk mampir setelah mengantar Rama dengan mobil jeputan mereka."Terimakasih Bundo Maryam, alangkah baiknya jika kami pulang kerumah dulu." Uztadz pun menolak secara halus."Baiklah Uztadz, saya juga nggak akan memaksa kalau begitu ,oh iya terimakasih banyak atas bimbingannya ya pak Uztadz.""Sama-sama bunda Maryam, tidak perlu begitu, anggap saja nak Rama sambil berlibur. Betulkan Rama.?" Sambil tersenyum ke arah Rama.Beberapa waktu kemudian, hampir satu bulan waktu itu berlalu. Azize dan Rama tidak pernah lagi bertemu, berbagai cara dilakukan Rama agar diri
Seminggu pun sudah berlalu, selama itu juga baik Azize dan Rama tidak pernah bertemu. Keduanya berada di tempat terpisah, Azize sibuk mengajari anak-anak mengaji dan belajar hapalan Al-Qur'an.Sementara di asrama lain Rama dengan merdunya melantunkan ayat suci. Uztadz Marzuki lega akhirnya dia berhasil membuat Rama berubah.Sebelumnya Rama sebenarnya sudah bisa membaca Alqur'an, akan tetapi dia sangat jarang membuka ayat suci tersebut, akhirnya dia pun sempat lupa, sungguh ironis memang, dengan mudah karena pengaruh teman-teman yang nggak jelas itu Rama pun melupakan semua tentang ilmu agama yang ia peroleh dari semenjak kecil.Minggu ketiga selama puasa Ramadan , hampir satu bulan mereka di Blitar dan menjalankan ibadah puasa Ramadan disana, semuanya berencana kembali ke Padang mengingat sebentar lagi adalah idul Fitri.Bundo Maryam sudah tidak sabar menunggu kepulangan mereka. Apalagi mendengar kabar dari Uztadz Marzuki kalau Rama sudah banyak per
Sekembalinya dari pesantren Al-Kautsar Blitar, Rama kembali menelepon boy di Padang."Bos, Mega ngamuk."Tanpa to the poin, saat panggilan tersambung tiba-tiba boy langsung melapor soal Mega."Emang dia ngapain?""Dia mencoba datang ke rumah tapi tidak berhasil masuk.""Lalu Bundo dimana?'"Itu dia bos, kebetulan Bundo lagi ke Batusangkar, sebelumnya beliau berpesan keseluruh penghuni rumah terutama para satpam agar tidak mengizinkan siapapun ke rumah kecuali anggota keluarga.""Lalu?" Rama dengan antusias menyimak laporan Boy."Mega datang ke kontrakan gue bos, dan membanting barang-barang gue."Hahaha.""Loh kok tertawa, apanya yang lucu bos?""Masalah sepele gitu aja nggak tertangani, trus kamu bilang apa sama Mega?""Dia ngotot nanyain bos, gue jawab aja nggak tahu, sudah sebulan ini kita nggak ada urusan dan udah punya job masing-masing, gua jawab aja gitu.""Good, emang lu bisa gue andalin, trus gima
Usai makan siang Uztad Marzuki sengaja mengajak Rama sholat berjamaah di mesjid yang hanya berjarak seratus meter dari kediaman mereka.Rama berusaha mengikuti semua yang yang di perintahkan oleh Uztad pada dirinya, mulai dari sholat berjamaah dan jangan sekali-kali meninggalkan sholat wajib, walau dirinya yang sebenarnya adalah pecandu sekaligus pengedar, namun entah dorongan apa dan dia hanya menurut pada keluarga tersebut."Bang Rama.""Eh Azize, kamu ada apa?" Tiba-tiba Azize datang saat Rama baru saja mau menelepon seorang kurir yang katanya akan disuruh mengantar barang miliknya (Shabu)."Bang Rama lagi ngapain, Azize rencana mau mengajak Abang ke pesantren Abi sambil kenalan."Bukannya kamu udah kenal mereka, kok mau kenalan lagi?""Kenalan dari mana, orang saya kesini baru sekarang, kan sekalian ngenalin bang Rama juga, soalnya bentar lagi bang Rama bakal tinggal di sinikan?""Tinggal disini, emang siapa yang bilang?" Rama heran deng
"Dasar tengik, ditelepon nggak diangkat, di chatt pun nggak di balas, awas kau Boy." Sambil mengumpati Boy orang kepercayaannya, akhirnya Rama pun berniat mengirimkan pesan lewat WA."Boy, beberapa waktu kedepan saya mau ke Jawa, jadi saya harap jangan buat saya kecewa, semuanya ku percayakan padamu. Semoga bisa diandalkan. Dan satu lagi jangan sampai ada yang tahu, paham?!"Boy yang masih meringkuk di balik selimut nya karena hawa dingin dataran tinggi kota Bukittinggi, berusaha menjulurkan tangannya menggapai HP di nakas. Suara panggilan berulang-ulang dari HP nya telah mengganggu tidurnya."Arghh, ganggu orang tidur aja siapa lah mengusik ketenangan orang pagi-pagi ni?"Hingga akhirnya dengan memaksakan untuk membuka matanya walau sebelah, Boy membaca satu persatu laporan panggilan dan semuanya dari Rama. Ditambah lagi beberapa pesan masuk lewat WA.Mata Boy yang tadinya terbuka sebelah dan yang sebelahnya lagi terpejam dalam hitungan detik saat ini
Rama sedang bermain dengan fantasinya saat ini setelah menghisap serbuk kesayangan yang menjadi candunya selama bertahun-tahun, entah mulai kapan dia menggunakan barang haram itu.Setelah beberapa jam yang lalu Keanggunan Azize berkelana di benaknya membuat Rama tak bisa tidur.Gadis itu berhasil mengacaukan pikirannya, walau sebelumnya Rama sempat tertarik dengan pertemuan mereka dipanti tiga hari yang lalu, tapi dia sudah melupakannya, namun kemudian sang Bundo pun kembali mempertemukan nya dengan gadis berhijab itu.Alhasil membuat Rama tak tenang, hingga kegelisahannya mencapai puncak, ingin rasanya ia lepaskan hasrat nya bersama Mega kekasih yang ia kencani saat ini, tapi ada sisi lain di dirinya untuk menolak perempuan itu.Azize dengan anggunnya menggunakan gaun panjang dan sorban putih berhiaskan mutiara ditiap pinggir sorban begitu juga dengan gaun yang ia kenakan tengah berada di atas kuda putih (Pegasus, nama kuda dalam