“Salam, Bibi Suying. Hamba Wang Hao, putra Selir Su. Bagaimana kabar Anda?”
Suying mengeratkan rahangnya menahan diri untuk tidak berteriak kaget. Kedua lututnya mendadak kehilangan kekuatan menopang beban tubuhnya.
‘Siapa dia bilang? Selir Su? Bagaimana mungkin?’ sanggah Suying dalam hati. ‘Tidak, tidak mungkin. Dia hanya orang asing yang kebetulan mengetahui tentang kematian Ye Rong. Aku harus mengendalikan diriku,’ imbuhnya menguatkan diri.
“Apa Anda baik-baik saja, Bibi Suying?”
“Lancang!” bentak Suying dengan suara sedikit bergetar. “Kau pikir siapa kau, berani masuk kemari dan berbibi padaku, hah?!”
“Pengawal! Bawa pria ini keluar!” teriak Suying ke arah pintu kediamannya.
Zihao terkekeh melihat tingkah gugup Suying. “Tidak perlu repot-repot memanggil pengawal untukku, Bi. Aku akan tinggal cukup lama di sini, akan banyak waktu dan kesempatan kita untuk bertemu.”
Zihao berniat menyudahi salam pembukanya dan pergi, tapi nal
“Hanya saja?” sambung Wang Yang penasaran.“Ibu Suri menahan orang tua kami, Yang Mulia!” tukas Zhaolin cepat. “Ampun, Yang mulia. Hamba tidak bermaksud mengadu, tapi itu yang terjadi sebenarnya.”“Maksudmu, selama ini Suying menahan orang tua kalian, menggunakannya untuk mengancam kalian? Begitu, Paman?” Nada bicara Wang Yang mulai serius.Zhaolin mengangguk.“Sudah berapa lama? Kenapa kau tidak pernah mengadu pada mendiang ayahanda? Bukankah kau kasim kepercayaannya?!” desak Wang Yang tidak sabar.“Ampuni hamba, Yang Mulia. Itu sudah lama terjadi, sekitar dua puluh tahun lalu.” Zhaolin terus tertunduk, tidak berani menatap mata bulat yang bersiap menelannya hidup-hidup.“Dan kau berencana terus diam dan menjadi kaki tangan kejatahan Lan Suying, Paman?!”Wang Yang bangkit dari ranjang dan menendang meja kecil di dekat kakinya hingga air dalam baskom p
Zihao tidak benar-benar pergi seperti dugaan Han Xiu. Pria itu hanya menjauh dan bersembunyi mengamati interaksi antara Han Xiu dan Zening. Dalam sekali pandang, Zihao dapat menyimpulkan bahwa pernah ada hubungan dekat antara Zening dan pria dengan ekspresi kaku itu. “Ada apa rupanya dengan pria yang sedang jatuh cinta?” tanya Zihao dari ambang pintu. Zening berbalik dan mengernyit melihat Zihao sudah berjalan masuk tanpa menunggu izin darinya. Secepat kilat, Xu Jin menghadang jalan pria bertopeng itu. “Maaf, Tuan. Anda tidak diperbolehkan masuk tanpa izin. Ini adalah kediaman calon istri raja!” tegas Xu Jin. “Wohoho … sudah hebat rupanya kau sekarang, Ning-Ning.” Zihao menelengkan kepalanya ke kiri melewati lengan Xu Jin agar dapat menatap Zening. “Jangan panggil aku dengan sebutan itu!” hardik Zening kesal. “Seingatku, kau begitu senang saat aku memanggilmu dengan sebutan itu pertama kali.” Zening tahu betul, Zihao sedang men
Kantor Pengadilan IstanaBeberapa orang sudah berkumpul di ruang interogasi sesuai dengan instruksi Deyun pada kepala penjara. Mereka sedang menunggu giliran untuk mengakui kesalahan dan mendapatkan pengampunan raja.Ketika Lan Luotian—Hakim Agung—melewati ruang interogasi hendak menuju ruang kerjanya, pria berwajah sinis dengan bekas luka di atas alis kanan itu mengernyit heran melihat kondisi ruang interogasi yang penuh oleh tahanan istana.“Ada apa ini?”Salah seorang penjaga mendekat dan menjelaskan keadaannya dengan berbisik.“APA?! Mengakui kesalahan di depan raja? Siapa yang memerintahkan hal konyol seperti ini tanpa persetujuanku?!” ujar Luotian berang.“Saya yang perintahkan!” sahut Deyun lantang dari belakang punggung Luotian.Luotian berbalik dengan murka. “Lancang sekali kau, Jenderal! Kalau aku laporkan ini pada Ibu Suri, kau akan kehilangan lehermu!”Deyu
Sekejap mata, tubuh Mu Lan sudah meninggalkan tanah kering, berpindah ke dalam pelukan Weqing.“Dengan begini, Anda tidak perlu khawatir basah, Putri,” cengir Weqing penuh binar.Tubuh Mu Lan membeku. Dengan tangan penuh lampion, Mu Lan hanya bisa diam manakala Weqing membawanya masuk lebih jauh ke badan sungai.Pluk.Mu Lan melempar dua lampion di tangannya, bahkan satu di antaranya terguling dan mati terendam air.“Astaga! Kau melemparnya?!” pekik Weqing kaget.“Apa kau baru saja membentakku?!” balas Mu Lan tak kalah kaget.Lan Weqing mengerjap panik. “M-maafkan s-saya, Putri.”Mu Lan mukul dada Weqing berulang-ulang. “Turunkan aku! Cepat!”“T-tapi Anda akan kebasahan.”Mu Lan terus berontak dalam pelukan Weqing, membuat pria itu kewalahan dan kakinya limbung.Byurr!Seluruh pasang mata yang ada di bantaran sungai tertuju pada
“Kenapa kalian masih berdiri di situ?” tanya Wang Yoo membuat dua orang penting di kantor pengadilan itu berjingkat kaget. “Eh, ya, ya. Kami datang, Pangeran.” Luotian menyeret Yan Bao mengikutinya tanpa mempedulikan detak jantungnya yang semakin kencang. “Bu, lihat, siapa yang datang berkunjung bersamaku!” seru Wang Yoo bersemangat begitu pengawal meninggalkan mereka. Suying yang sedang duduk termenung sambil memainkan cawan araknya, mengangkat wajah dengan malas. “Yoo’er, ada apa malam-malam begini mengganggu waktu istirahatku?” Masih penuh semangat, Wang Yoo duduk di sisi ibunya dan mengisi cawan arak yang kosong. “Aku bertemu mereka di depan kediamanmu dan mengajak mereka masuk bersama karena ingin mendengarkan laporan mereka tentang huru-hara yang aku dengar.” Dengan tenang, Wang Yoo menyeruput arak sambil matanya terpejam menikmati manis dan pahit yang mengalir ke dalam tenggorokannya. Suying mengerjapkan mata, be
Kediaman Putri, Paviliun MouerDua orang tabib istana baru saja meninggalkan Paviliun Mouer usai memeriksa Wang Mu Lan atas permintaan Lan Xiang. Dayang muda yang menghabiskan masa remajanya melayani satu-satunya putri kerajaan Yongjin itu berlutut di samping ranjang Mu Lan dengan raut cemas.“Putri, apa yang sebenarnya terjadi di tepi sungai tadi? Kenapa Anda belum bangun juga?” gumam Lan Xiang lirih.Dua tabib tadi hanya berpesan padanya untuk memberikan ramuan dan menjaga putri, tanpa memberitahu kapan putri akan siuman, membuat Lan Xiang gusar.“Apa aku perlu memberitahu Pangeran Wang Yoo? Atau aku tunggu saja sampai Putri Mu Lan siuman?”“Kenapa kau begitu cerewet, Lan Xiang?”Buru-buru Lan Xiang mengangkat wajahnya, dilihatnya Mu Lan sedang menatap lemah ke arahnya.“Oh, syukurlah. Anda sudah siuman, Yang Mulia. Anda pingsan lama sekali. Hamba sudah memanggil tabib dan meminumkan ramuan
“Pengawal! Tangkap semua pejabat yang kepalanya tertunduk!” titah Wang Yang sekali lagi, kali ini dengan senyum tersungging di akhir kalimat. Medengar titah raja berikutnya, tahulah para pejabat itu bahwa Wang Yang sedang memainkan jebakan. Mereka yang lengannya dicekal kuat pengawal di sampingnya, mengembuskan napas erat karena begitu mudah masuk dalam siasat penangkapan Wang Yang. “Selidiki mereka yang tertangkap hari ini. Aku yakin, mereka saling terkait,” bisik Wang Yang ke sisi kirinya. “Baik, Yang Mulia. Anda memang hebat. Saya tidak pernah terpikir untuk menggunakan siasat ini untuk menangkap penjahat di antara pejabat istana,” aku Deyun tulus. “Ucapkan terima kasih pada Zening.” Wang Yang bangkit dari singgasananya dan menepuk bahu Deyun sebelum berlalu sambil berkata, “Berdiskusilah dengan Biro Astronomi. Katakan pada mereka untuk mencari tanggal yang tepat menggelar pernikahanku.” “Tapi, Yang Mulia—.” “Aku tahu, ini b
“Dayang Song?” balas Ye Rong ragu.Sebuah bayangan menjelma menjadi wujud seorang wanita yang dikenali Ye Rong begitu bayangan itu mendekati lilin.“Lama tidak berjumpa, Nyonya Ye.”Mata Ye Rong berbinar. “Dayang Song, lama tidak berjumpa.”Song Bin tersenyum ramah. “Silakan duduk, Nyonya. Kita langsung saja pada intinya.”Ye Rong mengangguk setuju.“Beberapa waktu lalu, kalau saya tidak melihat sendiri, saya tidak akan percaya saat mendengar kabar bahwa Selir Su telah kembali ke istana bersama Pangeran Wang Hao.” Song Bin menyerahkan batang bambu kecil berisi surat.“Ini surat terakhir mendiang Jenderal Li dua hari sebelum dia meninggal. Sepertinya, dia sudah memperkirakan bahwa hari ini akan datang.”Ye Rong menerima dan membuka penutup bambu. Dikeluarkannya gulungan kertas kecil dan membukanya.“Ya, saya akan lakukan semampu saya untuk mewuj