Setelah selesai bergelut, pipi Widia langsung memerah. Dia kemudian berkata dengan malu, "Dasar pria jahat. Kenapa kamu nggak bisa sedikit lebih lembut? Saking kasarnya, kamu sampai merobek pakaian dalamku.""Hehe. Seingatku, barusan kamu nggak bilang begitu.""Apa-apaan!"Memikirkan kejadian barusan, Widia bertambah malu dan wajahnya juga memanas."Ya sudah. Kebetulan aku punya waktu, bagaimana kalau aku bawa kamu pergi beli yang baru?""Siapa yang mau pergi beli bersamamu?" ucap Widia dengan kesal. Wajahnya bertambah merah. Mana mungkin dia mengajak Tobi pergi memilih pakaian dalam? Bukankah itu akan membuatnya canggung?"Kamu yakin nggak mau pakai lagi? Benar juga. Dengan begitu, nanti kita bisa melakukannya lebih cepat, 'kan?""Sembarangan!"Widia malu sekali. Tobi makin lama makin berani.Namun, entah kenapa, Widia malah menikmatinya.Jarang-jarang mereka bisa menghabiskan waktu berduaan. Widia juga tidak terburu-buru untuk kembali ke Kota Tawuna.Waktu berlalu dengan cepat. Malam
Pada akhirnya, Bu Devi pun menceritakan segalanya kepada Yesa. Kejadiannya memang seperti itu.Apalagi, Devi adalah polisi yang bermartabat dan juga terlihat jujur. Tentu saja, perkataannya bisa dipercaya.Yang paling penting lagi, Yesa segera meminta ayah mertuanya, Muhar, mencari teman di Jatra untuk menanyakan informasi mengenai masalah itu.Mereka baru tahu kalau Dewa Perang Harita memang telah mengeluarkan peringatan untuk Keluarga Yudistira. Apa pun yang terjadi, Keluarga Yudistira tidak boleh mengambil tindakan terhadap Tobi dan melepaskan nyawanya kali ini.Lantas, kenapa ada begitu banyak tokoh besar datang mengunjungi kediaman Lianto mereka waktu itu? Bahkan, mereka juga membawa begitu banyak hadiah. Itu semua karena mereka salah mengenali Raja Naga. Mereka semua telah ditipu oleh Tobi, sama seperti dirinya.Mereka mengira Tobi adalah Raja Naga.Terlebih lagi, tidak ada yang tahu seperti apa rupa Raja Naga dari Sekte Naga.Dengan kata lain, Tobi hanyalah pria yang tidak bergu
Tobi sama sekali tidak mengetahui hal ini. Begitu mendengar Widia mengatakan mungkin terjadi sesuatu kepada ibunya, dia pun mengikutinya kembali ke kediaman Lianto.Tak lama kemudian, mereka pun sampai di depan kompleks. Sebenarnya, Widia sangat gugup.Meski Tobi dan dirinya sudah berbaikan, mereka masih belum memberi tahu hal itu kepada yang lainnya.Tobi juga tidak pernah mengatakan dirinya mau kembali ke kediaman Lianto. Namun, siapa sangka, di saat ini, Tobi langsung mengemudikan mobilnya memasuki kompleks, bahkan memarkirnya di depan kediaman Lianto.Adegan ini benar-benar menyentuh hati Widia.Andai dirinya adalah Tobi, apalagi setelah menghadapi begitu banyak kejadian, dia tidak mungkin bisa bermurah hati seperti pria itu. Widia meremas tangan Tobi dan berkata dengan lembut, "Tobi, terima kasih!"Tobi hanya tersenyum. Keluarga Lianto memang membuatnya tidak nyaman, tetapi yang dia sukai itu Widia, bukan Keluarga Lianto.Widia terus menggandeng tangan Tobi. Melihat kakeknya dan y
"Benar saja. Tobi, akhirnya kamu mengakui perbuatanmu."Yesa langsung menyindirnya, "Keluarga Lianto kami paling benci pembohong sepertimu. Menurutmu, apa yang harus kami lakukan?""Kalian mau mengusirku aku lagi?" tanya Tobi dengan nada menghina."Bukankah seharusnya begitu? Kalau nggak mengusir pembohong sepertimu, apa kami masih harus membiarkanmu tinggal di sini dan menipu seluruh aset Keluarga Lianto? Jangan kira kami nggak tahu apa yang kamu pikirkan. Bukankah kamu tinggal di kediaman Lianto hanya demi properti keluarga kami?" ucap Yesa sambil mendengus dingin."Bu, kamu sudah salah paham!"Widia yang berada di samping terlihat panik dan berkata dengan lantang, "Tobi punya aset yang nggak terhitung jumlahnya, buat apa dia peduli dengan properti Keluarga Lianto? Dia baru saja memberikan sebuah hotel bernilai triliunan kepada Candra!""Haha. Nggak masuk akal sekali!""Widia, kamu terlalu naif. Dia bisa sembarangan memberikan hotel senilai triliunan? Kamu kira kami akan percaya?""K
Selesai berbicara, Tobi menoleh dan memandang Widia. Dia diam-diam menghela napas. "Widia, maaf, aku pergi dulu!"Begitu meninggalkan kata-kata itu, dia pun melangkah keluar.Tempat ini bukanlah tempat yang layak dia tinggali."Tobi!"Widia merasa cemas. Dia barusan telah berusaha menghentikan mereka, tetapi sudah terlambat. Dia langsung memarahi keluarganya, "Kalian benar-benar gila. Entah apa yang sebenarnya kalian inginkan."Selesai berbicara, dia langsung pergi mengejar Tobi.Namun, ibunya langsung maju ke depan, lalu meraih tangan putrinya sambil membentaknya, "Kamu mau ke mana? Setelah punya pacar, kamu nggak menginginkan keluargamu lagi? Widia, kalau kamu berani keluar dari rumah hari ini, aku pasti akan mati di hadapanmu.""Terserah kamu saja!"Widia sudah tidak peduli lagi. Dia bersikeras menepis tangan ibunya dan bersiap untuk mengejar Tobi.Dia merasa keluarganya sangat keterlaluan. Apalagi, ini sudah bukan pertama kalinya."Oke. Kamu ingin aku mati, 'kan? Kalau begitu, aku
Yesa merasa Tobi benar-benar tidak tahu malu. Padahal pria itu baru saja pergi belum lama, tetapi dia sudah mengatur kepala Keluarga Yudistira yang palsu ke sini. Mungkin kepala keluarga palsu ini juga datang untuk mencari Tobi.Kenapa dia tidak langsung mengatakan Tobi adalah putra dari Keluarga Yudistira saja?Kali ini, Kakek Muhar dan Yesa malah memiliki pemikiran yang sama.Tuan Besar Ezra tersenyum pahit. Tak disangka, mereka akan meragukan identitasnya. Dia pun berkata tak berdaya, "Aku rasa kalian sepertinya salah paham. Aku memang ....""Sudahlah!""Kamu sudah terbongkar. Buat apa berpura-pura lagi?"Yesa langsung tersenyum sinis, "Kalau nggak ada hal lain, silakan keluar dari sini. Kalau bukan karena memandang usiamu sudah tua, aku pasti sudah mengusirmu dengan sapu."Ekspresi wajah Tuan Besar Ezra langsung berubah. Dia hampir tidak sanggup menahan emosinya. Bayangkan, dirinya, Ezra, telah menjadi pemimpin Jatra selama bertahun-tahun, apalagi setiap orang yang bertemu denganny
Sikap seperti itu benar-benar membuat orang-orang di samping Tuan Besar Ezra tidak tahan lagi. Khususnya, Basyir, yang selalu mengikuti Tuan Besar Ezra. Dia tampak emosi.Meski tuannya marah, dia juga tidak peduli lagi. Dia melepaskan momentum yang menakjubkan dan berkata dengan marah, "Kalian lancang sekali. Apa kalian nggak tahu seberapa tinggi status Tuan Besar kami? Bisa-bisanya kalian menghinanya seperti ini!"Yesa dan yang lainnya mendadak merasakan tekanan yang mengerikan. Tubuh mereka bahkan gemetar. Namun, Yesa segera menyadari bahwa ini hanya karena pihak lain merasa emosi.Huh! Begitu wajah asli mereka terbongkar, mereka menggunakan metode seperti ini agar bisa kembali mendapatkan kepercayaan. Yesa sangat paham dengan taktik kecil seperti ini.Jadi, Yesa langsung berkata dengan marah, "Buat apa berpura-pura di sini? Bukankah hanya sekelompok penipu? Kalian kira kami nggak berani bertindak? Percayalah, aku akan segera lapor polisi dan memenjarakanmu.""Benar. Keluarga Lianto
"Apa yang bisa membuatnya takut? Kita bahkan pernah mengutus orang. Seni bela dirinya terlalu tinggi, kita nggak akan bisa mengalahkannya," ucap Kakek Muhar sambil menggelengkan kepalanya."Itu karena kita nggak menemukan orang yang tepat. Kebetulan aku baru dapat kabar dari seorang teman. Dia bilang ada sebuah organisasi pembunuh yang sangat hebat," kata Yesa."Pembunuh?"Ekspresi Kakek Muhar berubah. Dia mengamati sekelilingnya dan berbisik, "Bagaimana kalau dia terbunuh nantinya?""Nggak usah pedulikan hal itu. Lagian, ini salahnya sendiri," ujar Yesa dengan kejam."Baiklah, tapi usahakan jangan membunuhnya. Omong-omong, organisasi apa yang kamu cari?""Sekte Setan. Hanya saja, aku juga nggak begitu tahu detailnya. Aku hanya tahu pemimpin mereka, Raja Setan, sangatlah kuat. Asal beri mereka uang, nggak ada orang yang nggak bisa mereka bunuh.""Ya sudah. Kuserahkan masalah ini kepadamu," ucap Kakek Muhar."Baik. Aku akan menelepon sekarang. Dengan 20 miliar, aku jamin dia nggak akan