Mendengar itu, Tobi sengaja menghindari pertanyaan terakhir itu dan menjawab, "Mana mungkin ada darah di sini? Kamu pasti salah lihat."Setelah itu, dia pun kembali menambahkan, "Ya sudah, aku akan sampai di rumah setengah jam lagi. Sesampainya di rumah nanti, aku akan memberitahumu pelan-pelan!""Nggak perlu buru-buru!""Jangan pulang ke rumah dulu, datanglah ke perusahaan dan temani aku menemui klien malam ini." Karena janjinya di malam hari, Widia tentu ingin Tobi menemaninya. Dengan begitu, dia akan merasa lebih aman.Namun, Tobi telah terluka parah dan tubuhnya penuh dengan lumuran darah. Dia tidak mungkin bertemu Widia dengan kondisi menakutkan seperti ini. Dia pun berkata, "Ada masalah apa? Apa aku harus ikut?""Kamu nggak mau?"Widia tercengang. Padahal, kata-katanya semalam begitu manis, tetapi hari ini dia langsung berubah, bahkan tidak mau menemaninya menemui klien.Apa dia tidak mengkhawatirkan keselamatan Widia saat keluar menemui klien di malam hari?Biasanya, setelah seo
Dasar bajingan!Tobi, kamu bajingan!Namun, saat Jessi mengangkat teleponnya barusan dan mengatakan Tobi sedang tidur, dia tidak mendengar suara aneh lainnya lagi. Jangan-jangan dia terlalu banyak berpikir?Di saat itu, tiba-tiba ponselnya mendapat notifikasi pesan. Tobi mengiriminya pesan dan mengatakan dia akan segera ke perusahaan untuk menemaninya.Barulah suasana hati Widia agak membaik. Dia akan menanyakan hal ini kepadanya nanti. Lagi pula, Jessi telah menikah dengan putra dari keluarga terpandang.Mana mungkin Tobi berani menyentuhnya? Bagaimana kalau Sekte Suganda mengetahui hal itu? Bukankah dia akan celaka?Tak lama kemudian, Jessi pun sampai di rumahnya. Meski hatinya masih khawatir dengan Kak Tobi, setidaknya dia masih sangat senang lantaran bisa kembali ke rumahnya sendiri.Namun, begitu sampai di rumah, dia langsung disambut dengan tatapan dingin ayahnya.Dari kecil hingga dewasa, ayahnya sangat menyayanginya.Kali ini, dia begitu marah dan berkata, "Jessi, kamu masih be
"Apa!"Begitu mendengar kabar itu, Damar dan istrinya langsung tersentak. Mereka tidak bisa memercayai apa yang telah ditangkap oleh telinga mereka.Berita itu terlalu menakutkan dan juga tidak masuk akal.Kemudian, Jessi buru-buru menceritakan semuanya, tetapi dia tidak membeberkan kekuatan Tobi. Bagaimanapun juga, Kak Tobi sudah bilang, dia tidak ingin orang lain mengetahui identitasnya.Hanya dari cerita putrinya saja, kekuatan Tobi sudah terdengar begitu menakutkan. Namun, Damar sudah pernah melihatnya sendiri, karena dia ikut bersama Tobi saat menghadapi Guru Besar Keluarga Hutama sebelumnya.Hanya saja, dia tak menyangka akan sehebat itu."Kamu yakin semua itu benar?"Setelah mendengar penjelasannya, Damar merasa itu semua bagaikan sebuah fantasi. Namun, putrinya tidak mungkin membohonginya. Tak disangka, hanya dalam waktu sesingkat itu, telah terjadi begitu banyak hal."Selain itu, Kak Tobi bisa ke sana juga demi menyelamatkanku."Jessi memutuskan untuk menceritakan kejadian yan
"Nggak masalah. Asalkan bisa mengikuti Kak Tobi, aku nggak perlu status apa pun."Lantaran Jessi sudah mengatakan seperti itu, mereka hanya bisa memberinya kebebasan. Namun, setelah Energi Sembilan Bulan terserap habis, benarkah tidak akan menimbulkan bahaya?Damar mendadak teringat dengan kejadian di masa lalu. Menurut perkataan Raja Naga tua, berkat putrinya, barulah dia bisa memasuki Sekte Naga dan menerima ajaran seni bela diri.Mungkinkah Raja Naga tua menyelamatkan putrinya saat itu karena ingin muridnya memperoleh Energi Sembilan Bulan?Benar, benar!Pasti begitu.Setelah memahami segalanya, kebenaran mulai menjadi jelas.Jika demikian, itu juga bukanlah hal buruk bagi Keluarga Yusnuwa, apalagi putrinya begitu menyukai Raja Naga. Namun, dia masih mengkhawatirkan sesuatu. Setelah energi milik putrinya terserap, apa dia akan baik-baik saja?Ya sudahlah! Biarlah berjalan sebagaimana mestinya.Setelah kejadian ini, Damar telah memutuskan untuk tidak memaksakan kehendaknya kepada put
"Lihat perkataanmu itu? Kenapa bilang begitu? Kamu tentu saja istri tersayangku," ucap Tobi dengan penuh perhatian.Wajah Widia memerah dan langsung memarahinya, "Menjijikkan sekali!"Namun, kenyataannya, hatinya senang sekali. Senyum bahagia juga tanpa sadar muncul di wajahnya.Hanya saja, dia masih belum lupa dengan kejadian barusan. Dia kembali memasang wajah jutek dan berkata, "Huh! Jangan kira dengan begitu, aku nggak akan menanyakan kejadian barusan.""Baiklah, tanyakan saja, aku janji akan menceritakan semuanya kepadamu dengan jujur.""Kalau begitu, siapa wanita yang menyetir mobilmu itu?" tanya Widia.Mendengar pertanyaan itu, Tobi menebak Widia mungkin sudah tahu itu Jessi. Dia pun segera menjawab, "Kamu kenal dia, kok. Dia Jessi, putrinya Keluarga Yusnuwa.""Memang dia rupanya!"Walau hatinya tidak senang, tetapi menyadari Tobi tidak membohonginya dan berterus terang kepadanya, dia merasa jauh lebih baik. Dia kemudian bertanya lagi, "Kenapa kamu bisa bersamanya?""Ceritanya p
Begitu kata-kata itu dilontarkan, akhirnya Widia paham bagian mana yang aneh. Dia juga merasa ada yang janggal. Itu sebabnya, dia ingin Tobi menemaninya.Baik dilihat dari jabatan ataupun saham Grup Maharta, Tobi-lah orang yang paling berkuasa di sana. Bukankah seharusnya Grup Yasindo mencari Tobi langsung?Namun, mengapa mereka malah mencarinya? Mungkinkah mereka menargetkannya?Apalagi, mereka bukan hanya berjanji untuk bertemu di malam hari, tetapi juga di hotel.Tobi memandangnya dengan curiga, "Kenapa?""Mungkin memang ada masalah," ucap Widia mengungkapkan pikirannya."Kalau memang bermasalah, lebih baik tolak saja. Dengan begitu, kita bisa pulang awal untuk makan malam. Setelah itu, kita masih bisa melakukan hal yang tak kalah penting, 'kan?" ucap Tobi sambil menggodanya."Dasar. Kamu hanya tahu memikirkan hal itu saja."Widia kembali menambahkan, "Kalau mereka memang mengincarku, sekalipun berhasil lolos kali ini, mereka pasti akan menyusun rencana lain untuk membereskanku.""J
Widia sudah kehilangan akal sehat dan hanya bisa mengeluarkan deru napas yang tak karuan.Tobi juga bersemangat. Kali ini, akhirnya dia bisa memiliki gadis pujaannya ini, apalagi di tempat istimewa seperti ini.Namun, di saat itu juga, terdengar suara ketukan dari luar pintu.Ketukan pintu itu tidak terlalu keras, tetapi mampu menyadarkan Widia yang sudah terbuai. Untungnya, responsnya cepat. Dia tersadar kembali.Apa yang dia lakukan? Apalagi di ruangan kantornya sendiri?Memalukan sekali!Dia buru-buru mendorong Tobi menjauh.Tobi tampak tidak berdaya. Padahal, dia sudah bersiap untuk melepas celananya. Mengapa malah ada yang mengganggu mereka di saat seperti ini? Memikirkan hal ini, Tobi sudah hampir gila.Menyadari dirinya tampak berantakan, Widia buru-buru merapikannya.Tobi mengingatkannya dengan berbisik pelan, "Jangan gugup. Aku sudah mengunci pintunya."Mendengar itu, barulah Widia menghela napas lega. Namun, dia tetap memutar bola matanya ke arah Tobi dengan kesal. Ternyata,
Sekalipun tahu Tobi masuk ke dalam ruangannya dan mengunci pintu, yang membuktikan dia telah berencana untuk menyerangnya.Entah kenapa, dia tidak menyalahkannya sama sekali. Selain malu, sebenarnya dia masih punya ekspektasi yang tak bisa dijelaskan. Dia mulai menantikan datangnya malam nanti.Lantaran masih ada waktu, Widia buru-buru mengeluarkan cermin. Dia mendapati dirinya berantakan, bahkan ada beberapa bekas ciuman.Setelah mengumpat diam-diam, dia pun kembali merapikan dirinya.Tak lama kemudian, Helen pun datang. Dia juga menyadari beberapa petunjuk di dalam. Sepertinya dugaannya benar. Tak disangka, Bu Widia juga tertarik melakukan hal seperti itu di dalam kantor.Padahal, biasanya dia dijuluki sebagai wanita dingin, yang selalu menjauhkan diri dari lawan jenis. Namun, siapa sangka, saat berhadapan dengan suaminya, dia akan begitu bergairah, bahkan melakukannya di dalam kantor.Entah kenapa, saat memikirkan hal ini, bayangan Tobi juga muncul di benaknya.Di sisi lain, Tobi ti
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp