Sekalipun tahu Tobi masuk ke dalam ruangannya dan mengunci pintu, yang membuktikan dia telah berencana untuk menyerangnya.Entah kenapa, dia tidak menyalahkannya sama sekali. Selain malu, sebenarnya dia masih punya ekspektasi yang tak bisa dijelaskan. Dia mulai menantikan datangnya malam nanti.Lantaran masih ada waktu, Widia buru-buru mengeluarkan cermin. Dia mendapati dirinya berantakan, bahkan ada beberapa bekas ciuman.Setelah mengumpat diam-diam, dia pun kembali merapikan dirinya.Tak lama kemudian, Helen pun datang. Dia juga menyadari beberapa petunjuk di dalam. Sepertinya dugaannya benar. Tak disangka, Bu Widia juga tertarik melakukan hal seperti itu di dalam kantor.Padahal, biasanya dia dijuluki sebagai wanita dingin, yang selalu menjauhkan diri dari lawan jenis. Namun, siapa sangka, saat berhadapan dengan suaminya, dia akan begitu bergairah, bahkan melakukannya di dalam kantor.Entah kenapa, saat memikirkan hal ini, bayangan Tobi juga muncul di benaknya.Di sisi lain, Tobi ti
"Kak Tobi!"Susan menyapanya dengan malu-malu."Ya!"Dia baru saja melihat tubuhnya. Meski tidak melihat seluruhnya, Tobi juga merasa segan. Mau tak mau, dia mulai membayangkan kejadian tadi.Susan bukan hanya memiliki lekuk tubuh yang sempurna, tetapi kaki dan pinggangnya juga begitu ramping, bahkan kulitnya seputih susu. Pria mana pun seharusnya tidak akan mampu menahan godaan seperti itu.Leo juga merasa suasana mendadak canggung, jadi dia pun berkata, "Kak Tobi, aku masih ada urusan. Aku kembali sibuk dulu.""Ya."Tobi mengangguk.Melihat Leo berlalu, Tobi pun berkata dengan ragu-ragu, "Susan, barusan aku minta maaf. Aku sungguh nggak tahu kamu ada di dalam.""Nggak apa-apa. Lagian, itu bukan salahmu, tapi kunci pintunya rusak.""Aku pikir kuncinya sudah diperbaiki, tapi ternyata belum." Susan buru-buru menjelaskan. Jangan sampai Kak Tobi mengira dia suka berganti pakaian di mana saja."Oh, pantas saja, tapi aku juga salah. Seharusnya aku mengetuk pintu dulu.""Mungkin ini ruanganm
Kebanyakan orang biasanya hanya akan membawa dua pengawal saja. Lagi pula, di negara aman seperti Harlanda tidak akan terjadi apa-apa. Itu sebabnya, semua orang juga tidak begitu khawatir.Oleh karena itulah, meski mereka janji untuk membahas kerja sama di hotel, Widia juga masih menyetujuinya."Bu Widia, silakan masuk. Pak Edo sudah menunggumu di dalam." Ternyata pria itu bisa berkomunikasi dalam bahasa Harlanda.Widia mengangguk, kemudian berjalan masuk bersama Tobi.Sesampainya di dalam, Widia mendapati seorang pria berusia sekitar tiga puluhan sedang duduk di ruang tamu kamar presidensial. Pria itu tampak memiliki tubuh kekar, sepertinya dia sering berolahraga secara teratur.Hanya saja, ekspresi wajahnya agak seram. Dia terlihat tidak seperti orang baik.Namun, saat melihat Widia, mata Pak Edo langsung terbuka lebar dan tampak berbinar-binar. Dia segera bangkit dari tempat duduknya dan mengulurkan tangan kanannya dengan ramah, "Bu Widia, selamat datang."Widia ragu-ragu sejenak. T
Widia tertegun sejenak, lalu berkata dengan heran, "Joni?"Dia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Joni, pria yang dulunya mengejarnya.Penampilan Joni benar-benar berubah drastis. Berat badannya turun banyak, bahkan hampir sekurus tongkat. Selain itu, ada banyak bekas luka di wajahnya, terlihat sangat jelek.Kalau bukan karena mengenali suara Joni, dia juga tidak tahu kalau pria yang di hadapannya itu adalah Joni."Benar, ini aku!""Gara-gara kalian, aku tersiksa selama ini. Hari ini, sudah waktunya kalian membayarku kembali." Wajah Joni terlihat galak dan dingin.Selama ini, lantaran punya banyak utang, dia terus dipukuli oleh orang.Mengemis, memungut sampah untuk dimakan, melakukan segala jenis kerja paksa, didiskriminasi, dihina, dipukul, dia sudah mengalami semuanya.Yang paling menakutkan adalah beberapa waktu lalu, demi mencari uang, dia bahkan pergi ke Minamar Utara dan disiksa selama beberapa bulan. Dia berusaha mati-matian melarikan diri. Terakhir, dia bertemu dengan Ed
Namun, saat Edo melihat adegan ini, dia bertambah marah dan terus-menerus menyerang Tobi secara brutal.Hal ini tentunya membuat Tobi berada dalam situasi yang tidak menguntungkan.Widia makin khawatir.Edo makin puas, bahkan serangannya bertambah ganas.Joni juga tak kalah senangnya karena sebentar lagi dia bisa membalas dendam.Di saat ini, Tobi tidak lagi menghindari telapak tangan Edo dan membiarkan serangan itu mengenai dirinya. Setelah itu, dia mengepalkan tangan kanannya dan langsung menyerang posisi vital lawan.Edo tampak bangga saat menyadari pukulan telah berhasil mengenai lawan. Dia tidak menyangka akan ada serangan balik dari lawan. Sebelum sempat bereaksi, sebuah pukulan keras telah mendarat di tubuhnya hingga membuatnya mengerang kesakitan.Rasa sakit begitu menusuk, membuatnya begitu tersiksa. Saking tidak tahan lagi, dia hampir pingsan di tempat. Dia bergegas mundur dan bersiap melarikan diri.Hanya saja, mana mungkin Tobi melewatkan kesempatan baik itu begitu saja? Se
Widia berjalan keluar, tetapi dia masih sangat khawatir dengan situasi di dalam. Langkahnya terhenti. Dia tidak tahan ingin melihat ke dalam, tetapi teringat akan betapa keras kepala dirinya dan tidak mau mendengar omongan Tobi sebelumnya, hingga semuanya berakhir buruk.Jadi, dia pun menahan diri dan turun ke bawah. Baru saja dia duduk selama satu menit, Tobi telah menghampirinya.Cepat sekali?Widia buru-buru melangkah maju dan bertanya dengan cemas, "Sudah selesai dibicarakan?""Ya, sudah, kok.""Kelak, mereka nggak akan mencari masalah kepada kita lagi," jawab Tobi sambil tersenyum. Lagi pula mereka sudah mati, mana mungkin mereka bisa mencari masalah lagi?Dari luar, Tobi terlihat santai, tetapi kenyataannya, luka dalam yang dideritanya sudah bertambah parah akibat perlawanan barusan.Meski tidak menggunakan energi sejati, kekuatan fisik yang dikeluarkannya telah meninggalkan cedera cukup parah.Untuk saat ini, dia seharusnya berbaring dan istirahat baik-baik. Dia juga bisa duduk
Namun, demi menyenangkan Tobi, menantu hebatnya, dia rela menanggung semuanya.Selanjutnya, mereka pun lanjut menikmati makan malam bersama. Mereka bahkan melayani Tobi dengan begitu baik, yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.Meski barusan disindir, ibunya Widia tidak peduli begitu banyak. Dia bahkan sengaja menarik putrinya ke samping dan memperingatkannya berulang kali.Dia ingin putrinya memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin agar lebih sering berhubungan badan dengan Tobi.Kalau bisa, dia ingin putrinya hamil secepat mungkin. Dengan begitu, dia bisa mengamankan posisinya sebagai istri Raja Naga.Widia tidak berkata apa-apa.Istri Raja Naga? Dia berharap ibunya segera sadar dari mimpi indahnya itu.Jika ibunya tahu Tobi bukanlah Raja Naga, entah keributan seperti apa yang akan terjadi saat itu.Kalau Tobi itu Raja Naga dari Sekte Naga, mana mungkin dia akan terus berada di sisi Widia dan terus-terusan dipermalukan oleh keluarganya?Hanya berdasarkan Widia, mana mungkin dia
Mendengar desahan itu, Tobi bertambah semangat.Namun, Widia tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Saat ini, Tobi telah dikendalikan oleh gairah, tidak bisa berpikir jernih lagi. Dia buru-buru bertanya, "Ada apa?""A ... aku mandi dulu.""Di saat seperti ini, kamu masih mau mandi ...." Tobi tak berdaya, tetapi masih terus bergerak."Bukan begitu. Se ... sepertinya aku lagi dapat." Widia kurang yakin. Itu sebabnya, dia bilang ingin mandi."Apa?"Tobi tertegun. Seakan tidak percaya, dia pun bertanya, "Benarkah?""Ya!" jawab Widia.Tobi serasa ingin menangis. Bukankah kemarin baru menstruasi? Kenapa datang lagi? Kalau begitu, bukankah dia tidak bisa menyentuhnya, setidaknya satu atau dua minggu? Padahal, dia baru saja berhasil menyelesaikan target yang diinginkan Widia.Widia buru-buru berdiri. Wajahnya memanas. Dia langsung mengambil pakaian dan berlari ke kamar mandi.Meninggalkan Tobi terbaring di sana, membiarkan pria itu tersiksa sendirian.Ternyata dugaan Widia benar. Dia menstruasi