Share

Bab 64

Penulis: Anak Ketiga
"Kemarin, terima kasih banyak. Ibuku ingin datang mengucapkan terima kasih secara langsung kepadamu. Hanya saja, dia masih belum pulih sepenuhnya."

"Pokoknya, aku menghargai semua bantuanmu. Kalau begitu, aku akan menghabiskannya dulu sebagai tanda hormat."

Selesai berbicara, dia langsung menenggak habis anggur itu dalam satu tegukan.

"Sama-sama, Pak Hendro."

Tobi juga menenggak anggurnya, lalu berkata sambil tersenyum, "Sebenarnya nggak sulit bagi Nyonya Besar untuk pulih dengan cepat. Aku akan meresepkan beberapa obat. Setelah seminggu, tubuhnya akan kembali seperti semula."

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu. Terima kasih, Dokter Tobi. Mari aku bersulang untukmu lagi."

Wajah Hendro penuh dengan kegembiraan. Traktiran malam ini tidak sia-sia.

Seusai itu, dia pun menatap istri dan anaknya.

Juli menyadari tatapan suaminya. Meski merasa canggung, dia tetap mengangkat gelasnya dan berkata, "Dokter Tobi, maaf sudah membuat Anda tersinggung kemarin. Salahkan saya nggak peka, mohon Anda ngga
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 65

    Tania juga memperhatikan kejadian itu. Saat menyaksikan mereka menerobos masuk, dia baru tersadar. Mungkin itu bajingan yang baru saja dipukul oleh Tuan Joni telah mencari bala bantuan.Namun, dia yakin selama Tuan Joni di sini, tak peduli seberapa hebat lawan, mereka juga bisa menandinginya.Jadi, dia pun berkata, "Sepertinya terjadi sesuatu pada Widia, aku masuk dulu. Tobi, kalau kamu hebat, jangan coba-coba kabur. Masuklah ke dalam dan bantu kami."Setelah itu, dia pun bergegas masuk ke dalam.Tobi terpaksa menghentikan langkahnya. Bukan karena ucapan Tania, tetapi dia takut mereka tidak mampu menangani orang-orang ini dan membuat istrinya terluka.Dia memang masih marah sama Widia karena wanita itu begitu memercayai Joni. Menurutnya, itu hanya masalah sepele,Di saat ini, semua orang yang berada di ruang pribadi itu tengah membicarakan penampilan Joni yang begitu mendominasi tadi.Hal itu membuat Joni makin merasa bangga.Ternyata tadi Willy, pria yang sebelumnya diusir dari perjam

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 66

    Setelah Joni menerima banyak pujian dari semua orang, dia pun mendengus dingin, "Sebaiknya kalian segera berlutut dan minta maaf, lalu keluar dari sini. Kalau nggak, aku akan buat kalian merasakan konsekuensinya.""Bagus, bagus sekali. Sepertinya kamulah orang pertama yang berani berbicara seperti ini kepadaku."Pemuda itu benar-benar marah, dia melangkah maju dan mendaratkan sebuah pukulan keras.Hanya melihat betapa gesitnya pukulan itu dikeluarkan, hati langsung Joni bergetar. Lawannya seorang ahli bela diri sejati. Namun, sebelum dia sempat bereaksi, dadanya telah merasakan sakit yang begitu menusuk.Dia langsung terhempas keluar.Joni merasakan nyeri yang luar biasa, bagaikan dihimpit seonggok batu besar.Pemuda itu tidak peduli sama sekali, dia kembali maju dan menginjaknya dengan keras.Argh!Joni seketika menjerit kesakitan.Semua orang terdiam, sepertinya ketakutan hingga tidak bisa berkata-kata.Semua orang mengira Joni sangat kuat, tetapi mereka tidak menyangka dia akan robo

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 67

    Cakra kembali tenang dan berkata dengan arogan, "Aku sangat adil. Karena sudah memukul saudaraku, kamu harus memberikan kompensasi uang.""Kami hanya perlu 40 miliar, nggak banyak, 'kan?""Nggak, kok. Sama sekali nggak."Joni diam-diam menghela napas lega. Tadinya, dia takut lawan meminta kompensasi besar. Ternyata, 40 miliar sudah bisa menyelesaikan masalah ini. Sungguh beruntung."Ok, terus yang kedua!""Yang kedua?""Kenapa? Apa kamu lupa temanmu sudah menyentuh wanita saudaraku?" Ekspresi Cakra langsung berubah dingin dan tampak menakutkan."Bu, bukan begitu!" ucap Joni terbata-bata.Cakra menunjuk ke arah Widia dan berkata, "Bagus. Begini, temanmu menyentuh wanita saudaraku, 'kan? Kalau begitu, suruh dia menemaniku. Dengan begitu, masalah ini impas."Begitu mendengar kata-kata itu, wajah Widia langsung berubah drastisJoni juga tidak rela, jadi dia buru-buru berkata, "Masalah ini nggak ada hubungannya dengan dia. Bagaimana kalau kita ganti yang lain?""Kenapa nggak ada hubungannya

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 68

    "Kenapa? Mau menolongnya?""Boleh, tapi temani aku dulu. Dengan begitu, aku akan melepaskannya!"Cakra makin menjadi-jadi, dia bahkan mencubit wajah Widia dengan tangan kanannya."Minggir!"Widia langsung menepis tangan Cakra dan menyingkir. Dia tampak cemas dan tak berdaya.Joni merasa bersalah. Tadi dia diangkat begitu tinggi oleh semua orang, tetapi sekarang dia tidak berguna sama sekali. Dia menggertakkan gigi dan berkata, "Kak Cakra, jangan begitu ...."Cakra langsung menampar dan mengutuknya, "Diam saja di situ. Kalau kamu masih bicara, aku akan membunuhmu!"Joni memegang pipinya yang sakit dengan kedua tangannya. Dia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun lagi."Huh. Kupikir kamu seberapa hebat. Bukan hanya pecundang, tapi kamu juga pengecut," seru Cakra dengan nada meremehkan.Joni tampak malu. Apalagi saat melihat tatapan aneh semua orang, dia merasa tidak nyaman.Wajah Widia tampak gugup dan putus asa. Entah kenapa, dia memikirkan Tobi saat ini.Jika Tobi ada di sini, pria

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 69

    Sialan!Beraninya dia bicara lancang di sini.Jangankan yang lain, Widia sendiri pun sudah menangis.Benar saja. Ucapan itu langsung membuat Cakra marah. Dia langsung berkata dengan sinis, "Bocah, kamu yang cari mati sendiri.""Kalau kamu mati, jangan salahkan aku nanti."Begitu dia selesai berbicara, dia melangkah maju lagi.Kali ini, gerakannya lebih gesit dibandingkan sebelumnya dan serangannya juga lebih kejam. Apalagi, dia juga mengincar titik vital lawan, yang benar-benar bisa mengambil nyawa seseorang.Namun, dia juga menyadari gerakan lawan bahkan lebih cepat darinya.Joni dan lainnya yang melihat adegan ini tampak diam-diam menggelengkan kepala.Pria ini pasti akan mati. Dasar bodoh dan tak kenal takut. Dia memang pantas mati.Namun, ada secercah harapan di mata Widia. Dia menatap mereka lekat-lekat.Karena dia tahu seni bela diri Tobi sangat hebat, tetapi jika dibandingkan dengan lawan, dia tidak tahu siapa yang lebih hebat.Bruk!Cakra melesat dengan sangat cepat, tetapi tub

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 70

    "Aku sama sekali nggak butuh bantuannya," kata Tobi dengan dingin."Dasar orang nggak tahu berterima kasih!" maki Tania."Minggir!"Tobi kesal melihatnya."Tobi, apa yang kamu lakukan? Kok kamu bicara seperti itu!"Widia yang sedari tadi melihat itu pun tidak bisa menahan diri lagi.Dia tersentuh Tobi turun tangan menolongnya, tetapi pria itu tidak boleh mengabaikan bantuan Joni selama ini, apalagi memarahi Tania yang selalu mendukungnya itu."Yang kukatakan itu semuanya kenyataan!" balas Tobi lagi."Oke. Meski yang kamu katakan itu benar, Tania juga nggak salah. Kalau kamu memukul Cakra, kita semua akan celaka."Widia tidak setuju dengan kata-kata Tobi, tetapi dia tidak ingin berdebat di sini."Benar. Tobi, Kak Cakra itu siapa? Dia termasuk generasi muda terhebat. Bagaimana kamu bisa memukulnya?" Joni berinisiatif berdiri di depan Cakra, seolah-olah ingin melindunginya."Benar. Tobi, cepat hentikan. Jangan mencelakai semua orang di sini," bujuk Tania.Saat ini, raut wajah Tobi tidak t

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 71

    Joni tampak pucat pasi. Dia segera menghampiri Cakra dan memeriksanya, lalu memanggilnya dengan pelan, "Kak Cakra, Kak Cakra ...."Cakra masih bernapas, tetapi mungkin mengalami luka dalam. Dia segera berkata, "Cepat panggil ambulans."Dengan gesit, pengawalnya langsung memanggil ambulans.Joni melayangkan pandangannya ke arah Tobi. Diam-diam dia merasa senang.Bocah ini pasti mati kali ini.Dia berharap masalah ini tidak melibatkan mereka. Meski, kejadian ini muncul gara-gara dia.Mungkin Kak Cakra tidak akan menyalahkan Joni sekarang karena tadi dia telah membantunya.Gawat!Berakhir sudah!Wajah Widia kini sudah pucat pasi dan tampak terkulai lemas di kursi.Sebelumnya, masalah seperti ini juga telah terjadi berulang kali.Namun, kali ini berbeda, konsekuensinya terlalu berbahaya.Hanya Tobi sendiri yang masih kelihatan tenang, seolah-olah dia tidak melakukan apa pun. Dia bahkan mengeluarkan ponselnya dan membalas pesan dengan santai.Sementara itu, Hendro dan yang lainnya telah men

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 72

    "Apalagi, ahli bela diri mereka masih belum turun tangan. Apa ilmu bela dirimu bisa dibandingkan dengan ahli bela diri veteran seperti mereka?"Inilah yang dikhawatirkan Widia. Dia beruntung pernah melihat ahli bela diri dari Geng Naga Hitam mengambil tindakan. Mereka mampu membelah batu besar dengan tangan mereka.Menakutkan sekali, bahkan sepuluh kali lebih hebat dari Tobi saat ini.Semua orang mengangguk, tanda setuju dengan ucapan Widia.Namun, Joni tidak setuju dengan ucapan Widia dan berkata, "Tobi, kamu memang bisa kabur, tapi bagaimana dengan Widia? Keluarga Lianto pasti akan terjerumus dalam masalah besar. Terus, kami semua juga mungkin akan terlibat masalah gara-gara kamu.""Benar, benar, Tobi nggak boleh pergi. Kalau dia pergi, kita bagaimana?" seru Tania sambil membela Joni.Widia mengernyit dan berkata, "Grup Hutama memang sangat kuat, tapi kalian juga harus berpikir logis. Singkatnya, masalah ini nggak akan ada hubungannya sama kalian dan nggak berdampak buruk.""Kalau me

Bab terbaru

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1650

    Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1649

    "Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1648

    Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1647

    Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1646

    Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1645

    Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1644

    Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1643

    Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1642

    Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status