"Bukan apa-apa, hanya ingin mengingatkanmu.""Lain kali, kalau ingin membunuhku, jangan cari yang lemah seperti ini, carilah yang lebih hebat!""Kalau nggak, terlalu membosankan," kata Tobi dengan nada datar.Wajah Gavin berubah drastis, lalu bertanya dengan nada tidak percaya, "Apa maksudmu?" Jangan-jangan terjadi sesuatu pada Tetua Harun?"Namun, tidak mungkin.Dia adalah ahli bela diri Kekuatan Transformasi tingkat menengah. Mana mungkin kekuatan Tobi bisa begitu menakutkan?Berdasarkan penyelidikan sebelumnya, Tobi hanya pemuda yang baru saja turun dari gunung dan tidak memiliki latar belakang sama sekali. Dia hanya bisa sedikit seni bela diri dan itu juga tidak termasuk apa-apa."Nggak ada maksud apa-apa. Jaga dirimu baik-baik!"Usai berbicara, Tobi pun mengakhiri panggilan itu.Gavin segera menelepon Tetua Harun, tetapi tak peduli berapa kali dia menelepon, tidak ada respons dari seberang sana, bahkan dia juga tidak keluar sama sekali.Saat ini, wajahnya terlihat kusut.Dia baru
Namun, Tuan telah memberi perintah, jadi mereka berdua pun membawa Tetua Harun ke kamar mandi, lalu menuang sedikit bubuk itu sesuai dengan instruksi Tobi.Tak lama kemudian, sebuah pemandangan ajaib muncul.Setelah beberapa saat, barulah mereka berdua keluar. Mata mereka penuh dengan keterkejutan. Entah dari mana datangnya bubuk ini dan siapa yang membuatnya?Bagi pembunuh seperti mereka, bubuk ini sangatlah berguna."Sudah beres?""Ya!'Sapta mengangguk, tetapi dia tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. "Tuan, ini?""Aku masih punya, yang itu kamu simpan saja. Aku kerap merasa bubuk ini nggak ada gunanya, jadi malas untuk meraciknya lagi. Nanti kalau ada waktu, aku akan meraciknya lagi," ucap Tobi dengan nada datar."Ah, Tuan, bubuk ini Anda buat sendiri?""Ya, benar."Sapta tersenyum pahit. Semua kemampuan Tuan benar-benar melebihi bayangannya.Tepat setelah mengantar mereka berdua pergi, ponsel Tobi berdering. Sebuah nomor tak dikenal menghubunginya."Halo!""Kamu Tobi, 'kan?
Lantaran penculik itu terus berganti posisi, akibatnya Tobi menghabiskan satu jam lebih untuk tiba di tempat tujuan.Ini adalah bangunan pabrik bobrok yang jauh dari kota.Apalagi, kawasan sekitarnya sangat kosong dan hampir tidak ada tempat untuk bersembunyi. Itu sebabnya, dia juga tidak melakukan rencana lainnya.Begitu mobil tiba di depan pintu, penjaga langsung menyuruhnya keluar dari mobil.Selanjutnya, salah satu penjaga memeriksa barang-barang yang dibawanya dengan cermat, sedangkan yang satunya lagi memeriksa mobilnya. Tidak ada masalah dan juga tidak ditemukan ada orang yang bersembunyi.Setelah semuanya selesai, penjaga membawanya masuk dan hanya menyisakan satu orang untuk mengawasi pintu.Setelah beberapa saat, Tobi melihat seorang pria mengenakan topeng. Di sampingnya, juga ada beberapa pria yang semuanya memakai topeng hingga wajah mereka tidak terlihat.Tobi mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, tetapi tidak menemukan bayangan Kristin."Nggak perlu lihat lagi, Kri
Itu adalah luka lamanya, mana mungkin dia tidak marah?"Kelihatannya kamu sangat marah." Mata pria itu sangat jeli dan berkata, "Kalau tebakanku benar, kamu masih punya nama lain, Tomi Yudistira, benar?"Kata-kata itu seketika membuat Kristin terperanjat.Dia membeku di tempat.Kak Tobi adalah Tomi yang dia cari selama ini?Tidak, tidak mungkin.Lagi pula, Kak Tobi tahu dirinya mencari Kak Tomi. Jika dia benar-benar Kak Tomi, seharusnya dia sudah mengakuinya dari awal.Kali ini, Tobi tidak ingin menyembunyikan apa pun lagi, karena dia ingin mengetahui kebenaran di balik kejadian itu. Kemudian, dia berkata perlahan, "Ya, aku adalah Tomi. Saat terjadi kebakaran di panti asuhan, aku cukup beruntung dan berhasil selamat."Begitu kata-kata itu dilontarkan, Kristin terkejut, sorot matanya seakan tidak percaya dengan kenyataan itu.Kak Tobi itu Kak Tomi yang dia cari-cari selama ini?Dia benar-benar Kak Tomi!Tanpa sadar, air mata bahagia muncul di pelupuk matanya. Meski sebelumnya Kak Tobi t
Kristin terpana. Namun, melihat Kak Tobi berubah seperti ini, hatinya merasa lega. Dia pun menuruti perintahnya dengan patuh."Haha ....""Aku pernah bertemu orang bodoh, tapi belum pernah ketemu yang separah ini.""Huh! Sepertinya dia belum tahu kalau kita semua pernah berlatih seni bela diri. Sekalipun ahli bela diri Kekuatan Transformasi berhadapan dengan kami, dia juga pasti akan mati.""Lantaran dia ingin mati, kami akan mengabulkannya!"Sembari berbicara, salah satu di antara mereka meluncur ke arah Tobi dengan cepat. Belati di tangannya langsung diarahkan tepat ke leher Tobi.Hanya saja, detik berikutnya, yang dia rasakan malah nyeri hebat yang menggerogoti tenggorokannya. Dia menatap Tobi dengan ekspresi kaget. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia pun ambruk ke lantai.Bahkan, setelah ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti kapan Tobi mengambil tindakan? Dia juga tidak tahu bagaimana belatinya bisa sampai ke tangan lawan?Wajah pemimpin itu berubah drastis. Ini teknik ya
Begitu mobil sampai di kompleks, mereka berdua pun berjalan keluar. Kristin akhirnya tidak bisa menahan diri lagi dan bertanya, "Kak Tobi, yang kamu katakan tadi benar?"Lantaran masalah telah sampai di titik ini, Tobi juga tidak ingin menghindar lagi dan menjawab dengan jujur, "Benar. Kristin, maaf sudah menyembunyikannya darimu.""Benarkah? Kamu sungguh Kak Tomi? Kamu nggak bohong, 'kan?""Gadis bodoh, mana mungkin aku bohong? Seingatku, aku masih berutang boneka barbie kepadamu.""Ini untukmu!"Seolah-olah bermain sulap, boneka Barbie tiba-tiba muncul di tangan Tobi.Mendengar Tobi menyebut boneka Barbie, keraguan di hati Kristin seketika menghilang. Dia mengambil boneka itu dan berkata dengan penuh semangat, "Ya, kamu benar-benar Kak Tomi-ku.""Syukurlah!"Saking senangnya, dia tak kuasa mengendalikan emosinya dan langsung memeluk Tobi dengan erat.Pelukannya bahkan lebih erat dari sebelumnya, seolah-olah takut Tobi akan menghilang.Tobi juga merasa terharu. Dia membalas pelukan Kr
"Buka bajumu," kata Meli.Tobi kelihatan kaget, tetapi dia tetap melepas bajunya dengan patuh.Meli berjalan mendekatinya, lalu menemukan sebuah tanda lahir merah kecil di punggung Tobi. Tanda lahir itu memang tidak terlalu kentara, tetapi jika diperhatikan lebih dekat, maka itu akan terlihat jelas.Benar, tak salah lagi.Bekas luka lain mungkin bisa dibuat, tetapi bekas luka ini tidak bisa dipalsukan.Selanjutnya, Meli mengajukan rentetan pertanyaan kepada Tobi, akan tetapi pria itu bisa menjawab semuanya.Akhirnya, Meli yakin dengan identitas Tobi sepenuhnya dan berkata, "Tomi, dulu sewaktu ibumu membawamu ke panti asuhan, dia meninggalkan sebuah liontin giok untukmu.""Ibumu bilang liontin itu sangat berharga dan nggak boleh hilang, jadi dia mau kamu terus memakainya.""Awalnya, aku ingin menunggu sampai kamu dewasa dan memberikannya kepadamu, tapi siapa sangka terjadi kebakaran dan membuat kita terpisah. Sekarang, saatnya mengembalikannya ke pemilik aslinya."Usai berbicara, Meli m
"Kamu bahkan memaksaku datang ke kantor pagi-pagi begini, apa itu termasuk sopan?""Pagi-pagi begini? Apa yang kamu lakukan setiap malam? Kamu bahkan masih tidur saat aku meneleponmu jam sembilan tadi. Jangan-jangan kamu bermain-main di luar setiap malam?"Widia curiga pria jahat ini pasti menghabiskan malam dengan bermain-main di luar. Sebenarnya, dia ingin sekali menyeret Tobi kembali tinggal di rumahnya, tetapi Keluarga Lianto pasti tidak akan setuju."Nggak, kok!"Tobi tak berdaya, "Sudah kubilang sebelumnya, aku nggak tertarik dengan bisnis perusahaan. Lagi pula, aku sudah mencari orang untuk mengurus semuanya.""Tahukah kamu mengapa aku ingin mempromosikanmu menjadi direktur penjualan?" tanya Widia dengan emosi."Kenapa?""Kamu!"Widia langsung mengomelinya, "Aku benar-benar nggak ngerti apa yang kamu pikirkan sepanjang hari. Apa kamu nggak mau dirimu menjadi lebih baik?""Aku sudah sangat baik," kata Tobi tak berdaya."Kamu?""Baik. Meski kamu punya sedikit kemampuan, kamu nggak