"Mengerti!"Asisten wanita itu mengangguk, tetapi dia masih bingung.Jelas-jelas ini tapal biasa, apalagi bahan obat di dalamnya juga sederhana, apakah efektif jika diaplikasikan seperti ini?Dia merasa akupunktur yang dilakukan oleh Tobi lebih berkhasiat.Selesai diobati, wanita itu merasa wajahnya terasa panas dan kurang nyaman selama beberapa saat, lalu dia pun bertanya, "Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?""Langkah selanjutnya adalah menunggu hingga delapan jam. Setelah itu, kamu baru boleh melepasnya.""Setelah itu?""Setelah itu, sudah selesai," jawab Tobi."Selesai?""Begitu saja?"Wanita kelihatan tidak percaya. Keluarganya cukup berada, jadi dia telah meminta teman untuk memperkenalkan dokter kepadanya, tetapi tidak ada satu pun yang bisa menyembuhkannya.Bahkan ada dokter yang langsung menyatakan flek hitam itu tidak bisa disembuhkan.Sekarang telah diatasi dengan begitu mudah?Meski berpikir itu tidak mungkin, wanita itu masih sangat senang ketika mendengar apa yang dik
Tobi mengunci pintu, lalu duduk dan segera mempraktikkan Sutra Hati Kaisar. Tubuhnya terus-menerus menyesapnya dan mengubah energi sejatinya, kemudian mengedarkannya ke seluruh tubuh secara berulang kali.Saat energi sejatinya terus berubah, tenaganya menjadi makin kuat, bahkan seluruh tubuhnya terasa sangat rileks dan wajahnya juga memiliki pesona yang menawan.Sutra Hati Kaisar!Akhirnya dia berhasil menembus tingkat kesembilan!Sutra Hati Kaisar disimpan di perpustakaan Sekte Naga. Belum ada yang berhasil mempraktikkannya selama ribuan tahun. Konon Kaisar Kuno mempraktikkan teknik ini hingga mencapai tingkat puncak dan bahkan bisa mengatasi ratusan wanita di malam hari.Tobi tidak membutuhkan gadis-gadis melayaninya di malam hari. Lagi pula, di matanya hanya ada Widia seorang saja.Namun, kekuatan dahsyat yang dihasilkan oleh teknik itu merupakan dambaan semua orang.Lantaran bakat dan kemampuannya yang luar biasa dalam mempraktikkan Sutra Hati Kaisar, dia menjadi Tuan Muda dari Sek
Sekarang, di sana sudah tidak ada orang lagi, jadi dia pun segera menanyakan hal itu dengan suara pelan."Nggak apa-apa!"Tobi segera melangkah maju dan membuka pintu. Kondisi pria itu terlihat sangat baik, bahkan tersenyum kepadanya.Widia yang melihat itu pun merasa lega, tetapi dia tetap bertanya, "Kamu terlihat senang sekali, pasti semua pengobatannya berhasil, 'kan?""Hmm, kita akan mengetahuinya dalam dua hari.""Masih butuh dua hari lagi? Sebenarnya bisa atau nggak, sih?" Widia tampak tak berdaya. Kali ini, mereka bahkan menyeret Pak Hendro sebagai penjamin, jadi mereka tidak boleh bermain-main."Tenang saja, nggak akan ada masalah. Aku hanya menggodamu," kata Tobi sambil tertawa."Kamu! Jahat sekali!" omel Widia dengan kesal. Namun, dia kembali menambahkan, "Untung saja ada Pak Hendro yang datang menjamin kali ini, bagaimana kamu bisa mengundangnya kemari?""Dia bersikeras ingin melakukan kontribusi untuk kita, jadi aku pun mencari hal untuk dia lakukan," ucap Tobi dengan jujur
"Apa maksudmu? Apa kamu punya informasi orang dalam?" tanya Widia penasaran. Akhir-akhir ini, dia kerap mendengar banyak informasi orang dalam dari Tobi. Entah dari mana pria itu mendapatkannya, tetapi informasi itu sangat akurat."Tentu saja!""Sebenarnya, kali ini aku bisa mengetahui dalang di balik semua ini adalah Almer dan Haris, ditambah lagi berhasil menemukan bukti serta saksi dengan begitu cepat, ini semua berkat bantuan seseorang.""Siapa?""Winson!""Winson itu siapa?"Widia tertegun sejenak, "Tunggu sebentar. Yang kamu bilang itu Tuan Winson yang kerjaannya hanya bermalas-malasan, berjudi, bermain wanita, berfoya-foya itu?""Hah? Reputasi Winson begitu buruk?""Kamu pikir?"Widia memutar bola matanya ke arah Tobi, lalu kembali bertanya dengan penasaran, "Kamu kenal Winson? Benarkah dia sudi membantumu?""Ya!""Saat menyelidiki Haris, dia menemukan hal itu, jadi dia memberitahuku.""Begitu rupanya. Aku tahu mengapa dia ingin membantumu. Dia ingin mempersulit Haris, tapi dia
"Mereka semua ada di ruang konferensi," jawab Helen buru-buru.Helen bahkan lebih menghormati Tobi daripada Widia, lantaran dia terlalu akrab dengan wanita itu. Apalagi, dia sangat terkesan dengan rangkaian tindakan yang dilakukan oleh Tobi hari ini."Oke!"Tobi mengeluarkan ponselnya untuk menelepon, lalu berkata dengan tenang, "Bawa orangnya ke sini, ingat apa yang aku katakan sebelumnya."Dia sudah mengantisipasi situasi ini dan membuat beberapa persiapan kecil.Melihat Tobi menutup telepon, Widia bertanya dengan bingung, "Siapa yang kamu telepon? Kamu mau bawa siapa ke sini?""Teman. Dia sedang membawa orang-orang yang tadinya menghasut-hasut korban di luar.""Apa!""Kenapa kamu menyentuh mereka?"Widia terlihat cemas dan berkata, "Masalahnya sudah selesai, jadi kita nggak usah peduli sama mereka.""Nggak bisa, mereka telah menyinggungmu, jadi mereka harus membayar harganya.""Nggak usah, lagian aku baik-baik saja sekarang. Semua telah berlalu. Kalau kamu menangkap mereka seperti i
Mendengar itu, Tobi sama sekali tidak marah, bahkan tertawa, "Haha. Jangan emosi. Kata-katamu juga nggak perlu seperti itu. Bukankah hanya perkara uang? Mudah dibicarakan.""Begitu baru benar!""Kalau dari awal sikap kalian seperti ini, kita nggak perlu berdebat begitu lama. Jika perdebatan ini terus berlanjut dan diunggah di internet, sepertinya citra positif yang barusan kalian bangun itu bakal sia-sia."Wajah pria itu tampak gembira dan terus mengancam.Teman reporter pria itu memang bisa diandalkan. Dia bisa memanfaatkan lawan dengan satu gerakan.Tobi masih menanggapi pria itu dengan senyum, "Ya, yang dikatakan Saudara ini masuk akal, aku setuju dengannya."Tiba-tiba ponsel Tobi berdering. Ternyata mereka telah tiba di depan ruang konferensi.Tobi segera memerintahkan anak buahnya untuk membawa mereka masuk, sekaligus menutup pintu agar mencegah orang lain masuk.Setelah menutup telepon, Tobi berkata sambil tersenyum, "Kalian tunggu sebentar, aku akan menangani masalah kecil dulu.
Sembari bertanya, tangannya memainkan belati berdarah itu.Pria itu dan yang lainnya benar-benar ketakutan hingga seluruh tubuh gemetar. Mereka membuka mulut hendak berbicara, tetapi tenggorokannya seakan tercekat dan tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.Melihat mereka terdiam, Tobi mengerutkan kening.Saat ini, suhu ruangan itu mendadak turun beberapa derajat. Mereka bisa merasakan aura dingin menakutkan yang keluar dari tubuh Tobi.Mereka tidak tahan lagi, kedua kaki terkulai lemas dan langsung berlutut.Namun, Tobi tersenyum lagi dan buru-buru berkata, "Duh, apa yang kalian lakukan? Bukannya kita sedang membahas masalah kompensasi, mengapa kalian malah berlutut di hadapanku?"Suara orang-orang itu tampak tergagap-gagap, "Ka, kami harus berlutut! Ka, kami akan menuruti perkataanmu.""Jangan. Kalian adalah korban, jadi sudah seharusnya kami memberikan kompensasi, hanya saja kami nggak tahu berapa banyak kompensasi yang kalian minta?" tanya Tobi dengan serius."Nggak, nggak perlu
Helen juga kaget. Sebenarnya apa yang telah terjadi?Padahal dirinya barusan juga mencoba menakut-nakuti orang-orang ini dengan berbagai cara, tetapi orang-orang ini sangat keras kepala dan tidak mau menyerah. Entah taktik seperti apa yang digunakan Pak Tobi?Demi masalah itu, Helen bahkan sengaja menyelidikinya. Dia ingin memastikan apa orang-orang itu ikhlas menerimanya atau dipaksa oleh Tobi?Siapa yang berani mengatakan kalau itu semua karena dipaksa? Mereka hanya menjawab bahwa mereka tidak diancam ataupun dipaksa, hanya saja tiba-tiba tersadar kalau tindakan mereka tidak benar.Yang mereka lakukan ini termasuk pemerasan. Hal itu bisa membuat mereka masuk penjara.Helen tersenyum pahit, sepertinya Pak Tobi menemukan solusinya.Widia langsung masuk ke ruang konferensi. Begitu melihat noda darah yang tengah dibersihkan oleh anak buahnya Tobi, wajahnya berubah drastis, lalu buru-buru bertanya, "Tobi, apa yang kamu lakukan?"Dia tampak ketakutan. Dia memang suka Tobi membantunya dan d