"Benar. Asal dia patuh saja. Kalau nggak, aku akan membuatnya dikeluarkan dari perusahaan."Mereka semuanya termasuk karyawan berbakat dan telah memberikan banyak kontribusi kepada perusahaan, jauh lebih hebat dari tim dua.Jika bukan karena kerja keras Shinta dan dukungan Helen dari belakang, kekuatan tim dua akan jauh tertinggal dari tim satu.Yuli tampak bangga, apalagi ada Kak Mia yang membimbingnya dari belakang.Ditambah dengan dukungan semua orang, Tobi tidak mungkin bisa mengamankan posisinya sebagai ketua tim.Selama Yuli angkat bicara, dia bisa membuat penjualan semua orang anjlok bulan ini. Dengan begitu, posisi Tobi pasti akan terancam.Begitu dibicarakan, Tobi pun muncul juga!Saat ini, Tobi datang bersama Leo.Di sebelahnya, ada seorang wanita cantik yaitu asistennya Helen.Awalnya, Helen berencana membawa Tobi ke sana sekaligus mendukungnya. Namun, karena Tobi tidak ingin melihatnya sama sekali, Helen pun mengurungkan niatnya.Lagi pula, mengutus seorang asisten untuk me
Walaupun ruangan itu tidak begitu besar, tetapi jumlah mereka terlalu banyak. Akibatnya, ruangan itu kelihatan ramai."Oke. Apa semuanya sudah ada di sini?" tanya Tobi.Sayangnya, tidak ada yang menghiraukannya.Tobi tidak merasa canggung sama sekali. Pria itu berkata dengan tenang, "Karena nggak ada yang menyangkalnya, itu berarti kalian semua ada di sini. Selanjutnya, perkenalkan diri kalian masing-masing agar aku lebih mengenal kalian.""Kamu paling enak dipandang. Kalau begitu, dimulai dari kamu saja."Sembari berbicara, Tobi menunjuk ke arah Susan yang berada di samping kiri itu.Susan agak terkejut. Dia tidak senang dikatakan seperti itu. Sebaliknya, dia diam-diam mengutuknya dalam hati, 'Dasar mesum!' Setelah itu, dia pun menjawab, "Namaku Susan Lorensiah!""Selesai?""Ya!" jawab Susan dengan dingin.Tobi tidak begitu peduli dan berkata, "Selanjutnya!"Padahal, mereka semua kelihatan pintar, tetapi selain memperkenalkan nama, mereka sengaja tidak membeberkan informasi lainnya la
"Haha!""Kamu tahu apa yang kamu bicarakan? Tahukah kamu berapa banyak omzet yang aku hasilkan untuk perusahaan setiap bulannya?"Daniel tertawa keras dan wajahnya penuh sarkasme.Jika dia melakukan kesalahan besar, perusahaan mungkin akan memecatnya. Namun, dia hanya membantah kalimat dari ketua tim.Mengapa dia akan dipecat?Jangan bilang pria itu punya dukungan, meski dia tidak punya dukungan, dia juga tidak boleh dipecat.Sekalipun Bu Widia datang, dia juga berani mendebatkan masalah ini.Namun, Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada datar, "Aku nggak perlu tahu. Aku hanya tahu kalau kamu nggak mendengarkanku, keluarlah dari sini.""Aku nggak mau pergi. Memangnya kamu bisa apa?"Daniel tampak mencibir. Dia bahkan tidak perlu keluar dari belakang panggung."Oke. Kalau begitu, mari kita bicarakan beberapa pencapaian besarmu selama ini. Pada tanggal 15 Oktober tahun lalu, kamu menjual barang-barang perusahaan ke Sunter dengan harga paling rendah dan mendapat rabat sebesa
Susan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun. Sepertinya dia juga ketakutan."Baguslah. Kalau begitu, aku akan mengumumkan peraturannya.""Pertama, meskipun aku itu ketua tim kalian, tapi aku nggak punya waktu untuk mengatur kalian. Oleh karena itu, mulai sekarang, Leo akan mewakiliku untuk mengatur kalian.""Kata-katanya adalah kata-kataku, apa kalian mengerti?" kata Tobi dengan nada datar.Ketika Leo mendengar itu, dia langsung tertegun. Tanpa sadar, mulutnya terbuka sedikit, seperti ingin mengatakan sesuatu.Namun, Tobi langsung menghentikannya dan berkata, "Lagian kamu lebih paham segala urusan yang berhubungan dengan penjualan, jadi lakukan dengan santai saja. Kalau ada masalah, aku yang akan bertanggung jawab.""Baik, Pak Tobi. Aku pasti berusaha melakukan yang terbaik," kata Leo dengan sorot mata tegas. Dia juga lulusan universitas terkenal. Hanya saja, pengalaman kerjanya terlalu sedikit, ditambah lagi kepribadian yang agak pemalu, itu sebabnya dia belum bisa memperlihatkan
Apa? Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang tampak kaget, seolah-olah tidak memercayai pendengaran mereka."Pak Tobi, kamu nggak bercanda, 'kan?" tanya Yuli.Semua orang juga menatap Tobi lekat-lekat, seakan tidak begitu memercayai pria itu.Lagi pula, sebagai ketua tim, komisi penjualan yang diperoleh pasti lebih banyak, apalagi tanggung jawab manajer sepenuhnya dipegang oleh ketua tim.Tujuan mereka dibagi menjadi dua tim adalah untuk berkompetisi.Kalau tidak mengambil komisi sebanyak itu, dia makan apa? Apa hanya berdasarkan gaji pokok?"Menurutmu?""Karena aku sudah mengatakannya, itu berarti aku akan melakukannya!" ucap Tobi dengan nada datar."Kalau begitu, gajimu?""Aku nggak tertarik dengan jumlah sekecil itu!""Tapi bonus ini akan dibagikan secara merata kepada semua orang!""Merata?"Yuli tercengang. Bukankah ini artinya sebaik apa pun kinerjamu, hasil yang kamu dapatkan akan sama? Tidak masuk akal. Bukankah seharusnya ini menjadi kompetisi peringkat agar semua orang be
Baik itu aturan tak terduga yang dibuat Tobi ataupun penyelidikannya terhadap Daniel, semuanya itu membuatnya takjub. Helen sendiri tidak mampu melakukan hal itu.Helen mengunjungi Widia dan menceritakan kejadian itu kepadanya.Dia mengira Bu Widia-lah yang menyelidiki masalah Daniel dan juga orang yang mengendalikan masalah itu.Namun, Widia kebingungan saat mendengar itu. Dia bahkan tidak mengenal Daniel.Apalagi, Tobi bisa membuat begitu banyak aturan yang tidak dia duga. Pria itu sungguh hebat, bahkan dirinya sempat menemukan beberapa di antaranya yang sangat bagus.Hanya dalam satu rapat, Tobi telah berhasil mengendalikan tim satu sepenuhnya dan bahkan meyakinkan semua orang.Selanjutnya, saatnya melihat kinerja sebenarnya.Saat Helen mengetahui semuanya adalah tindakan Tobi sendiri, dia diam-diam memuji Tobi, lalu berkata, "Bu Widia, Tobi pasti termasuk senjata rahasiamu untuk menyingkirkan lawanmu, 'kan?"Widia tertegun sejenak. Kemudian, menahan senyum pahit. Senjata rahasia ma
Tobi tidak langsung menanggapi wanita itu, tetapi balik bertanya, "Apa kamu percaya kalau aku bilang aku memeriksa semua orang di seluruh perusahaan?""Kamu rasa aku akan percaya?"Widia memutar bola matanya sambil melihat Tobi, "Sudahlah, jangan sembarangan. Seriuslah.""Ya!""Sebenarnya hanya kebetulan. Aku punya teman yang kebetulan tahu tentang dirinya. Ditambah lagi, saat ini aku juga bergabung dalam tim satu, jadi aku memanfaatkannya."Tobi hanya bisa mengarang satu kebohongan lagi."Ternyata begitu. Tapi, kamu sangat beruntung. Kamu selalu bertemu orang-orang baik yang membantumu.""Tentu saja, tapi orang yang paling baik bagiku hanya kamu. Kalau bukan karena kamu, bagaimana aku bisa bergabung dengan perusahaan dan hidup begitu nyaman?" canda Tobi.Widia menanggapinya dengan serius, lalu mendengus dingin, "Baguslah kalau kamu tahu. Lakukan pekerjaanmu dengan baik dan jangan buat aku mendapat masalah.""Nggak akan.""Bagus. Kebetulan kamu senggang, ayo antar aku pulang," kata Wid
"Ada apa? Aku mencarikan pasangan yang baik untukmu. Apa kamu nggak tahu betapa baiknya Tuan Gavin. Kalau sempat diganggu oleh pecundang ini, kamu pasti akan menyesal," omel Yesa.Ternyata ibunya sedang mencari pasangan untuk dirinya. Pantas saja, dia ingin menyingkirkan Tobi.Setelah Widia menyadari niat ibunya, dia pun berkata dengan nada menyalahkan, "Bu, siapa yang menyuruhmu mencarikan pasangan untukku? Sudah kubilang, aku masih belum memikirkan hal itu.""Kamu masih belum memikirkannya? Tahukah kamu berapa usiamu sekarang? Beberapa tahun lagi, kamu sudah memasuki usia kepala tiga."Yesa terlihat gusar, "Aku nggak peduli, pokoknya kamu harus pertimbangkan baik-baik. Kalau nggak, aku akan mati di hadapanmu. Lagian, kamu nggak perlu khawatir, Tuan Gavin ini sangat hebat."Widia tampak tak berdaya. Dia menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Ayo masuk dulu."Mendengar itu, Yesa pun tidak lagi melarang Tobi masuk lagi. Dia hanya memperingatkan pria itu dengan suara pelan, "Tobi, denga
Yang paling malang adalah orang yang mengadang Tobi barusan. Pria yang mengkhianati Vamil itu bahkan tidak punya waktu untuk menghindar sama sekali. Dia menjerit dan langsung bergerak mundur.Jika tidak mundur dengan cepat, mungkin dia sudah kehilangan separuh nyawanya.Sialan! Kekuatan sekelompok orang ini sangat menakutkan. Terutama Tobi. Sepertinya kekuatan bocah ini lebih kuat dari dirinya sekarang.Menghadapi kedua kekuatan ini, Prabu juga merasakan teror. Dia mengerang beberapa kali dan mundur terus menerus. Tubuhnya jelas terluka parah.Sialan!Tak disangka, begitu kedua orang ini bergabung, kekuatan mereka akan begitu mengerikan. Bahkan, membuat lukanya bertambah parah. Jika bukan karena dia punya pil penyembuh, setidaknya dia butuh beberapa bulan untuk memulihkan dirinya.Sebenarnya Luniver bisa membantu Prabu, tetapi dia sengaja mundur. Saat melihat luka yang dialami Prabu makin parah, ada niat membunuh yang muncul di matanya.Jika memungkinkan, dia pasti akan menyingkirkan P
Mendengar itu, Tobi mengangguk. Pria itu langsung memeluk Widia sambil bergumam, "Baiklah. Hari ini, kita sebagai suami istri berjanji akan menjadi pasangan sehidup semati di sini!"Widia sangat senang mendengar perkataan itu. Sejak mereka bercerai, kata 'suami istri' baru pertama kalinya keluar dari mulut Tobi.Apalagi, mereka masih belum menikah kembali."Sungguh pasangan yang mesra. Sayangnya, kalian ditakdirkan mati hari ini," ucap Luniver dengan nada mengejek.Amderika, yang dipimpin oleh Barat, telah menggunakan segala cara untuk menekan Negara Harlanda dalam segala aspek teknologi militer. Sebagai pelindung Amderika tentu saja tidak mengizinkan seni bela diri Negara Harlanda terus menghasilkan kultivator yang menakutkan dan berkuasa.Jadi, kedua orang ini harus mati hari ini."Benar. Apa pun yang terjadi, kalian akan mati hari ini. Sekarang, biarlah aku mengakhiri nyawa kalian." Prabu tampak penuh emosiBagaimana dia bisa melepaskan dua bocah ini begitu saja?"Kalau begitu, bert
Jangankan Tobi baru saja mendapat pencerahan, sekalipun dia telah memahami hukum langit dan bumi, tanpa berlatih selama beberapa tahun, bagaimana kekuatannya bisa dibandingkan dengan para senior lainnya?Lantaran barusan tidak punya kesempatan, jadi Hirawan langsung pamer sekarang. Dia berkata dengan dingin, "Bocah, karena kamu begitu ingin mati, aku akan mengabulkan keinginanmu!"Meski tidak bisa mengalahkan Vamil, mana mungkin dia tidak bisa mengalahkan bocah kecil ini?Sekalipun kekuatannya kini hanya tersisa 20 persen, menyingkirkan seorang bocah adalah hal yang mudah baginya. Dia langsung meluncur ke depan dan Pedang Kekuatan Iblis di tangannya langsung menghantam dengan keras.Ekspresi Tobi berubah gelap. Dia mengumpulkan kekuatan besar dalam tubuhnya. Kemudian, mengeluarkan Pedang Diraya dari Cincin Spasial, lalu mengayunkannya dengan keras.Energi pedang itu bagaikan aliran sungai yang mengalir deras. Apalagi, serangan itu seakan-akan lautan yang marah dan ombak yang bergejolak
Begitu selesai berbicara, kekuatan menakjubkan langsung melanda dirinya.Wajah Tobi berubah. Dia segera mengayunkan pedangnya dengan kuat. Energi sejati yang kuat di tubuhnya mengalir ke pedangnya. Dalam sekejap, cahaya pedang bersinar terang.Benturan kedua kekuatan itu menghasilkan energi yang luar biasa.Bam ....Dua kekuatan yang berbenturan itu membuat cahaya pedang menyebar ke segala arah. Tobi tidak tahan lagi dan langsung mengerang. Dia juga mundur beberapa langkah. Meski orang ini tidak sekuat Vamil dan tiga lainnya, dia masih lebih unggul dari Tobi.Yang paling penting lagi, orang ini mencegah Vamil dan Tobi meninggalkan tempat itu.Wajah Vamil berubah muram. Dia tidak menyangka pengkhianat ini akan muncul. Terlebih lagi, orang ini menyembunyikan auranya dengan sempurna. Bahkan, Vamil sendiri pun tidak menyadarinya sama sekali.Kemungkinan besar, orang ini satu komplotan dengan Prabu. Keduanya menyembunyikan aura dengan metode yang sama.Dalam waktu singkat itu, Luniver, Hira
Saat serangan pertama, Hirawan berdiri di belakang Luniver. Jika tidak, luka yang dia derita mungkin akan lebih serius.Orang yang paling tidak beruntung adalah Prabu. Dia baru saja keluar dari tempat persembunyian dan kebetulan berdiri di posisi paling depan. Meski Luniver berada di sampingnya, setidaknya posisinya masih sedikit ke belakang.Prabu tidak peduli begitu banyak. Dia terus mengerahkan kekuatannya. Seakan-akan tidak gentar menghadapi musuh, dia juga terus mengeluarkan serangan.Hanya dengan satu pukulan, area beberapa mil ditekan secara hebat. Pukulan kuat itu sepertinya melenyapkan segala sesuatu di sekitarnya dan memancarkan cahaya keemasan.Energi itu seakan-akan matahari dan terus melaju ke depan secara gila-gilaanKini, tubuh Luniver sepenuhnya diselimuti kegelapan. Kedua belas sayapnya berubah menjadi hitam. Dia mengangkat tangan kanannya dan seluruh ruang langsung bergetar.Kemudian, sebuah telapak tangan terangkat. Seketika, kegelapan memadat.Tiba-tiba, memberikan
Luniver tidak percaya. Dia bahkan curiga Vamil sengaja mengalihkan perhatian mereka. Lagi pula, mereka tidak merasakan aura Prabu di sana.Berdasarkan kekuatannya, jika Prabu datang, mustahil akan luput dari perhatiannya.Awalnya, Vamil juga tidak menyadarinya. Bahkan, tidak merasakan ada yang aneh sedikit pun. Namun, lantaran Prabu memasuki jangkauan formasi, pergerakannya tidak mungkin lepas darinya.Walau Prabu bersembunyi di balik pepohonan, dia masih berada dalam formasi.Prabu tercengang. Ekspresi wajahnya seketika berubah. Bagaimana bisa ketahuan? Padahal dia telah mempraktikkan metode pernapasan kuno tersembunyi dari Harlanda. Mustahil ada orang yang bisa mendeteksi pernapasannya.Namun di saat mata Vamil tertuju padanya, dia juga tahu dia tidak bisa bersembunyi lagi. Jadi, dia terpaksa melangkah keluar dan menyapa sambil tersenyum, "Kalian semua ada di sini.""Prabu, taktikmu hebat kali!" Luniver tampak marah. Prabu sengaja bersembunyi. Jelas kali, pria itu tengah menunggu ked
"Kamu kira bisa menghentikanku hanya dengan menggunakan formasi bobrok ini?"Luniver sudah terbawa emosi. Dia mengangkat tangan kanannya. Seketika, energi yang menakutkan terkumpul di telapak tangannya, jatuh dari langit dengan kegelapan yang mencengangkan.Kekuatan gelap itu membawa kekuatan yang sangat misterius. Bahkan, ada banyak retakan ruang yang muncul di sekitarnya, meluncur ke arah Vamil secara langsung."Bagus!"Sebuah pedang panjang muncul di tangan Vamil. Pedang itu memancarkan energi yang menakjubkan dan segera menyambut serangan itu dengan tekanan mendominasi yang mencengangkan.Buam ....Di bawah benturan keras kedua kekuatan tersebut, cahaya putih yang menakjubkan meledak, menyebar seperti riak, dan orang-orang di sekitar tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam.Setelah beberapa saat, gambaran di dalamnya menjadi jelas kembali. Saat ini, ekspresi Vamil tampak serius, seluruh tubuhnya berubah menjadi ribuan benda. Kemudian dia berkata dengan nada tegas, "Tobi, lihat
Mendengar kata-kata Luniver yang begitu arogan dan mendominasi, Vamil langsung tertawa. "Luniver, kamu kira kalian sudah bisa mengalahkanku?""Kenapa? Jangan-jangan kamu mau bilang kamu sengaja memancing kami ke sini agar kami menemanimu mati bersama?"Luniver tersenyum sinis. Dia tampak begitu percaya diri dan arogan."Lantaran kamu sudah menebaknya, untuk apa omong kosong lagi!""Ayo maju. Aku mau lihat seberapa besar peningkatan kekuatan kalian akhir-akhir ini. Beraninya kalian berdua memasuki wilayahku!"Begitu selesai berbicara, aura menakutkan muncul dari tubuh Vamil. Selain itu, juga memberikan kesan kuno yang mengerikan. Tubuhnya kini dipenuhi dengan pesona kuno layaknya orang suci.Namun, Luniver tidak takut dan hanya mendengus dingin. "Kalau tetap keras kepala seperti ini, kamu hanya akan cari mati sendiri!""Kalau begitu, hari ini aku akan perlihatkan kekuatanku yang sesungguhnya dan membuatmu merasakan apa itu namanya putus asa!"Selesai berbicara, momentum Luniver melonjak
Namun, kekuatan bocah ini cukup bagus. Dia bahkan telah mencapai puncak Alam Tanah Abadi. Jika dia mewarisi kekuatan keturunan naga, mungkin akan menjadi ancaman bagi dirinya kelak.Hanya saja, lantaran dia muncul di sini, Luniver pasti akan menghabisinya langsung.Tobi juga memandang mereka berdua. Hatinya bergetar. Sama halnya seperti menghadapi Vamil, dia sama sekali tidak bisa memeriksa kekuatan keduanya. Ada perasaan tidak berdaya yang sulit dijelaskan muncul di hatinya.Awalnya, Tobi mengira kekuatannya telah mencapai puncak di dunia ini. Siapa sangka, masih ada orang yang jauh lebih kuat dibandingkan dirinya. Apalagi, kesenjangannya begitu besar. Sampai-sampai dia tidak dapat memeriksa kekuatan mereka sama sekali.Hal ini tentu membuat Tobi merasa tidak rela, terutama saat memandang tatapan menghina dari lawan.Namun, Tobi bukanlah orang yang bertindak ceroboh. Pria itu hanya melihat semuanya dengan ekspresi tenang.Lantaran kekuatannya tidak setinggi mereka, jadi tidak ada yang