Apa?Tobi?Benarkah dia sudah mendapatkan kontrak besar?Bukankah penagihan 60 miliar sebelumnya itu bukan perbuatannya?Mata semua orang kini dipenuhi keraguan. Mereka tidak terlalu percaya kepada kemampuan Tobi."Kalian nggak perlu ragu. Lagian, aku sendiri yang melakukan ini. Pihak sana juga mengakui Tobi yang melakukan negosiasi dan yang paling penting, kontraknya sangat besar," kata Shinta sambil tersenyum."Se ... seberapa besar?" tanya yang lainnya dengan antusias.Shinta mengulurkan sepuluh jari."Sepuluh miliar?""Bukan, 10 miliar juga nggak cukup. Jangan-jangan 100 miliar?""Tapi mana mungkin!""Apanya yang nggak mungkin? Benar, 100 miliar!"Bahkan, setelah melewati waktu semalam, Shinta masih tampak bersemangat. Entah sudah berapa lama departemen penjualan mereka tidak memperoleh penjualan sebesar itu?Benar-benar 100 miliar!Astaga!Semua orang terlihat senang sekaligus terkejut!Tobi yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bu Shinta, mengapa kam
Shinta melihat ke arah Tobi yang duduk di bagian bawah. Pria itu terlihat tenang, seolah-olah masalah itu tidak ada hubungannya dengannya dan tidak gugup sama sekali.Padahal, pria itu termasuk peserta taruhan kali ini.Itu sebabnya Mia menyuruhnya untuk mengajak Tobi ke sini.Saat itu juga, Mia pun angkat bicara."Bu Widia, Bu Helen, para eksekutif semuanya, maaf, aku rasa ada yang salah dengan data ini."Semua orang tampak kaget. Ekspresi Widia juga berubah, seakan menyadari ada sesuatu yang tidak beres, tetapi dia segera bersikap normal dan berkata dengan tenang, "Apa masalahnya?""Data penjualan kami salah. Ada satu penjualan sebesar 60 miliar nggak dimasukkan tepat waktu," kata Mia seraya menyerahkan sebuah kontrak baru.Hati Shinta tenggelam. Dia teringat dengan ucapan Tobi.Jika mereka terlalu cepat bertindak, lawan mungkin akan mengatur langkah cadangan. Akibat ditekan oleh dirinya, Tobi pun menyuruhnya pergi ke Grup Transera.Shinta menoleh ke arah Tobi lagi. Pria itu masih ta
"Lagi-lagi. Apa kamu punya bukti kalau itu bukan tindakanku? Kalau nggak ada, itu berarti kamu memfitnahku. Kamu harus minta maaf kepadaku," kata Tobi sambil mendengus dingin."Kamu!""Kamu paling jelas itu fitnah atau bukan! Tapi aku malas berdebat denganmu. Hari ini kita hanya akan membahas masalah taruhan," kata Mia sambil mencibir."Mau bahas soal taruhan? Boleh, tapi kamu harus minta maaf kepadaku dulu atau nggak, keluarkan bukti aku mengambil jasa orang lain," kata Tobi dengan dingin.Mia sangat emosi, tetapi dia telah disuruh untuk tidak merusak situasi saat ini apalagi mengakui penyadapan. Dia pun terpaksa berkata, "Oke, aku minta maaf kepadamu atas ucapanku barusan.""Permintaan maaf darimu nggak jelas dan nggak terdengar tulus sama sekali," ucap Tobi seraya tidak menerimanya."Kamu! Oke, aku ulang! Aku minta maaf karena barusan memfitnahmu, maafkan aku!" kata Mia dengan enggan."Bagus. Kalau begitu, aku akan memaafkanmu," seru Tobi seraya tersenyum tipis.Mia tampak marah, la
Mata Widia langsung bersinar. Wanita itu buru-buru meminta Tobi menyerahkan kontrak itu kepadanya.Beberapa eksekutif lainnya mengedarkan kontrak itu sambil membacanya sekilas. Ternyata isi kontrak itu mirip dengan milik Mia. Saat ini, mereka hanya perlu memeriksa apa transferan uang itu sudah diterima atau belum.Tobi tersenyum tipis dan berkata, "Bu Mia, bagaimanapun juga, kamu dan Bu Shinta termasuk karyawan hebat. Andai salah satu dari kalian mengundurkan diri, itu akan menjadi kerugian besar bagi perusahaan.""Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Mia dengan nada dingin."Maksudku, bagaimana kalau kita buat seri saja? Dengan begitu, nggak ada seorang pun yang harus pergi dan kita semua akan tetap menjadi rekan kerja yang saling toleran," ucap Tobi sambil tersenyum.Semua orang tertegun sejenak. Tidak ada yang menyangka Tobi akan mengatakan hal seperti itu.Widia juga agak terkejut, tetapi dia diam-diam tersenyum pahit. Tobi pasti sedang menyembunyikan kelemahannya sendiri.Sepertiny
Lagi pula, posisi Almer di perusahaan tidak tergoyahkan dan Widia juga tidak punya cara untuk menggantikannya.Beberapa di antara mereka pun mulai menanggapi ucapan Almer. "Benar, jangan habiskan waktu hanya dengan omong kosong. Tobi, kalau kamu punya bukti transfer, tunjukkan secepat mungkin. Kalau nggak ada, akui saja kekalahanmu."Melihat semua orang mendukungnya, Mia tampak bangga. Dia memandang Tobi dengan tatapan arogan, seolah-olah dialah pemenang taruhan itu.Arvin juga sangat bersemangat. Akhirnya, dia mengikuti orang yang tepat. Sesaat lagi, dia sudah bisa menggantikan Shinta dan menjadi ketua tim.Dibandingkan yang lainnya, Widia, Helen dan Shinta sudah hampir menyerah. Mereka sudah putus asa.Namun, di saat itu juga, Tobi pun berkata dengan nada datar, "Karena semua orang merasa pemenangnya harus ditentukan, nggak perlu mengutamakan perasaan dan harus ada orang yang dikeluarkan, kalau begitu, ayo kita putuskan pemenangnya.""Bu Nadia, tolong umumkan hasilnya kepada semua or
Helen juga tidak kalah kagetnya.Dia tidak menyangka kalau pria yang dia anggap remeh selama ini ternyata memiliki keterampilan seperti itu.Ini semua berkat Tobi.Di saat ini juga, Helen baru memahami pengaturan yang dibuat Bu Widia.Jika dugaannya benar, Tobi mungkin adalah orang yang diutus oleh Bu Widia untuk menangani Keluarga Priyadi. Jika tidak, kejadian akhir-akhir ini akan sulit dijelaskan.Padahal, pemikiran Helen salah. Widia hanya ingin melatih Tobi agar dia bisa bertahan hidup setelah mereka bercerai nanti, tetapi Tobi memang memiliki tujuan itu.Jadi, bisa dikatakan yang dipikirkan Helen ada benarnya.Karena Mia adalah orang kepercayaan Almer, pria itu pasti tidak akan berdiam diri dan berniat untuk membelanya.Tobi yang memperhatikan gerak-geriknya itu pun langsung berkata, "Baiklah, sekarang hasilnya sudah jelas. Padahal, tadi aku terus-terusan ingin membatalkan kompetisi, tapi sepertinya Bu Mia nggak setuju.""Apalagi, para atasan juga nggak setuju dan bersikeras harus
Mendengar itu, Almer mendengus dingin dan berkata, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Ketua tim departemen penjualan juga termasuk atasan perusahaan. Bagaimana bisa karyawan penjualan sepertimu memilih ketua tim sesuka hatimu? Kalau benar seperti itu, bukankah akan menjadi kekacauan?""Tapi ini sudah disepakati sebelumnya, apalagi kedua belah pihak sudah sepakat," kata Tobi ringan."Sepakat apanya? Sekalipun kalian sudah sepakat, apa kami sudah setuju? Kamu nggak bisa sembarangan memutuskan posisi ketua tim begitu saja," balas Almer.Shinta pun ikut membantunya, "Tapi barusan Tobi sudah menyebutkan permintaan ini dan para atasan juga nggak keberatan.""Benarkah? Aku nggak dengar tadi. Kalau nggak, aku pasti akan langsung membantahnya. Posisi ketua tim bukan main-main dan hanya bisa diputuskan setelah diskusi antara bagian administrasi dan bagian penjualan."Almer mendengus dingin dan berkata, "Berbicara tentang posisi ketua tim, ada satu hal lagi yang harus kita diskusikan. Namamu
Begitu kata-kata itu keluar, ekspresi Widia dan Helen langsung berubah.Apalagi, Widia tahu Tobi tidak memiliki kualifikasi akademis sama sekali. Dia hanyalah pria desa yang baru saja turun dari pegunungan. Bagaimana dia bisa memiliki kualifikasi akademis?Ketika Almer melihat ekspresi mereka berdua, dia langsung memperlihatkan tampang bangga. 'Beraninya kalian menyingkirkan orang kepercayaanku. Kalau begitu, aku juga nggak akan melepaskan Tobi,' pikirnya dalam hati.Pokoknya, dia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menyeret Helen sekaligus.Jika dia bisa meraih posisi direktur penjualan, maka kehilangan Mia bukanlah apa-apa.Saat ini, Mia dan Arvin masih belum pergi. Saat mendengar kalimat itu, mereka yang awalnya tampak putus asa itu tiba-tiba bersemangat kembali. Asalkan bisa melihat Tobi tertimpa masalah, mereka akan merasa jauh lebih senang."Bu Helen, kenapa kamu diam saja? Jangan-jangan dia nggak kuliah?" tanya Almer dengan sengaja.Begitu kata-kata itu dilontarkan, terdengar
Saat ini, semuanya juga seharusnya sudah berakhir.Setelah semua orang bubar, Vamil maju ke depan sambil tertawa, "Tobi, kamu benar-benar memberiku kejutan besar kali ini.""Awalnya, aku kira kamu setidaknya membutuhkan lima tahun untuk menandingi kekuatan mereka. Aku nggak menyangka kekuatannya akan meningkat secepat itu. Benar-benar di luar dugaanku.""Bolehkah kamu beri tahu aku sudah sampai mana kekuatanmu saat ini?"Vamil sangat penasaran.Tobi mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Nggak ada lawan, jadi aku juga nggak begitu jelas.""Aku hanya tahu, kalau aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, aku bisa menghancurkan kota dengan mudah.""...."Semua orang benar-benar tercengang, lalu berkata tak berdaya, "Luar biasa!"Vamil terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Nak, kamu benar-benar mengejutkanku. Oh ya, kapan kalian akan menikah? Jangan terlalu lama. Aku nggak punya banyak waktu lagi."Jelas, dia sangat puas dengan Tobi dan berharap bisa menghadiri pernikahan mereka.Mende
Kata-kata dominan Tobi barusan membuat orang-orang Harlanda makin antusias. Saking bersemangatnya, mereka yang menonton siaran langsung dari rumah pun bersorak kegirangan.Mereka sangat gembira. Jadi, perlu mengekspresikan kegembiraan yang mereka rasakan.Hanya saja kalimat 'siapkan misil' yang diucapkan Tobi membingungkan mereka.Apa yang terjadi? Siapkan misil? Apa maksudnya? Tiba-tiba tanda tanya muncul memenuhi seluruh layar.Semua orang benar-benar tercengang mendengar kata-kata itu.Banyak orang mengungkapkan pertanyaan mereka.Di saat bersamaan, para petugas di pangkalan rudal itu juga tampak berkeringat dingin. Biasanya, dalam situasi apa pun, dia pasti akan melaksanakan perintah dengan tegas. Namun, dia jelas-jelas gugup saat ini dan kembali mengkonfirmasi.Radiya mengangguk. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan, dia bahkan turun tangan memperhatikan masalah ini.Jika bukan karena menyaksikan kekuatan Tobi yang melampaui orang biasa dengan matanya sendiri, dia benar-benar
Negara Harlanda seketika dibanjiri berbagai kata-kata pujian, sorak-sorai, dan kekaguman.Di mata mereka, Tobi sudah termasuk dewa pelindung Harlanda.Sebaliknya di mata dunia luar, mereka mulai takjub terhadap kekuatan Negara Harlanda. Bahkan, juga ada rasa takut.Tobi tidak peduli dengan masalah ini. Dia teringat bahwa selama periode ini, ada banyak orang yang membuat onar. Jadi, dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, akhir-akhir ini, banyak wilayah yang meremehkan seni bela diri Negara Harlanda kita. Bisa-bisanya mereka memandang rendah seni bela diri kita.""Kalau begitu, aku akan perlihatkan pada mereka akan betapa hebatnya seni bela diri Negara Harlanda. Master-master hebat lainnya yang jarang menampakkan diri nggak perlu mengambil tindakan, cukup mereka yang ada di sini yang melakukannya saja.""Pandu, keluarlah!"Tobi tiba-tiba menyebut nama Pandu.Awalnya, Pandu sempat terkejut. Namun, reaksinya cukup cepat. Begitu menerima perintah Tobi, dia segera melompat keluar dan berkat
Tobi perlahan melambaikan tangan kanannya. Tubuh Hirawan seketika terhempas keluar dari lapangan dan mendarat tepat di samping orang-orang Melandia yang tengah membawa rekan mereka yang tak sadarkan diri tadi.Membiarkan mereka membawa Hirawan pergi.Selanjutnya, giliran Luniver.Semua orang yang hadir di sana kini memandang Tobi dengan tatapan penuh kekaguman dan keterkejutan.Vamil dan lainnya yang mendukung Tobi semuanya tampak antusias. Awalnya, mereka mengira krisis besar yang dihadapi kali ini akan mendatangkan ancaman bagi seni bela diri Harlanda. Siapa sangka, hal ini bisa dengan mudah diselesaikan oleh Tobi.Meski Luniver masih belum bertindak, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, sudah pasti tidak akan semudah mengendalikan Hirawan lagi."Luniver, giliranmu sekarang!" seru Tobi dengan nada datar.Begitu Tobi selesai berbicara, semua orang terkejut.Mereka sangat familier dengan kekuatan Luniver. Apalagi, setelah pertarungan kemarin, namanya kini sangatlah populer.Jelas sek
Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi
Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be
"Dia juga idolaku!""Aku juga!""Haha. Masih berpura-pura. Bukankah kalian sangat sombong dan bangga barusan? Ayo lanjutkan lagi.""...."Dalam sekejap, semua orang Harlanda bersorak kegirangan. Baik mereka yang menonton dari internet maupun mereka yang menyaksikan secara langsung. Terutama mereka yang mengenali Tobi dan hubungannya dekat dengannya. Semuanya sangat bersemangat.Sebaliknya, satu per satu dari wajah orang Melandia berubah muram. Mereka sepenuhnya tidak percaya dengan adegan yang terjadi di depan mereka.Di mata mereka, sosok Hirawan sangatlah kuat bagaikan dewa. Jadi, bagaimana Hirawan bisa ditaklukkan secara tiba-tiba. Bahkan, wajahnya bisa ditampar di depan umum?Apalagi, ini juga merupakan tamparan di wajah mereka. Tentu saja mereka sangat marah."Curang! Mereka pasti curang!""Manipulasi. Mereka pasti menggunakan manipulasi!""Hirawan, katakan sejujurnya, apakah kamu sengaja mengalah pada mereka? Kamu ingin mereka senang dulu, kemudian membuat mereka terpuruk nantiny
Melihat Tobi berjalan mendekatinya, Hirawan tampak mengerutkan keningnya. Karena dia menyadari bahwa dirinya tidak bisa merasakan kekuatan apa pun dari tubuh Tobi.Hanya ada dua kemungkinan untuk situasi seperti ini. Pertama, lawan jauh lebih kuat dari dirinya. Jadi, dia tidak bisa merasakan kekuatannya. Namun, Hirawan bahkan masih bisa merasakan kekuatan Vamil dan Luniver.Apa pun alasannya, mustahil kekuatan Tobi akan lebih tinggi dibandingkan mereka berdua, 'kan?Yang kedua, mungkin Tobi telah mempelajari teknik untuk menyembunyikan kekuatan.Jika penilaiannya tidak salah, pasti Tobi telah menyembunyikan kekuatannya.Berpura-pura terlibat hebat. Apa Tobi mengira bisa menakuti dirinya?Bibir Hirawan melengkung. Kemudian, dia berkata dengan nada menghina, "Tobi si pengecut, akhirnya kamu berani menampakkan dirimu? Kupikir kamu akan terus bersembunyi sampai akhir."Tobi tersenyum, tetapi senyumannya tampak sinis, lalu berkata dengan nada datar, "Bersembunyi? Mana mungkin aku bersembuny
"Tapi aku harap kalian bisa lebih kuat hari ini. Setidaknya, biarkan aku melakukan sedikit pemanasan.""Kalau nggak, bukankah akan sangat membosankan?""Selain itu, aku juga nggak akan bermurah hati lagi hari ini. Begitu naik ke atas, hanya ada dua pilihan di depan kalian. Kalau nggak hidup ya mati. Coba aku lihat apa masih ada orang Harlanda yang nggak takut mati?"Begitu kata-kata ini dilontarkan, sekali lagi kolom komentar dibanjiri banyak orang. Apalagi, banyak orang yang teringat dengan Tobi, yang disebut Hirawan sebelumnya itu, masih belum muncul juga.Perkataan Hirawan tentunya mengundang emosi banyak master Harlanda. Semuanya terlihat marah dan bersiap untuk naik ke atas panggung.Efendi juga mengambil langkah ke depan dan hendak naik ke atas panggung.Namun, di saat bersamaan, Tobi lebih dulu memimpin dan berjalan langsung ke atas panggung.Indira yang berada di sebelahnya tertegun sejenak. Bagaimanapun, dia juga termasuk master paling kuat di antara para Pelindung Harlanda. K