Helen juga tidak kalah kagetnya.Dia tidak menyangka kalau pria yang dia anggap remeh selama ini ternyata memiliki keterampilan seperti itu.Ini semua berkat Tobi.Di saat ini juga, Helen baru memahami pengaturan yang dibuat Bu Widia.Jika dugaannya benar, Tobi mungkin adalah orang yang diutus oleh Bu Widia untuk menangani Keluarga Priyadi. Jika tidak, kejadian akhir-akhir ini akan sulit dijelaskan.Padahal, pemikiran Helen salah. Widia hanya ingin melatih Tobi agar dia bisa bertahan hidup setelah mereka bercerai nanti, tetapi Tobi memang memiliki tujuan itu.Jadi, bisa dikatakan yang dipikirkan Helen ada benarnya.Karena Mia adalah orang kepercayaan Almer, pria itu pasti tidak akan berdiam diri dan berniat untuk membelanya.Tobi yang memperhatikan gerak-geriknya itu pun langsung berkata, "Baiklah, sekarang hasilnya sudah jelas. Padahal, tadi aku terus-terusan ingin membatalkan kompetisi, tapi sepertinya Bu Mia nggak setuju.""Apalagi, para atasan juga nggak setuju dan bersikeras harus
Mendengar itu, Almer mendengus dingin dan berkata, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Ketua tim departemen penjualan juga termasuk atasan perusahaan. Bagaimana bisa karyawan penjualan sepertimu memilih ketua tim sesuka hatimu? Kalau benar seperti itu, bukankah akan menjadi kekacauan?""Tapi ini sudah disepakati sebelumnya, apalagi kedua belah pihak sudah sepakat," kata Tobi ringan."Sepakat apanya? Sekalipun kalian sudah sepakat, apa kami sudah setuju? Kamu nggak bisa sembarangan memutuskan posisi ketua tim begitu saja," balas Almer.Shinta pun ikut membantunya, "Tapi barusan Tobi sudah menyebutkan permintaan ini dan para atasan juga nggak keberatan.""Benarkah? Aku nggak dengar tadi. Kalau nggak, aku pasti akan langsung membantahnya. Posisi ketua tim bukan main-main dan hanya bisa diputuskan setelah diskusi antara bagian administrasi dan bagian penjualan."Almer mendengus dingin dan berkata, "Berbicara tentang posisi ketua tim, ada satu hal lagi yang harus kita diskusikan. Namamu
Begitu kata-kata itu keluar, ekspresi Widia dan Helen langsung berubah.Apalagi, Widia tahu Tobi tidak memiliki kualifikasi akademis sama sekali. Dia hanyalah pria desa yang baru saja turun dari pegunungan. Bagaimana dia bisa memiliki kualifikasi akademis?Ketika Almer melihat ekspresi mereka berdua, dia langsung memperlihatkan tampang bangga. 'Beraninya kalian menyingkirkan orang kepercayaanku. Kalau begitu, aku juga nggak akan melepaskan Tobi,' pikirnya dalam hati.Pokoknya, dia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menyeret Helen sekaligus.Jika dia bisa meraih posisi direktur penjualan, maka kehilangan Mia bukanlah apa-apa.Saat ini, Mia dan Arvin masih belum pergi. Saat mendengar kalimat itu, mereka yang awalnya tampak putus asa itu tiba-tiba bersemangat kembali. Asalkan bisa melihat Tobi tertimpa masalah, mereka akan merasa jauh lebih senang."Bu Helen, kenapa kamu diam saja? Jangan-jangan dia nggak kuliah?" tanya Almer dengan sengaja.Begitu kata-kata itu dilontarkan, terdengar
Dari ucapan itu, dia jelas ingin menyeret Helen ke dalam masalah itu.Hal ini langsung membuat ekspresi Widia berubah. Helen adalah partnernya yang paling kuat di dalam perusahaan.Jika sesuatu terjadi pada Helen, itu pasti akan menjadi pukulan besar baginya.Shinta dan yang lainnya juga terlihat gugup.Tobi tersenyum geli dan berkata, "Pak Almer sangat hebat. Dalam sekejap, kamu bahkan memfitnah Bu Helen. Kenapa? Kamu begitu ingin menjatuhkan Bu Helen?""Jangan sembarangan. Bu Helen adalah pilar perusahaan kami. Dia juga telah memberikan banyak kontribusi kepada perusahaan. Bagaimana aku bisa memiliki pemikiran seperti itu?" kata Almer berusaha menyangkalnya."Oh, ternyata Bu Helen sangat berbakat. Kalau begitu, nggak peduli apa yang terjadi kepadaku nanti, kamu nggak akan melibatkan Bu Helen, 'kan?"Almer tertegun sejenak. Dia baru menyadari dirinya terjebak lagi. Dia pun berkata dengan nada dingin, "Jangan omong kosong lagi. Cepat jelaskan masalahmu.""Kalau tindakan Bu Helen benar-
Setelah Almer menyadari semuanya, dia merasa sangat gusar. Dia tidak menyangka pecundang yang dia anggap remeh itu bisa menimbulkan masalah yang begitu besar untuknya.Sebaliknya, Helen makin kagum dengan Tobi.Menurutnya, ini pasti jebakan yang direncanakan oleh Tobi dari awal. Pemikiran seperti ini jelas bukan sesuatu yang bisa dilakukan orang biasa.Meski begitu, masih ada masalah mendasar, yaitu bagaimana Tobi bisa masuk ke perusahaan.Jika tidak ditangani dengan baik, maka krisis akan tetap ada.Benar saja. Almer tidak bisa menyembunyikan niat membunuh Tobi dan berkata dengan dingin, "Tobi, setelah bicara begitu banyak, kamu masih belum mengatakan pengalaman apa yang kamu miliki yang membuat Bu Helen merekrutmu ke dalam perusahaan?"Mendengar itu, Tobi menggelengkan kepalanya dan mengerutkan kening, "Pak Almer, apa pendengaranmu bermasalah? Barusan aku sudah bilang kalau pengalamanku sangat menakutkan, jadi aku nggak akan memberi tahu kalian."Almer tampak emosi dan berkata dengan
Ternyata dugaan mereka benar!Widia hanya bisa menahan senyum pahit. Dia tidak menyangka Tobi akan mempersiapkan sertifikat penghargaan palsu. Hanya saja, hal seperti itu mudah terbongkar.Mereka hanya perlu memastikan hal itu kepada pihak universitas.Yang lain juga tampak terkejut. Tak disangka, Tobi akan melakukan hal bodoh seperti itu.Shinta tersenyum pahit. Menurutnya, Tobi pasti bisa melakukan hal seperti itu. Terlebih lagi, Bu Helen telah mengatakan Tobi tidak memiliki kualifikasi akademis.Helen hanya bisa menghela napas. Sepertinya, tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Namun, Tobi tersenyum tipis dan berkata, "Siapa bilang sertifikat penghargaanku palsu?""Aku!"Selesai berbicara, Almer tertawa keras dan berkata, "Kalau kamu mencari negara lain, contohnya Afrita, mungkin aku nggak bisa menyelidikinya.""Sayangnya, kamu bodoh dan malah membuat sertifikat kebanggaan profesor dari Universitas Harvor. Apa menurutmu, aku nggak bisa menyadarinya?"Apa!Sialan!Bocah ini pasti suda
Almer memeriksa nama-nama di sana dan tidak menemukan nama Tobi di sana. Dia pun berkata dengan nada mengejek, "Tobi, mengapa nggak ada namamu di sini?""Kamu masih berani bilang kamu nggak memalsukan sertifikat itu?""Tentu saja nggak. Meski di sana nggak ada namaku, itu bukan berarti nggak ada. Sudahkah kamu bertanya kepada atasan sekolah atau kepala sekolah?" tanya Tobi."Omong kosong!"Almer tampak marah dan berkata, "Tobi, kamu yakin mau aku menyelidiki lebih lanjut? Kamu tahu ini ilegal, 'kan? Saat itu, kamu akan masuk penjara karena sudah memalsukan sertifikat.""Aku nggak memalsukannya. Silakan periksa sendiri," kata Tobi dengan acuh tak acuh."Oke. Kamu sendiri yang cari mati. Jangan salahkan aku nggak segan lagi," kata Almer dengan marah.Widia tidak berdaya. Awalnya, dia ingin menghentikan pria itu. Bagaimanapun juga, pria itu melakukan semua ini jelas untuk perusahaan."Tobi, kalau kamu bertemu orang lain, mungkin dia nggak bisa berbuat apa-apa, tapi sayangnya, kamu bertemu
Tobi mengangkat bahu tak berdaya. Dia sangat rendah hati, tetapi semua orang mencurigainya. Pria itu tidak punya pilihan selain mengungkapkan kekuatannya yang luar biasa.Saat pertemuan berakhir nanti, pasti ada banyak wanita cantik yang akan mengerumuninya, bahkan Widia mungkin juga akan melemparkan dirinya ke dalam pelukannya.Setelah menutup telepon, wajah Almer terlihat suram. Dia menatap Tobi lekat-lekat, seolah ingin melihat sesuatu yang aneh pada dirinya."Bagaimana, Pak Almer? Apa kamu sudah memastikannya dengan jelas?"Tobi tersenyum tipis dan berkata, "Sudah kubilang sertifikat itu asli. Bukankah seharusnya kamu kembalikan kepadaku sekarang?""Tentu saja. Kembalikan sertifikat ini kepadanya."Almer menyuruh wanita cantik itu menyerahkan sertifikat kepada Tobi. Setelah itu, dia menatap Helen lagi dan berkata, "Dengan sertifikat seperti itu, kenapa kamu rela menjadi seorang karyawan penjualan biasa?""Kalau tebakanku benar, Bu Helen mungkin nggak tahu kamu punya sertifikat ini.