"Kamu!"Haris tampak emosi. Bocah bodoh dari mana yang berani memprovokasinya seperti ini?Widia tidak hanya khawatir tentang kerja sama, tetapi dia juga takut Tobi menyinggung Keluarga Sunaldi. Dia pun buru-buru berkata, "Tobi, jangan omong kosong! Apa kamu tahu siapa Tuan Haris? Dia nggak mungkin berbohong kepada kita."Bersamaan dengan itu, dia juga berkata dengan nada panik, "Tuan Haris, kami sudah salah paham kepada Anda. Tolong jangan marah. Saya yakin Anda pasti ingin bekerja sama dengan kami."Tobi diam-diam kagum dengan Widia.Ternyata gadis ini tidak begitu bodoh. Setidaknya, dia tahu cara menyenangkannya dengan memujinya.Dia tidak tahu kalau Widia hanya tidak ingin memprovokasi Tuan Haris.Haris tentu saja menerima pujian itu dan tampak bangga. Dia mendengus dingin dan berkata, "Tentu saja. Kalian sudah salah paham.""Begini saja. Asalkan dia menenggak habis tiga botol Maotai, aku akan menginvestasikan 200 miliar untuk perusahaan kosmetik milikmu."Tiga botol? Bagaimana mun
Tania sangat tertekan, tetapi wajahnya masih harus berpura-pura memperlihatkan ekspresi senang.Tobi tersenyum tipis dan berkata, "Jangan khawatir, Tuan Haris. Aku masih bisa makan, minum dan punya seorang istri cantik. Aku nggak akan menyesal."Sorot mata Tuan Haris berubah dingin. Namun, setelah berlalu, dia juga tidak langsung menyuruh orang mengambil tindakan. Sebaliknya, dia mengutus orang untuk menyelidiki masalah Tobi.Ini adalah kebiasaannya. Sebelum mengambil tindakan, dia harus menyelidiki seluk-beluk orang itu dengan jelas.Begitu mengambil tindakan, dia pasti akan mengerahkan seluruh kekuatannya dan tidak meninggalkan konsekuensi.Kini, kerja samanya sudah ditandatangani. Sesuai kesepakatan, besok setelah menandatangani beberapa formalitas, mereka akan menerima 200 miliar. Namun, Widia tidak terlihat senang."Tobi, terima kasih atas bantuanmu hari ini. Kamu minum begitu banyak, apa kamu baik-baik saja?""Nggak apa-apa. Tiga botol alkohol bukanlah apa-apa." Tobi menggunakan
Mendengar itu, Widia langsung marah dan berkata, "Apa yang ingin mereka lakukan? Lagian, kita nggak memaksa mereka berinvestasi, jadi mengapa kita harus membayar kerugian?""Ya, aku juga bilang begitu. Tapi kali ini, kakek keduamu datang dan membawa keluarga besar. Dia bilang meski mau putus hubungan, mereka mau menuntut uang itu kembali," ucap Yesa dengan cemas."Jadi, Kakek bilang apa?" tanya Widia lagi."Teman lama kakekmu yang tinggal di Kota Jatra sedang sakit parah. Dia pergi menjenguknya sore tadi.""Mereka sengaja memilih saat Kakek nggak ada. Baiklah, aku pulang sekarang juga."Widia menutup telepon dengan marah dan berkata, "Orang-orang ini benar-benar nggak tahu malu."Meskipun Widia tidak senang dengan sanak keluarganya, dia jarang memarahi mereka seperti ini. Hal ini menunjukkan ketidakpuasan dalam hati wanita itu."Kamu baik-baik saja?" tanya Tobi."Nggak apa-apa, tapi aku harus kembali ke kediaman Keluarga Lianto dulu,” kata Widia."Aku ikut denganmu.""Ya!"Suasana hati
"Benar. Tobi, keluar dari sini. Kamu nggak diterima di Keluarga Lianto.""Kalau bukan gara-gara kamu, Keluarga Lianto nggak akan menjadi seperti ini," ujar Herman dengan marah.Tobi mengerutkan kening dan berkata dengan nada datar, "Keluarga Lianto bisa terlibat masalah besar karena kalian nggak mau dengar nasihatku dan bersikeras menginvestasikan uang kepada Joni. Mengapa kalian malah menyalahkanku sekarang?""Kamu masih berani berdalih. Ini semua gara-gara kamu!" umpat Yesa dengan kesal.Demi Widia, Tobi masih memperlihatkan sikap sopan, "Baik. Kamu bilang semua ini gara-gara aku, 'kan? Kalau begitu, alasannya apa?""Karena, karena kamu sangat menyebalkan. Pokoknya, kamu membuat kami makin percaya pada Joni." Setelah berpikir lama, Yesa hanya bisa menemukan alasan ini."Jadi, ini alasan kalian?"Bibir Tobi tampak tersenyum menyeringai.Meskipun yang lainnya membenci Tobi, mereka juga menganggap alasan ini terlalu dipaksa.Yesa bertambah kesal dan berkata, "Apa pun alasannya, Keluarga
Kakek kedua, Wirya, tidak menoleransinya lagi dan langsung bertanya, "Yesa, jangan omong kosong lagi. Kamu mau bertanggung jawab atas uang ini atau nggak?"Kakaknya tidak ada di sini. Apa pun yang terjadi, mereka harus memperjuangkan uang mereka kembali. Kalau tidak, setelah kakaknya kembali, mereka pasti akan diusir keluar dan tidak memperoleh sepeser pun.Kini, dia mengabaikan panggilan telepon dari Kakek Muhar.Sebenarnya, kakeknya Widia baru saja menelepon, tetapi mereka tidak mengangkatnya sama sekali.Yesa dikejutkan oleh Kakek Wirya yang agresif. Tanpa sadar, wanita itu mundur beberapa langkah.Widia buru-buru melangkah maju untuk menghentikannya dan berkata, "Kakek Wirya, kita harus berpikiran logis. Kami mungkin punya tanggung jawab atas masalah ini, tetapi bukan sepenuhnya ditanggung oleh keluarga kami.""Widia, seharusnya kamu tahu betapa sulit kami menabung. Sekarang, kami semua tertipu. Bagaimana kami bisa menerimanya?""Kami berbeda dengan kalian yang menguasai sebagian b
Masalah ini juga akan diselesaikan dengan mudah.Tobi mengerutkan kening. Dia tidak mungkin mengatakan dialah yang menyuruh Lintang mengakuisisi Grup Karawaci. Jika begitu, semua orang makin tidak memercayainya."Kenapa? Nggak bisa berdalih lagi?""Kebohongan telah terungkap dan nggak bisa mengelak lagi, 'kan?""Yesa, kuperingatkan, kalau kamu nggak memberiku uang hari ini, aku nggak akan berdiam diri." Kini, mereka bahkan memanggil nama mereka langsung. Sepertinya mereka sangat panik.Yesa juga marah besar. Padahal, dia sendiri juga mengalami kerugian besar, bahkan semua simpanannya lenyap.Saat dia hendak membalas, dia ketakutan melihat kerumunan makin heboh dan tampak siap menerkamnya kapan saja.Tidak peduli apa yang dia katakan sebelumnya, putrinya masih termasuk direktur perusahaan, jadi semua orang akan bersikap sopan dan selalu menjilatnya. Namun, hari ini mereka semua tampak gila.Kakek Wirya kembali melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada semua orang untuk diam dan berk
Tobi menerima kemarahan Widia sambil tersenyum, "Jangan khawatir, aku nggak akan mempersulitmu.""Sebenarnya, masalah akuisisi yang kukatakan tadi itu benar!""Berita ini kudengar dari Pak Wibowo langsung. Sekalipun kamu nggak percaya kepadaku, kamu juga harus percaya kepada Pak Wibowo, 'kan?" Tobi bisa menyembunyikan hal ini dari orang lain, tetapi dia tidak berniat menyembunyikannya dari Widia.Namun, dia tidak memiliki kredibilitas, jadi dia terpaksa memakai nama Pak Wibowo."Kapan Pak Wibowo mengatakan masalah ini?"Widia tampak kaget. Jika ini dikatakan oleh Pak Wibowo, kemungkinan besar itu benar, tetapi kenapa bisa seperti ini?"Aku pergi memeriksa kondisi cucunya hari ini, jadi dia memberitahuku. Sebenarnya, alasannya sangat sederhana. Grup Karawaci bukan hanya nggak akan bangkrut, tapi juga akan meroket.""Apa? Mana mungkin!"Dibandingkan berita sebelumnya, ini lebih mengejutkannya."Aku juga kaget, tapi Pak Wibowo mengatakan seperti itu. Aku nggak begitu tahu dengan alasan sp
Namun, ini semua karena Tobi si bajingan itu. Lagi-lagi, dia menipu uang dari keluarganya."Kakek Wirya, kamu bisa mengambil keputusan di sini, 'kan?" tanya Widia."Tentu saja!"Semua orang juga mengangguk sebagai tanda mendukungnya."Baguslah. Aku ulangi sekali lagi. Setelah kalian memindahkan saham kepadaku, meski saham itu akan berlipat ganda lagi kelak, jangan cari aku lagi.""Bagaimana?""Nggak masalah. Pasti nggak masalah.""Tadi kami sudah bilang nggak masalah!""Aku hanya ingin memastikan lagi. Aku akan membuat kontraknya malam ini. Besok siang, jangan lupa datang dan mengambil kontrak. Setelah itu, kita akan menandatangani pemindahan saham," ucap Widia."Besok siang? Kenapa nggak hari ini saja?" tanya Kakek Wirya."Sekarang sudah terlalu malam. Banyak prosedur yang nggak sempat diselesaikan,” kata Widia menjelaskan."Lantas, kenapa harus besok siang? Apa kamu ingin menunda waktu dan menunggu Kakek Muhar kembali?" tanya yang lain dengan curiga.Widia mengerutkan kening dan berk
"Nggak perlu. Dia hanya seorang gadis kecil. Dia juga nggak akan bisa membuat masalah besar. Tapi minta Pandu memperingatkan Paviliun Seroya bahwa mereka harus menceritakan semua yang dilakukan Master Melani pada Yaldora.""Kalau nggak, Yaldora pasti akan terus membalas dendam padaku. Jika demikian, aku pasti akan mengambil tindakan dan langsung menghancurkan Paviliun Seroya.""Oh ya, biarkan Pandu memperlihatkan sedikit kekuatannya agar mereka paham. Bagiku, menghancurkan sekte mereka sangatlah mudah!"Tobi langsung memperingatkan. Yaldora adalah gadis yang baik hati. Sayang sekali jika membunuhnya. Biarlah gadis itu mengetahui semua kebenarannya lebih dulu. Setelah itu, terserah dia mau mengambil keputusan seperti apa."Baik!"Arum juga tidak membantah.Widia menyaksikan semua adegan ini dengan tatapan kosong. Meski dari wajah Yaldora, Widia bisa merasakan penderitaannya dan juga merasa sedikit bersimpati pada wanita itu.Hanya saja, wanita ini berniat membunuh Tobi barusan. Jadi, Wi
Setelah menyampaikan semuanya, Tobi pun bersiap untuk berangkat.Namun, tepat di saat ini, sosok Yaldora muncul. Tangannya memegang pedang panjang. Wajahnya terlihat dingin. Keseluruhan tubuhnya tampak menakjubkan, tetapi juga ada aura dingin yang menakutkan.Seolah-olah mereka tidak kenal sama sekali.Kali ini, Tobi juga tidak ingin menghindar lagi.Ekspresi Tobi memperlihatkan ketidakberdayaan, tetapi dia tidak menyesal telah membunuh Master Melani. Mengingat apa yang telah dilakukan Melani terhadap keluarga mereka selama ini, membunuhnya bukanlah tindakan yang kelewat batas."Tobi, aku mau tanya, apa kamu membunuh guruku, Master Melani?" Tanpa berbasa-basi lagi, kali ini Yaldora langsung menanyakan inti permasalahannya.Mendengar itu, Tetua Sekte Kayana mendengus dingin. Dia mengeluarkan momentum kuat sambil berkata dengan dingin, "Lancang sekali! Beraninya kamu bisa meneriakkan nama tuanku begitu saja?"Itu adalah tekanan yang dimiliki oleh seorang kultivator Alam Tanah Abadi.Yald
Saat Arum keluar, dia langsung berkata dengan hormat, "Tuan Muda!"Widia tertegun sejenak. Dia sepertinya pernah bertemu dengan wanita tua ini sekali, tetapi dia tidak begitu yakin."Widia, namanya Arum. Dia master yang diam-diam melindungimu selama ini," ucap Tobi menjelaskan."Ah ...."Widia baru sadar bahwa Tobi diam-diam telah mengutus seorang master untuk melindunginya. Namun, dia sama sekali tidak mengetahui hal ini."Ini juga alasan aku memperkenalkan kalian satu sama lain. Setelah aku pergi, kamu bisa lebih sering berlatih dengannya. Dengan begitu, bukan hanya akan membuatmu mahir dalam bertarung, tapi juga meningkatkan kecepatan latihanmu," terang Tobi.Jika bukan karena alasan ini, Tobi juga tidak akan membiarkan Arum menampakkan diri.Arum juga tertegun. Dia telah melindungi Widia begitu lama. Dia juga tahu bahwa Widia hanya seorang wanita yang lemah. Sekarang, tuannya ingin dirinya latihan dengan Widia? Apa tuannya sedang bercanda?Ya sudahlah.Tuannya sudah bilang ingin di
Widia benar-benar terkejut. Apa yang barusan terjadi benar-benar di luar ekspektasinya. Bahkan, dia sendiri juga merasa semua ini tidak masuk akal."Kenapa?"Melihat Widia tersadar, Tobi tampak kaget. Pria itu langsung bertanya dengan khawatir. Dia barusan telah dikejutkan oleh terobosan kekuatannya Widia.Tak disangka, hanya dengan sekali latihan, kekuatan Widia telah mencapai Alam Guru Besar. Walau Widia baru mulai berkultivasi, perlu diketahui sebelumnya dia hanyalah orang awam.Garis keturunan Foniks memang tidak bisa dianggap remeh. Kekuatannya sangat hebat dan menakutkan."Bagus, bagus sekali."Widia hanya merasa sangat nyaman. Ada kekuatan yang sangat hebat di sekujur tubuhnya, seolah dia bisa menghancurkan segalanya dengan satu serangan.Yang paling penting lagi, dia benar-benar merasakan semacam teknik kultivasi.Walau tidak mengetahui nama teknik itu, tetapi saat kekuatan garis keturunan diintegrasikan ke dalam tubuhnya, teknik itu mulai bekerja secara otomatis dan terpatri d
"Apa yang kamu lamunkan?""Ka ... kamu cantik sekali," seru Tobi."Apa-apaan? Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Mulutmu manis sekali. Pintar gombal.""Bagaimana kalau kamu bercermin dulu?" ucap Tobi."Kenapa harus bercermin? Memangnya aku nggak tahu penampilanku sendiri?" Berbicara sampai di sini, Widia tampak ragu-ragu. "Tobi, bisakah kamu membantuku berlatih kultivasi?""Membantumu berlatih kultivasi?"Tobi tertegun sejenak. Apa Widia tahu bahwa fisiknya telah berubah?"Ya, aku nggak ingin melihatmu bertarung sendirian seperti itu lagi. Apa nggak boleh?" Widia agak putus asa. Dia pernah menonton beberapa drama TV sebelumnya. Dikatakan bahwa meridian orang dewasa sudah terbentuk. Sekalipun berkultivasi, juga tidak akan ada hasilnya lagi."Bukan begitu. Kamu bisa berkultivasi. Mungkin kekuatanmu juga akan setara denganku dalam waktu singkat." Tobi tersenyum pahit. Benar saja, membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat marah saja.Tobi berusaha keras selama be
"Nggak akan terjadi masalah, 'kan?" tanya Tobi dengan khawatir. Dia tidak peduli dengan kultivasi atau tidak. Yang paling penting, Widia baik-baik saja."Nggak akan."Yaldora ragu-ragu sejenak. Namun, dia tetap mengatakannya. Jika Tobi bertindak sembarangan, maka hanya akan merusak kebangkitan keturunan Foniks dan mencelakai Widia."Kalau begitu, kita tunggu lagi." Tobi mulanya kurang yakin, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti perkataan Yaldora. Meski Yaldora itu muridnya biarawati tua, kepribadiannya sangat berbeda dari gurunya.Waktu berlalu begitu saja. Tobi terus menjaga Widia. Bahkan, menggunakan kekuatannya untuk mengisolasi segala yang ada di sini.Agar tidak menarik perhatian banyak orang.Sebenarnya, Yaldora yang berada di samping ingin menanyakan masalah gurunya. Namun, saat melihat Tobi begitu fokus pada Widia sepanjang waktu, bahkan mata pria itu tidak pernah berpaling sedetik pun.Dalam keputusasaan, dia terpaksa harus menahan diri kembali.Tak terasa, waktu te
Apa ini?Ekspresi Tobi berubah drastis karena kekuatan itu sangat menakutkan. Jika terjadi pada dirinya, Tobi masih sanggup menerimanya, tetapi bagaimana wanita biasa seperti Widia bisa menanggungnya?"Apa, apa yang terjadi denganku?" Wajah Widia memerah, tetapi kondisinya tidak terlihat baik. Sebaliknya, rasanya seperti terbakar.Tubuhnya juga terus gemetar hebat, bahkan bibirnya juga ikut bergetar, yang menunjukkan betapa tersiksanya dirinya."Nggak apa-apa. Semuanya akan membaik."Sembari menghibur Widia, Tobi juga segera mengedarkan energi sejatinya ke dalam tubuh Widia dan mulai membantunya melenyapkan kekuatan dalam tubuhnya.Efeknya ada, tetapi tidak terlihat jelas.Yaldora, yang tidak tahu kapan tersadar kembali, mendekati mereka berdua. Melihat pemandangan di depannya, terutama saat memperhatikan tanda samar di dahi Widia, dia pun berkata dengan wajah terkejut, "Apa ini kebangkitan garis keturunan Foniks?"Saat ini, Yaldora bahkan lupa bertanya pada Tobi, apa pria itu yang mem
Tobi mengerutkan keningnya. Dia tidak puas dengan jawaban seperti itu. Dia pun kembali bertanya, "Sejauh yang aku tahu, kamu pasti sangat tertarik dengan liontin giok, 'kan?"Vamil terkejut. Dia mengerti bahwa Tobi mungkin tidak memercayainya, jadi dia mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Aku pernah melihat liontin giok itu, tapi setelah mempelajarinya sebentar, aku masih belum menemukan petunjuk apa pun.""Jadi, sekalipun kamu memberikannya padaku sekarang, juga nggak ada gunanya."Berbicara sampai di sini, Vamil melirik Yaldora yang terbaring di tanah. Tampaknya bulu mata gadis itu bergerak. Vamil pun kembali menambahkan. "Aku mengerti. Kamu sepertinya nggak percaya padaku."Tobi tidak membantah. Jika bukan karena masalah Bahtiar, dia mungkin tidak akan meragukannya. Namun, setelah serangkaian masalah ini terjadi, bagaimana dia bisa memercayai Vamil begitu saja?"Sudahlah. Nggak ada salahnya memberitahumu. Ada sebuah tempat warisan di Jatra, yang bisa membantumu memahami hukum langit
Tobi hanya mengujinya, tetapi dia tidak menyangka kalau tebakannya benar.Karena menurut pemahamannya, yang datang pasti salah satu dari empat orang tersebut. Hanya saja, dilihat dari postur dan gerakannya, seharusnya dia juga bukan si Beruang Kutub ataupun pemimpin Takhta Suci Barat.Jadi, yang tersisa hanyalah Tuan Vamil dan Hirawan dari Negara Melandia.Mulanya, Tobi mencurigai lawan adalah Hirawan, tetapi ada berbagai tanda jurus lawan. Apalagi, dia tidak menghentikan Widia dan juga tidak memberikan pukulan keras kepada Yaldora.Lawan juga tidak memiliki niat membunuh yang kuat terhadap dirinya.Jadi, hanya satu kemungkinan yang tersisa, yaitu orang itu adalah Master Vamil.Tobi tidak menjawab, tetapi malah bertanya dengan bingung, "Mengapa?""Sejauh yang aku tahu, saat ayahmu dalam bahaya, dia menerima bantuan dari liontin giok untuk meningkatkan kekuatannya waktu itu. Aku ingin membuatmu terjebak dalam situasi putus asa. Aku ingin tahu apa kamu bisa menggunakan liontin giok yang