Reaksi Tobi membuatnya tidak puas. Tidak masalah jika orang itu tidak memperhatikannya, tetapi dia tidak terima diperlakukan dingin seperti itu.Namun, mungkin karena pesonanya sulit untuk disembunyikan. Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya menghampirinya dan berkata sambil tersenyum, "Halo Nona, namaku Jonatan, CEO Grup Haeron. Bolehkah aku minta nomormu dan berkenalan denganmu?"Elsa tertegun sejenak. Grup Haeron?Bukankah itu salah satu perusahaan yang menduduki posisi teratas dalam industri yang dia geluti? Kebetulan sekali. Jonatan? Sepertinya dia pernah mendengar nama ini. Dia adalah bos besar industri hiburan dan juga salah satu pemegang saham Grup Haeron.Namun permasalahannya, dia pernah dengar kalau Jonatan sangat menyukai wanita cantik. Apalagi, sudah banyak wanita yang jatuh di tangannya.Terutama saat melihat mata Jonatan yang memandangnya lekat-lekat. Elsa buru-buru berkata dengan gugup, "Maaf, aku nggak sembarangan kasih nomor telepon sama orang asing.""Haha. Sebe
Namun, ekspresi Jonatan berubah. Dia menatap mereka berdua dengan dingin. Keduanya tidak terlihat seperti sepasang kekasih. Dia mendengus dingin. "Kamu yakin? Bukankah hanya minta nomor telepon saja? Apa perlu seperti ini?""Benar. Pacarku ada di sini, mana mungkin aku sembarangan memberikan nomorku pada orang asing?" Elsa tidak berani menyinggung Jonatan. Jadi, dia hanya bisa menggunakan metode ini. Dia bahkan sengaja menggamit lengan Tobi dengan kedua tangan dan bersandar di bahu pria itu."Huh!"Menyadari tatapan semua orang mulai tertuju padanya, Jonatan pun meninggalkan mereka dengan kesal. Namun, dia jelas masih sangat tertarik pada Elsa.Makin sulit wanita itu dikejar, keinginan untuk mendapatkannya makin tinggi.Begitu Jonatan pergi, Elsa buru-buru berdiri dan melepaskan pegangan tangannya pada Tobi. Dia ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Terima kasih sudah membantuku.""Hanya masalah sepele. Nggak perlu sungkan," kata Tobi dengan santai. Ekspresinya terlihat cuek. Bahkan, dia t
Begitu mendengar nama hotel, kebetulan Tobi juga akan melewati sana. Jadi, dia pun mengangguk dan berkata, "Oke, aku akan antar kamu ke sana.""Baguslah, terima kasih!" ucap Elsa dengan gembira. Bukan hanya memudahkan, tetapi dia juga aman sekarang.Sembari berjalan keluar, Elsa pun bertanya dengan penasaran, "Oh ya, aku masih belum tahu siapa namamu?""Tobi Yudistira. Kalau kamu?""Aku? Setelah aku melepas kacamata hitamku nanti, kamu pasti mengenaliku," kata Elsa dengan percaya diri. Meskipun dia baru debut selama tiga tahun, dia sudah sangat populer dan dikenal sebagai artis wanita yang naik daun.'Huh! Bukannya aku sombong, tapi begitu mengungkapkan penampilan cantikku nanti, mari kita lihat apa kamu masih akan berpura-pura nggak?'Jika bukan karena berurusan dengan Jonatan barusan, mungkin sudah ada yang mengenalinya.Tobi tidak berbicara lagi. Setelah meninggalkan bandara, dia segera mencari orang yang datang menjemputnya.Lantaran ada wanita yang mengikuti Tobi, apalagi teringat
Bisa-bisanya Elsa ditolak begitu saja!Elsa langsung tercengang. Pria ini benar-benar tidak ingin berhubungan dengannya?Hingga saat ini, dia baru menyadari Tobi mungkin benar-benar tidak tertarik padanya. Namun makin tertantang, Elsa makin tertarik pada pria ini.Jangan-jangan bajingan itu menyukai pria?Dilihat dari sikap dinginnya terhadapnya, kemungkinan besar tebakannya benar.Tidak peduli apa pun itu, bajingan ini cukup menarik.Hanya saja, entah mereka masih punya kesempatan untuk bertemu atau tidak.Tanpa sadar, ada senyuman penuh arti yang muncul di wajah Elsa. Sayangnya, orang lain tidak bisa melihatnya. Kalau tidak, mereka pasti akan terpikat.Setelah meninggalkan hotel, tak lama kemudian, Tobi pun sampai di depan Kantor Polisi Kota Tawuna.Bagi Tobi, Kota Tawuna bisa dianggap sebagai wilayah kekuasaannya. Jadi, semua yang ada di sini sangat nyaman baginyaHanya satu panggilan telepon darinya, begitu tiba di depan pintu kantor polisi, sudah akan ada orang yang datang menyamb
"Aku tahu kamu adalah menantu paling baik. Kamu pasti nggak akan mengabaikanku begitu saja.""Aku masih ingat sejak kamu pertama kali datang ke kediaman Lianto, aku sudah tahu kamu nggak biasa. Kamu adalah menantuku yang paling baik dan hebat.""Hanya saja, yang aku lakukan selanjutnya nggak terlalu benar. Aku nggak membiarkanmu memahami niat baikku, yang berakhir membuatmu salah paham dan mengira aku membencimu.""Terima kasih sudah memaafkanku dan juga terima kasih sudah menyelamatkanku!""Jangan khawatir. Mulai sekarang, hanya kamulah menantuku satu-satunya.""Nanti saat kalian menikah, ayahmu dan aku pasti akan menjadi saksi pernikahan kalian!"Saking gembiranya, Yesa kebanyakan mengoceh. Semua kata-kata yang dia ucapkan mengungkapkan perasaan dan penyesalannya selama ini.Jika menantu laki-lakinya kembali, bukankah dia bisa menikmati kekaguman dari banyak orang? Apalagi, saat memikirkan begitu banyak orang yang datang memberikan hadiah terakhir kali, itu pasti akan menjadi pemanda
"Didengar dari perkataanmu barusan, semua yang kamu lakukan itu demi kebaikanku?" Tobi tidak berdaya. Yesa benar-benar menganggap dirinya sebagai anak berusia tiga tahun."Benar, benar. Akhirnya kamu mengerti sekarang?"Yesa tampak kegirangan.Tobi benar-benar tidak berdaya. Dia kemudian berkata dengan dingin, "Yesa, apa kamu sendiri percaya dengan kata-kata yang kamu ucapkan ini?""Ten ... tentu saja percaya! Lagian, memang ini kebenarannya. Mana mungkin aku nggak memercayainya? Tobi, kamu sudah salah paham padaku. Aku begitu menyayangi Widia, mana mungkin aku tega memisahkan kalian?"Jawaban Yesa terdengar begitu serius dan tulus. Selain itu, dia juga terus mengatakan pada dirinya sendiri bahwa inilah kebenaran yang sesungguhnya.Demi mempertahankan menantu hebatnya ini, dia bahkan harus menghipnotis dirinya sendiriSayang sekali, Tobi tidak ingin menghabiskan waktu untuk berdebat dengannya. Dia hanya berkata dengan dingin, "Sudahlah. Aku juga nggak ingin dengar omong kosongmu di sin
Lantaran kebenaran telah terungkap, Yesa tidak ragu-ragu lagi. Dia langsung menceritakan tentang apa yang terjadi dua puluh tahun yang lalu.Ternyata, waktu itu Yesa memang melahirkan seorang anak perempuan. Sayangnya, putrinya meninggal sesaat setelah dilahirkan.Kebetulan hari itu juga ada seorang wanita yang melahirkan di rumah sakit itu. Namun, wanita itu menginginkan anak laki-laki. Begitu tahu anaknya seorang perempuan, dia pun meninggalkan bayinya begitu saja. Jadi, Yesa baru membawa bayi itu untuk dirawat.Kedengarannya sangat sederhana, tetapi bukankah ini terlalu kebetulan? Tobi kembali bertanya, "Siapa nama wanita itu? Mengapa dia nggak menginginkan putrinya sendiri?""Aku nggak tahu. Aku juga nggak mengenalnya." Yesa menggelengkan kepalanya."Di rumah sakit mana?" tanya Tobi. Mustahil dia memercayai Yesa hanya berdasarkan beberapa kata darinya."Rumah Sakit Medika," jawab Yesa. Rumah Sakit Medika adalah rumah sakit swasta terbaik pada waktu itu, tetapi telah ditutup dan dim
Tobi mengerutkan kening dan berkata, "Sudahlah. Aku tahu kamu itu orang seperti apa. Nggak perlu berpura-pura lagi. Tapi untuk menyelesaikan masalahmu sepenuhnya, kamu harus menyerahkan Grup Lianto.""Apa? Aku harus menyerahkan Grup Lianto?" Ekspresi Yesa berubah. Grup Lianto termasuk fondasi Keluarga Lianto. Tanpa Grup Lianto, bagaimana dia bisa bertahan hidup kelak?"Kenapa? Kamu nggak mau? Berdasarkan situasi Grup Lianto saat ini, sekalipun diberikan pada orang lain, seharusnya nggak ada yang mau mengambil alih," ucap Tobi dengan dingin."Tapi bukankah kamu bisa menyelamatkannya?""Aku menyelamatkannya? Tahukah kamu berapa dana yang perlu aku investasikan untuk menyelamatkan Grup Lianto?" Jika bukan karena Damar dan yang lainnya bergabung membantunya, dia mungkin harus mengeluarkan dana minimal dua triliun untuk menyelamatkan Grup Lianto."Be ... begitu banyak orang yang ingin memberikan uang padamu. Seharusnya uang nggak seberapa itu nggak berpengaruh bagimu, 'kan?"Walau Grup Lian
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp