"Baiklah. Katakanlah. Apa yang kamu inginkan?" tanya Tobi langsung. Dia juga tidak ingin bertele-tele lagi."Aku mau lihat liontin giok yang kamu punya.""Lihatlah!"Tobi tidak ragu sedikit pun dan langsung melemparkan liontin giok itu kepadanya.Yaldora bahkan tidak sempat bereaksi. Liontin giok itu sudah ada di tangannya. Dia langsung tertegun.Apa Tobi begitu percaya kepadanya?Haruskah dia mengambil liontin giok itu dan melarikan diri?Namun saat memikirkan kekuatan Tobi yang begitu hebat, apalagi mereka berada di depan kediaman Yudistira, Tobi berani memperlihatkan liontin giok itu kepadanya, pria itu pasti punya cara mengambilnya kembali.Lupakan saja. Setidaknya, dia telah memastikan bahwa liontin giok itu ada di tangan Tobi. Dia bisa mencari peluang untuk merebutnya nanti.Hanya saja, kenapa Tobi begitu percaya dengannya? Benarkah itu?Yaldora segera mengamati liontin giok itu dengan cermat. Sesuai perkataan gurunya, bahan liontin giok ini memang luar biasa dan tekstur di tanga
Mendengar perkataan Tobi, Tuan Besar Ezra tertegun. Dia kemudian tidak bisa menahan tawa lagi dan pergi dengan bangga.Jika demikian, perjamuan Keluarga Yudistira besok pasti akan membawa kejutan luar biasa.Memikirkan hal ini, Tuan Besar Ezra sengaja mengutus orang untuk menyebarkan rumor. Seolah-olah keluarga Yudistira menghadapi masalah dan Aula Varun juga berpihak pada Keluarga Maheswara.Meski Tobi tidak peduli dengan rumor di luar, dia juga memahami sedikit. Dia benar-benar tidak menyangka Keluarga Maheswara akan begitu keras kepala hanya karena Ruber, salah satu dari empat dewa perang, berasal dari keluarga mereka.Meski dia telah memblokir berita tersebut, ditambah lagi dengan orangnya Bahtiar yang sulit ditangkap, orang biasa tidak akan mengetahui keberadaan mereka.Hanya saja, berita tentang Keluarga Byantara tidak diblokir. Logikanya, mereka seharusnya tahu tentang kematian Tetua Idam di kediaman Yudistira, tetapi mereka malah tidak peduli sama sekali?Atau mungkin Ruber tel
Dibandingkan dengan semua orang yang sibuk, Tobi sendiri tampak santai. Dia bahkan tidak menganggap masalah itu terlalu serius. Dia masih mengenakan pakaian kasual biasa dan berjalan-jalan dengan santai.Dia sendiri tidak terlalu memahami seluk-beluk kediaman Yudistira.Selain itu, dia juga tidak bersedia melakukan hal-hal seperti menyambut tamu. Kebetulan Tuan Besar Ezra dan yang lainnya telah menyelesaikan semuanya. Dia menunggu sampai semuanya hampir selesai, lalu turun tangan memberi pelajaran kepada mereka yang sebelumnya menindas keluarga mereka.Sudah saatnya mengakhiri semua ini. Oleh karena itu, dia sekarang terlihat begitu santai.Meski interaksi mereka sangat singkat, semua anggota Keluarga Yudistira sepertinya sudah terbiasa dengan gaya Tobi."Apakah ini manor Keluarga Yudistira? Lokasinya cukup bagus dan lingkungannya juga bagus sekali."Berdasarkan status mereka sebagai anggota Keluarga Maheswara dan Keluarga Lambardi, memasuki perjamuan ini tentu saja merupakan hal yang
Bukankah itu Dewa Perang Harita?Harita si Naga Hijau!Tokoh yang memiliki identitas yang menakjubkan.Di saat semua orang terkesima, pengawal Keluarga Yudistira segera berkata dengan suara lantang, "Selamat datang ke kediaman Yudistira, Dewa Perang Harita dan sang cucu, Fila. Sebuah kehormatan bagi Keluarga Yudistira!"Kali ini, Tuan Besar Ezra keluar khusus menyambut kedatangan Harita.Harita mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tetapi tidak melihat sosok Tobi. Dia tampak tidak puas. Hanya saja, dia tidak memperlihatkannya.Tujuan kedatangannya kali ini memang untuk Tobi.Tuan Besar Ezra juga tidak berdaya. Dia berharap Tobi, sebagai kepala keluarga mereka, bersedia menyambut kedatangan beberapa orang penting. Sayangnya, Tobi mengabaikannya begitu saja.Tuan Besar Ezra juga tahu kalau reputasi Tobi telah terbentuk. Banyak dari mereka yang datang ke sini hari ini demi bertemu dengan Tobi.Fila tidak berbicara dengan Tuan Besar Ezra. Dia hanya membungkuk sedikit dan mengangguk.Tuan
Tobi mengerutkan kening. Apa Trisna perlu bersikap dingin seperti itu? Dia pun berkata dengan tenang, "Ini aku, ada apa?""Ada apa? Huh! Jangan kira aku nggak tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Aku sudah tahu tujuanmu sekarang," ucap Trisna dengan arogan.Meski dia tidak suka dengan pria di depannya dan juga meremehkannya, merupakan suatu kebanggaan tersendiri bisa membuat pria tertarik kepadanya.Apalagi, Trisna juga tidak terlalu cantik. Pria yang mengejarnya tidaklah banyak."Tujuanku?" Tobi kebingungan."Huh! Masih berpura-pura!"Trisna berkata dengan bangga, "Aku sudah tahu semaunya. Bukankah alasanmu mendekati Helen hanya untuk mengejarku dan mendapatkanku?""Tapi harus kuakui, kamu punya selera yang bagus!""Tunggu! Apa yang kamu bicarakan!"Tobi tercengang. Dia memandang Helen dan berkata, "Helen, kamu yang bilang padanya?""Nggak, aku ...."Helen juga tidak tahu harus bagaimana menanggapi pertanyaan itu. Jika dia berterus terang, dia khawatir Trisna akan sakit hati dan malu. M
Bahkan, bersedia menjadi menantu matrilokal Keluarga Handoko."Benar. Nona Fila, bocah ini hanyalah pecundang yang bersembunyi di balik wanita. Jangan-jangan ada kesalahpahaman di sini?" tanya Julian.Neo juga buru-buru berkata, "Benar. Bocah, cepat pergi dari sini. Atau kamu mau kami yang turun tangan? Kalau kami yang bertindak, kamu akan berakhir sengsara!"Tobi benar-benar tidak tahu harus bagaimana menanggapinya. Apa dirinya seburuk itu?Fila juga tertegun. Dia merasa lucu. Dia tidak kuasa menahan senyum tipis di wajahnya, yang sudah jarang dia perlihatkan selama ini. Pria ini sungguh menarik.Sekelompok orang ini mungkin tidak mengetahui identitas aslinya. Jika tidak, mana mungkin mereka berani bertindak seperti ini?Hal ini terasa menyenangkan baginya.Fila penasaran dengan apa yang akan dilakukan Tobi selanjutnya.Melihat Tobi hanya berdiri di sana dan tidak bergerak sedikit pun, Trisna segera berkata dengan marah, "Tobi, kenapa kamu masih berdiri di sana? Cepat beri tahu Nona F
Tidak akan berani tidak puas?Fila tertegun sejenak, lalu tertawa dan berkata, "Tuan Tobi sangat percaya diri. Aku sering dengar Devi bilang kamu sangat narsis, tapi aku nggak begitu percaya. Hari ini aku baru merasakannya sendiri."Setahunya, Aula Varun berada langsung di bawah kepemimpinan Radiya. Bahkan kakeknya, Dewa Perang Harita, yang memiliki status yang luar biasa pun tidak terlalu berani menyombongkan diri. Sebaliknya, nyali Tobi ini sungguh besar."Ini bukan narsis namanya, tapi kepercayaan diri." Tobi akhirnya mengerti mengapa Fila tertarik padanya. Mungkin ada hubungannya dengan Devi."Baiklah. Kalau begitu, aku akan lihat penampilan Tuan Tobi hari ini," kata Fila."Nona Fila datang mencariku hanya untuk membicarakan hal ini?""Nggak boleh?""Tentu saja boleh!""Sebenarnya aku mencarimu juga bukan karena ingin membicarakan hal ini. Aku hanya ingin melihat orang seperti apa yang bisa membuat Devi begitu peduli, bahkan sampai minta bantuanku waktu itu."Tebakan Tobi memang be
Tobi sama sekali tidak mengetahui semua ini. Saat dia bersiap pergi, Julian dan yang lainnya muncul lagi. Mereka menatapnya dengan tajam.Trisna terlihat marah dan berkata dengan dingin, "Tobi, ternyata kamu pandai menggoda wanita juga. Bahkan, Nona Fila pun tertipu. Kalau kakeknya tahu, entah akhir tragis seperti apa yang akan kamu hadapi?""Nggak tahu."Tobi tidak berniat menghiraukannya. Setelah meninggalkan kata-kata itu, dia pun berlalu. Acara sudah akan dimulai. Apalagi, orang-orang yang dia tunggu juga pada dasarnya sudah datang.Saat ini, semua orang penting termasuk Keluarga Maheswara, Keluarga Lambardi, Keluarga Handoko, dan lainnya sudah tiba. Perjamuan akan segera dimulai.Bahkan, Tuan Besar Ezra mulai berjalan menuju tengah panggung yang telah disiapkan. Di atas panggung juga ada mikrofon. Terlihat jelas bahwa jamuan makan hari ini akan segera dimulai."Berhenti!"Julian, Neo, dan yang lainnya berhenti tepat di depan Tobi. Kemudian, berkata dengan dingin, "Siapa yang mengi
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp
Indira mengangguk. Dalam hatinya, dia diam-diam bertekad, apa pun yang terjadi, dia pasti akan melindungi satu-satunya harapan mereka ini. Tepat di saat ini, ponselnya berdering.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya. Begitu mendengar apa yang disampaikan orang di seberang sana, wajahnya berubah drastis. Dia berkata dengan kaget, "Apa kamu bilang!"Dia sulit untuk percaya. Bukankah Vamil mengatakan mereka berdua akan membutuhkan waktu lama untuk pulih, jadi bagaimana bisa secepat ini?Dia kemudian menutup telepon dan berkata dengan ekspresi muram, "Entah sejak kapan, Luniver dan Hirawan telah menyelinap ke Negara Harlanda. Apalagi, Hirawan langsung membuat arena pertarungan di area terlarang.""Dia juga menyebarkan rumor bahwa seni bela diri Negara Harlanda diwarisi dari Negara Melandia. Apalagi, kekuatan kita jauh lebih rendah dibandingkan Negara Melandia. Mereka menganggap kita sebagai sampah. Dia bilang dia sendiri bisa dengan mudah menggulingkan semua master Negara Harlanda.
Ekspresi Widia juga berubah. Tindakan ibunya ini seketika membuatnya merasakan firasat buruk. Apa telah terjadi sesuatu?Benar saja. Setelah melirik mereka berdua, Tobi mengangkat tangannya dan menampar Yesa sambil berkata dengan dingin, "Apa kamu pantas dipanggil ibu?"Yesa tertegun sejenak. Ada rasa sakit yang membakar di pipinya.Herman juga tertegun. Namun, dia segera berkata dengan marah, "Tobi, apa yang kamu lakukan!"Plak!Lagi-lagi sebuah tamparan.Tobi berkata dengan dingin, "Kamu juga nggak jauh berbeda!"Herman juga tercengang. Yesa tampak marah. Namun melihat tatapan tajam Tobi, dia tidak berani melakukan apa pun. Dia hanya bertanya dengan hati-hati, "Tobi, apa yang kamu lakukan? Apa kamu masih marah dengan masalah yang terjadi terakhir kali? Itu semua salahku. Aku menyesali perbuatanku.""Sekarang kamu juga sudah menamparku. Kita anggap masalah ini berlalu, ya?"Herman juga marah, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya memandang Widia dan berkata dengan marah, "W
Saat ini, Yesa tampak mengumpat dengan kesal, "Widia itu nggak tahu berterima kasih. Dia malah nggak menghiraukan kita begitu saja.""Bukan hanya nggak menjawab panggilan teleponmu, dia bahkan nggak angkat teleponku. Sia-sia aku begitu peduli padanya."Herman yang mendengar hanya bisa memperlihatkan ekspresi tak berdaya. Saat teringat dengan apa yang telah dia dan istrinya lakukan selama ini, apa mungkin putrinya akan peduli dengan mereka lagi?Mengenai apa yang dikatakan Yesa tentang ingin membongkar kasus yang dilakukan Tobi, dia hanya berpura-pura saja. Karena dia tahu betul, begitu semua terekspos dan Negara Melandia mengejar mereka, sudah pasti mereka akan mati dengan mengenaskan.Yang paling penting lagi, belum tentu Tobi akan ditangkap. Sebaliknya, dia hanya akan menyinggung Widia.Sebenarnya, dalam hati Yesa, dia masih berharap Widia bisa berubah pikiran.Lagi pula, dia telah melakukan banyak hal yang lebih menjijikkan dan tidak tahu malu sebelumnya, bukankah Widia masih berula
Bukankah sudah tidak ada orang yang bisa mengancam mereka lagi? Apa telah terjadi sesuatu?"Widia, ada satu hal yang aku minta orang selidiki selama ini dan sekarang akhirnya hasilnya sudah ketemu," ucap Tobi perlahan."Masalah apa? Ada hubungannya denganku?""Ya, kamu harus persiapkan mentalmu.""Apa yang terjadi sebenarnya?""Ada hubungannya dengan asal-usulmu." Tobi khawatir Widia akan sulit menerima kenyataan ini."Apa!"Ekspresi Widia seketika berubah. Begitu mendengar perkataan Tobi, dia sepertinya sudah bisa menebaknya. Wajahnya memucat. Dia pun bertanya, "Jangan-jangan, aku bukan anak kandung Keluarga Lianto?""Bukan hanya nggak, tapi Yesa menculikmu dari tangan ibumu."Tobi akhirnya menceritakan masalah itu pada Widia.Apa!Wajah Widia bertambah pucat. Tubuhnya gemetar. Fakta dia bukan anak kandung ibunya saja sudah membuatnya sedih. Tak disangka, malah ada hal seperti ini lagi sekarang.Namun, dia sangat kuat dan tegar. Jika tidak, dia juga tidak mungkin bisa menjabat sebagai