Tobi mengerutkan kening. Apa Trisna perlu bersikap dingin seperti itu? Dia pun berkata dengan tenang, "Ini aku, ada apa?""Ada apa? Huh! Jangan kira aku nggak tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Aku sudah tahu tujuanmu sekarang," ucap Trisna dengan arogan.Meski dia tidak suka dengan pria di depannya dan juga meremehkannya, merupakan suatu kebanggaan tersendiri bisa membuat pria tertarik kepadanya.Apalagi, Trisna juga tidak terlalu cantik. Pria yang mengejarnya tidaklah banyak."Tujuanku?" Tobi kebingungan."Huh! Masih berpura-pura!"Trisna berkata dengan bangga, "Aku sudah tahu semaunya. Bukankah alasanmu mendekati Helen hanya untuk mengejarku dan mendapatkanku?""Tapi harus kuakui, kamu punya selera yang bagus!""Tunggu! Apa yang kamu bicarakan!"Tobi tercengang. Dia memandang Helen dan berkata, "Helen, kamu yang bilang padanya?""Nggak, aku ...."Helen juga tidak tahu harus bagaimana menanggapi pertanyaan itu. Jika dia berterus terang, dia khawatir Trisna akan sakit hati dan malu. M
Bahkan, bersedia menjadi menantu matrilokal Keluarga Handoko."Benar. Nona Fila, bocah ini hanyalah pecundang yang bersembunyi di balik wanita. Jangan-jangan ada kesalahpahaman di sini?" tanya Julian.Neo juga buru-buru berkata, "Benar. Bocah, cepat pergi dari sini. Atau kamu mau kami yang turun tangan? Kalau kami yang bertindak, kamu akan berakhir sengsara!"Tobi benar-benar tidak tahu harus bagaimana menanggapinya. Apa dirinya seburuk itu?Fila juga tertegun. Dia merasa lucu. Dia tidak kuasa menahan senyum tipis di wajahnya, yang sudah jarang dia perlihatkan selama ini. Pria ini sungguh menarik.Sekelompok orang ini mungkin tidak mengetahui identitas aslinya. Jika tidak, mana mungkin mereka berani bertindak seperti ini?Hal ini terasa menyenangkan baginya.Fila penasaran dengan apa yang akan dilakukan Tobi selanjutnya.Melihat Tobi hanya berdiri di sana dan tidak bergerak sedikit pun, Trisna segera berkata dengan marah, "Tobi, kenapa kamu masih berdiri di sana? Cepat beri tahu Nona F
Tidak akan berani tidak puas?Fila tertegun sejenak, lalu tertawa dan berkata, "Tuan Tobi sangat percaya diri. Aku sering dengar Devi bilang kamu sangat narsis, tapi aku nggak begitu percaya. Hari ini aku baru merasakannya sendiri."Setahunya, Aula Varun berada langsung di bawah kepemimpinan Radiya. Bahkan kakeknya, Dewa Perang Harita, yang memiliki status yang luar biasa pun tidak terlalu berani menyombongkan diri. Sebaliknya, nyali Tobi ini sungguh besar."Ini bukan narsis namanya, tapi kepercayaan diri." Tobi akhirnya mengerti mengapa Fila tertarik padanya. Mungkin ada hubungannya dengan Devi."Baiklah. Kalau begitu, aku akan lihat penampilan Tuan Tobi hari ini," kata Fila."Nona Fila datang mencariku hanya untuk membicarakan hal ini?""Nggak boleh?""Tentu saja boleh!""Sebenarnya aku mencarimu juga bukan karena ingin membicarakan hal ini. Aku hanya ingin melihat orang seperti apa yang bisa membuat Devi begitu peduli, bahkan sampai minta bantuanku waktu itu."Tebakan Tobi memang be
Tobi sama sekali tidak mengetahui semua ini. Saat dia bersiap pergi, Julian dan yang lainnya muncul lagi. Mereka menatapnya dengan tajam.Trisna terlihat marah dan berkata dengan dingin, "Tobi, ternyata kamu pandai menggoda wanita juga. Bahkan, Nona Fila pun tertipu. Kalau kakeknya tahu, entah akhir tragis seperti apa yang akan kamu hadapi?""Nggak tahu."Tobi tidak berniat menghiraukannya. Setelah meninggalkan kata-kata itu, dia pun berlalu. Acara sudah akan dimulai. Apalagi, orang-orang yang dia tunggu juga pada dasarnya sudah datang.Saat ini, semua orang penting termasuk Keluarga Maheswara, Keluarga Lambardi, Keluarga Handoko, dan lainnya sudah tiba. Perjamuan akan segera dimulai.Bahkan, Tuan Besar Ezra mulai berjalan menuju tengah panggung yang telah disiapkan. Di atas panggung juga ada mikrofon. Terlihat jelas bahwa jamuan makan hari ini akan segera dimulai."Berhenti!"Julian, Neo, dan yang lainnya berhenti tepat di depan Tobi. Kemudian, berkata dengan dingin, "Siapa yang mengi
"Bodoh!"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Laurin, ayo pergi. Nanti baru bereskan sampah ini."Usai mengucapkan kata-kata itu, dia langsung berbalik dan pergi.Laurin mengangguk dan segera mengikuti dengan cepat.Julian dan yang lainnya sangat marah dan ingin segera mengambil tindakan. Namun, melihat Tuan Besar Ezra telah berdiri di atas panggung, semuanya langsung berhenti di tempat.Hanya saja, mereka masih sangat cemburu. Barusan Fila berinisiatif untuk berbicara dengan Tobi. Sekarang, bocah itu masih punya pelayan wanita yang begitu cantik.Apa wanita-wanita ini semuanya sudah buta?Sebaiknya bocah ini berdoa agar tidak bertemu mereka di luar lagi kelak. Jika tidak, dia pasti akan mati mengenaskan.Sebaliknya, Trisna mengerutkan kening dan berkata, "Bocah ini juga bermarga Yudistira. Jangan-jangan dia punya hubungan dengan Keluarga Yudistira?"Julian langsung berkata dengan bangga, "Mana mungkin. Aku paling mengenal Keluarga Yudistira. Nggak ada tuan muda yang bernama Tobi
Identitas Kak Tobi sangat menakutkan!Benar saja. Kebenarannya persis seperti yang dia pikirkan. Saat ini, seorang pemuda perlahan berjalan ke tengah panggung. Helen bisa dengan jelas melihat bahwa itu adalah Kak Tobi yang diremehkan oleh Julian dan yang lainnya.Wajah Julian dan yang lainnya berubah pucat. Terutama saat memikirkan kata-kata arogan yang barusan mereka ucapkan. Apalagi, perilaku mereka tadi malam. Satu per satu dari mereka mulai gemetar.Kalau dipikir-pikir lagi, baik itu tadi malam ataupun sekarang, sikap Tobi selalu tenang. Tidak ada kepanikan di wajahnya. Bahkan, mereka tidak menemukan petunjuk apa pun.Benar-benar bodoh sekali.Namun, bukankah katanya putranya Revan? Putra Revan namanya Tomi Yudistira, 'kan?Tidak peduli apa pun itu, faktanya sudah terpampang jelas di depan mereka. Apalagi, mereka barusan berani bertindak sembarangan di depan pemimpin baru Keluarga Yudistira. Selain itu, Tobi juga mengatakan bahwa dia akan membereskan mereka nanti.Barusan mereka sa
Zahid, Tuan Besar Keluarga Lambardi, juga mengerutkan kening. Jika bukan karena perjamuan ini terlalu penting, dia pasti tidak akan muncul di sini.Bagaimanapun, Keluarga Byantara yang mana dikenal sebagai keluarga yang sangat kuat pun bisa menyerah begitu saja kepada Keluarga Yudistira. Di saat krusial seperti ini, bagaimana mungkin dia tidak datang melihat situasi yang terjadi?Dia pun melirik Harita, kepala Keluarga Maheswara, dan orang lain di sebelahnya.Tobi tidak peduli dengan reaksi semua orang. Tobi tersenyum tipis dan berkata dengan nada datar, "Aku nggak suka bertele-tele, juga nggak suka repot-repot. Lantaran semua orang sudah datang, aku akan sampaikan secara langsung saja.""Pertama, terima kasih semuanya sudah datang dan menyaksikan aku secara resmi menjabat sebagai kepala Keluarga Yudistira. Ke depannya, Keluarga Yudistira masih perlu bantuan kalian semuanya."Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang mengangguk pelan. Ternyata kepala Keluarga Yudistira yang baru in
Semua anggota Keluarga Yudistira berubah gugup. Bagaimanapun juga, Chairil sekarang mewakili pengaruh yang kuat. Jika dilihat dari sudut pandang mereka, tentu saja mereka tidak ingin Keluarga Yudistira memegang posisi kuat kali ini.Jika tidak, mereka kelak tidak akan bisa mengangkat kepala mereka tinggi-tinggi di depan Keluarga Yudistira lagi.Namun, Tobi masih tenang dan bertanya dengan nada datar, "Tuan Chairil, apa kamu sedang mengajariku sekarang?"Chairil tertegun sejenak. Kemudian, memasang ekspresi bangga dan menjawab sambil tertawa, "Kalau Tuan Tobi merasa demikian, anggap saja begitu.""Benarkah? Tapi kamu masih nggak berhak mengajariku di sini." Tobi mendengus dingin. "Aku nasihati, sebaiknya jangan ikut campur dalam masalah ini.""Arogan!"Beraninya Tobi mengatakan dia tidak berhak? Apa dia tidak tahu identitas Chairil? Pria itu langsung berkata dengan dingin, "Tobi, aku beri tahu kamu, apa pun yang terjadi, aku pasti akan ikut campur dalam masalah hari ini!""Jangan harap
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp
Indira mengangguk. Dalam hatinya, dia diam-diam bertekad, apa pun yang terjadi, dia pasti akan melindungi satu-satunya harapan mereka ini. Tepat di saat ini, ponselnya berdering.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya. Begitu mendengar apa yang disampaikan orang di seberang sana, wajahnya berubah drastis. Dia berkata dengan kaget, "Apa kamu bilang!"Dia sulit untuk percaya. Bukankah Vamil mengatakan mereka berdua akan membutuhkan waktu lama untuk pulih, jadi bagaimana bisa secepat ini?Dia kemudian menutup telepon dan berkata dengan ekspresi muram, "Entah sejak kapan, Luniver dan Hirawan telah menyelinap ke Negara Harlanda. Apalagi, Hirawan langsung membuat arena pertarungan di area terlarang.""Dia juga menyebarkan rumor bahwa seni bela diri Negara Harlanda diwarisi dari Negara Melandia. Apalagi, kekuatan kita jauh lebih rendah dibandingkan Negara Melandia. Mereka menganggap kita sebagai sampah. Dia bilang dia sendiri bisa dengan mudah menggulingkan semua master Negara Harlanda.
Ekspresi Widia juga berubah. Tindakan ibunya ini seketika membuatnya merasakan firasat buruk. Apa telah terjadi sesuatu?Benar saja. Setelah melirik mereka berdua, Tobi mengangkat tangannya dan menampar Yesa sambil berkata dengan dingin, "Apa kamu pantas dipanggil ibu?"Yesa tertegun sejenak. Ada rasa sakit yang membakar di pipinya.Herman juga tertegun. Namun, dia segera berkata dengan marah, "Tobi, apa yang kamu lakukan!"Plak!Lagi-lagi sebuah tamparan.Tobi berkata dengan dingin, "Kamu juga nggak jauh berbeda!"Herman juga tercengang. Yesa tampak marah. Namun melihat tatapan tajam Tobi, dia tidak berani melakukan apa pun. Dia hanya bertanya dengan hati-hati, "Tobi, apa yang kamu lakukan? Apa kamu masih marah dengan masalah yang terjadi terakhir kali? Itu semua salahku. Aku menyesali perbuatanku.""Sekarang kamu juga sudah menamparku. Kita anggap masalah ini berlalu, ya?"Herman juga marah, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya memandang Widia dan berkata dengan marah, "W
Saat ini, Yesa tampak mengumpat dengan kesal, "Widia itu nggak tahu berterima kasih. Dia malah nggak menghiraukan kita begitu saja.""Bukan hanya nggak menjawab panggilan teleponmu, dia bahkan nggak angkat teleponku. Sia-sia aku begitu peduli padanya."Herman yang mendengar hanya bisa memperlihatkan ekspresi tak berdaya. Saat teringat dengan apa yang telah dia dan istrinya lakukan selama ini, apa mungkin putrinya akan peduli dengan mereka lagi?Mengenai apa yang dikatakan Yesa tentang ingin membongkar kasus yang dilakukan Tobi, dia hanya berpura-pura saja. Karena dia tahu betul, begitu semua terekspos dan Negara Melandia mengejar mereka, sudah pasti mereka akan mati dengan mengenaskan.Yang paling penting lagi, belum tentu Tobi akan ditangkap. Sebaliknya, dia hanya akan menyinggung Widia.Sebenarnya, dalam hati Yesa, dia masih berharap Widia bisa berubah pikiran.Lagi pula, dia telah melakukan banyak hal yang lebih menjijikkan dan tidak tahu malu sebelumnya, bukankah Widia masih berula
Bukankah sudah tidak ada orang yang bisa mengancam mereka lagi? Apa telah terjadi sesuatu?"Widia, ada satu hal yang aku minta orang selidiki selama ini dan sekarang akhirnya hasilnya sudah ketemu," ucap Tobi perlahan."Masalah apa? Ada hubungannya denganku?""Ya, kamu harus persiapkan mentalmu.""Apa yang terjadi sebenarnya?""Ada hubungannya dengan asal-usulmu." Tobi khawatir Widia akan sulit menerima kenyataan ini."Apa!"Ekspresi Widia seketika berubah. Begitu mendengar perkataan Tobi, dia sepertinya sudah bisa menebaknya. Wajahnya memucat. Dia pun bertanya, "Jangan-jangan, aku bukan anak kandung Keluarga Lianto?""Bukan hanya nggak, tapi Yesa menculikmu dari tangan ibumu."Tobi akhirnya menceritakan masalah itu pada Widia.Apa!Wajah Widia bertambah pucat. Tubuhnya gemetar. Fakta dia bukan anak kandung ibunya saja sudah membuatnya sedih. Tak disangka, malah ada hal seperti ini lagi sekarang.Namun, dia sangat kuat dan tegar. Jika tidak, dia juga tidak mungkin bisa menjabat sebagai