Hujan semalaman membuat seluruh penduduk di dunia bawah menutup pintu rumah mereka. Tidak ada yang keluar hingga pagi tiba. Mereka terperangah saat membuka jendela dan melihat fenomena alam luar biasa, langit biru. “Langitnya!” Mata mereka tidak henti memandang ke atas. Sudah lebih dari seabad dunia bawah selalu dalam kondisi langit gelap, mendung dengan kilatan petir. Lama mereka menatap langit hingga keluar rumah dan melihat tanah basah dengan warna kecoklatan, bukan hitam. Kontaminasi sudah menghilang dari tanah dunia bawah. “Apa ini kekuatan raja yang baru? Sudah sangat lama kita hidup dengan kontaminasi dan kini semua hilang.” Mereka menyentuh tanah basah yang begitu dirindukan. Tanah yang murni tanpa kontaminasi. Meskipun tak semua terucap, penduduk dunia bawah tahu siapa yang melakukan semua ini. Sejak penobatan hingga hari ini sang raja berusaha menghilangkan kontaminasi. Seluruh negeri saat ini bergembira, bersuka cita dengan hilangnya kontaminasi dan langit biru pertama
Dunia bawah lebih berwarna. Langit yang biru membawa semangat baru. Kepala desa dan para pemimpin wilayah lainnya menjalankan perintah yang diberikan Yuan, raja mereka untuk mendata dan membawa penduduk dengan tingkat kontaminasi 80 %. Mereka yang telah mengalami kontaminasi bertahun-tahun dipilah dan dibawa ke ibukota untuk bertemu langsung dengan sang raja. “Apa benar kontaminasi ini bisa hilang? Rasanya aku sudah pasrah dengan kondisi ini seumur hidupku.” Pria dengan tangan dan kaki yang sudah menghitam karena kontaminasi terlihat pesimis. Meskipun begitu, setelah menatap langit biru ada secercah harapan di hatinya. “Kalau sang raja bisa menghilangkan kontaminasi di dunia bawah, kurasa bisa juga menghilangkan kontaminasi di tubuhku.” Semua penduduk dengan tingkat kontaminasi parah sudah mulai berangkat menuju ibukota. Mereka menaruh harapan yang sangat besar kepada sang raja, harapan kesembuhan dari kontaminasi yang selama ini menyiksa diri mereka.“Kudengar sang raja masih belia
“Apa aliran air ini sudah dimantrai?” tanya pria yang menampilkan lengan hitamnya. Dia mengambil air dan menyiramkannya ke tangan hitamnya. “Mantra Genbu dari Putri Yui. Dengan adanya mantra ini tidak akan ada pencurian air untuk kepentingan pribadi yang ingin menjual air ini.” Penjaga itu kemudian terlihat menghela napas panjang sebelum kembali berbicara. “Sayangnya, kabar buruk terdengar di istana. Kabarnya Yang mulia saat ini dalam kondisi kritis.” Mendengar penuturan penjaga tersebut, pria yang sepanjang jalan selalu memberikan argumen tidak menyukai raja yang sekarang terlihat marah. “Apa katamu! Lalu kenapa mengundang kami jika dia sendiri dalam keadaan kritis, bukankah dia tidak akan bisa menyembuhkan kami!” suara pria itu terdengar begitu keras hingga mengundang perhatian orang-orang di sekitar. “Tuan tenang saja, di istana semua sudah dipersiapkan.” Penjaga gerbang berusaha menekan amarah pria itu, tetapi tidak berhasil. “Lebih baik kita pulang saja!” Pria dengan lengan
Jalanan di depan Yuan terlihat asing. Jalan dengan bebatuan hitam, meskipun itu batu, tetapi tidak terasa seperti batu biasa. Dia mengamati orang-orang yang berjalan menuju ke satu arah yang sama, sebuah gerbang besar di ujung jalan, gerbang yang tidak terlihat jelas tulisan namanya. Yuan masih sangat jauh dari gerbang itu. “Akhirnya perjalanan terakhir,” gumam Yuan yang tahu di mana dia sekarang. Dunia orang mati. Kaki Yuan berhenti melangkah saat seorang wanita dengan jubah putih berdiri di hadapannya, muncul begitu saja hingga dia hampir jatuh tersungkur karena kaget. “Lenora!”“Pangeran Yuan, apa yang Anda lakukan di sini!” Suara Lenora terdengar penuh kekesalan dan amarah seakan dia sedang memarahi seorang anak nakal. “Hah?” Reaksi Yuan mendengar ucapan Lenora. Dia tidak tahu harus menjawab apa, tentu saja dia di sini karena nyawanya sudah terpisah dari tubuhnya. “Kuulangi, Pangeran, ah tidak, Yang Mulia Raja Yuan, kembalilah sekarang juga!” Lenora berkata dengan nada lebih
Desing suara anak panah menembus angin bersamaan dengan salju yang turun. Para pemanah memburu tiga orang yang diduga memiliki harpa ajaib. Mereka ras yang berbeda di antara para kristal hitam. Ketiganya memiliki rambut seputih salju. Mereka tengah berlari menghindari hujan anak panah.“Eirlys, jangan menengok ke belakang, teruslah berlari!” teriak seorang pemuda kepada gadis di depannya.Pemuda yang jauh lebih tinggi dari gadis yang dipanggil Eirlys tersebut berhenti dan berbalik, merapalkan mantra membentuk bunga-bunga es yang menghambat laju anak panah tersebut.“Terus berlari!” teriak pemuda tersebut kepada dua orang perempuan yang bersamanya.Napas mereka tersengal-sengal, kepulan uap air seperti asap di setiap napas yang mereka hembuskan karena udara yang begitu dingin. Bernapas saja terasa begitu berat, sementara salju turun perlahan membuat rambut putih mereka semakin putih tertutup salju.“Kak Lixue!” Gadis yang bernama Eirlys menoleh dan memanggil pemuda tersebut.“Menuju ke
Angin bertiup lembut membawa udara dingin yang menusuk hingga ke tulang. Para prajurit dengan baju tambahan berupa jubah tebal dari bulu binatang membungkus tubuh mereka. Namun, rasa dingin masih saja berhasil menyentuh kulit yang tak terlindung. Salah satu dari mereka melepaskan jubah tebal yang terbuat dari bulu binatang.“Yang benar saja, danau ini pasti dingin sekali,” protes prajurit yang dipaksa untuk masuk ke dalam danau oleh rekan-rekannya.Mereka melakukan undian untuk memutuskan siapa yang masuk ke dalam danau. Mereka mencari harpa ajaib yang kabarnya ada di sekitar tempat ini. Sebuah kisah dongeng tentang Istana Es yang tenggelam di danau tersebut membuat mereka dipaksa mencari keberadaannya. Mereka harus memeriksa dasar danau untuk melihat istana tersebut benar-benar ada, termasuk mencari keberadaan harpa.Kedua prajurit yang kalah saat melakukan undian dengan terpaksa masuk ke dalam air. Sebelumnya keduanya diberikan barrier pelindung untuk melindungi mereka dari dinginny
Kedua bocah kembar semakin memperhatikan Rafael yang membacakan cerita hingga keduanya menoleh karena suara dehaman di belakang mereka.“Sudah malam, sebaiknya kalian tidur,” ucap Alden dengan lembut membelai puncak kepala kedua anak kembar itu.“Baik, Kek,” sahut kedunya segera bangkit dan berlari menuju kamarnya.Yui menoleh dan melihat Kakek Alden masih berbincang dengan Rafael. Pria jangkung yang lebih tua itu duduk di sebelah Rafael. Entah apa yang mereka bicarakan, paman dari gadis yang kini sedang memperhatikannya terlihat membuang muka seakan apa yang sedang mereka bicarakan bukanlah hal yang menyenangkan.“Yui, ayo!” ajak Yuan memanggil kembarannya untuk segera ke kamar.“Hei, menurutmu apa cerita itu benar?” tanya Yui menyusul Yuan dan mereka berjalan bersama menuju ke kamar mereka.“Aku tidak tahu, tapi ada yang aneh dengan cerita Istana Es. Kisahnya menggantung dengan akhir yang menimbulkan banyak pertanyaan. Mungkin saja itu kisah nyata atau hanya rekaan,” jawab Yuan.Mer
“Kalian sudah siap?” Rafael sudah menunggu keduanya dan membukakan pintu kereta kuda. Sebuah kereta kuda dengan warna hitam pekat disertai ukiran naga berwarna keemasan.“Paman ikut?” sahut Yui menatap pria jangkung di depannya. Sebuah anggukan membuat gadis kecil itu tersenyum senang. Dia memasuki kereta kuda dan membuka sedikit tirai dari dalam, memperhatikan pria yang baru saja membantunya menaiki kereta. Rafael, di mata Yui terlihat begitu tampan. Sementara pemuda di sebelahnya berpikir hal lain. Yuan, dia hanya bisa menghela napas berat dan duduk di sebelah Yui. “Mau sampai kapan dia mencuri pandang seperti itu, kenapa tidak terus terang saja,” batin Yuan. Wajah memerah Yui cukup mengganggu pikirannya.“Yuan, apa Kak Razen tidak berlebihan?” ucap Yui melihat sekelompok orang datang di pimpin oleh Razen.Razen dengan pasukan di belakangnya telah siap mengantar Pangeran Yuan dan Putri Yui ke istana. Dia adalah salah satu jenderal di Kerajaan Kegelapan yang telah mendapatkan posisi
Jalanan di depan Yuan terlihat asing. Jalan dengan bebatuan hitam, meskipun itu batu, tetapi tidak terasa seperti batu biasa. Dia mengamati orang-orang yang berjalan menuju ke satu arah yang sama, sebuah gerbang besar di ujung jalan, gerbang yang tidak terlihat jelas tulisan namanya. Yuan masih sangat jauh dari gerbang itu. “Akhirnya perjalanan terakhir,” gumam Yuan yang tahu di mana dia sekarang. Dunia orang mati. Kaki Yuan berhenti melangkah saat seorang wanita dengan jubah putih berdiri di hadapannya, muncul begitu saja hingga dia hampir jatuh tersungkur karena kaget. “Lenora!”“Pangeran Yuan, apa yang Anda lakukan di sini!” Suara Lenora terdengar penuh kekesalan dan amarah seakan dia sedang memarahi seorang anak nakal. “Hah?” Reaksi Yuan mendengar ucapan Lenora. Dia tidak tahu harus menjawab apa, tentu saja dia di sini karena nyawanya sudah terpisah dari tubuhnya. “Kuulangi, Pangeran, ah tidak, Yang Mulia Raja Yuan, kembalilah sekarang juga!” Lenora berkata dengan nada lebih
“Apa aliran air ini sudah dimantrai?” tanya pria yang menampilkan lengan hitamnya. Dia mengambil air dan menyiramkannya ke tangan hitamnya. “Mantra Genbu dari Putri Yui. Dengan adanya mantra ini tidak akan ada pencurian air untuk kepentingan pribadi yang ingin menjual air ini.” Penjaga itu kemudian terlihat menghela napas panjang sebelum kembali berbicara. “Sayangnya, kabar buruk terdengar di istana. Kabarnya Yang mulia saat ini dalam kondisi kritis.” Mendengar penuturan penjaga tersebut, pria yang sepanjang jalan selalu memberikan argumen tidak menyukai raja yang sekarang terlihat marah. “Apa katamu! Lalu kenapa mengundang kami jika dia sendiri dalam keadaan kritis, bukankah dia tidak akan bisa menyembuhkan kami!” suara pria itu terdengar begitu keras hingga mengundang perhatian orang-orang di sekitar. “Tuan tenang saja, di istana semua sudah dipersiapkan.” Penjaga gerbang berusaha menekan amarah pria itu, tetapi tidak berhasil. “Lebih baik kita pulang saja!” Pria dengan lengan
Dunia bawah lebih berwarna. Langit yang biru membawa semangat baru. Kepala desa dan para pemimpin wilayah lainnya menjalankan perintah yang diberikan Yuan, raja mereka untuk mendata dan membawa penduduk dengan tingkat kontaminasi 80 %. Mereka yang telah mengalami kontaminasi bertahun-tahun dipilah dan dibawa ke ibukota untuk bertemu langsung dengan sang raja. “Apa benar kontaminasi ini bisa hilang? Rasanya aku sudah pasrah dengan kondisi ini seumur hidupku.” Pria dengan tangan dan kaki yang sudah menghitam karena kontaminasi terlihat pesimis. Meskipun begitu, setelah menatap langit biru ada secercah harapan di hatinya. “Kalau sang raja bisa menghilangkan kontaminasi di dunia bawah, kurasa bisa juga menghilangkan kontaminasi di tubuhku.” Semua penduduk dengan tingkat kontaminasi parah sudah mulai berangkat menuju ibukota. Mereka menaruh harapan yang sangat besar kepada sang raja, harapan kesembuhan dari kontaminasi yang selama ini menyiksa diri mereka.“Kudengar sang raja masih belia
Hujan semalaman membuat seluruh penduduk di dunia bawah menutup pintu rumah mereka. Tidak ada yang keluar hingga pagi tiba. Mereka terperangah saat membuka jendela dan melihat fenomena alam luar biasa, langit biru. “Langitnya!” Mata mereka tidak henti memandang ke atas. Sudah lebih dari seabad dunia bawah selalu dalam kondisi langit gelap, mendung dengan kilatan petir. Lama mereka menatap langit hingga keluar rumah dan melihat tanah basah dengan warna kecoklatan, bukan hitam. Kontaminasi sudah menghilang dari tanah dunia bawah. “Apa ini kekuatan raja yang baru? Sudah sangat lama kita hidup dengan kontaminasi dan kini semua hilang.” Mereka menyentuh tanah basah yang begitu dirindukan. Tanah yang murni tanpa kontaminasi. Meskipun tak semua terucap, penduduk dunia bawah tahu siapa yang melakukan semua ini. Sejak penobatan hingga hari ini sang raja berusaha menghilangkan kontaminasi. Seluruh negeri saat ini bergembira, bersuka cita dengan hilangnya kontaminasi dan langit biru pertama
Yuan masih mencoba membersihkan kontaminasi. Seperti perkiraannya, semua roh alam yang digunakan menguras energinya dengan cepat. Dia bahkan tidak berani menggunakan Salamander. “Yang Mulia, istirahatlah. Hampir satu minggu Anda terus di aula membersihkan kontaminasi tanpa henti.” Xavier mengantarkan makanan serta beberapa obat dari Razen. “Kontaminasi belum hilang, mana mungkin aku istirahat,” balas Yuan, wajahnya sudah terlihat pucat dan tubuhnya lelah. Eirlys dan Lixue yang ingin berpamitan pun mengurungkan niatnya. “Kak, aku tidak bisa meninggalkan Raja Yuan saat ini, tanpa spirit dia akan langsung kehilangan energinya. Meskipun hanya membantu sedikit, setidaknya bisa membantu,” bisik Eirlys masuk ke dalam aula dan duduk di dekat Yuan. Dia mulai memainkan harpanya. “Eirlys, kau memang tidak bisa berpisah dengan Yuan,” batin Lixue. Meskipun ingin kembali ke Benua Utara secepatnya, tetapi dia harus menunggu Eirlys. “Yang Mulia, bagaimana kalau meminjam kekuatanku. Elemen esku
Gerbang Kota Naga saat ini terlihat megah. Penjaga yang melihat Rafael langsung memberikan akses masuk tanpa perlu pemeriksaan. Pengendara naga memiliki hak istimewa di kota ini. Fury terbang menukik ke arah bangunan terbesar Kota Naga, sebuah tempat yang sangat luas untuk mendarat seekor naga. “Kalian berkunjung?” Suara Yuichi terdengar riang. Rambut hijaunya berkibar akibat hempasan angin dari pendaratan Fury. “Ayahanda!” teriak Yui melompat tanpa persetujuan Rafael. Gadis itu menghambur dalam pelukan hangat ayahnya.“Yui, kau semakin cantik putri kecilku!” Yuichi memeluk erat Yui mengecup keningnya dengan lembut. Berbeda dengan Yui yang terlihat riang, Rafael justru membeku di atas Fury. Diam bagai patung yang melekat kuat.Genji turun setelah Yui. Dia sedikit limbung dengan kecepatan Fury terbang. Seekor penyu lebih nyaman berenang daripada melayang di atas langit.Yuichi yang melihat Rafael memanggilnya. “Mau sampai kapan di sana? Cepat turun!”Rafael turun dan memberikan seny
Yui berlarian di sebuah pasar, pasar induk yang berisi bermacam-macam toko, berbagai jenis barang hingga benda langka ada di sini. Kota Blue Amethyst, kota satu-satunya yang terbuka untuk semua orang, baik untuk manusia maupun bangsa kristal. Bukan hanya mereka, unhuman atau setengah manusia pun terlihat di sini.“Lihat paman, cantik sekali!” seru Yui memperhatikan setiap toko yang memiliki benda unik yang menarik perhatiannya.Genji berjalan dengan anggun, sesekali membuka kipasnya. Aura seorang bangsawan terlihat jelas dari pria ini. Karena kekuatan Yui yang belum stabil, dia tidak bisa langsung mengembalikan Genji ke dunianya.“Tuan Rafael, apa kau cukup membawa uang?” bisik Genji yang berjalan di samping Rafael.“Aku juga sedang menghitung uang yang ada di kantongku, kuharap cukup,” balas Rafael datar, ada sedikit ketakutan jika tidak bisa membayar semua belanjaan yang akan dilakukan Yui.“Apa ada benda yang bisa dijual? Kusarankan jual secepatnya. Tuan Putri tidak akan berhenti b
Aula kerajaan sudah kembali sunyi. Yuan menyandarkan kepalanya pada kursi singgasana, lelah dengan pekerjaan raja yang baru dua hari ia lakukan. Dia kembali memeriksa catatan yang dibuat Razen. “Yang Mulia.” Eirlys yang masuk ke dalam aula seakan tidak terdengar hingga dia memanggil namanya.“Eirlys, maaf, aku tidak tahu kau sudah di sini.” Yuan menekan tengah dahinya yang sedikit berdenyut. Banyaknya laporan hari ini membuat kepalanya sedikit pusing.“Melelahkan menjadi raja?” tebak Eirlys yang duduk di sebelah Yuan. Dia mengeluarkan harpa kemudian memainkannya.Lantunan melodi yang begitu indah membuat Yuan merasa tenang. Dia memejamkan mata menikmati suara yang begitu indah. “Eirlys ajari aku memainkan harpa,” pinta Yuan yang membuka matanya dan bangkit dari kursi singgasana lalu duduk di sebelah Eirlys.“Tentu,” balas Eirlys. Gadis cantik itu masih memainkan harpanya. Seperti biasa para spirit mulai berkumpul dan mengelilingi Yuan.Mata mereka beradu, ada magnet yang menggerakka
Rafael melihat Yui yang masih ceria. senyumnya terlihat sangat manis. Dia bersama dengan Genji sedang menyiapkan makan malam mereka. Genji menangkap beberapa ikan di sungai, cukup untuk mereka makan hari ini. Seakan tanpa beban, Yui meminta Rafael menyalakan api pada tumpukan kayu yang sudah mereka susun.“Apa? Kau memintaku menyalakan api? Api hitam bukan untuk mainan,” sahut Rafael menolak.“Api Suzaku tidak ada, dia menghilang dan entah kapan bangkit lagi,” balas Yui. Matanya beralih ke arah Genji.“Aku memiliki elemen air, sama sekali tidak punya api,” jawab Genji cepat, seakan tahu maksud dari Yui.“Paman,” rengek Yui mengguncang tangan Rafael. “Sedikit saja, hanya kau yang punya api.”“Ya, ya, baiklah,” balas Rafael. Dia menyalakan api dengan kekuatan api hitamnya. “Baru kali ini akau memakai api hitam bukan untuk menyerang musuh tetapi memanggang,” gumam Rafael, dia menutup wajahnya merasa sangat malu menggunakan kekuatan yang begitu besar hanya untuk memanggang ikan.“Tidak