Share

202. Kabur dari Leiz

Penulis: Rai Seika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 21:35:49

Jendela-jendela yang tadinya terbuka lebar kini tertutup rapat oleh tanaman rambat berduri, sulur-sulurnya yang hitam melilit kuat. Tanaman itu begitu lebat hingga cahaya matahari pun tak mampu menembus masuk, aula kerajaan menjadi remang-remang. Suasana mencekam menyelimuti ruangan itu, bagai sebuah jebakan maut yang telah disiapkan.

Leiz berjalan dengan kesombongan dan keangkuhannya, langkahnya angkuh dan penuh percaya diri. Ia menyeringai puas, melihat dua sejoli yang ketakutan seperti tikus di hadapan seekor kucing. “Mau lari ke mana?” ucapnya meremehkan, merendahkan musuhnya yang kini tak berdaya. Harimau hitam besar di belakangnya, Byakko, menambahkan aura ancaman yang mengerikan, matanya yang merah menyala bagai bara api neraka, bulu kuduk siapapun yang melihatnya pasti merinding.

“Yang Mulia, aku akan mengalihkan perhatiannya, cepatlah kabur lewat pintu utama,” bisik Rosaline sangat pelan, hanya Yuasa yang bisa mendengarnya.

“Aku tidak akan meninggalkanmu,” balas Yuasa, enggan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   203. Jiwa yang Tergadai

    Leiz tertawa puas, tawa yang menggema bagai lonceng kematian, saat serangan Yuichi berhasil dipatahkan. Serpihan tanaman rambat, yang sebelumnya begitu ganas, kini hanya menjadi onggokan sampah tak berguna, kekuatan regenerasinya telah padam.“Apa yang bisa kau lakukan, Raja Yuichi, ah tidak, kau sudah bukan lagi seorang raja,” ucap Leiz sinis, suaranya bagai pisau yang menusuk jantung.“Kau tahu kalau aku jauh lebih kuat darimu. Bukankah begitu, Nacht?” ucap Yuichi tanpa sedikit pun rasa takut, suaranya tenang dan penuh keyakinan. Ia memanggil pedangnya, sebuah pedang ramping berwarna hijau zamrud muncul di tangannya, memancarkan cahaya yang menenangkan. Lantai marmer aula kerajaan seakan telah menghilang, berganti dengan hamparan rumput hijau setinggi mata kaki, menyebar hingga tak terlihat lagi jejak marmer. Suasana berubah drastis, dari kegelapan menjadi kesegaran alam.“Bagaimana kau tahu aku bukan Leiz?” tanya Nacht, penasaran. Ia tak menyangka identitasnya terbongkar.“Auramu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   204. Pemurnian dimulai

    Langit mendung bergulung-gulung, gelap dan mengancam, bagai raksasa yang marah. Petir menyambar-nyambar, menerangi medan perang dengan kilatan cahaya yang menyilaukan, semakin membuat pertarungan hari ini mencekam, bagai sebuah simfoni kematian yang mengalun pelan. Yuan, dengan tekad yang membara, memulai pemurnian tanpa menunggu Yuasa kembali. Ia tak bisa menunggu lebih lama lagi, ribuan nyawa tergantung pada tindakannya.Yui, dengan kekuatannya yang luar biasa, mengumpulkan para zombi dalam satu tempat yang sama, bagai gembala yang mengumpulkan kawanan domba yang liar. Ia menggunakan kekuatan Byakko untuk menerbangkan mereka, lalu menjeratnya dengan kekuatan Seiryu, membentuk sebuah lingkaran sihir yang mengikat mereka dengan kuat. Lima ratus zombi, dalam lingkaran sihir itu, telah siap untuk dimurnikan.“Terima kasih, Yui,” ucap Yuan lembut, suaranya bagai bisikan angin yang menenangkan. Ia mulai melakukan pemurnian pada lima ratus zombi dalam sekali waktu, sebuah proses yang membu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   205. Pengendali Zombi

    Yui menyalurkan tenaga murninya kepada Yuan. Saat itulah, gelombang suara seruling Darren terdengar jelas, melengking di antara heningnya malam. Suara itu seperti aliran air yang mengalir lembut, namun di baliknya tersimpan ancaman yang mengintai. Mata Yui masih tertutup, berusaha mencari keberadaan pria itu; dialah kunci utama untuk mengendalikan para zombi. Selama dia belum dilumpuhkan, para zombi akan terus menjadi ancaman yang mengintai, seperti bayangan gelap yang tak pernah pergi.“Yuan,” bisik Yui, suaranya lembut namun penuh ketegangan. Mereka berdua seolah memiliki ikatan yang sangat kuat, saling memahami tanpa perlu kata-kata. Dalam keheningan, mereka merasakan detak jantung satu sama lain, seolah bergetar dalam harmoni yang sama.Yuan mengangguk, “Aku mengerti,” balasnya singkat, namun penuh keyakinan. Dalam hatinya, dia tahu bahwa waktu tidak berpihak pada mereka. Setiap detik yang berlalu adalah kesempatan bagi para zombi untuk menyerang.“Krisan!” teriak Yuan. Sosok mung

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   206. Bukan Yuichi

    “Yui, di mana Yui?” gumam Yuan, berusaha mencari kembarannya di atas langit. Tubuh Yuan yang sudah kelelahan membuat sayapnya timbul tenggelam, hingga dia sempat tergelincir dan jatuh, lalu terbang kembali. Dalam kepanikan mencari Yui, dia justru melihat sosok lain yang keluar dari gerbang dimensi.“Ayahanda?!” Yuan mengucek matanya, berusaha melihat lebih jelas sosok tersebut. Tubuh tinggi ramping dengan sebuah pedang hijau zamrud mengkilat di tangannya. Mata hijau yang indah dan rambut kehijauan panjangnya terlihat seperti tumbuhan hijau di tengah kegelapan tanah tandus yang gersang.Yuan kembali terbang, mempercepat terbangnya. Senyumnya merekah saat dia tahu sosok itu memang Yuichi, ayahnya. Rindu yang terpendam dalam hatinya seolah meledak, mengalir seperti sungai yang tak terhentikan.“Ayahanda!” teriak Yuan, memanggil sosok tersebut. Sayangnya, sosok itu seakan tidak mendengar panggilannya dan terus berjalan ke depan, menuju ke istana kegelapan. Di tengah-tengah kekacauan terse

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   207. Bertahan (1)

    Langkah kaki Yuichi terhenti, merasakan tekanan yang sangat berat, seolah dunia di sekelilingnya menekan tubuhnya ke tanah. Dia juga tidak sanggup mengayunkan lagi pedangnya ke arah Yuan. Matanya menatap ke bawah kakinya, di mana sebuah lingkaran segel telah terbentuk, berkilau dengan aura misterius.“Sejak kapan!” seru Yuichi dalam benaknya, kebingungan melanda. Dia menoleh ke belakang dan melihat putri cantiknya sedang mengendalikan segel. “Yui? Sejak kapan dia bisa membuat segel?”Di saat yang bersamaan, Yuasa yang menoleh ke belakang melihat Yuan terjatuh di tangan ayahnya sendiri. Kebingungan pun melanda dirinya, antara panik dan tidak mengerti mengapa ayahnya melukai adiknya. Dengan segenap tenaga, Yuasa berlari menuju tubuh Yuan yang tergeletak. Menggunakan kekuatannya, sehingga cahaya kemilau keemasan menyelubungi Yuan, seolah alam semesta berusaha menyelamatkannya.“Bertahanlah, Yuan!” teriak Yuasa, suaranya penuh kecemasan. Dia bisa merasakan jantung adiknya terluka oleh ped

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   208. Bertahan (2)

    Yui masih menahan Yuichi di tempatnya, memastikan agar ayahnya tidak mendekati Yuan. Rafael memperkuat segel yang dibuat Yui, sehingga Yuichi tidak bisa berpindah tempat. Keduanya seperti patung, berdiri di tempatnya masing-masing, terjebak dalam ketegangan yang mencekam, seolah waktu berhenti di antara mereka.Nacht yang menatap Yui kini beralih ke arah Rafael. Senyuman liciknya mulai terkembang, seolah merencanakan sesuatu yang jahat. “Putri Yui, bagaimana kalau aku membuat penawaran?” ucapnya, berusaha membujuk dengan nada menggoda, suaranya mengalir seperti racun yang merayap.“Tidak ada tawar-menawar,” balas Yui singkat dan cepat, suaranya tegas, penuh keberanian. Dia masih menggunakan kekuatan segelnya untuk menahan Nacht. Di saat yang sama, matanya menatap ke arah Yuan. Dia melihat kembarannya sudah mulai pulih secara perlahan, setidaknya dia harus bertahan hingga Yuan sadar.“Yui, lepaskan segelmu, biar kutahan!” teriak Rafael, yang tahu kelemahan Yui. Gadis itu tidak akan ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   209. Permintaan Maaf

    Yuasa kebingungan saat melihat tanduk di kepala Yuan memudar dan tiba-tiba menghilang, seolah diserap oleh kegelapan. Dia segera memeriksa pergelangan tangan Yuan, mencari denyut nadinya. Helaan napas lega terlihat jelas saat dia merasakan kondisi Yuan tidak memburuk meskipun tanduknya menghilang. Perlahan, kedua mata Yuan mulai terbuka, seperti fajar yang menyingsing di ufuk timur.“Yuan!” panggil Yuasa kepada adiknya, berharap mendapatkan respons.“Kak Yuasa?” Yuan akhirnya terbangun setelah usaha keras Yuasa menyembuhkannya. Dia melihat Eirlys menatap dirinya dengan kedua mata yang indah, seakan menyelam dalam birunya mata itu. “Eirlys,” gumam Yuan, tersenyum ke arah gadis itu, senyumnya lembut seperti sinar matahari pagi.Yuan mengangkat tangannya, membuat tanah bergetar hebat bagaikan gempa dahsyat. Dari dalam tanah, muncul satu lagi gerbang dimensi, gerbang yang tertuju pada dunia manusia.“Yuan, untuk apa gerbang itu?” tanya Yui, tidak mengerti. Mereka tidak membuat perjanjian

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   210. Melepas Kebencian (1)

    Dua bayangan Yuan meluncur keluar dari dalam gerbang dimensi, seolah-olah terlahir dari kegelapan itu sendiri. Di saat yang sama, Yuan mengangkat kedua tangannya, menciptakan dua lingkaran sihir hitam perak yang berputar di langit dunia bawah. Semua mata terangkat, menatap kedua lingkaran sihir yang bergetar dengan tekanan yang sangat kuat, seakan-akan langit pun menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.Perlahan, semua orang merasakan sesuatu yang tak terelakkan ditarik paksa dari dalam hati mereka. Bagian paling kelam yang tersembunyi di dalam jiwa, kebencian, dendam, dan semua penyakit hati yang telah mengikat mereka dalam kegelapan, kini mulai terangkat. Seolah-olah ada tangan tak terlihat yang merobek luka lama, mengeluarkan semua racun yang telah mengendap di dalam jiwa mereka.Yuasa, yang berdiri di antara Yui dan Yuan, merasakan hal yang sama. Satu-satunya ganjalan dalam hatinya kini ditarik paksa, seolah-olah ada kekuatan yang menggerakkan jiwanya. Tangan Yua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11

Bab terbaru

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   240. Mengubah Dunia Bawah (2)

    Tanah bergetar dengan kuat, bagaikan gempa yang kembali terjadi. Dari tempat mereka berpijak mulai terbentuk jalan yang membentang hingga ke depan gerbang istana. Jalan yang terbuat dari tanah, tetapi bukan tanah biasa. Tanah itu sudah lebih keras seakan terbuat dari batuan mengkilap seperti marmer. Jalan itu terus terbentuk hingga gerbang kota seakan mereka berdua sedang membuat jalan utama ibukota menuju ke istana.“Mereka memperbaiki ibukota?!” Antara percaya dan tidak, mereka yang ada di sana tercengang dengan apa yang dilakukan kedua anak kembar tersebut. Yui memiliki gerakan berbeda dan diikuti oleh Yuan. Mereka seperti menari di udara, para spirit masih mengikuti Yuan kemana pun dia melangkah. Memberikan energi yang besar kepada sang pangeran.Kali ini tunas-tunas muncul di pinggir jalan membentuk sebuah garis yang ditumbuhi rerumputan dan setiap dua meter terdapat pohon yang kini mulai menggeliat di atas tanah, menjulang dan mengembangkan daun-daunnya yang rimbun.Mereka berd

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   239. Mengubah Dunia Bawah (1)

    Mata itu masih menatap lurus ke arah gerbang dimensi, seakan tidak berkedip ke arah itu. Hingga dia dikegetkan dengan tepukan lembut di pundaknya.“Yuan, Ayahanda tidak akan datang,” bisik Yui memeluk Yuan dengan lembut. “Kenapa?” gumam Yuan yang samar-samar terdengar di telinga Yui.“Jubah yang kau berikan saat ini dipakai Kak Yuasa, kurasa itu alasannya. Kau harus membuat dunia ini bebas kontaminasi lalu ajak Ayahanda ke sini,” saran Yui. Dia menepuk lembut punggung Yuan sebelum melepaskannya.“Kau benar, Yui. Ayo kita selesaikan masalah dunia bawah.” Yuan kembali bersemangat, untuk terakhir kalinya dia menoleh ke arah gerbang dimensi.“Eirlys dan yang lain sudah menunggu,” lanjut Yui menarik tangan Yuan. Mereka berlari menuju ke arah kereta kuda yang sudah dilengkapi dengan semua persiapan. Yui melihat Rafael juga ada di sana. “Paman ikut?” tanya Yui dengan manja menarik tangan Rafael dan bergelayut manja di sana. Yuan yang melihat Yui seperti itu mulai berpikir apakah benar Raf

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   238. Bayangan Masa Lalu dan Masa Depan (2)

    “Tunggu Lenora!” Yoru mulai ragu dengan penawaran Lenora, meskipun dia tidak mengganggu hubungan Rafael dan Yui masa depan yang dia lihat tetap tidak berakhir bahagia. “Ada apa? Bukankah kau sudah setuju.” Lenora menyeringai seakan dia sudah tahu gambaran masa depan yang baru saja dilihat Yoru. “Yui dan Rafael tidak berakhir bahagia, itu tidak sebanding dengan pengorbanan apapun yang akan kuberikan, jika dia tidak pasti bahagia, aku tidak akan tinggal diam.” Yoru menarik kembali persetujuannya, dia tidak akan menuruti apapun keinginan Lenora jika Yui tidak bahagia. “Jadi, apa maumu? Putri Yui memang bukan berasal dari dunia bawah, itu tidak bisa diubah. Kenyataan yang sama dengan identitas Pangeran Yuan.” Lenora memainkan tangannya, dia terlihat sedang berpikir. Wajah anggunnya terlihat berubah seperti seorang yang sedang mempermainkan takdir. “Kalau kau mau memberinya identitas lain, dia bisa menjadi pemilik kristal hitam.” Mendengar hal itu, mata Yoru menyipit menatap lurus ke

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   237. Bayangan Masa Lalu dan Masa Depan (1)

    Yoru melihat dirinya sendiri, dirinya saat masih anak-anak, lebih tepatnya sosok Nacht saat masih anak-anak. Dia masih begitu polos dengan dunia ini. Ada keinginan kecil dalam hatinya untuk memeluk Nacht kecil saat ini. Belum sempat tangannya menggapai anak itu tubuhnya berpindah. Saat itu adalah pertemuan pertamanya dengan Yui, gadis yang begitu menarik perhatiannya. “Putri Yui,” gumam Yoru. Di saat yang sama, dari sudut pandangnya saat ini dia bisa melihat yang tidak pernah dia lihat selama ini. “Jadi selama ini Nacht juga melihat Yui,” batin Yoru. Selama ini hanya dia saja yang mengira tertarik dengan Yui. Yoru baru menyadari Nacht tertarik karena dia adalah pemilik kristal tanpa warna. “Kau sudah melihatnya?” Yoru terkejut dengan kemunculan Lenora yang tiba-tiba. “Apa maksudmu?” tanya Yoru dan wanita dengan gaun dan jubah bulu binatang itu hanya menyeringai. Yoru kembali berpindah tempat, tempat itu begitu sunyi. Hanya ada kegelapan tak berujung. Lalu suara-suara terdengar.

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   236. Benih Kebangkitan

    Suasana di bawah Pohon Kehidupan terasa mencekam. Dua makhluk yang tidak pernah berada di dunia atas muncul. Naga hitam yang terlihat bengis dengan sisik kemilau berwarna hitam pekat. Matanya merah seakan bisa menelan semua elf yang ada dihadapannya. Satu lagi seekor harimau hitam besar dengan loreng putih dan mata merah menyala. Keduanya berada di belakang pria itu, pria yang baru saja bangkit kembali setelah terbakar dan berubah menjadi abu.“Aku? Kau bertanya siapa aku?” ucap pria itu mengulangi pertanyaan Raja Arlen seakan memastikan dirinya tidak salah.“Ya, siapa Anda?” Raja Arlen mundur satu langkah setelah kemunculan dua makhluk yang begitu menakutkan itu, Sangat jelas jika keduanya merupakan makhluk milih anak pembawa petaka atau Raja kegelapan yang pernah mengamuk waktu itu.Pria itu mengamati kedua tangannya, alisnya berkerut, dia kemudian meletakkan tangan di wajahnya seakan memeriksa wajahnya. “Apa kalian memiliki cermin?” tanyanya.Raja Arlen memberikan cermin yang terbua

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   235. Kehidupan Kembali

    Di Ergions, Raja Arlen meletakkan Penjara Daun di Pohon Kehidupan. Udara berembus dingin, membawa aroma tanah dan getah pohon yang khas.“Moura, kau harus memastikan daun ini tidak pernah gugur,” pesan Raja Arlen, suaranya berat, diiringi desiran angin yang berbisik di antara dedaunan Pohon Kehidupan yang menjulang tinggi.Moura, dengan kekuatan jiwa pohon yang mengalir dalam dirinya, mengangkat daun itu hingga ke ranting tertinggi. Namun, saat daun itu menyentuh ranting, seolah-olah disentuh api neraka, daun tersebut terbakar dengan cepat. Api itu menari-nari seperti ular ganas, melahap daun tersebut dalam sekejap mata.Raja Arlen dan Moura tersentak kaget. Mereka berusaha memadamkan api, namun sia-sia. Hanya abu yang tersisa di tangan Moura, abu yang dingin dan terasa seperti debu waktu.“Yang Mulia, bagaimana ini?” tanya Moura, suaranya bergetar, seperti dedaunan yang diterpa angin ribut.“Aku tidak tahu, Moura,” balas Raja Arlen, matanya menyipit, gelap seperti langit sebelum bada

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   234. Hati yang Gelisah

    Rafael, Xavier, dan Razen meninggalkan kamar Yuan, langkah kaki mereka senyap di lorong. Mereka tak ingin mengganggu Yuasa yang sedang fokus memulihkan Yuan. Lixue dan Eirlys turut serta begitu pula dengan Yui yang memilih mengikuti Eirlys. Di dalam kamar, hanya Yuasa yang tersisa di sisi Yuan, sementara Rosaline menunggu dengan sabar di luar, sesekali melirik ke dalam.“Bukankah aneh jika Paman jatuh cinta pada Yui? Apa dia terkena mantra?” bisik Yuan, suaranya lemah, namun penuh kecurigaan.Yuasa menatap Yuan, alisnya terangkat sebelah. Tangannya yang lembut dan terampil masih bekerja, mengatur aliran energi untuk menstabilkan peredaran darah Yuan dan meredakan rasa sakitnya. Dia berdecak pelan mendengar ucapan Yuan. Adiknya yang satu ini memang sedikit kurang peka soal cinta. “Menurutmu, bagaimana dengan Eirlys?” tanya Yuasa, menguji Yuan.“Dia cantik, aku suka,” jawab Yuan polos, senyum merekah di wajahnya, tak mampu menyembunyikan perasaannya. Rona merah muda menghiasi pipinya, s

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   233. Dua Kristal (3)

    “Tenang, Paman, itu tidak melukai Yui,” ucap Yuasa. Dia tahu dari raut wajah Rafael yang terlihat cemas.Angin itu seakan menarik elemen air, bukan hanya angin, kini Yui berada di dalam pusaran angin dan air secara bersamaan dan dalam waktu singkat keduanya seakan menguap menjadi kabut tebal. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas, seluruh ruangan dipenuhi kabut. Lalu cahaya mulai terlihat, api yang begitu besar menyala. Sepasang sayap api berada di punggung Yui, mata hitam Yui berubah menjadi jingga, kilatannya terlihat menyala bagai api. Di saat yang bersamaan tubuh Yuan terangkat oleh kekuatan yang begitu besar.Rafael tiba-tiba merasakan dorongan luar biasa hingga aliran kekuatan yang dihisap Yuan terputus dengan sendirinya. Mereka bertiga terdorong hingga jatuh ke lantai.Yuan membuka matanya perlahan, mata itu tidak terlihat memiliki kesadaran. Mata perak Yuan kini berkilat seperti Yui, dalam lingkaran api yang sangat kuat tubuh Yuan terbakar.“Yuan!” teriak mereka semua.Yuasa p

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   232. Dua Kristal (2)

    “Yui!” teriak Rafael, dia terlihat menarik tangannya, “Panggil Xavier atau Razen, siapa pun yang bisa menolong. Yuan menyerap kekuatanku!” Rafael berusaha menahan dirinya, menarik aliran kekuatan yang dia berikan. Namun, semakin dia menarik diri, dia seperti terus terhisap dalam lumpur yang semakin dalam.“Paman!” seru Yui, dia mencoba sekali lagi menggunakan kekuatannya. Nihil, tidak ada lingkaran sihir yang keluar. “Kenapa? Kenapa begini?”Eirlys yang juga panik berusaha mengendalikan diri, dia harus berpikir jernih dengan kondisi saat ini. “Biar aku yang memanggil bantuan,” usul Eirlys segera keluar dari kamar tersebut, berlari ke kamar kakaknya, Lixue.Rafael semakin melemah, dia tidak mengerti kenapa Yuan justru berbalik menyerap kekuatannya. Tubuhnya mulai kehilangan setengah dari energinya dan masih belum bisa memutuskan aliran energi tersebut.“Serangan balik, seharusnya aku dan Yuan yang melakukan mengorbanan, karena hanya aku sendiri, kekuatanku tidak kembali dan Yuan mengala

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status