“Tuan Rafael, mungkin ini benar-benar keegoisanku, tetapi aku benar-benar menyukai Fiona dan tidak ingin perjodohan ini dibatalkan,” ucap Rainsword. Dia terlihat canggung namun memberanikan diri, “bisakah Tuan Rafael menolongku?”Rafael tidak langsung menjawab, dia menoleh ke arah Yui. Helaan napas panjang terdengar dan pria kekar itu berdiri juga mengulurkan tangan ke arah Yui. “Yui, kau mau membantunya?”“Tentu!” seru Yui dengan riang dan meraih tangan Rafael. Rainsword tersenyum dan juga bersyukur dalam hati karena keduanya mau bersusah payah untuknya. “Pangeran Rainsword, kau harus menyiapkan dirimu, kita akan terbang dengan kecepatan penuh.” Rafael melirik ke arah Yui, “Yui, gunakan Byakko!” Rafael menyeringai dan gadis di sebelahnya sudah berubah wujud menjadi sosok yang berbeda, ada telinga dan ekor di tubuh Yui. “Byakko siap terbang dengan kecepatan kilat!” ucap Yui bersemangat.“Fury!” teriak Rafael dan seekor naga hitam terlihat dari langit meluncur ke arah mereka. Suara
“Apa maksudmu? Putraku tidak akan menjadi bayangan putrimu, kau kira aku tidak tahu maksudmu, Esmeralda!” Nada bicara Erina lebih tinggi lagi. Dia meletakkan cangkir dengan keras di meja hingga sebagian isinya tumpah.“Kalau bukan karena Fiona jatuh cinta dengan Rainsword, apa kau pikir aku sudi mengirimkan undangan itu!” bantah Ratu Esmeralda sama sengitnya. “Kamu hanya ingin merusak hubunganku dengan Edward, kamu masih ingin mendekatinya, benarkan!” Erina berdiri dan berkacak pinggang, matanya menatap tajam dengan kilat amarah terlihat di matanya.“Hahaha, jangan membuatku tertawa, Edward memang pernah menjadi pria yang menarik di mataku tapi itu sudah berlalu. Bagaimana denganmu dan Yuichi? Kalian sempat menjalin kasih, bukan? Kalau tidak bagaimana kau bisa begitu dekat dengannya hingga menitipkan bayi padanya?” Ratu Esmeralda mengungkit kisah lama yang sudah dipendam rapat-rapat Erina membuat wanita dengan mata biru shapire itu meradang. “Esmeralda!” teriak Erina melemparkan air
“Rafael!” pekikan suara nyaring seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke kamar. Gadis dengan rambut ungu berkilau dengan debu peri di sekitarnya, sayap transparan masih terkembang saat si pemilik nama menoleh ke arahnya. “Fiona.” Helaan napas panjang mengiringi setelah menyebut nama tersebut. “Ini sudah malam, Yui juga perlu istirahat dengan tenang.”“Rafael, kau harus menolongku!”rengek manja Fiona dengan cara khasnya membujuk. Pria yang terlihat tidak cocok dengan ornamen manis ruangan tersebut menarik selimut hingga seluruh tubuh Yui tertutup. Memastikan gadis cantik itu terlindung dari dinginnya malam. “Kau mau apa? Kau pikir kenapa aku kemari jika bukan ingin menolong kalian? Nyatanya?” Rafael mengabaikan wajah cemberut Fiona.Putri cantik dengan mata ungu itu mulai berkaca-kaca. Dia duduk di sudut dan memeluk lututnya. “Jahat.”“Terserah.” Rafael menolak menatap Fiona, dia tidak tahan dengan tangisan dan tidak tahu bagaimana menghadapi para wanita. “Rafael, kali ini saja, tolo
Rafael seakan kembali ke masa lalu, bayangan dalam mimpinya terasa begitu nyata. Dia kembali di saat Fiona memberinya secangkir teh yang di dalamnya terdapat kelopak mawar peri. Begitu cairan itu masuk ke dalam kerongkongan efek dari mawar peri bereaksi. Rafael kehilangan kesadaran dalam hitungan detik. “Aroma mawar peri sepertinya membuatku berhalusinasi.” Rafael seakan melihat dirinya yang terbaring. Beberapa pengawal mengangkatnya dan Fiona berteriak histeris. Rafael mengikuti pengawal yang membawa tubuhnya, hingga dia sampai di sebuah tempat yang begitu dingin. Kali ini Yui yang berada di sana, bersama dengan Ratu Esmeralda. Tubuh Rafael tertidur di atas ranjang es. Yui menggenggam sebuah daun. “Tunggu, darimana Yui mendapatkan daun itu?” Rafael mendekati Yui, dia seperti hantu yang tidak terlihat. Pria tinggi kekar itu memperhatikan detail dari daun yang dipegang Yui. “Ini daun dari pohon kehidupan, bagaimana Yui mendapatkannya?”“Apa kau tahu caranya, Putri Yui?” Suara Ratu E
Ratu Esmeralda mendekatkan dirinya ke arah cangkir dan seperti yang dikatakan Rafael aroma mawar peri jelas tercium. “Pengawal!” teriak Ratu Esmeralda. Dua pengawal datang dan membungkuk menunggu perintah. “Tangkap pelayan yang baru saja masuk ruangan tadi!” Dalam sekejap pelayan tadi sudah diringkus dan dibawa ke hadapan Ratu Esmeralda. “Siapa yang menyuruhmu!” Suara menggelegar sang ratu terdengar mengintimidasi. Pelayan itu menatap sang ratu tanpa takut. Matanya justru menantang sang ratu dengan sinis. “Dunia ini akan dikuasai Tuanku! Kalian makhluk dunia atas akan menjadi budak!” “Lancang!” seru pengawal dengan sebuah cambuk di tangannya. Cambuk itu melecut kencang ke punggung si pelayan. “Dia segera menguasai semuanya, kami akan berjaya baik di dunia bawah maupun dunia atas!” Pelayan itu terus meracau dan mengatakan kejayaan pemimpinnya, dia seperti sudah dicuci otak oleh tiran tersebut. Lalu, tubuhnya seperti bergetar karena sesuatu, mata si pelayan tiba-tiba bergerak s
Yui baru saja menyelesaikan pencarian para penyusup. Dua puluh lima penyusup terjerat di bawah kekuatan guardian compass. Mereka semua ditangkap dan dimasukkan ke penjara peri. “Yui!” panggil Rafael saat dia melihat warna rambut Yui perlahan kembali menjadi hitam. Gadis itu menggunakan keempat guardian compass secara bersamaan. “Paman, sudah selesai?” tanya Yui berlari ke arah Rafael dan langsung bergelantung manja di lengan pria itu. Rafael tidak keberatan dan justru senang dengan tingkah manja Yui, dia membiarkan gadis itu begitu dekat dengannya. “Ratu ingin kau dan aku melihat sesuatu, aku juga tidak tahu benda apa itu.” Yui semakin riang dan berjalan berjingkat-jingkat. “Sepertinya menarik, ayo!” “Kau itu semua dibilang menarik.” Rafael membawa Yui menemui Ratu Esmeralda.Sang ratu sudah berdiri dengan elegan menunggu keduanya. Yui langsung melepaskan tangannya kemudian membungkuk memberi salam. “Yang Mulia Ratu Esmeralda,” salam Yui dengan suara nyaring dan lembut. “Terima
Mata Yui terbelalak, dia merasakan ada yang tidak beres dengan celah dimensi ini. Tanpa menurunkan kewaspadaan dia langsung menggunakan keempat Guardian Compass sekaligus. Tekanan kekuatan Yui langsung terasa. “Yui?” Rafael merasakan ketakutan pada diri Yui. “Paman, cepat segel!” seru Yui memisahkan diri dari Fury. Dia terbang dengan kecepatan penuh. Seperti yang diperkirakan olehnya. Tekanan udara berubah dengan cepat dan seakan mengenali Yui, celah dimensi mengejar gadis itu dan berusaha menangkapnya dengan daya hisap yang kuat dan sulur-sulur hitam yang tiba-tiba muncul dari dalam. “Evakuasi! Jangan ada orang di sekitar celah dimensi!” teriak Rafael.Pasukan yang menjaga tempat itu langsung mundur teratur, mereka mengenali suara Rafael. Pria itu cukup terkenal dan memberikan pengaruh yang kuat. “Cepat mundur!” suara Recca memecah kesunyian. Pria itu melihat ke arah sulur-sulur yang mengejar Yui dan dari tangannya terlihat mengeluarkan sebuah api berwarna merah jingga. Semua ta
“Yui … Yui!” suara samar-samar yang memanggil Yui terdengar semakin jelas. Perlahan mata Yui terbuka, dia merasa hamparan putih berada di depannya. Salju turun dengan semilir angin lembut, tubuhnya sudah tertimbun salju sebagian. “Bangunlah!” Yui menatap sosok yang ada di depannya. Seorang wanita dengan tongkat sihir besar setinggi dirinya, jubah bulu binatang lembut membalut tubuh anggun nan cantik. Wajahnya terlihat sendu, ekspresi yang minim dan sulit ditebak. “Yui.” Suara wanita itu terdengar begitu lembut, tetapi ada perasaan sedih yang mengalir. “Anda Lenora Isolde?” Yui mengenali wanita ini, sangat banyak petunjuk yang mengarah padanya. “Ya, itu aku.” Wanita itu mengangguk lalu mengulurkan tangan ke arah Yui. “Kau sedang tertidur di dunia nyata, ini dunia mimpi.”“Apa yang ingin Anda sampaikan?” Yui menebak dengan kemunculan Lenora dalam mimpi. “Ratu Esmeralda memberimu sebuah penjara yang terbuat dari daun kehidupan.” Wanita cantik itu menghela napas panjang. “Ramalanku
Yuasa dengan telaten memisahkan racun dari aliran darah Yui. Tidak seperti luka fisik yang bisa dengan mudah disembuhkan. Racun duri tanaman rambat ini telah menyusup ke dalam inti kehidupan Yui, bercampur dalam setiap nadinya. Dengan kemampuannya yang bagai mata air jernih, Yuasa menyelami setiap aliran darah Yui, memisahkan racun yang mengancam jiwa. Waktu merayap perlahan, detik demi detik terasa bagai siksaan bagi mereka yang menunggu.Rafael mondar-mandir bagai singa yang terkurung dalam sangkar, hatinya dipenuhi kecemasan yang menggerogoti. Penjelasan Rosaline bagai angin lalu, tak mampu meredakan badai keraguan dalam dirinya. Ia masih meragukan kemampuan Yuasa, meskipun secerca harapan telah menyala kembali. Sesekali, ia melirik Yui yang terbaring lemah, wajahnya pucat pasi bagai rembulan yang tertutup awan.“Paman, percayalah pada Kakak,” ucap Yuan, suaranya lembut namun penuh keyakinan. Meskipun Yuan masih belum yakin, dia percaya dengan instingnya. Aura Yuasa berbeda dari bi
Yuasa dengan hati-hati mengeluarkan kunci rune, ukiran kuno yang berdenyut dengan energi mistis, dan mengarahkannya ke ruang kosong di depannya. Udara berdesir dan bergelombang, seperti kain sutra yang ditiup angin, membentuk pusaran energi yang semakin lama semakin pekat. Gerbang dimensi ke dunia bawah, sebuah portal yang menghubungkan dunia kristal dengan alam kegelapan mulai terbuka. Aurum, dengan wujud manusianya yang gagah, berdiri di samping Yuasa, siap untuk melangkah melintasi gerbang dimensi. Sementara itu, Rosaline dengan cekatan menciptakan lapisan-lapisan barrier pelindung di sekitar Yuasa. Tangannya bergerak lincah, menenun barrier pelindung yang tampak seperti kubah transparan dengan rona kemerahan, melindungi Yuasa dari bahaya yang mungkin mengintai.“Cukup Rosaline,” ucap Yuasa dengan lembut. Dia menyentuh tangan Rosaline untuk menghentikan pekerjaannya. “Ini gerbang dimensi, bukan celah dimensi. Kita sudah pernah memasukinya, meskipun ada tekanan, tetapi barrier yan
Rasa syukur dan kekaguman memancar dari wajah-wajah mereka yang telah disembuhkan Yuasa. Mereka menatap sang raja dengan tatapan penuh hormat, seolah melihat dewa yang turun dari langit. Para tabib dan tenaga medis pun tercengang, kekuatan ajaib Yuasa telah melampaui batas pengetahuan mereka, membuka cakrawala baru dalam dunia pengobatan.“Rosaline tidak perlu memapahku, aku tidak apa-apa,” ucap lembut Yuasa melepaskan tangan Rosaline yang mencoba membantunya berjalan. Dia sedikit tidak nyaman dengan penilaian berlebih dari orang-orang di sekitarnya. “Mulai sekarang kau tidak bisa lagi mengenakan gaun, aku akan selalu memerlukanmu untuk menjadi pelindungku.”Rosaline tersenyum, sebuah senyuman yang mengisyaratkan kesetiaan dan kebahagiaan. Ia tidak lagi memapahYuasa, tetapi melingkarkan tangannya dengan mesra di lengan sang raja. “Tidak masalah, Yang Mulia,” jawab Rosaline riang. “Saya akan senang bisa menjadi pengawal Anda lagi.” Balai Pengobatan kini dipenuhi oleh lautan manusia ya
Langkah kaki Yuasa, sang raja, memasuki Balai Pengobatan dengan tegap, seolah lantai marmer pun tunduk di bawahnya.. Semua mata di balai itu, yang tadinya sibuk dengan hiruk pikuk kepanikan dan kesedihan, serempak beralih padanya. Sejenak, waktu seakan berhenti, lalu kembali berdetak. kehidupan di balai kembali berdenyut. Mereka kembali menjalankan aktivitas, mungkin menduga sang raja hanya datang untuk menyampaikan belasungkawa, sebuah tindakan diplomatis yang biasa dilakukan para petinggi kerajaan. Tak ada sorak-sorai, tak ada sambutan meriah, hanya tatapan kosong dan bisu yang menyambut kedatangannya, seolah hati mereka telah membeku, tertutup bagi raja mereka.“Siapa penanggung jawab Balai Pengobatan?” tanya Yuasa, suaranya bergema bagai dentang lonceng di tengah keheningan.Segera seseorang dengan tubuh ramping dan wajah dipenuhi peluh berlari dan membungkuk dalam-dalam di hadapan Yuasa. “Sa … saya, Yang Mulia,” jawab pria tersebut dengan suara bergetar karena takut.“Pisahkan ko
Aurum terbang membelah langit menuju Balai Pengobatan. Gedung itu menggeliat dipenuhi sesak manusia hingga ke serambi dan selasar. Pasien terlalu banyak sementara tenaga medis tidak sesuai jumlahnya. Aroma darah anyir menyeruak di udara, bercampur dengan bau obat-obatan yang menusuk hidung. Di mana-mana, terlihat para penyembuh sibuk membalut luka-luka menganga, bak sayatan pedang tak kasat mata, yang diderita para korban akibat munculnya celah dimensi.“Yang Mulia?” Rosaline menyentuh lengan Yuasa, wajahnya dibayangi kecemasan saat melihat wajah pucat sang Raja. Dia tahu betul pemuda yang dicintainya itu memiliki hati selembut sutra. Melihat rakyatnya terluka parah, hatinya pasti tercabik-cabik, remuk redam bagai dihantam palu godam. “Yang Mulia, Anda harus kuat.”“Rosaline, andai saja,” ucap Yuasa tercekat, tertahan di ujung kerongkongan bagai duri yang menusuk. Kedua tangannya bergetar hebat, menahan gejolak rasa tidak berdaya yang menyesakkan dada. Kehilangan kemampuan penyembuhny
Ibukota Kerajaan Cahaya.Langit bagaikan terbelah, suara retakan terdengar bagaikan suara gaung raksasa. Semua mata menyaksikan bagaimana celah dimensi perlahan-lahan terbuka semakin besar.“Demi dewa, apa yang terjadi?”“Langit! Langit terbelah!”Jeritan panik bercampur dengan hirul pikuk langkah kaki yang kalang kabut. Retakan tersebut perlahan mencapai tanah, seakan membelah langit hingga ke tanahi. Kepanikan melihat fenomena tidak biasa itu terjadi, Ibukota Kerajaan Cahaya yang ramai kini menjadi sepi seketika.Di dalam istana, Raja Yuasa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Kabar tentang retakan dimensi terdengar ke telinganya, membawa angin dingin yang menusuk tulang.“Kerahkan pasukan, lindungi rakyatku!” titah sang raja suaranya bergema di aula istana. Yuasa berjalan keluar dan melihat dari dalam istana, langit terbelah dengan ratakan besar. “Celah dimensi,” gumamnya, hatinya dipenuhi firasat buruk.Seekor naga dengan sisik keemasan mendarat di halaman ist
Langit sudah gelap saat Yuan mencapai batas terluar wilayah Blackdragon. Tenaganya bagai lilin yang hampir padam, nyaris tak tersisai. Sepasang sayap yang selama ini membawanya terbang kini lenyap tanpa jejak, begitu pula dengan tanduk hitam di kepalanya yang menghilang bagai ditelan bumi. Kegelapan menelan kesadaran Yuan. Dia jatuh bebas dari ketinggian, meluncur bagai batu yang terlempar dari langit, ditarik paksa oleh cengkraman gravitasi. Suara dentuman keras terdengar, tubuh Yuan dan Yui menghantam tanah di pinggir hutan perbatasan Blackdragon. Mereka berguling-guling beberapa kali sebelum terhenti tak jauh dari sebuah desa kecil. Keduanya terkapar tak berdaya, tubuh mereka dihiasi luka-luka yang menganga. Seorang kakek tua yang sedang mencari kayu bakar, dikejutkan oleh pemandangan dua remaja yang terbaring tak sadarkan diri di pinggir hutan. Dengan langkah gontai, ia memeriksa mereka, memeriksa denyut nadi keduanya dengan hati-hati. “Mereka masih hidup!”. Kakek itu berlari ke
Seiryu hitam menyadari kedatangan Yui. Asap dan debu tidak mengganngunya sedikitpun. Seiryu hitam dengan kegesitannya yang mengerikan menyambar Yui dengan ekornya. Tubuh Yui terpental bagai boneka kain, menghantam dinding aula istana dengan dentuman keras. “Yui!” teriak Yuan, jantungnya mencelos menyaksikan kembarannya terkapar tak berdaya. Dalam kepanikan, Yuan lengah. Cakar Seiryu menembus tubuhnya, meninggalkan luka menganga yang meneteskan darah. Tubuh ramping Yuan terlempar ke samping Yui, meringkuk kesakitan. Leiz, dengan kesombongannya yang memuakkan, berjalan mendekati kedua anak kembar tersebut. Dia menendang tubuh Yuan yang penuh luka-luka dengan kasar. “Ternyata mudah menghancurkan kalian,” ucap Leiz dengan nada penuh ejekan, “Terima kasih sudah menghilangkan pelindung tongkat kristalku!”Leiz merampas tongkat kristal dari tangan Yuan. Dia mengumpulkan kekuatan untuk membuka kembali celah dimensi. Dia menyimpan Seiryu dan Byakko hitam, yakin bahwa kedua anak kembar itu t
Yuan tidak tinggal diam melihat Yui kesakitan. Dia memanggil pedang es abadi dan menebas tanaman rambat tersebut. Aula istana menjadi dingin sedingin kutub.“Yui, kau tidak apa-apa?” tanya Yuan dengan cemas, suaranya bergetar.Darah terlihat mengalir dari luka di kaki Yui, meninggalkan jejak merah di lantai aula yang dingin. “Tidak apa-apa,” ucap Yui dengan suara tertahan,”Cepat pergi! Selamatkan dirimu!”Leiz yang gagal menghentikan Yui murka. Dia kembali memanggil kekuatan Seiryu hitam. Makhluk itu muncul dengan mengerikan, sisiknya sehitam malam, matanya menyala-nyala bagaikan bara api, menebarkan aura kekuatan yang menggetarkan aula.“Kalian pikir bisa kabur dariku!” Suara Leiz bergema di seluruh ruangan.Dengan gerakan tangan yang cepat, Leiz, yang mengenakan baju kebesaran seorang raja menutup semua pintu keluar dengan tanaman rambat berduri. Tidak ada lagi celah untuk mereka kabur saat ini.“Yuan, kau harus pergi dari sini, bawa kristalnya!” seru Yui memaksakan diri berdiri. Ia