Setelah Montmorency membawa Jeanne d'Arc kembali ke Istana Wil. Jeanne d'Arc mulai marah-marah kepadanya karena sudah membawanya pulang. Tapi Montmorency menjelaskan kalau Muhanov itu orangnya berbahaya dan bukan orang yang baik. Hanya saja Jeanne tambah marah dan mulai melemparkan apapun benda yang di dekatnya kepada Montmorency.
Montmorency menangkis sambil menghindari apapun yang dilempari oleh Jeanne d’Arc.
“Tenanglah, Jeanne!”
“Aku ingin bertemu dengan Muhanov lagi, aku ingin!!!”
“Aku sudah bilang kalau—”
“Berisik kamu Montmorency!”
Hanya saja saat mereka berdua masih bertengkar. Pintu ruangan mereka tiba-tiba didobrak oleh seseorang. Saat pintu terbuka, masuklah pasukan Orc dari Kerajaan WIl mulai masuk ke dalam ruangan dan mulai mengacungkan senjata mereka kepada mereka berdua.
Jeanne d’Arc berhenti melempari Montmorency. Mereka berdua terdiam saat pasukan mulai mengepungi mereka.
“Hei, ada apa ini?” tanya Montmorency sambil menghampiri pasukan.
Tapi pertanyaan Montmorency malah justru dapat pukulan dari salah satu prajurit dan memberi isyarat untuk mundur.
“Apakah ada seseorang yang bisa menjelaskan ada apa ini?” tanya Jeanne d’Arc.
Saat pertanyaan itu dilontarkan, masuklah seorang Ogre dengan tubuh kekar dan kulit hijaunya. Dia memandangi tajam kepada Jeanne d’Arc di depannya.
“Soal itu, mungkin Ratu bisa menjelaskan,” Jawab Ogre tersebut, “Ikat dan bawa mereka menghadap Yang Mulia Ratu!” perintahnya.
Pasukan Orc itu lalu menangkapi Jeanne d’Arc dan Montmorency. Tubuh mereka dihempaskan ke lantai dan tangan mereka mulai diikat. Setelah itu mereka mulai dibawa ke ruangan Ratu Anastasia.
Sesampainya di sana. Mereka berdua sudah ditunggui oleh Ratu Anastasia bersama pasukan Ksatria Kudus yang ikut bersama Jeanne d’Arc dan Montmorency saat menjalani pengawasan kepada Kerajaan Warsawa. Terlihat juga Ratu Anastasia yang sedang duduk di tangga singgasananya sambil memainkan tubuh pria Ksatria Kudus yang ada di depannya dengan pengendalian darahnya.
Tubuh Ksatria Kudus itu dipilintir tangan dan kakinya sampai kulitnya terkoyak dan mengalami pendarahan di dalam kulit.
Jeanne d’Arc dan Montmorency lalu dibawa ke depan Ratu Anastasia yang masih memainkan tubuh Ksatria Kudus yang malang tersebut. Setelah itu mereka disuruh berlutut dan menunduk.
“Yang Mulia, aku sudah membawa mereka berdua.” Jawab Ogre itu.
“Terima kasih, Arnold.” Jawab Ratu Anastasia.
Ogre bernama Arnold itu lalu menundukkan kepalanya, setelah itu dia mundur dan meninggalkan Jeanne d’Arc dan Montmorency.
"Jadi, bagaimana kabar kalian?" tanya Ratu Anastasia.
Jeanne d'Arc dan Montmorency lalu mengangkat kepala mereka. Hanya saja pemandangan mengerikan terpampang di depan mereka.
Ksatria Kudus yang ada di depan mereka sekarang tubuhnya dipelintir semua. Tidak hanya tangan dan kaki, tapi semua tubuhnya. Kedua matanya bahkan keluar air mata darah dan bola matanya terlihat melotot, seperti mau keluar. Anehnya tidak ada suara rintihan kesakitan darinya membuat pemandangan itu jadi lebih sadis.
Saat Ratu Anastasia menggerakkan tangannya lagi. Tubuhnya mulai dipelintir lebih parah sampai darah yang di kulitnya langsung muncrat keluar dan meremukkan semua tulangnya.
Darah yang muncrat tadi mengenai Ratu Anastasia dan dua orang yang ada di depannya. Tapi kebanyakan darahnya muncrat lebih banyak kepada Ratu Anastasia.
Ratu Anastasia lalu menjilati bagian tangannya yang berlumuran Ksatria Kudus itu.
"Rasanya tidak jauh berbeda dengan darahnya manusia dari Dewi Narrum," Komentar Ratu Anastasia, "Bagaimana? Apa ada yang tidak mau menjawab pertanyaanku?"
Jeanne d'Arc lalu mencoba menjawab dengan sedikit gemetaran, "Maafkan saya Yang Mulia. Saya tidak mengerti dengan—"
Kalimat Jeanne d'Arc terhenti ketika mayat Ksatria Kudus yang tadi dipelintir oleh Ratu Anastasia dilemparkan ke depannya.
"Siapa yang menyuruhmu untuk tidak mengerti?” ucap Ratu Anastasia sambil berdiri dan menghampiri Jeanne d’Arc. Setelah itu, dia mengambil tangan mayat Ksatria Kudus di depannya, dia tahan tubuhnya dengan kakinya dan tangan itu ditarik hingga putus. “Aku akan bertanya sekali. Bagaimana kabarmu?”
“Sa-saya, umm…” kalimat Jeanne sedikit tertahan melihat Ratu Anastasia mulai memakan tangan mayat Ksatria Kudus.
“Hmmm?”
“Sa-saya—” kalimat Jeanne terhenti ketika darah dari tangan mayat itu terciprat ke wajahnya.
Ratu Anastasia masih menikmati memakan tangan mayat tersebut.
“Aku tidak dengar.”
“Saya baik-baik saja…. Yang Mulia.” Jeanne d’Arc lalu menunduk.
“Itu baru jawaban.”
Ratu Anastasia lalu membuang tangan mayat Ksatria Kudus itu ke arah pasukan Orc dan mereka langsung berebutan untuk memakannya. Setelah itu Ratu Anastasia menarik lagi tangan satunya dari mayat tersebut hingga putus. Lalu dia menoleh kepada pelayannya seorang gadis anjing.
“Ven, berikan daging ini kepada mereka.” perintahnya.
“Baik, Yang Mulia.”
Ven lalu menghampiri mayat tersebut. Dia angkat mayat itu dan dibawa ke pasukan Orc yang sedang rebutan tangan. Saat Ven menghampiri mereka, pasukan itu berhenti rebutan dan mulai melihat mayat yang dibawa Ven. wajah mereka mulai bernafsu dan air liur mereka mulai menetes.
“Itu hadiah dariku karena kalian sudah membawa para bajingan ini didepanku.” ucap Ratu Anastasia.
Pasukan Orc itu langsung bergembira.
“Terima kasih,Yang Mulia.”
“Terima kasih!”
“Kami berhutang kepadamu!”
“Yang Mulia Ratu Anastasia. Yang Mulia Ratu Anastasia. Yang Mulia Ratu Anastasia!”
Pasukan Orc itu juga meneriaki namanya sekarang dengan nada gembira.
Saat Ven memberikan mayat itu kepada Pasukan Orc, Ven langsung lari menjauhi mereka. Karena Mereka akan langsung ribut lagi untuk merebutkan setiap inci daging dari mayak Ksatria Kudus itu.
Jeanne d’Arc, Montmorency, dan Ksatria Kudus lainnya mulai ketakutan dan gemetaran. Mereka seperti melihat seorang Rusa yang sekarang diperebutkan oleh para singa yang lapar. Mereka mulai membayangkan apa mereka juga akan dimakan oleh mereka hidup-hidup nanti?
Ratu Anastasia lalu duduk lagi di tangga singgasananya sambil memakan tangan mayat Ksatria Kudus tersebut.
“Meskipun rasa daging Templar itu aneh, tapi lumayan enak.” ucap Ratu Anastasia. “Jadi, Jeanne d’Arc dan Montmorency. Berhubung kalian adalah perwakilan dari Templar, bisa kalian jelaskan sekarang?”
Montmorency hanya bisa menunduk ketakutan dan bisa menjawab. Bahkan para Ksatria Kudus juga terlihat sangat pasrah.
“Tidak ada yang mau menjawab?”
Melihat semuanya mulai ketakutan. Jeanne d’Arc lalu memberanikan dirinya dan mengangkat kepalanya.
“Maafkan saya Yang Mulia. Saya tidak paham apa yang harus saya jelaskan dan ada apa, serta apa yang sudah saya—kami lakukan kepadamu?”
“Kau tidak tahu, apa kau tidak mau tahu jadinya tidak tahu?”
“Saya tidak tahu, Yang Mulia. Benar-benar tidak tahu.”
Ratu Anastasia lalu memberikan tangan yang tadi dimakan kepada Ven dan menyuruhnya untuk memberikannya kepada pasukan Orc, “Baiklah jika kamu tidak mengerti. Apa kamu tahu, kalau sekarang Bismarck melanggar aturan gencatan senjata dengan Kerajaan Warsawa? Dan sekarang Kota Wisia ini mau dikepung oleh pasukan Templar? Apa kau juga tahu kalau orang bangsat tadi ingin membunuhku? Dan apa kau tahu kalau salah satu temanmu itu ingin mengambil kembali Ella?”
Jeanne bingung dengan semua pertanyaan dan informasi yang sekarang dia dapatkan dari Ratu Anastasia.
“Maafkan saya Yang Mulia, saya benar-benar tidak tahu.” jawab Jeanne d'Arc.
Ratu Anastasia memandang Jeanne d'Arc dengan tajam dan Jeanne d'Arc hanya bisa menunduk ketakutan.
"Kau tahu kalian Templar bajingan!" teriak Ratu Anastasia. "Aku sudah menerima segala persyaratan yang kalian berikan. Aku bahkan memberikan kalian transparansi yang kalian butuhkan hanya karena kalian berpikir, kami hanyalah sekumpulan monster yang diciptakan Dewi Narrum. Monster yang tidak bisa berpikir, tidak bisa berlogika, bahkan tidak bisa diajak untuk berdiskusi. Bahkan aku sudah jujur dengan apa tujuanku dalam perang ini. Aku menolak untuk mencurigai kalian meskipun para penasehatku memaksaku untuk mencurigai kalian. Sepertinya nilai kejujuranku tidak ada harganya di mata kalian ya? Hanya karena aku ciptaan Dewi Narrum? Seorang iblis seperti yang entah yang kitab kalian tulis?”
Jeanne d’Arc tidak tahu harus menjawab apa. Karena, salah saja dia menjawab, nyawanya akan langsung dicabut. Meskipun dia tahu kalau dia hanya bertugas untuk mengawasi Kerajaan Warsawa karena dicurigai Kerajaan ini beraliansi dengan Kerajaan Vangarian. Nyatanya, Ratu Anastasia memegang janji dan semua rakyatnya mematuhinya.
“Kau tidak mau menjawab, Jeanne d’Arc?” tanya Ratu Anastasia, “Baiklah.”
Ratu Anastasia lalu mengangkat tangannya. Dia mulai menggerakan jarinya perlahan-lahan. Lalu salah satu pria Ksatria Kudus yang ada di belakang Jeanne d’Arc mulai melayang keatas. Dia terlihat ketakutan dan ingin menangis ketika matanya bertemu dengan mata Ratu Anastasia.
Ratu Anastasia lalu mengepalkan tangannya. Seketika tubuh pria Ksatria Kudus itu langsung remuk seakan-akan diremas oleh sesuatu yang tak terlihat. Darah tubuhnya juga muncrat dan jatuh ke pasukan Ksatria Kudus seperti hujan. Setelah itu dia melemparkan tubuh pria itu ke pasukan Orc yang dari tadi bersiap-siap menangkapi mayat Templar yang baru.
Saat mayat itu ditangkap oleh Pasukan Orc. mereka mulai merebutkan dan memakannya.
“Jika kau masih kelamaan menjawab, aku akan membunuh satu orang lagi. Mungkin kali ini yang perempuan—tidak akan kubunuh. Tapi, aku akan memberikannya kepada pasukan Orc untuk diperkosa dan dijadikan budak pembuat anak untuk melahirkan lebih banyak pasukan imut seperti mereka. Meskipun aku tidak yakin, apa Templar bisa hamil atau tidak.” Ratu Anastasia lalu menoleh kepada pasukan Orcnya, “Ada yang mau gadis perawan dari Templar ini Orcku yang manis?” tanyanya.
Pasukan Orc mulai bersorak gaduh.
“Akhirnya wanita. Kami menunggunya Yang Mulia!”
“Berikan langsung semuanya pada kami!”
“Ya, ya, ya! Terutama perempuan berambut oranye itu!”
Jeanne d’Arc tambah takut karena pasukan Orc itu rupanya lebih berfokus kepadanya daripada wanita Ksatria Kudus yang lain. Mata mereka seolah-olah seperti sedang memperkosa seluruh inci tubuhnya hanya dengan tatapan ganas mereka.
Apalagi wajah Jeanne d’Arc juga cantik. Tubuhnya juga montok. Hanya saja ada satu titik yang paling disukai pasukan Orc itu, yaitu sepasang buah dadanya yang besar dan erotis. Hanya dengan itu saja, pasukan Orc semakin tidak sabar ingin mencicipi Jeanne d’Arc
“Sabar kalian semua. Aku bisa membuat perempuan Templar di sini jadi lebih lezat. Tapi pertama, kita harus mengatasi pasukan yang mau mengepung kita kali ini.”
Ern lalu menghampiri Ratu Anastasia sambil memberikan sebuah gulungan surat kepadanya. Ratu Anastasia lalu membukanya sambil menghampiri Jeanne d’Ac.
“Ehm, ‘Salam Ratu Iblis dan Monster.’ —Sopan sekali untuk sebuah salam dari Templar, ya? ‘Setelah kami menyelidiki tentang Kerajaan penuh dosamu itu. Kalian terbukti bersekongkol dengan Kerajaan Vangarian. Kami memutuskan bahwa kalian telah melanggar perjanjian gencatan senjata. Kami juga meminta untuk mengembalikan Ella, Ksatria Kudus kami. Jika tidak, Ksatria Kudus yang dianugerahi oleh Grand Master Templar, Andreana Sheffield, yaitu Remulta Tiara, akan membasmi seluruh Kerajaanmu dan membersihkan semua dosa di tanah milik Tuhan kami… dan bla bla bla.’ —Kebanyakan banyak kalimat tidak penting dan terakhir ‘Tertanda, Grand Master Andreana Sheffield.’ Sekarang kau sudah mendengarkannya kan, Jeanne d’Arc? Atas semua yang sudah aku lakukan, mereka tetap membalasnya seperti ini. Dan lagi, yang membuatku marah. Mereka menganggapku beraliansi dengan Kerajaan Vangarian. Aku akan mengatakanmu dengan jelas. Kerajaanku, Rakyatku, tidak akan pernah sekalipun akan beraliansi dengan kerajaan Vangarian.”
Ratu Anastasia lalu kembali ke singgasananya dan duduk. Dia lalu membaca kembali suratnya.
“Ah, disini tadi ditulis aku harus mengembalikan Ella. Menurutmu bagaimana, Parliman? Apa kita perlu mengembalikannya?” Tanya Ratu Anastsia.
“Tidak, Yang Mulia. Ella sudah menjadi milikku.” balas Parliman dengan nada marah.
“Begitu ya? Aku menyetujui penolalakanmu. Ngomong-ngomong, Bagaimana rasa tubuhnya? Enak?”
“Sangat enak, Yang Mulia.”
“Buah dadanya, pantatnya, bibirnya, enak semua?”
“Semuanya sangat lembut dan segar seperti bayi yang baru lahir. Setiap malam rasanya seperti meminum anggur merah yang terus nikmat di mulutku. Bahkan, ketika aku mengikat tubuhnya dan menikmati seluruh inci tubuhnya, suara jeritan, tangis, dan desahannya bagaikan lagu terindah yang bisa mengalahkan semua lagu dari Rak Maja. Yang Mulia, kalau boleh jujur, aku ingin segera pulang dan menikmati tubuhnya lagi. Aku rindu dengan bibir imut dan buah dadanya yang besar itu. Satu malam saja tidak cukup untuk menenangkan auman singa yang ada di antara dua kakiku ini.”
“—Pfffttt, HAHAHAHAHAHAHA,” Ratu Anastasia mulai tertawa, “Dengar itu Rak? Lagumu kalah sama desahan seorang perempuan! Perempuan Templar, lagi! HAHAHAHAHAHA.”
Rak Maja yang berdiri di samping singgasana Ratu Anastasia hanya memalingkan matanya dan menghela napas panjang.
“Mungkin nanti kau bisa mencoba memakai desahanmu sebagai musik, Rak. HAHAHAHAHAHA. Astaga aku tidak bisa berhenti tertawa! HAHAHAHAHAHAHA.”
Hanya Ratu Anastasia saja yang tertawa. Yang lainnya tidak ikut tertawa. Mereka justru memasang muka agak sedih. Itu karena mereka menghormati musik yang dimainkan oleh Rak Maja. Apalagi Rak Maja juga dikenal sebagai “Ibu Tempat Asal” mereka. Melihat itu, Ratu Anastasia mulai berhenti tertawa karena melihat pasukannya jadi murung.
“Baiklah, baiklah. Aku berhenti. Maafkan aku sudah menghina ibu kalian.” Ratu Anastasia lalu menoleh kepada Rak, “Maafkan aku soal tadi, Rak.”
Rak Maja lalu berjalan ke depan Ratu Anastasia. Dia lalu berlutut dan membungkukkan kepalanya, “Tidak ada kehormatan lain yang lebih besar dari melayani, Yang Mulia Ratu Anastasia Nikolaevna Romanova.”
“Umm, Baiklah. Ya sudah, kuanggap kau memaafkanku. Sekarang menyingkirlah dari hadapanku.”
Rak Maja lalu berdiri dan berjalan kembali ke posisinya.
“Ngomong-ngomong Parliman, dimana sekarang dia?” tanya Ratu Anastsia.
“Sekarang dia aman di rumahku, Yang Mulia. Dalam keadaan terikat, tidak bisa bergerak, dan tidak berdaya dengan posisi telanjang yang sangat memalukan.”
“Hoo, kenapa kamu melakukan itu?”
“Agar nanti saat aku pulang, Saya bisa langsung menikmati tubuhnya tanpa perlawanan dan membuatku menunggu.”
“Begitu rupanya. Tidak salah aku memilihmu untuk mengambilnya. Kau tahu bagaimana caranya memberi pelajaran kepada perempuan Templar. Kalau begitu, sebagai hadiah, aku izinkan kamu pulang hari ini dan juga, aku berikan cuti sebebas yang kamu mau. Siksa dan nikmati dia sampai singa yang di antara dua kakimu itu tenang.”
“Terima kasih, Yang Mulia. Terima kasih banyak.”
“Jangan lupa, jaga dia dengan sangat baik.”
“Tentu saja, Yang Mulia. Saya juga akan membuat jerit, tangis, dan desahannya lebih keras agar bisa didengar oleh Templar bajingan itu dan mempermalukan harga diri mereka.”
“Inilah kenapa aku menyukaimu, Parliman. Aku perbolehkan kamu meninggalkan tempat ini sekarang. Kalau ada kesempatan, aku akan mengunjungi rumahmu untuk melihat bagaimana kau memperlakukan perempuan Templar itu.”
Parliman lalu membungkuk untuk memberi hormat kepada Ratu Anastasia. Setelah itu dia pergi meninggalkan ruangan Ratu.
“Baiklah, sekarang apa yang harus kita lakukan untuk menghajar pasukan Templar yang akan mengepung kita besok. Bawakan aku peta dan kirim Acra untuk mengintai.”
Perintah Ratu Anastasia yang singkat itu langsung direspon oleh semuanya. Mereka langsung membawakan meja di depan Ratu Anastasia dan meletakkan peta besar yang mencakup wilayah Kota Wisia.
“Tunggu sebentar, Yang Mulia! Bisakah saya berbicara?” ucap Jeanne d’Arc dengan nada sedikit pasrah.
Ratu Anastasia lalu meliriknya, “Oh, sekarang kau mau berbicara. Aku sibuk sekarang. Tapi jangan khawatir, aku akan menghiasimu lebih cantik agar bisa memuaskan pasukanku. Jadi bersabarlah.”
“Tidak, tapi kumohon Yang Mulia. Bisakah saya membantu pasukan anda untuk melawan Templar?”
“Ide yang bagus. Setelah itu kalian akan menusuk kami dari belakang? Rencana yang jenius sekali. Sayangnya aku tidak ingin jadi pintar untuk aku bisa masuk ke dalam jebakan kalian yang kedua kalinya.”
“Tidak, bukan begitu yang saya maksud. Jika diberi kesempatan, kami semualah yang akan melawan pasukan Templar itu sendiri. Bukan pasukan anda Yang Mulia.”
Raut muka Ratu Anastasia berubah. Dia terlihat sangat marah. Dia lalu menyuruh untuk menyingkirkan sebentar apa yang ada di depannya. Setelah itu dia menghampiri Jeanne d’Arc.
“Kau menghina kekuatan rakyat dan pasukanku? Kau pikir kami lemah?” ucap Ratu Anastasia sambil menggerakkan tangannya ke arah Jeanne d’Arc.
Tubuh Jeanne d’Arc mulai terbang, “—Ahhkkk!” jeritnya dengan keras.
“Apa kau tahu bahwa aku sama sekali tidak takut dengan kalian, Templar? Apa kalian tahu kenapa kalian masih susah melawan Kerajaanku? Itu karena kalian tahu kerajaanku kuat! Sayangnya Grand Master kalian terlalu meremehkan kami."
Jeanne d'Arc tidak bisa menjawab karena lehernya dicekik dengan keras oleh Ratu Anastasia. Bahkan mata dan mulutnya mau membiru ketika dia sudah merasa dekat dengan ajalnya.
"Sudah cukup, Ratuku. Dia mau mati." ucap Rak Maja mencoba menghentikannya.
"Oh, aku memang ingin membunuhnya kok." balas Ratu Anastasia.
"Dia masih kita butuhkan."
"Maksudmu, kau yang membutuhkan kan? Aku tidak butuh Templar."
"Iya deh, Yang Mulia bisa berkata kalau saya yang membutuhkannya. Bisakah lepaskan dia, Yang Mulia?"
Ratu Anastasia lalu menoleh kepada Rak. Mereka saling menatap satu sama lain sesaat. Setelah itu dia melemparkan Jeanne d'Arc kepada Rak.
Jeanne d'Arc jatuh di depan kaki Rak Maja. Rak Maja lalu membantunya berdiri dan melepaskan ikatan tangannya.
"Baiklah terserah apa yang kamu inginkan kepadanya Rak. Lagipula apa yang kau inginkan kepadanya?" tanya Ratu Anastasia.
"Saya akan menggunakannya untuk melawan Templar." jawab Rak.
"Ide yang bagus. Setelah itu dia akan bergabung dengan Templar dan menghancurkan kita."
"Jangan khawatir. Saya bisa menjaminnya."
"'Jangan khawatir. Saya bisa menjaminnya'." Ratu Anastasia menirukan kalimat Rak Maja dengan nada mengejek, "Apa yang kau rencanakan memangnya?"
"Seperti yang saya katakan, Yang Mulia. Saya akan menggunakan mereka untuk melawan Templar. Pasukan kita tidak perlu diturunkan untuk melawannya."
"Kau juga ikut-ikutan meremehkan, Rak?"
"Dengan hormat, tidak Yang Mulia. Saya melakukan ini untuk menghemat korban dari pasukan kita. Lagipula pasukan kita lebih baik digunakan untuk perang yang lebih besar. Bukan untuk melawan Templar."
"Jadi kamu mau bilang, Pasukanku tidak pantas untuk turun perang melawan Templar sekarang?"
"Sebenarnya bukan begitu. Tapi Yang Mulia bisa menganggap begitu. Pasukan kita lebih baik melawan yang lebih kuat. Kalau lawannya tikus seperti mereka, lebih baik kita gunakan tikus. Bukan kucing."
"Kau menggunakan kalimat bagus. Baiklah, aku izinkan mereka yang melawan Templar. Hanya saja, aku masih tidak percaya kepada mereka. Aku akan tetap menurunkan pasukanku."
"Tidak apa-apa Yang Mulia. Tapi saya mohon untuk pasukan anda tidak perlu menyerang. Cukup bersiaga saja."
"Baiklah. Tapi kau bawa sendiri ini Templar bangsat bersamamu. Aku tidak mau mengurusnya."
"Baik Ratuku. Apa saya boleh membawa Acra?"
"Ya. Bawalah anak itu.”
"Terima kasih Yang Mulia."
Rak Maja membungkuk sebagai isyarat menerima perintah tersebut. Dia lalu menyuruh beberapa tentara Ratu Anastasia untuk melepaskan Ksatria Kudus lainnya. Setelah itu dia keluar sambil diikuti oleh Jeanne d'Arc dan Ksatria Kudusnya.
Rak Maja membawa Jeanne d’Arc sebentar ke ruang perawatan untuk mengobati beberapa lukanya setelah Ratu Anastasia menyiksanya tadi. Beberapa Ksatria Kudus lainnya juga diperlakukan oleh yang sama dengan Rak.“Kalian seharusnya patuh saja kepada Ratu Anastasia.” ucap Rak sambil membalut luka Jeanne d’Arc.“Aku tidak tahu kalau jadi begini, Rak.” jawab Jeanne d’Arc.“Yah, bukan salahmu sih memang. Tapi kau bagian dari mereka. Jujur aku kecewa Grand Mastermu, Andreana, tidak mau mendengarkanku.”“Anu, kau dulu pernah bilang kepadaku. Jangan ikut jalan yang ada di depanku. Apa maksudnya.”Rak Maja lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, “Aku tidak bisa membahasnya di sini. Nanti saja.”Rak Maja lalu membawa Jeanne d’Arc dan Ksatria Kudusnya menuju bagian barat di Kota Wisia. Di sana ada sebuah menara pengintai yang berdiri dengan gagah. Menara itu merupakan menara berbentuk kotak dengan sebuah lonceng besar di puncaknya. Rak Maja membawa mereka menuju puncak yang ada loncengnya. Sesampainya d
Jeanne langsung terkejut mendengar pertanyaan dari Rak Maja. Jadi apakah benar kalau Rak Maja sudah mengetahui kalau dirinya adalah Andreana. Bagaimana Rak Maja bisa mengetahuinya? Jeanne d’Arc sampai tidak bisa menjawab pertanyaan Rak karena pertanyaan yang ada di kepalanya sekarang.“Kenapa kamu tidak menjawab? Kamu Andreana kan? Aku bisa mendengar lagumu. Kau mirip—bukan! Memang seperti dia. Sama tapi…. Tidak identik! Kamu sebenarnya siapa?”Jeanne d’Arc berpikir sebentar apakah dia harus memberitahunya atau tidak. Tapi dia merasa kalau jujur mungkin akan lebih baik. Terutama kepada Rak Maja yang dijuluki oleh Elf Legendaris. “Iya, benar. Aku Andreana. Tapi aku bukan Andreana Sheffield yang ada di sini. Aku bisa menjelaskan—”“Begitu rupanya. Aku paham sekarang. Jadi kau adalah Eastran.""Eastran?""Orang yang berasal dari semesta lain." “Eh—Ya, iya begitulah.”“Dasar, Dewi aneh ini masih suka mengirim orang lain kemari. Setelah Yang Mulia, sekarang kamu.”“Tunggu, Ratu Anastasia
Jeanne d'Arc sekarang sedang berdiri dengan tegap. Dia berdiri sambil memperhatikan ratusan prajurit yang dibawa oleh Remulta. Entah berapa prajurit yang Remulta bawa sekarang. Dari yang dilihat ada sekitar 30.000 pasukan lebih. Terdiri dari prajurit, pemanah, pasukan berkuda dan 15 Ksatria Kudus bersamanya. Jeanne d'Arc sendiri hanya bersama 30 Ksatria Kudus yang terhitung bersamanya. Meskipun Ksatria Kudus memang prajurit yang kuat dan bisa bernilai 1000 prajurit tiap 1 Ksatria Kudus. Tapi tetap saja, tanpa memiliki prajurit, bukan berarti dia bisa membalikkan keadaan. Dia butuh pasukan sesegera mungkin untuk membantunya. Rak Maja mulai turun tangan untuk mencarikan dia pasukan. Meskipun Rak Maja berjanji kepada Ratu Anastasia untuk tidak menggunakan pasukan utamanya. Hal tersebut bukanlah masalah. Rak Maja justru berhasil mengumpulkan pasukan yang dia dapat dari Kota Wisia dan sekitarnya sendirian. Sekitar 15000 prajurit lebih berhasil dia kumpulan. Meskipun disebut prajurit, me
Gemuruh tanah bergoncang dengan keras. Suara besi saling menumbuk dan beradu. Teriakan semangat dan kesakitan saling bercampur. Kadang ada hujan berwarna merah yang membasahi tanah yang sekarang menjadi tempat pertempuran antara pasukan Templar dari Bismarck dan Pasukan Sion dari Warsawa. Pasukan yang dipimpin Jeanne d'Arc langsung menerjang musuh tanpa takut meskipun mereka dihujani panah saat mereka berlari. Bahkan saat ketika mereka sudah saling beradu senjata. Mereka terus menekan musuh.Di tengah pertempuran itu, Jeanne d'Arc langsung menghadapi pemimpin pasukan Templar, Ksatria Kudus Templar, Remulta. Saat mereka berdua mulai beradu senjata. Jeanne d'Arc menyimpan kapaknya di sabuknya dan mulai menggunakan tongkat benderanya untuk menyerang Remulta. Hanya saja Remulta terlalu kuat. Selain itu Keping Eden miliknya bukanlah tandingan bagi tongkat benderanya. Sehingga dengan sedikit ayunan, tongkat bendera Jeanne d'Arc sudah patah.Jeanne d'Arc lalu membuang tongkat benderanya y
Setelah menang melawan pasukan Templar yang menyerang Kerajaan Warsawa. Jeanne d’Arc dan Ksatria Kudusnya diundang ke Lapangan Alexi. Lapangan itu berada di tempat yang berbeda dengan Istana Wil. Lapangan ini ada di bagian utara Kota Wisia dan merupakan lapangan terbesar di seluruh Kerajaan Warsawa.Sesampainya di sana. Jeanne d’Arc dan Ksatria Kudusnya disambut oleh pasukan utama dan terbesar yang dimiliki Ratu Anastasia. Pasukan ini terdiri manusia, elf, dwarf, orc, ogre, dan goblin memenuhi lapangan yang berluas 70 hektar ini. Meskipun begitu, Orc yang lebih mendominasi seluruh pasukan besar ini karena Ratu Anastasia adalah ras setengah Orc. Di pinggir tengah lapangan itu. Terdapat sebuah bangunan tinggi yang beratap, tanpa dinding dan pintu. Dimana Ratu Anastasia, para bangsawan, kasim, dan panglima perang berada. Ratu Anastasia sendiri sekarang berada di sana sambil berdiri dan menunggu di depan bangunan itu.Jeanne d’Arc dan Ksatria Kudusnya sangat gugup dan canggung. Soalnya p
Ratu Anastasia lalu membawa pasukan besarnya yang tadi berkumpul di Lapangan Alexi. Dia memimpin langsung 60000 pasukan keluar dari kota Wil menuju ke arah barat. Ratu Anastasia lalu menjadikan Jeanne d'Arc dan Ksatria Kudus Sionnya menjadi pasukan pelindungnya bersama beberapa Ogre bersamanya. Sayangnya pada saat keberangkatan, Rak Maja tidak bisa ikut menemani Jeanne d'Arc karena dia mendapatkan kabar kalau Acra sakit. Tapi dia berpesan kepada Jeanne d'Arc untuk mematuhi kata Ratu Anastasia dan mengikuti alur apapun yang ada di depannya jika dia mau mencapai apapun itu tujuannya. Jeanne d’Arc mematuhinya dan bersama pasukan Ratu ANastasia, mereka mulai perjalanan merebut wilayah kerajaan Warsawa.Tujuan pertama Ratu Anastasia yaitu menuju ke Kota Mor. Kota yang menjadi surga para Orc karena memang kota yang didominasi oleh Orc dan merupakan kota utama pembuat senjata. Anastasia ingin merebut kota tersebut agar mereka bisa membuat senjata lagi jika mereka ingin merebut kota selanj
Ratu Anastasia lalu menyuruh pasukannya untuk istirahat di Kota Mor sambil mengobati yang luka-luka. Dia sendiri lalu pergi ke rumah Walikota Kota Mor sebagai markas pimpinan sementara. Sayangnya ketika dia sampai di sana, bangunannya agak rusak. Untungnya yang rusak hanya menara dan lantai tiga saja. Sedangkan lantai bawahnya tidak mengalami kerusakan yang signifikan.Selain istirahat, Ratu Anastasia juga mendapatkan pengobatan di tubuhnya yang diakibatkan oleh sabetan senjata sihir yang dimiliki oleh Ksatria Kudus. Tentu saja, luka itu tidak bisa diobati oleh kelas Druid, luka itu harus diobati secara manual dengan menjahit kulitnya agar darahnya tidak keluar dan memanaskan jahitan luka tersebut dengan besi panas.Selama pengobatan, Ratu Anastasia menyuruh untuk membawa Walten berada di ruangannya. Walten hanya tersenyum saja ketika melihat Ratu Anastasia menahan rintihannya ketika kulitnya dijahit dan dipanasi.“Bagaimana rasanya, Yang Mulia?” tanya Walten.“Sebagai pria, kau bahka
Setelah pernikahan antara Ratu Anastasia dan Walten. Ratu Anastasia berencana ingin segera bercinta dengan Walten. Tapi Walten langsung tegas menolaknya dan ingin Ratu Anastasia berfokus kepada perangnya dulu. Walten beralasan juga kalau mereka bercinta saat sedang perang dan Ratu Anastasia hamil saat masih kondisi perang. Ini akan membuat Ratu Anastasia dipertanyakan siapa suaminya. Jika hak itu terjadi, Walten akan ketahuan tidak terbunuh. Ratu Anastasia jadi cemberut mendengar itu tapi untungnya dia dijanjikan oleh Walten kalau dia akan menyetubuhinya jika urusan perangnya selesai. Jadi Ratu Anastasia setuju.Ratu Anastasia lalu mengirim Walten untuk ke Istana Wil bersama Ern dan Ven. Ratu Anastasia juga berpesan untuk menyembunyikan Walten ke ruangan paling rahasia di Istana Wil. Setelah itu Ratu Anastasia melanjutkan misinya untuk merebut kembali wilayah Kerajaan Warsawa yang direbut oleh Templar. Jeanne d'Arc bersama Ksatria Kudusnya juga ikut berjuang bersama Ratu Anastasia
Jeanne d'Arc lalu membantu Parliman dan Muhanov untuk masuk ke dalam istana Teutonic. Mereka masuk melalui gerbang depan Istana tersebut dengan cara Teutonic. Meskipun Parliman sedikit mengeluh ketika mereka masuk dengan cara seperti itu. Tapi akhirnya dia mengalah dan ikut melakukannya.Setelah mereka berhasil masuk. Jeanne d'Arc akhirnya bisa mengobrol kembali dengan Muhanov setelah 5 tahun lamanya. Dari yang dia tahu, Muhanov ternyata sudah menikah dengan Andreana. Jujur, berita itu cukup mengejutkan Jeanne d'Arc sampai dia malu sendiri mendengarnya. Dia juga sedikit cemburu mendengar itu. Tapi di lain sisi, hatinya juga merasa lega. Andreana di semesta ini bernasib sangat baik. Dia menikahi Muhanov sebagai istrinya. Bukan sebagai budak seks seperti dirinya di kehidupan sebelumnya sebagai Andreana. Sambil mengobrol, Jeanne d'Arc juga menunjukkan kemana mereka harus pergi, yaitu ke Waldgefängnis, penjara hutan. Jeanne d'Arc juga menunjukkan cara masuk ke penjara tersebut. Muhano
Kehadiran Leon di Sekte Sion menjadi sebuah kejutan bagi Jeanne d’Arc. Soalnya Leon sendiri bukan hanya seorang Templar biasa, dia adalah Grand Master Templar. Jeanne d’Arc dengan cepat langsung bersikap waspada dan mencabut pedangnya ke arah Leon.“Jeanne, tenanglah. Dia bukan musuh kita.” ucap Montmorency yang langsung menghampiri Jeanne.“Eh, Montmorency? Apa maksudmu?” tanya Jeanne.“Dia sekarang adalah teman kita. Seorang mantan Grand Master Templar ini akan menjadi teman kita. Dan juga dia yang akan membuka kebuntuan kita selama ini.”“Umm, mantan? Mantan Grand Master? Tunggu sebentar, aku tidak paham. Kok Grand Master Leon bisa keluar dari statusnya? Dan kenapa dia mau bergabung kepada kita?”“Eh ya, coba tanya satu-satu dulu Jeanne—”“Jeanne d’Arc,” ucap Leon sambil berlutut di depannya, “Aku Leon telah melakukan hal yang terhina di depan Katedral. Meskipun aku sudah bertobat, Katedral dan surga tidak ingin aku kembali. Karena itulah aku ingin memiliki pegangan hidup kembali
Jeanne d'Arc lalu kembali ke Sion yang bersembunyi di salah satu desa di wilayah Kerajaan Bismarck. Dia memutuskan untuk tidak menceritakan apa-apa yang terjadi kepadanya saat ke pasukan Templar. Tapi dia memberitahukannya secara khusus kepada Montmorency. Montmorency tidak terkejut ketika Jeanne d’Arc menceritakan apa yang terjadi kepadanya saat bertemu dengan Andreana. Tapi dia tidak menyangka bahwa Jeanne memilih dia seorang untuk membicarakannya. Montmorency jadi senang karena Jeanne d’Arc lebih percaya kepadanya daripada orang lain.Karena itu, ketika Jeanne d'Arc meminta Montmorency untuk mengawasi Muhanov lagi. DIa langsung menyetujuinya tanpa menolak sama sekali.Sedangkan Jeanne d’Arc sendiri membawa Sion menuju ke Istana Teutonic untuk mengembalikan senjata suci Valkyria ke sana. Untungnya Teutonic sama sekali belum tahu jika Jeanne d'Arc berkhianat dari Templar dan mendirikan Sion. Jadi dia dengan mudah mengembalikan senjatanya. Tapi Jeanne d'Arc tetap ditanyai siapa pe
Setelah pernikahan antara Ratu Anastasia dan Walten. Ratu Anastasia berencana ingin segera bercinta dengan Walten. Tapi Walten langsung tegas menolaknya dan ingin Ratu Anastasia berfokus kepada perangnya dulu. Walten beralasan juga kalau mereka bercinta saat sedang perang dan Ratu Anastasia hamil saat masih kondisi perang. Ini akan membuat Ratu Anastasia dipertanyakan siapa suaminya. Jika hak itu terjadi, Walten akan ketahuan tidak terbunuh. Ratu Anastasia jadi cemberut mendengar itu tapi untungnya dia dijanjikan oleh Walten kalau dia akan menyetubuhinya jika urusan perangnya selesai. Jadi Ratu Anastasia setuju.Ratu Anastasia lalu mengirim Walten untuk ke Istana Wil bersama Ern dan Ven. Ratu Anastasia juga berpesan untuk menyembunyikan Walten ke ruangan paling rahasia di Istana Wil. Setelah itu Ratu Anastasia melanjutkan misinya untuk merebut kembali wilayah Kerajaan Warsawa yang direbut oleh Templar. Jeanne d'Arc bersama Ksatria Kudusnya juga ikut berjuang bersama Ratu Anastasia
Ratu Anastasia lalu menyuruh pasukannya untuk istirahat di Kota Mor sambil mengobati yang luka-luka. Dia sendiri lalu pergi ke rumah Walikota Kota Mor sebagai markas pimpinan sementara. Sayangnya ketika dia sampai di sana, bangunannya agak rusak. Untungnya yang rusak hanya menara dan lantai tiga saja. Sedangkan lantai bawahnya tidak mengalami kerusakan yang signifikan.Selain istirahat, Ratu Anastasia juga mendapatkan pengobatan di tubuhnya yang diakibatkan oleh sabetan senjata sihir yang dimiliki oleh Ksatria Kudus. Tentu saja, luka itu tidak bisa diobati oleh kelas Druid, luka itu harus diobati secara manual dengan menjahit kulitnya agar darahnya tidak keluar dan memanaskan jahitan luka tersebut dengan besi panas.Selama pengobatan, Ratu Anastasia menyuruh untuk membawa Walten berada di ruangannya. Walten hanya tersenyum saja ketika melihat Ratu Anastasia menahan rintihannya ketika kulitnya dijahit dan dipanasi.“Bagaimana rasanya, Yang Mulia?” tanya Walten.“Sebagai pria, kau bahka
Ratu Anastasia lalu membawa pasukan besarnya yang tadi berkumpul di Lapangan Alexi. Dia memimpin langsung 60000 pasukan keluar dari kota Wil menuju ke arah barat. Ratu Anastasia lalu menjadikan Jeanne d'Arc dan Ksatria Kudus Sionnya menjadi pasukan pelindungnya bersama beberapa Ogre bersamanya. Sayangnya pada saat keberangkatan, Rak Maja tidak bisa ikut menemani Jeanne d'Arc karena dia mendapatkan kabar kalau Acra sakit. Tapi dia berpesan kepada Jeanne d'Arc untuk mematuhi kata Ratu Anastasia dan mengikuti alur apapun yang ada di depannya jika dia mau mencapai apapun itu tujuannya. Jeanne d’Arc mematuhinya dan bersama pasukan Ratu ANastasia, mereka mulai perjalanan merebut wilayah kerajaan Warsawa.Tujuan pertama Ratu Anastasia yaitu menuju ke Kota Mor. Kota yang menjadi surga para Orc karena memang kota yang didominasi oleh Orc dan merupakan kota utama pembuat senjata. Anastasia ingin merebut kota tersebut agar mereka bisa membuat senjata lagi jika mereka ingin merebut kota selanj
Setelah menang melawan pasukan Templar yang menyerang Kerajaan Warsawa. Jeanne d’Arc dan Ksatria Kudusnya diundang ke Lapangan Alexi. Lapangan itu berada di tempat yang berbeda dengan Istana Wil. Lapangan ini ada di bagian utara Kota Wisia dan merupakan lapangan terbesar di seluruh Kerajaan Warsawa.Sesampainya di sana. Jeanne d’Arc dan Ksatria Kudusnya disambut oleh pasukan utama dan terbesar yang dimiliki Ratu Anastasia. Pasukan ini terdiri manusia, elf, dwarf, orc, ogre, dan goblin memenuhi lapangan yang berluas 70 hektar ini. Meskipun begitu, Orc yang lebih mendominasi seluruh pasukan besar ini karena Ratu Anastasia adalah ras setengah Orc. Di pinggir tengah lapangan itu. Terdapat sebuah bangunan tinggi yang beratap, tanpa dinding dan pintu. Dimana Ratu Anastasia, para bangsawan, kasim, dan panglima perang berada. Ratu Anastasia sendiri sekarang berada di sana sambil berdiri dan menunggu di depan bangunan itu.Jeanne d’Arc dan Ksatria Kudusnya sangat gugup dan canggung. Soalnya p
Gemuruh tanah bergoncang dengan keras. Suara besi saling menumbuk dan beradu. Teriakan semangat dan kesakitan saling bercampur. Kadang ada hujan berwarna merah yang membasahi tanah yang sekarang menjadi tempat pertempuran antara pasukan Templar dari Bismarck dan Pasukan Sion dari Warsawa. Pasukan yang dipimpin Jeanne d'Arc langsung menerjang musuh tanpa takut meskipun mereka dihujani panah saat mereka berlari. Bahkan saat ketika mereka sudah saling beradu senjata. Mereka terus menekan musuh.Di tengah pertempuran itu, Jeanne d'Arc langsung menghadapi pemimpin pasukan Templar, Ksatria Kudus Templar, Remulta. Saat mereka berdua mulai beradu senjata. Jeanne d'Arc menyimpan kapaknya di sabuknya dan mulai menggunakan tongkat benderanya untuk menyerang Remulta. Hanya saja Remulta terlalu kuat. Selain itu Keping Eden miliknya bukanlah tandingan bagi tongkat benderanya. Sehingga dengan sedikit ayunan, tongkat bendera Jeanne d'Arc sudah patah.Jeanne d'Arc lalu membuang tongkat benderanya y
Jeanne d'Arc sekarang sedang berdiri dengan tegap. Dia berdiri sambil memperhatikan ratusan prajurit yang dibawa oleh Remulta. Entah berapa prajurit yang Remulta bawa sekarang. Dari yang dilihat ada sekitar 30.000 pasukan lebih. Terdiri dari prajurit, pemanah, pasukan berkuda dan 15 Ksatria Kudus bersamanya. Jeanne d'Arc sendiri hanya bersama 30 Ksatria Kudus yang terhitung bersamanya. Meskipun Ksatria Kudus memang prajurit yang kuat dan bisa bernilai 1000 prajurit tiap 1 Ksatria Kudus. Tapi tetap saja, tanpa memiliki prajurit, bukan berarti dia bisa membalikkan keadaan. Dia butuh pasukan sesegera mungkin untuk membantunya. Rak Maja mulai turun tangan untuk mencarikan dia pasukan. Meskipun Rak Maja berjanji kepada Ratu Anastasia untuk tidak menggunakan pasukan utamanya. Hal tersebut bukanlah masalah. Rak Maja justru berhasil mengumpulkan pasukan yang dia dapat dari Kota Wisia dan sekitarnya sendirian. Sekitar 15000 prajurit lebih berhasil dia kumpulan. Meskipun disebut prajurit, me