Hari ini dengan malas aku membereskan semua perlengkapanku untuk ke Greendland. Tidak banyak baju yang aku masukan kedalam koper. Aku yakin baju yang disana masih muat ditubuhku.
Besok keberangkatanku kesana. Seward sudah membelikan tiket, termasuk tiket untuk dirinya. Dia akan ikut ke Greendland.
Beberapa kali aku menarik napas dengan berat. Ya, berat untuk kembali kesana. Aku sudah terlalu nyaman dengan tempat ini.
“Ri! Riri ...”
Terdengar panggilan dari lantai bawah. Suara ini langsung membuatku semangat untuk bergegas.
“Oke ... aku turun Hary.”
Dengan tidak sabaran aku berlari kearahnya. Memeluknya dengan erat.
“Aku merindukanmu,” Ujarnya ditelingaku.
“Aku juga sangattt merindukanmu.”
“Maaf, besok aku tidak bisa berangkat bersamamu. Aku mendadak ada kegiatan yang harus diselesaikan,”
Aku menggeleng, seolah mengerti apa yang menjadi kegiatan untuk Hary. Tentu saja berburu.
“Oke, aku akan menun
Aku terus memperhatikan sekelilingku, perasaanku tidak tenang. Seperti ada seseorang yang terus memperhatikan gerak gerik kami dari jauh. “Kau tidak merasakan apa pun, Torrance?” Tanyaku penasaran. “Kau merasakannya juga?” Torrance malah balik bertanya. “Aku kira hanya perasaanku saja. Bukankah kita sudah di perhatikan sejak datang ke sini?” “Kau benar, ada seseorang yang memperhatikan kita.” Perkataan Torrance membuatku langsung mendekat ke arahnya. bagaimana jika itu Darren? tapi jika itu Darren pasti akan langsung menyerang. Tidak akan hanya melihat kami seperti itu. “Apakah berbahaya?” Tanyaku sedikit takut. “Tidak, dia tidak akan berani mendekatiku ... mahluk rendahan.” Desisnya. Setelah Torrance berbicara, orang itu hilang dari penglihatanku. Perasaanku sedikit lega, ada untungnya juga aku berteman dengan orang hebat seperti Torrance. “Bosan? Kau ingin mencoba hal baru?” Aku langsung menatapnya cur
“Memangnya kenapa? Aku dan Seward sudah bersiap untuk pergi.” Mommy menelepon pagi sekali. Dia mengabari jika aku tidak perlu datang ke Greendland. Aku menahan rasa senang di dalam hatiku. “Mommy ada urusan di Alaska. Mungkin, Mommy yang akan datang ke rumah Seward,” ucap Mommy. “Oke, kalau begitu semoga urusan kalian segera selasai.” “Semoga saja. Kalian jaga kesehatan disana.” “Pasti Mommy. See You!” “See you too.” Mommy menutup panggilannya. Aku langsung meloncat dengan senang, baju yang sudah aku masukan ke dalam koper, aku lemparkan satu persatu. Sebegitu senangnya sampai aku tidak menyadari siapa yang masuk ke dalam kamar. Seward menatapku dengan aneh. Matanya terus memperhatikan tingkahku. Bibirnya ikut tersenyum tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. “Ada apa? Kau menang lotere?” Suaranya mengagetkanku. “Mommy tadi mengabariku. Kita tidak perlu ke Greendland, me
De Javu Bukan rahasia lagi. Penampilan selalu nomor satu untuk Seward. Apalah aku yang hanya bisa tampil seadanya. Berkebalikan dengan Seward yang selalu tampil sempurna. Rapih dan tidak suka kotor, walau pun sedikit saja. Torrance beranjak dari duduknya. Tangannya terulur kepadaku. Aku memandangnya sebentar, lalu menggenggam uluran tangannya. Kami berjalan kearah ombak. Genggaman tangan Torrance masih setia. Dinginnya angin laut mengalahkan dinginnya tangan Torrance. Kami berhenti di depan ombak yang menghampiri kami. tanpa sadar aku tersenyum memandang laut luas di depanku. “Kau senang?” tanyanya. Aku menghela napas sebentar, “Tentu saja, kau tahu? Aku dan Seward seperti orang gila tadi pagi.” “Aku mendengar semuanya,” ucapnya dengan geli. Untuk beberapa saat bayangan lain muncul di kepalaku. Dengan jelas bisa kulihat Torrance sedang duduk di pantai memandang langit sore. Senyumnya tidak per
Dua hari ini aku merasa bebas. Bermain sepuasnya, menikmati waktu dengan sebaik yang aku bisa. Hari ini terakhir kami berada di pantai. Besok pagi kami harus kembali ke rumah. Mommy mengabari jika urusannya akan segera selasai dan segera menemuiku. Rencana mendaki gunung yang telah di siapkan kemarin batal begitu saja. Seward merasa kecewa. Sejak tadi dia tidak berselera melakukan apa pun. Torrance sendiri sudah bosan untuk mengajak Seward sekedar berjalan-jalan di pinggir pantai. Akhirnya kami hanya berdiam diri di vila. Aku dan Torrance keluar sebentar untuk mencari makanan, sekalian aku membeli beberapa souvenir untuk Hary dan Kasloff. Walaupun bukan barang mahal, semoga saja dia menyukainya. Perhatianku teralihkan ketika mendengar suara gemerincing dari cangkang kerang. Hiasan untuk di tempatkan di jendela, seperti tirai. Aku membelinya dua. Lalu aku melihat buku untuk menulis diary. Torrance yang melihatku terus menatap diary itu. langsung mengambi
Di luar aku bisa melihat air hujan yang mulai menyentuh pasir. Suaranya cukup membuatku terhibur. Aku bisa mengingat bagaimana saat aku baru sekolah di sini, lalu menatap hujan pertama tahun ini bersama dengan teman-temanku. Aku merindukan teman-temanku. Apa lagi Hary, aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin mengatakan tentang semua yang ada di pikiranku. Tapi, apakah aku terlalu berlebihan menanggapi semuanya? Padahal aku pikir Darren teman yang baik, walau pun sikapnya menyebalkan. Dia selalu bersamaku setiap hari. Apakah ku tidak benar-benar tidak peka dengan ke adaan sekitarku. “Kau belum tidur?” Torrance datang menghampiriku, dia duduk di sampingku. “Kau lihat sendiri,” jawabku. Dia tersenyum, terlalu lembut untuk orang seperti Torrance. Aku tertegun beberapa saat melihat senyumnya. Torrance yang melihatku tidak berkedip, langsung berdeham. Aku memalingkan wajahku ke arah lain. ke arah air hujan yang terus membentuk irama demi irama.
(1695, Rumania) Malam itu, sebuah keluarga sedang makan malam. Hanya terdiri dari empat orang, yang ada di meja makan. Sedangkan sisanya hanya berdiri menunggu perintah majikannya. Orang-orang sekitar lebih mengenalnya dengan keluarga Maria. Ya, anak perempuan mereka sangat terkenal di lingkungan bahkan keluarga bangsawan lainnya. Karakternya yang menyenangkan membuat orang sekitar sangat menyanjungnya. Apalagi kepintaran serta ke cantikannya membuat semua orang terpikat olehnya. Dia tidak pernah membuat masalah atau pun skandal seperti anak bangsawan lainnya. Yang dia dapat pujian, pujian dan pujian. Mr. Anthony sebagai kepala keluarga dan juga kepala pemerintahan di wilayah itu mempunyai karakter yang ambisius. Sedangkan Mrs. Carol adalah Ibu dari Maria mempunyai karakter yang sangat penyayang. Kakak angkatnya Albert mempunyai karakter yang sangat kejam. Semua anggota keluarga sangat menyayanginya. Bahkan mereka sangat protective menjaga Mar
Terlihat di sekelilingnya sudah banyak tamu. Maria mencoba untuk berbaur dan menyapa beberapa kerabat jauhnya. Mereka tentu saja senang bisa bertemu dan melihat langsung sosok Maria. Hari ini Maria memakai gaun sederhana, wajahnya sedikit di poles oleh kosmetik. Rambutnya di biarkan tergerai dengan indah. Banyak pasang mata yang melihat ke arahnya, apa lagi laki-laki. Albert yang baru saja tersadar langsung menghampiri Maria. Diam di samping Maria dengan wajah marahnya. “Ada apa?” tanya Maria. “Aku hanya ingin menjagamu,” jawab Albert dingin. Dia merangkul pinggang Maria. Namun tidak ada perubahan sama sekali dengan orang-orang yang terus menatap Maria. Membuat Albert kesal dan ingin melempar mereka semua ke tepi jurang. “Biarkan saja, aku sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu.” Maria terkekeh geli melihat Albert yang tambah kesal. “Kau menikmatinya?” tanya Albert heran. “Tidak terlalu,” jawab Maria. “Aku mala
“Bagaimana jika pisahkan virus yang itu?” ucap Maria kepada Albert.Saat ini mereka sedang berada di ruang penelitian. Maria melanjutkan penelitian baru, dia ingin membuat penelitian yang mustahil di ciptakan oleh orang lain.Mr. Anthony tidak bisa menemani mereka untuk melakukan penelitian. Setelah acara pesta kemarin, dia di panggil oleh keluarga kerajaan.Albert yang sejak tadi hanya menatap Maria dengan lekat, dia tidak memperhatikan sama sekali tentang ucapan Maria. di lihatnya wajah yang sedari kecil terus m
Aku dan Hary pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Ini sudah hari ke sembilan kami seperti ini. Entah sampai kapan kami akan terus bermain petak umpat dengan mereka.Hary tidak pernah menunjukan ekspresi sedihnya lagi. Dia lebih sering tersenyum, seolah kami sedang liburan untuk beberapa saat ke depan.Dengan kemampuan yang di milikinya, Hary mengendalikan pikiran orang lain untuk memenuhi kehidupan kami. Kadang Hary meninggalkanku sendiri, agar dia bisa memenuhi nafsu predatornya.Saat ini kami sedang berada di atas kapal, Hary mengajakku untuk pergi ke sebelah timur Nusantara. Aku yang tidak terlalu tahu hanya mengikutinya saja.Terkadang tanpa aku sadari, aku sudah berada di tempat berbeda. Aku tidak pernah bertanya kepada Hary. Aku percaya Hary bisa melindungiku.“Hary, sepertinya aku ....”“Aku tahu, ada beberapa vampire di sini. Kau jangan terlalu jauh dariku.”Aku langsung merapatkan tubuhku kepada H
Hary membawaku pergi ke tempat yang tidak pernah aku duga. Sebuah hutan di pulau terpencil.Kami menaiki perahu yang di sewa oleh Hary. Jika tidak membawaku, sejak tadi Hary sudah sampai di tempat ini. Lagi-lagi cuaca memburuk. Awan gelap sudah menutupi sebagaian daratan.Hary menyuruhku untuk duduk tenang. Sedangkan dia sendiri sibuk menyiapkan tempat untukku dan Hary berteduh. Hary membuat rumah pohon, kecil tapi cukup untuk kami berdua.Tidak berapa lama setelah Hary selesai, hujan yang sangat deras langsung turun. Aku khawatir jika Maria bisa menemukan kami di sini.“Untuk sementara kita di sini dulu, kita tidak mungkin diam di sini untuk waktu yang lama. Maaf, aku terlalu ceroboh, Riry. Harusnya aku ....”“Stttt, kau tidak perlu meminta maaf, Hary. Kau membawaku bersamamu, aku sudah bahagia.”Hary memelukku, dia terlihat senang dengan apa yang aku katakan. Aku balas memeluknya dengan erat.Aku langsung ter
“Harusnya photomu di pasang sebelah sini,” ucap Seseorang yang sudah ada di sebelahku.Aku langsung melihatnya, tidak terkejut seperti sebelumnya dan aku tidak pernah tidak terpesona dengan penampilannya. Sangat elegan. Dia menghampiriku dengan gaun biru terang. Kontras dengan kulitnya yang putih pucat.“Halo,” aku menyapanya dengan kaku.“Halo, haruskah aku tanya apa kabar?”
Hary dan aku duduk di bawah ohon yang ada di greentree. Kami terdiam cukup lama, memikirkan kemungkinan yang akan di perbuat oleh Darren. yang terlihat di mataku adalah Darren masih penasaran kepadaku.Buktinya dia masih datang ke sekolah dan lebih parahnya dia malah membawa teman-teman yang lainnya ke sini. aku tahu Darren sengaja melakukannya.Aku merasakan Hary menyentuh tanganku dengan lembut. Dia menatapku, memberitahu agar aku tidak gentar sedikit pun.“Apa kau ingin pulang saja?” tanya Hary.
Pagi sekali hujan sudah turun. Cukup deras hingga membuatku tidak ingin meninggalkan tempat tidur ternyamanku. Aku tahu ini adalah hari pertamaku untuk masuk sekolah lagi.Aku memperhatikan hadiah dari Hary, bunga Angkrek yang bisa membuatnya terluka. Apakah aku harus membuangnya. Bagaimana jika ada yang tahu dengan kenyataan itu? aku berharap tidak ada yang tahu.Kembali ke rutinitas awalku untuk semester terakhir di High School. Setelah ke sadaranku cukup, aku segera bersiap memakai seragam sekolah. Mengikat rambut dengan rapih dan selesai.“Selamat pagi, Kak!” aku menyapanya dengan penuh semangat.Walaupun aku mengetahui jika Seward bukanlah keluarga asliku, tapi selama ini dia sudah sangat baik kepadaku. Tidak masalah untukku, Seward tetap kakak terbaik yang pernah aku miliki.“Pagi! Sarapan dulu sebelum berangkat. Kakak tidak bisa mengantarmu ke sekolah, mungkin Torrance lebih senggang.”“Tidak perlu.
Sesaat sebelum tengah malam, Torrance pergi entah kemana. Dia tidak mengatakan apapun kepadaku. Tinggal aku dan Hary di sini, di temani oleh orang – orang yang masih ramai bernyanyi di iringi gitar. Ada yang masih makan dan sesekali becanda bersama temannya.Sedangkan aku, di tengah dinginya malam. Masih terpaku dengan sosok Maria yang entah pergi kemana. Jika dia keluargaku lalu siapa orang tuaku sebenarnya? Aku kira karena sikapku sedikit sama dengan Daddy, dia adalah orang tuaku kandungku.Pikiranku di penuhi oleh banyak hal. Tapi perasaanku seperti tidk peduli akan kenyataan yang ada. Hanya sedikit kesal saja, kenapa tidak sejak dulu aku mengetahui kenyataan ini.“Kau belum mengantuk, Riry?” panggilan itu terdengar manis di telingaku.“Aku tidak merasakan kantuk sama sekali.” lalu tersenyum menatap ke manik matanya.Hary memberiku selimut yang lumayan tebal. Cuaca di pegunungan memang sangat ekstrim, tapi jangan lu
Ucapan selamat ulang tahun dari Maria membuat aku terdiam beberapa saat. Kenapa dia bisa mengetahuinya? Kenapa aku sendiri melupakan ulang tahunku?“Tadinya aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkannya, tapi yasudah lagipula dia lebih mengejutkanmu dari pada hadiah apapun kan?”Torrance benar, kehadiran Maria di tengah mereka membuat keadaan menjadi canggung seketika. Apalagi Hary, dia kadang memperhatikan antara aku dan Maria dengan seksama.Sama sepertiku yang terus mencari perbedaan di antara kami. Namun hanya sikapnya saja yang berbeda. Aku menghela napas, ingin untuk tidak percaya tapi sudah ada di depan mataku.“Kau ingin hadiah apa?” matanya yang dingin menatapku.“Aku? Aku tidak ingin apapun.”Dia mendekat ke arahku, duduk di sebelahku lalu memegang tanganku. Aku merinding seketika, tangannya memang sangat lembut. tapi lebih dingin dari tangan Hary.“Tentu saja, aku berbed
Detik demi detik sudah terlewati, dan aku yakin dia orang serupa denganku. Tanpa sadar aku mundur dan hampir terjatuh, jika saja Hary tidak memegangku.“Aku ....” ucapku tidak jelas. Masih terkejut dengan apa yang aku lihat.“Kau kenapa? Apakah kau melihat ikan paus?” tanya Torrance bercanda.“Aku ... itu ... aku ...”“Apakah Darren ke sini lagi?” tanya Hary mengerutkan keningnya curiga.“Bukan, aku melihat ... aku?!” ucapku sekaligus bertanya kepada Hary.Hary yang mendengar pertanyaanku tidak mengerti. Apakah aku sudah linglung? Hary memegang dahiku. Dia masih menatapku dengan bingung.“Kau tidak apa – apa?” tanya Hary khawatir.Aku melepaskan tangannya. “Aku tidak sakit, aku melihat orang yang sangat mirip denganku. Tapi dia lebih cantik ...”“Tentu saja, kau tidak ada apa – apanya,” ucap Torrance mengejek
Seperti dugaanku, Torrance membuang bawaannya begitu saja. Dia tidak membawa apapun selain dompet dan ponselnya. Sedangkan Hary, dia hanya membawa jaket dan tas punyaku.Sejak tadi aku hanya memperhatikan ke terdiaman Hary. Aku tahu dia sedang memikirkan sesuatu. Sadar karena aku terus menatapnya, Hary tersenyum hangat ke padaku.“Apa kau sangat merindukanku? Dari tadi kau terus menatapku dengan lekat,” ucap Hary, aku tersipu malu mendengar pertanyaan Hary.“Tentu saja, aku sangat merindukanmu. Kalau bisa jangan pergi jauh lagi, semeterpun jangan pernah.”“Kau bisa saja.”Begitu kentarakah? Aku hanya memalingkan wajahku sambil menahan senyum, dan aku malah melihat Torrance yang terlihat sebal. Aku langsung merubah ekspresi wajahku. Lalu berdeham.“Aku tidak mau menjadi cicak di antara kalian, jadi selama liburan jaga sikap kalian! Di sini aku lebih tua dari kalian,” perintah Torrance.&l