Home / Romansa / Rahim yang Tergadai / Season 2 Tak Bisa Berpaling

Share

Season 2 Tak Bisa Berpaling

last update Last Updated: 2025-03-31 08:56:00

Di sebuah ruangan tersembunyi di dalam mansion mewah, Biantara duduk gelisah, jemarinya mengetuk meja kaca di depannya berulang kali. Selena berdiri di dekat jendela, memeluk tubuhnya sendiri. Suasana malam yang biasanya terasa nyaman kini terasa mencekik.

"Kita dalam bahaya, Biantara." Suara Selena penuh kecemasan. "Ilman … dia tahu terlalu banyak. Dan kalau Hastanta tahu siapa kamu sebenarnya, kita tamat!"

Biantara mendongak, menatap Selena dengan mata tajam. "Aku tahu."

"Kalau tahu, kenapa masih duduk diam?! Kita harus melakukan sesuatu sebelum semua berantakan!"

Biantara menarik napas panjang. "Dan itu yang sedang kupikirkan. Masalahnya, aku belum tahu pasti siapa Ilman ini. Dari mana dia bisa mendapatkan dokumen-dokumen itu? Siapa yang ada di belakangnya?"

Selena menggigit bibirnya. "Aku tidak pernah mendengar nama Ilman dalam jaringan Hastanta. Dia bukan orang dalam … tapi bagaimana dia bisa mendapatkan informasi tentang kita?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kehidupan Baru Dimulai

    Satu bulan dalam persembunyian, akhirnya Galen kembali menemui Biantara dan Selena. Sesuai dengan rencana yang telah disusun matang, Biantara menyerahkan seluruh asetnya kepada Maiza, menjadikannya pimpinan tertinggi. Kemampuan Maiza sebagai dosen manajemen yang telah teruji membuatnya layak memegang kendali atas perusahaan milik Biantara.Hari ini adalah momen penting—peresmian penyerahan jabatan sekaligus pengalihan aset di hadapan dewan direksi. Di dalam ruangan kerja Biantara, Maiza dan Galen menunggu giliran mereka dipanggil ke ruang rapat.Maiza melangkah perlahan, menyusuri setiap sudut ruangan yang sebentar lagi akan menjadi kantornya. Ada perasaan asing yang menjalar di hatinya, campuran antara harapan dan ketakutan. Bayangan masa lalu berkelebat di benaknya—saat rumah tangganya hancur berantakan, saat ia kehilangan arah, saat hatinya nyaris mati.Di salah satu sudut, matanya tertumbuk pada rak buku besar yang penuh dengan berkas dan dokumen tua. Jemarinya tanpa sadar bergera

    Last Updated : 2025-04-01
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Maiza Kenapa?

    "Maiza?" gumam seorang pria di antara mereka, matanya terbelalak saat melihat sosok yang kini berdiri di depan.Maiza menarik napas dalam, menenangkan detak jantungnya sebelum memperkenalkan diri sebagai calon pemimpin baru yang akan mengambil alih kendali perusahaan. Sementara itu, suaminya—Galen—akan melanjutkan pendidikannya terlebih dahulu."Mohon kerja sama dan bimbingannya." Maiza menundukkan kepala dengan penuh hormat. Ruangan rapat dipenuhi tepuk tangan sebagai bentuk penerimaan.Pada sesi terakhir sebelum rapat ditutup, Maiza diperkenalkan kepada para pimpinan cabang yang kini berada di bawah wewenangnya. Satu per satu ia bersalaman, hingga tibalah ia di hadapan seseorang yang membuat langkahnya sedikit goyah."Pa—man?" gumamnya, gugup.Wishaka—mantan ayah mertuanya—tersenyum tipis, ekspresinya ramah di mata orang lain, tetapi bagi Maiza, senyum itu mengandung sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri.Wishaka meninggalkan Widuri—Mama Catra karena menganggap Citra bukan dara

    Last Updated : 2025-04-02
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Panggilan Kesayangan

    Setengah berlari, Galen membopong Maiza masuk ke dalam lift."Apa yang terjadi padamu, Mai? Maaf ... buka matamu!" isaknya, menyandarkan tubuhnya ke dinding lift. Penyesalan merayap dalam setiap tarikan napasnya, menggerogoti hati hingga terasa sesak.Dia menatap wajah Maiza yang terpejam, pipinya masih terasa hangat menempel di dadanya. Mata Galen mulai berembun. Kilasan kejadian barusan berputar di benaknya seperti film yang diputar ulang tanpa henti.'Kamu bo-doh, Galen! I–diot! To–lol! Jika sesuatu terjadi pada Maiza, lepaskan dia!'Sumpah serapah membanjiri pikirannya. Tanpa suara, air matanya menetes, jatuh ke pipi Maiza yang dingin. Dengan hati penuh sesal, ia mengecup kening perempuan itu.Ting!Pintu lift terbuka. Galen langsung melangkah keluar, setengah berlari menuju ambulans yang telah menunggu.Sirine meraung, mengiringi perjalanan menuju rumah sakit. Di dalam ambulans, seorang petugas medis dengan sigap berusaha menyadarkan Maiza. Selimut yang membungkus tubuhnya sediki

    Last Updated : 2025-04-03
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Ayah?

    Galen menatap amplop di tangannya, jari-jarinya mencengkeram kertas itu begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Udara di ruangan seolah menipis, sementara waktu melambat di sekeliling mereka.Maiza, yang sejak tadi memperhatikan perubahan ekspresi Galen, merasakan dadanya mencengkeram ketakutan. Kedua tangannya bertaut erat di pangkuan, jemarinya saling memilin tanpa sadar. Ia tidak tahu apa yang membuat wajah pria itu begitu tegang—begitu … hancur.“Galen …?”Suara Maiza hampir berbisik, ragu-ragu. Namun Galen tidak menjawab. Ia hanya mengangkat amplop itu, membukanya dengan gerakan kaku, lalu menarik lembaran kertas di dalamnya.Tatapan abu-abu itu menyapu isi laporan. Matanya yang semula dipenuhi kebimbangan kini membelalak, rahangnya mengeras, dan napasnya tertahan.Tidak mungkin.Galen menelan ludah. Ia membaca ulang angka-angka yang tertera, berharap ada kesalahan.“Hubungan darah: 30% …”Angka itu m

    Last Updated : 2025-04-04
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Di Tangan Orang yang Salah

    Galen merasakan punggungnya menegang seketika. Jemari Maiza yang masih dalam genggamannya terasa membeku, dan dia tahu perempuan itu kini menatapnya dengan sorot yang penuh tanda tanya.Anak kecil yang memanggilnya "Ayah" itu kini menatapnya dengan mata berbinar, penuh harapan yang menyayat hati."Ayah lama sekali tidak menemui Galang," bocah itu mengulangi, suaranya terdengar manja tapi juga sedikit bergetar, seolah takut Galen benar-benar lupa.Galen menoleh perlahan, pandangannya jatuh pada anak itu—bocah lelaki dengan rambut hitam berantakan dan mata yang mengingatkannya pada seseorang."Apa yang kalian lakukan di sini?" Suaranya terdengar lebih dingin dari yang ia maksudkan, tapi dia benar-benar tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Anak itu mengerutkan dahi, bibir mungilnya sedikit mengerucut, lalu berbalik ke arah gadis muda yang menggandeng tangannya. "Kak, kenapa Ayah bersikap aneh?" tanyanya polos.Maiza tercekat. Ma

    Last Updated : 2025-04-05
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kebribadian Ganda?

    Teman-temannya segera menghampiri, tawa mereka pecah saat tubuh Maiza yang tak berdaya diangkat ke atas meja bundar tempat mereka bermain kartu. Salah satu dari mereka mulai melucuti pakaian terluar Maiza, namun gerakannya langsung dihentikan oleh dorongan kasar dari rekannya."Gue yang punya ide! Gue duluan!" bentaknya, mendorong pria lain mundur."Lu pikir siapa? Gue paling senior di sini!" balas yang lain, tak mau kalah.Perdebatan sengit terjadi. Suara mereka meninggi, saling menuding dan mengklaim hak atas tubuh perempuan yang tak berdaya di hadapan mereka. Namun akhirnya, kesadaran bahwa waktu terus berjalan dan mereka membuang-buang kesempatan membuat mereka memilih solusi lain. Salah satu dari mereka mengambil botol kaca bekas minuman dan memutarnya di tanah. Saat botol itu berhenti, ujungnya menunjuk pada seorang pria bertubuh kekar yang langsung menyeringai lebar.Dengan rakus, dia mulai membuka kancing kemejanya, bersiap melampiaskan ni

    Last Updated : 2025-04-06
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Siapa Galen Sebenarnya?

    "Lepaskan! Menjauh dariku! Aku pasti cuma berhalusinasi—SIAPA KAMU SEBENARNYA?!" teriak Maiza, tubuhnya gemetar hebat, isakan lolos dari bibir yang pucat. Galen tertegun. Napasnya tercekat mendengar suara istrinya yang terdengar begitu asing. "Mai… please, jangan begini. Ini aku, Galen. Galen, suami kamu, Sayaaang," ucapnya memohon, mencoba mendekap tubuh Maiza lagi, tapi perempuan itu menepis dengan kasar. Akhirnya, dengan berat hati, Galen merengkuh tubuh itu ke dalam dekapannya. Tak ada kata yang diucap. Hanya pelukan erat yang menjadi penahan bagi tangan-tangan yang sempat memberontak. "Aku ingat... waktu itu Ayah dan Bunda mau ajak aku naik bianglala raksasa," Maiza mulai meracau di antara tangisnya. "Tapi... kami nggak pernah sampai. Ada darah... banyak darah... dan Bunda memelukku... Aku takut... aku nggak mau naik bianglala raksasa! Aku nggak mau...!" Kalimat itu terulang lagi dan lagi, seperti kaset

    Last Updated : 2025-04-07
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bukan Hanya Kamu

    “Aaarrrgh!?” Suara letusan memecah malam, bersamaan dengan jeritan Galen yang menyayat. Namun, tubuhnya tetap meluncur masuk ke dalam pipa pembuangan yang sudah dirusaknya lebih dulu—pelarian terakhir yang ia punya.Pintu kamar mandi didobrak paksa. Tiga pria berpakaian serba hitam menyerbu masuk dan langsung menghujani ruangan dengan tembakan brutal. Cipratan darah membekas di dinding dan lantai, menyisakan jejak yang mengerikan.“Dia nggak akan bertahan lama dengan peluru beracun kita! Cari barangnya di setiap sudut!” bentak pemimpin mereka dengan suara dingin dan menakutkan.Sementara itu, di dalam mobil yang melaju tak tentu arah, Maiza menatap pria yang duduk di balik kemudi dengan pandangan terpaku. Ketakutan makin menyesakkan dadanya.“Ka–kamu bukan Galen?” suaranya nyaris tak terdengar, tercekat oleh rasa ngeri.Dia mencuri pandang, berharap sang penolong hanyalah Galen yang menyamar—tapi tidak. Sosok itu menoleh sekilas, wajahnya

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Tetap Bersama

    Mentari pagi belum sepenuhnya naik ketika Galen perlahan membuka matanya. Tubuh Maiza masih tertelungkup di dadanya, napasnya tenang, wajahnya damai. Malam panjang yang mereka ulang berkali-kali itu telah menguras seluruh tenaga dan emosi. Tapi Galen tersenyum kecil. Semua itu nyata. Dia kembali ke tempat yang seharusnya: pelukan Maiza. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur, menarik selimut menutupi tubuh kekasihnya. Ia mengenakan kembali celananya, melangkah ringan ke dapur. Tangannya mulai bekerja: mengiris bawang, mengocok telur, menyalakan kompor, dan menyiapkan kopi. Sambil memasak, benaknya melayang ke masa lalu. Ingatannya menguar, sejelas aroma tumisan yang memenuhi udara. Di penjara, Kalingga—ibunya—datang bersama Gala dan Sagara. Pertemuan itu seperti lembaran hidup yang dicabik paksa. Sagara tak lagi segarang dulu, kini hanya pria tua penuh penyesalan. Ia bicara lirih, mengaku semuanya. Bahwa semua ini bermula da

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Maiza Menggila

    "Lakukan saja perintahku, NOAH!" bentak Maiza, suaranya meledak dalam kemarahan.Tak ada sepatah kata pun keluar dari Noah—sang asisten yang juga sahabat Galen. Ia hanya mengangguk singkat, lalu memutar balik kemudinya, melaju menuju tempat yang disebutkan Maiza.Perempuan itu terdiam, pikirannya sibuk menenun kegelisahan. Tatapannya kosong, mengarah lurus ke depan. Wajahnya datar dan dingin—tanpa jejak kesedihan, apalagi kebahagiaan. Namun perlahan, raut itu berubah. Menegang. Menyiratkan kemurkaan yang membakar.‘Kalau ini bukan halusinasi, aku harus tahu apa yang sebenarnya Galen sembunyikan dariku! Mungkin aku lemah di matanya, tapi aku akan buktikan kalau aku bisa hidup tanpa dia!’‘Sudahlah, Za ... ikhlaskan. Buka lembaran baru. Kamu Direktur Utama perusahaan multinasional sekarang—itu kesempatan langka! Gunakan baik-baik, Iza! Kamu bisa!’Suara-suara itu berisik di kepalanya. Saling tindih, saling beradu, seperti dua sisi dirinya t

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Lakukan Saja!

    "Apa ini bagian dari prank, Noah?" Maiza menggeleng dengan senyum kaku yang dipaksakan, meski air matanya telah jatuh tanpa disadari. Suaranya bergetar saat teriakannya pecah, “Ini nggak lucu!?” Ia menggeleng lebih kuat, mata terpejam rapat menahan denyut luka yang begitu dalam.Tubuhnya perlahan kehilangan tenaga. Lututnya lemas, jatuh meluruh ke lantai dingin. Ia terus menggeleng, tangisnya meledak bersamaan dengan wajah yang telah basah kuyup oleh air mata yang tak terbendung.“Galeeen,” panggilnya lirih, suara itu hampir tak terdengar. Tangannya mengusap dada, mengepal erat di sana. “Permainan apa lagi yang harus aku jalani, Tuhan ....” isaknya pecah, mengguncang bahunya dalam tangisan tersedu-sedu.———‘Ingatlah satu hal dariku, Mai ... kamu harus lebih tangguh dari masa lalu kamu. Semua yang kamu lalui adalah obat, meski pahit itu akan membuatmu lebih kuat. Lupakan yang telah ada di belakangmu, syukuri apa yang kamu jalani dan yakinlah bahwa

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Memilih Pergi

    Maiza masih terduduk di lantai, memeluk foto dan secarik kertas yang telah mengubah segalanya. Dada sesak, tangis mengalir tanpa bisa ditahan. Entah berapa menit berlalu dalam diam dan guncangan.Hingga suara ponsel berdering memecah keheningan. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat tanpa sempat melihat nama di layar."Halo?" Suaranya parau."Bu Maiza?" Suara dari seberang terdengar ragu. "Saya dari kepolisian. Kami ... kami ingin menyampaikan kabar duka."Maiza membeku."Apa maksud Anda?""Tahanan atas nama Galen, suami Anda ... ditemukan meninggal dunia pagi ini di ruang isolasi. Beliau diduga mengalami serangan jantung mendadak."Ponsel nyaris terlepas dari genggamannya. Maiza menatap kosong ke depan, seperti tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya."T-tidak ... tidak mungkin. Baru saja aku masih ... masih bertemu dengannya! Dia baik-baik saja!"Suara dari seberang terdengar berat, seolah terb

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bebas atau Tidak?

    "Aku sudah tak mengenalimu lagi, Hubby ...." suara Maiza pecah saat akhirnya ia berdiri dan berbalik, meninggalkan ruang tahanan dengan linangan air mata.Ia melangkah cepat keluar, seolah tak ingin siapa pun melihat rapuhnya. Kedua tangannya menutup mulut dan mengusap wajah yang kini telah basah. Dalam benaknya, kenangan bersama Galen berkelebat seperti kolase yang tersusun acak—tak utuh, tapi penuh warna.Ia mengingat saat pertama kali bertemu Galen, di taman itu, ketika hidupnya terasa seperti reruntuhan. Saat dia menangis dalam diam, dan pria muda itu menghampiri dengan kalimat sederhana yang mampu menyentuh hatinya.Sejak itu, Maiza percaya bahwa masih ada lelaki baik di dunia ini. Tapi mengapa sekarang, sosok yang dulu penuh perhatian itu menghilang? Ke mana mahasiswa polos itu pergi?Galen yang dulu melindunginya dari preman cabul—pria yang begitu sabar dan menjaga batas, yang tak pernah sekalipun memaksakan hasrat. Ia masih ingat jelas mal

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kemarahan Galen

     Flashback – Sebelum Maiza Sadar di Apartemen Galen"Bereskan ma–yatnya," titah Galen sambil menekan earpiece-nya.Tubuhnya tegak, tatapan dinginnya mengarah pada sosok yang tergeletak lemah di sofa. Wajah Maiza tampak damai dalam ketidaksadaran, namun bayangan kemesraan antara mantan pasangan suami istri itu terus mengganggunya. Wajah Galen kembali mengetat, rona merah amarah naik ke pipi. Ia mengalihkan pandang, melangkah cepat keluar ruangan tanpa menoleh sedikit pun.Namun baru beberapa langkah, ia berhenti mendadak. Tangannya meremas rambut sendiri, kepalanya tertunduk, dan matanya terpejam kuat—seperti sedang berusaha menghapus senyuman Maiza di pagi hari dari pikirannya."Aaarrrgh!" teriaknya tertahan, membalikkan badan dengan gerakan penuh gejolak. Ia berjalan cepat kembali, melepas jaket dan merobek gorden hingga terlepas dari gantungannya.Dengan gerakan kasar, ia membungkus tubuh tak berbusana Maiza yang terkulai di sofa. Tidak ada

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kenapa Belum Kembali?

    “By… aku berangkat dulu. Ada meeting penting hari ini. Mungkin pulang agak mal—”“Makanya sini dulu!”Tangan perempuan yang sudah rapi dalam setelan formal kantoran itu ditarik paksa hingga jatuh menimpa tubuh polos suaminya di ranjang.“Aku sudah mandi, By! Lima belas men—”Kalimatnya terpotong. Mulutnya dibungkam tanpa ampun oleh Galen yang langsung membalikkan posisi, menindih dengan gairah yang meletup.Satu minggu telah berlalu sejak insiden mengerikan itu. Tak satu pun jejak kasus tersisa.Pergerakan Secret Umbrella begitu senyap dan bersih. Big Boss mereka, seorang hacker jenius, mampu melumpuhkan sistem pemerintahan, menanamkan tersangka palsu, dan membebaskan seluruh anggota terlibat. Termasuk G4 dan Maiza—keduanya benar-benar lenyap dari radar publik.Hidup Galen dan Maiza kembali seperti biasa. Sepasang pengantin baru beda usia dan profesi itu melanjutkan rutinitas: Galen menyusun skripsi, Maiza sibuk mengelol

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bertukar Kehormatan

    "Jangan takut lagi, aku akan menjaga dan melindungimu. I love you .…" Kecupan yang lama dan dalam dia jatuhkan di kening Maiza yang mengangguk perlahan.Pelukan itu terasa seperti rumah, dan Maiza memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam hangatnya perlindungan Galen—lelaki yang hampir saja dia lupakan, tapi hatinya tetap mengenalinya, selalu."Maafkan aku. Aku pikir tak akan pernah bertemu denganmu, dan aku tak pernah termaafkan atas keegoisanku sendiri.""Tidak ada yang bersalah dan tak ada yang perlu dimaafkan, Sayang." Galen merenggangkan pelukan, menatap manik mata sembab milik cinta pertamanya. Mata yang penuh arti, menunjukkan cinta yang begitu dalam. Memancarkan harapan dan semangat dalam sorot tajamnya."Hub–by...."Mantan anak didiknya itu menarik napasnya, lalu menekan tengkuk Maiza, membuat kepalanya mendongak. Gerakan lembut dan penuh candu itu berkembang cepat—menjadi balasan tak tertahankan antara dua insan yang telah

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bukan Hanya Kamu

    “Aaarrrgh!?” Suara letusan memecah malam, bersamaan dengan jeritan Galen yang menyayat. Namun, tubuhnya tetap meluncur masuk ke dalam pipa pembuangan yang sudah dirusaknya lebih dulu—pelarian terakhir yang ia punya.Pintu kamar mandi didobrak paksa. Tiga pria berpakaian serba hitam menyerbu masuk dan langsung menghujani ruangan dengan tembakan brutal. Cipratan darah membekas di dinding dan lantai, menyisakan jejak yang mengerikan.“Dia nggak akan bertahan lama dengan peluru beracun kita! Cari barangnya di setiap sudut!” bentak pemimpin mereka dengan suara dingin dan menakutkan.Sementara itu, di dalam mobil yang melaju tak tentu arah, Maiza menatap pria yang duduk di balik kemudi dengan pandangan terpaku. Ketakutan makin menyesakkan dadanya.“Ka–kamu bukan Galen?” suaranya nyaris tak terdengar, tercekat oleh rasa ngeri.Dia mencuri pandang, berharap sang penolong hanyalah Galen yang menyamar—tapi tidak. Sosok itu menoleh sekilas, wajahnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status