Home / Romansa / Rahim Sewaan / Lawan seimbang

Share

Lawan seimbang

Author: Ombak Lautan
last update Last Updated: 2022-09-23 19:31:39

Saat tangan Carlos hampir menyentuh wajah Ivana, suara gemuruh dalam perut Ivana membuat lelaki di hadapannya tertawa secara tiba-tiba. Menghina keadaan Ivana yang tidak berdaya saat ini, yang tidak berdaya dan bergantung padanya.

Carlos melepas Ivana dengan kasar, dan melangkah menjauh. Meminta pada Eiwa untuk mencarikan makanan untuk gadis itu dan Eiwa segera pergi menjalankan tugasnya,

"Apa maksudnya ini?" tanya Carlos dengan nada tinggi.

Saat Carlos menggeser tab milik Eiwa, lelaki itu menemukan secarik kertas dan menatap tajam ke arah Ivana, karena di awal kertas tertulis "TAMBAHAN ISI KONTRAK PERJANJIAN SEWA RAHIM!"

"Aku hanya tidak ingin terlalu rugi dengan perjanjian yang anda ajukan!" ujar Ivana.

Gadis itu berharap, setelah lepas dari Carlos dan ibu tirinya, dia bisa membangun impiannya dan hidup bahagia bersama ayahnya. Impian sederhana yang selalu diinginkan oleh gadis itu.

Carlos kembali membaca tulisan tangan Ivana dengan lirih. "Membiarkan aku tetap bekerja, harus memberi nafkah meski tidak menunaikan kewajiban dan sudah memberikan uang untuk pengobatan ayah hingga sembuh, memperbolehkanku mengurus ayah setiap waktu dan tidak mencampuri urusan masing-masing hingga anak yang diingikan lahir!" Sejenak Eiwa menarik napas dalam-dalam dan menatap Ivana dengan ragu.

"Baiklah, setelah proses bayi tabung selesai dan keberhasilannnya delapan puluh persen, maka saya akan memenuhi semua permintaan kamu, apapun itu!" tegas Carlos dan Ivana mengulas senyum perih di bibirnya.

-

"Apakah anda bisa ikut dengan kami sekarang?" tanya Eiwa, setelah Ivana dirawat selama dua hari.

Ivana menganguk, dan pasrah dengan permintaan lelaki di depannya. Beranjak dengan cepat dari ranjang dan mempersiapkan diri. Ada rasa kagum dalam hati Eiwa, untuk wanita bosnya ini. Namun, sekuat tenaga dia tepis. Agar hatinya tidak semakin tertabat pada gadis yang sudah dimiliki oleh orang lain,

"Bagai mana dengan ayahku? Apakah sudah mendapatkan perawatan terbaik dan mendapatkan jadwal operasi?" tanya Ivana tidak sabaran.

"Saya selesaikan sekarang," jawab Eiwa santai.

Eiwa berdiri, membenarkan Jas berwarna biru dongker yang dia kenakan, kemudian berlalu dari samping Ivana menuju kebagian administrasi. Menyelesaikan satu masalah Ivana yang tidak mungkin gadis itu bisa lakukan. Entah mengapa, Eiwa merasa hatinya tidak nyaman melakukan hal ini. Tidak, dia tidak pernah menggunakan hati dalam bekerja. Mungkin saja, Eiwa sedang tidak sehat, itu yang dia pikirkan.

"Ayah anda akan dioperasi malam ini, karena menunggu jadwal dokternya. Apakah anda sudah selesai, saya tidak ingin Tuan Carlos menunggu terlalu lama!" ujar Eiwa setelah kembali dari ruang administrasi untuk menyelesaikan pembayaran yang masih tertunda.

"Satu lagi permintaanku," ujar Ivana memohon.

Raut wajah tegas, tapi memelas. Membuat Eiwa hanya bisa berdeham untuk menetralkan jantungnya yang berdebar dengan sangat kencang. Lelaki kekar itu tidak berani menatap lawan bicaranya, yang sedang melihat ke arahnya.

"Apa?" tanya Eiwa dengan nada tinggi.

"Tolong singkirkan wanita itu dari hidupku dan ayah," pinta Ivana dengan mata sendunya, terlintas semua kelakuan buruk ibu tirinya yang menghancurkan kepercayaan dirinya.

"Ibu tirimu?" tanya Eiwa untuk memastikan, dan Ivana mengangguk. "Baiklah! Hal yan terlalu mudah, ada lagi?" Kembali Eiwa bertanya, agar dia bisa selesaikan dalam satu waktu dan Ivana mengatakan hanya itu saja.

Eiwa memanggil bawahannya--Agust. Memberi instruksi dengan berbisik, dan lelaki bertubuh tegap itu langsung pergi menjauh. 

"Apakah saya bisa menunggu sehari lagi di sini?" tanya Ivana dengan nada bergetar.

Ivana hanya ingin menemani ayahnya yang akan dioperasi, tapi melihat reaksi Eiwa yang diam dan menatapnya tajam, Ivana hanya tertunduk lesu dan berjalan keluar ruangan dengan membawa tas miliknya. Lalu menoleh ke arah ruangan di mana ayahnya sedang di rawat. Rasanya dia tidak ingin meninggalkan ayahnya sendirian disaat seperti ini, akan tetapi demi kesembuhan sang ayah Ivana harus menguatkan hati.

-

Sesekali Eiwa melirik gadis yang duduk di sampingnya, kini mereka menuju kediaman orang yang menginginkan rahim Ivana untuk disewa. Wajah tenang, mata fokus, tapi tangannya terlihat gemetaran memegang berkas perjanjian. Cukup menarik perhatian Eiwa, dan membuat lelaki itu terus memandangi Ivana yang nampak sangat luar biasa di matanya.

"Apa anda belum makan?" tanya Eiwa dengan menggeser duduknya, karena melihat kegugupan Ivana yang memasang wajah sedikit pongah.

Ivana menatap mata Eiwa dengan tatapan tajam, membuat Eiwa sedikit tercubit hatinya. Entah kenapa, netra Ivana begitu menggoda hatinya sejak pertama kali mereka beradu pandang, meski itu tidak secara sengaja.

"Apa ada yang salah dengan pertanyaan saya?" tanya Eiwa dengan merapihkan dasinya.

"Tidak!" ketus Ivana. "Sudah!" Ivana menyodorkan kembali berkas yang sudah dia tanda tangani. "Berapa banyak lagi yang harus saya tanda tangani?"

Eiwa sedikit memundurkan tubuhnya karena terkejut, tidak menyangka Ivana berani bicara seperti itu. Kemudian seulas senyum terbit di bibirnya yang nampak sangat sexy.

"Tidak ada," balas Eiwa cepat dan mengecek berkas yang diberikan Ivana.

'Akhirnya, ada wanita yang akan membuat kita tidak berdaya bos! Lawan seimbang untukmu,' batin Eiwa.

"Kamu sakit, ya?" tanya Ivana dengan nada mengejek, karena melihat Eiwa tertawa bukannya marah.

Ivana tidak tahu, jika Eiwa sedang membayangkan Carlos ditindas oleh Ivana dan itu sungguh membuat dirinya sangat bahagia. Namun, tiba-tiba hati Eiwa terasa sakit. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Sewaan   Tidak percaya

    Eiwa meminta si kembar untuk membuka ikatan di tangan dan kakainya dan meyakinkan dua gadis itu, jika dirinya tidak akan pergi dan menepati janjinya.Setelah saling melirik, untuk meyakinkan diri. Davina membuka ikatan yang ada pada tubuh Eiwa. Namun, untuk berjaga-jaga, gadis manis itu, tetap mengikat tangan Eiwa dan membuat lelaki itu berdecak kesal."Sudah kubilang! Aku tidak akan pergi atau pun kabur, sebelum memberitau kalian!" Nada bicara Eiwa nampak sekali kekesalan, tapi tidak membuat dua gadis itu mengubah keputusannya."Lebih aman dan nyaman!" seru Davida.Kembali, Eiwa berdecak dan akhirnya menhela napas beratnya. Mungkin saja tindakkan dua gadis ini demi menyelamatkan harga diri seorang wanita yang mereka sukai sejak pertama melihatnya. Sama halnya dengan dirinya, yang sempat terpana pada keluguan dan juga kejutekan Ivana."Ya, sudah!" Eiwa mengalah dan memenarkan posisi duduknya agar lebi nyaman. "Carlos hanya akan bersama Ivana selama dua tahun saja, dan setelah proram b

  • Rahim Sewaan   Pasrah

    Cukup lama Eiwa tertidur akibat obat yang diberikan oleh si kembar dalam minuman yang diberikan padanya, membuat si kembar merasa bosan. Beberapa kali mereka memainkan game, dan juga menonton banyak judul drama drakor, tapi tetap saja Eiwa masih pulas. "Apa harus kita siram saja?!" tanya Davida yang sudah sangat kesal dan juga bosan. "Jangan, kasurnya jadi basah dong!" larang Davina. "Dosis yang aku berikan sangat sedikit, loh! Kenapa bisa sampai berjam-jam efeknya?" keluh Davida, dengan menopang dagunya. Matanya menatap sayu ke arah Eiwa yang terbaring. "Lebih baik kita tinggal saja dulu, nanti kita kena omel kanjeng mami!" saran Davina. Davida menganggukkan kepalanya, mengiyakan ucapan kembarannya. Jika suda marah, mamanya itu sangat menakutkan. Seperti reog ponorogo, itulah yang didefinisikan oleh keduanya untuk sang mama. Namun, baru saja mereka akan meninggalkan kamar, suara bas Eiwa menahan langkah kaki mereka. Tentu saja, senyum manis tersunging lebar di wajah keduanya. Me

  • Rahim Sewaan   Menculik Eiwa

    Ivana melihat ke arah kembar dan memberikan senyuman manisnya pada dua gadis yang mulai mengisi hari-harinya, mungkin tanpa mereka berdua, Ivana akan benar-benar terpuruk. Meskipun dia berusaha untuk tegar, kenyataannya, dia tidak sekuat yang terliat oleh orang sekitar. "Aku pergi dulu," ujar Ivana dengan lirih. Kembar D membalas senyum Ivana, dan pandangan mereka terus tertuju pada wanita yang sudah resmi menjadi kakak ipar mereka. Raut wajah mereka berubah sendu, saat pintu kamar tertutup. Memikirkan cara, agar kakak mereka --Carlos bisa merubah sikapnya yang angkuh menjadi bucin pada Ivana dan mereka butuh tenaga dan kerjasama yang ekstra. "Aku tetap pada pendirianku, untuk menculik Kak Eiwa yang sama menyebalkannya dengan Kak Carlos!!" ujar Davina dengan nada kesal yang sangat kentara. "Biar Kak Eiwa tidak sembarangan mengikuti perintah Kak Carlos!" tambah Davida, yang juga merasakan kekesalan saudari kembarnya. Davina memberikan dua jempol di depan wajah Davida, kemudian mere

  • Rahim Sewaan   Akses pembatalan bulan madu

    "Ayo!" ajak Davina, menarik tangan kembarannya. Mereka menuju ke kamar, untuk melanjutkan pembicaraan mereka yang tertunda, karena sedang menguping pembicaraan kakaknya dan sang asisten. Takut rencana mereka bocor, membuat mereka berhati-hati dalam bersikap dan berkata untuk menentukan rencana apa yang akan di jalankan selanjutnya. "Kita susun rencananya sekarang saja, ya. Kita buat beberapa option, agar ada rencana cadangan ke depannya, jika rencana sebelumnya gagal!" ujar Davida, dengan mengambil alat tulis. Dengan teliti, dua kembar itu beradu pikiran, membuat rencana yang terbaik menurut mereka. Tentu tidak ada yang membantu mereka, hanya cukup mendapatkan dukungan orang tuanya dan juga Tante Arleta yang akan dengan senang hati membantu apapun yang mereka butuhkan. Di ruangan lain, Carlos sedang memandangi wajah istri pertamanya yang terbingkai indah di dinding berwarna cream, wanita itu pergi meninggalkan Carlos di saat cinta dalam hatinya sedang bersemi sangat indah, bahkan

  • Rahim Sewaan   Ingin mencekik

    Carlos dan Eiwa masih asik membahas tentang proses bayi tabung, tanpa disadari oleh keduanya ada dua pasang telinga sedang mendengarkan rencana kepergian Carlos, berkedok bulan madu. "Brengsek," gumam salah satu orang yang sedang menguping. "Huust! Jangan bicara, atau mereka akan mendengar dan kita tidak bisa mengagalkan ide gila lelaki tidak punya otak itu!" geram yang lainnya. "Kakakmu itu!" sindir Davina. "Kamu!" sahut Davida sengit. Keduanya kemudian terkekeh geli, karena mereka berdua kembar dan Carlos adalah kakak mereka berdua. Meski geram, kembar D tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini. Agar bisa melawan kakaknya, mereka harus mempunyai strategi yang mumpuni. Memberitahu orang tua mereka memang cara terbaik, tapi lebih baik mereka maju terlebih dulu, jika mereka tidak sanggup, maka mereka akan melambaikan tangan dan meminta pertolongan pada orang tuanya. "Padahal meminta pertolongan mama dan papa, semua akan beres," ujar Davina lirih. "tapi enggak ada seninya!" seruny

  • Rahim Sewaan   Tiket bulan madu

    "Apa yang kamu katakan?!" hardik Ranti kesal, dan tangannya makin kuat menarik telinga anaknya yang sudah sangat keterlaluan, menurutnya.Carlos hanya bisa mengaduh, dan memijat telinga yang tadi di tarik oleh Ranti--ibunya dan rasa kesal itu kembali hadir. Carlos berpikir, karena Ivana-lah dirinya ditindas oleh keluarga yang selama ini tidak ada yang berani masuk ke ranah pribadinya. Ingin rasanya dia menguliti Ivana dan menelannya hidup-hidup, tidak pernah menyangka akan menjadi seperti ini. Keputusannya bertolak belakang dengan semua rencana yang dia susun dengan baik."Rasakan! Semua ini karma untukmu, Kak!" bisik Davina.Carlos langsung mendelik, kesal dengan ucapan adiknya. Namun, dalam sudut hatinya terdalam memikirkan apa yang tadi dibisikkan ke telinganya. Apa benar ini karma, bukankah dia mengganti rugi sesuai dengan nominal yang diminta oleh mereka yang pernah dekat dengannya. Lalu, salahnya dimana?Selesai sarapan, Ivana kembali ke kamar dan membereskannya dengan perlahan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status