Home / Romansa / Rahim Sewaan Sang CEO / Bayangan Masa Lalu

Share

Bayangan Masa Lalu

Author: Doraaa
last update Last Updated: 2021-07-05 15:01:04

“Sebaiknya kamu pulang dulu, nanti datang lagi ketika istri saya sudah pulih total.” Gerald berucap ketika Dena ikut duduk di tepian ranjang yang bersebelahan dengan dirinya. 

Gerald semakin merasa tidak suka, sebab Dena bertindak semakin jauh. Seolah bahwa dia adalah bagian dari keluarga. 

Dena mendengkus kesal, padahal ia ingin sekali mengambil hati Gerald. Apalagi sekarang adalah waktu yang tepat. Memasang topeng baik di depan target. 

Dengan terpaksa, Dena bangkit dari ranjang dan pamit untuk pulang.

Gerald hanya merespons dengan wajah datar dan deheman pelan ketika Dena pamit dan mulai menghilang dari balik pintu kamar. 

Begitulah Gerald. Dingin dan kaku terhadap wanita lain. Ia hanya bisa manja dan mencair jika tengah bersama pawangnya. Felicia. 

Di luar sana, Dena bertemu dengan beberapa gadis yang ingin mengikuti sesi interview, barang kali diterima oleh Gerald. Namun, dengan liciknya Dena menyebarkan berita yang bukan-bukan. Ia ingin menakuti orang-orang agar mengurungkan niat untuk bertemu Gerald.

“Ini hanya lowongan gadungan, mereka akan menculikmu dan menjualnya di dark web. Bayangkan, mana ada orang yang mau membayar pekerja begitu mahalnya.” 

“Itu tipuan, saya sudah ke sana. Hampir saja saya jadi target. Ternyata mereka mau jual organ kita. Mana ada orang ngadain wawancara di kamar apartemen.”

“Saya udah ke sana, ada dagis yang udah mati. Perutnya dibelah, mungkin mau dijual organnya.”

“Eh, jangan ke sana. Mereka mau nyari cewek buat dijadiin tumbal proyeg.” 

Ada banyak berita bohong yang disebar oleh Dena agar saingannya untuk mendapatkan pekerjaan itu berkurang. Baginya, Gerald adalah emas yang tidak boleh dilihat oleh orang. Hanya dia yang pantas untuk mendapatkan posisi sebagai istri seorang Gerald.

Sementara di kamar apartemen, Gerlad masih tidak ingin mengalihkan pandangan dari Felicia. Barang sedetik pun, tidak ia izinkan wanita yang ia cintai hilang dari sorot mata.

Berbagai macam pesan masuk ke ponselnya. Juga ada beberapa panggilan penting yang tidak ia jawab sama sekali. Bahkan, benda pintar itu ia nonaktifkan saat asisten pribadinya memanggil untuk urusan penting. Ia sedang tidak ingin diganggu. Ada banyak waktu yang ia habiskan untuk pekerjaan, tapi sedikit waktu yang ia beri untuk Felicia. Dan kini, wanita itu tengah sakit. Sejahat itukah ia yang lebih mementingkan pekerjaan daripada kekasih sendiri?

Namun, Felicia tahu bahwa Ferald begitu mencintanya. Dunia dan seisinya pun tahu akan hal itu. Bahkan, Dena yang hanya bersama mereka untuk waktu singkat saja merasa cemburu atas perlakuan Gerald terhadap Felicia.

Dena belum tahu bahwa status mereka hanya sepasang kekasih yang belum terikat janji suci. Ia hanya tahu bahwa Gerald dan Felicia ingin menyewa rahim untuk calon bayi mereka. Itu pertanda bahwa mereka adalah sepasang suami istri, apalagi Gerald menyebut Felicia adalah istrinya.

“Sayang.” Gerald kembali mengompres jidat Felicia. Meneruskan aktivitas yang tadi sempat dilakukan oleh Dena.

Setelah sekian lama terlelap dalam tidurnya, Felicia terbangun juga. Ia merasa bahwa dirinya sudah agak mendingan, sehingga meminta Gerald untuk pulang. Apalagi ibu Gerald tidak suka dengan dirinya yang dianggap sebagai wanita murahan. Hal itu akan membuat hubungan Felicia dan ibunya semakin runyam. Sebab, hari sudah mulai malam. 

“Kamu makan, ya? Aku pesenin bubur.” Gerald berucap manja. 

Setegas-tegasnya Gerald di kantor, ia hanyalah pria manja di hadapan Felicia. Wanita itu selalu tertawa jika melihat sikap manja kekasihnya mulai keluar.

“Yang sakit itu aku, kok kamu yang manja.” Felicia tertawa seraya memukul pelan ubun-ubun Gerald yang menenggelamkan wajah di lehernya.

“Aku tuh panik banget tau. Kamu sakit kok gak bilang-bilang?” Gerald mencubit hidung Felicia gemas.

“Kamu pulang aja, ya. Udah malam. Besok masih lanjut kerja ‘kan?” Felicia berusaha meminta Gerald untuk segera pulang. 

“Aku nginap di sini,” ucapnya seraya masuk ke dalam selimut Felicia dan memeluk tubuhnya. 

Felicia hanya bisa menghela napas dalam. Pasrah. Sebab, semua permintaan Felicia akan dikabulkan, kecuali yang satu ini. Gerald tidak ingin pulang jika bukan karena keinginan sendiri.

“Aku udah pesen bubur ayam satu,” ucap Gerald tanpa ditanya. Ia tengah memainkan ponsel Felicia, sebab ponselnya sendiri masih ia nonaktifkan. 

“Kok cuma satu, kamu gak makan?” Felicia melingkarkan tangannya ke perut Gerald dengan memutar posisi tubuh untuk menghadap pria itu. Bukan wajah Gerald yang ia lihat, tapi bagian belakang ponselnya.

Felicia mendengkus kesal dan merampas ponsel itu dari tangan Gerald.

Gerald hanya tertawa, hawa panas napasnya langsung membentur lembut wajah Felicia.

“Kok ketawa sih? Aku lagi ngambek nih.”

“Kamu kalau ngambek ngegemesin banget. Bikin makin cinta.” Gerald semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuh Felicia.

Untuk beberapa saat, mereka tidak saling berbicara. Hanya menatap satu dengan yang lain untuk mengukur seberapa dalam rasa cinta dari sorot matanya.

“Sayang ... kita nikah aja yuk!” Lembut Gerald meminta. Berusaha agar kali ini Felicia tidak marah ketika Gerald memintanya untuk menikah.

Andai Felicia berkata iya, hubungan mereka tidak akan serumit ini. Sudah sejak lama mereka akan tinggal bersama dan hidup bahagia.

Felicia memalingkan wajah. Ia menghela napas dengan dalam. Sebenarnya ia pun ingin pernikahan terjadi di antara mereka. Hanya saja, masih ada rasa takut yang ia pendam dalam-dalam. Takut dicampakkan, takut sikap Gerald berubah setelah mereka menikah, takut jika ibu Gerald semakin tidak suka padanya, dan ketakutan-ketakutan lain yang sampai sekarang masih menghantui pikirannya.

Bagaimana jika sikap Gerald sama seperti ayahnya? Yang meninggalkan ibunya ketika ia masih berusia 5 bulan dalam kandungan. Bagaimana jika sikap Gerald sama seperti bapak tirinya, yang setiap hari main tangan bahkan sempat ingin melecehkan dirinya yang belum genap lima tahun waktu itu. Bagaimana jika sikap Gerald sama seperti bapak angkatnya yang menjual ia ke penampungan pelacur. 

Semua lelaki yang pernah ia jumpai sama bejatnya. Bersikap baik ketika ingin mendekati, lalu berubah brutal setelah merasa memiliki. Felicia hanya tidak ingin itu terjadi.

Tiga kali ia punya bapak, tapi tidak ada yang baik sama sekali.

Bahkan, ia harus kehilangan ibunya karena dijual oleh bapak tirinya ke seorang pidana yang baru keluar dari penjara. 

Ibunya harus meregang nyawa di depan mata Felicia sendiri, sebab menolak ingin disetubuhi. Puluhan kali pisau tajam itu menusuk dada ibu Felicia. Setelah kehilangan nyawa, pria bejat itu masih ingin menuntaskan nafsu dengan jasad ibu Felicia.

Felicia masih ingat dengan jelas, saat itu ia menangis di sudut kamar. Menyaksikan sendiri hal buruk yang menimpa ibunya tanpa mampu berbuat apa-apa.

Ia meringkuk ketakutan sembari memeluk kedua lutut gemetar. Takut jika akan menjadi korban selanjutnya oleh keganasan narapidana tersebut. 

Felicia masih ingat dengan jelas semua kejadian itu. 

Related chapters

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Perasan yang Mengganjal

    Felicia masih ingat semua kejadian pahit itu. Ketika ia berada dalam puncak ketakutan, sebab tidak ada orang dewasa di sana. Hanya dirinya, jasad sang ibu, dan juga si narapidana pembunuh.Setelah merasa puas menikmati tubuh jasad ibu Felicia, pria bejat itu beranjak mendekat ke arah sosok mungil Felicia. Gadis kecil itu semakin ketakutan, teringat kejadian beberapa waktu yang lalu. Ketika ibu dan bapaknya bertengkar hebat, sebab sang bapak sambung ingin menikmati tubuh Felicia. Sementara gadis itu belum genap 5 tahun usianya. Felicia semakin gemetar saat tubuh bugil penuh darah itu mendekat ke arahnya dengan tatapan ingin menerkam. Ia takut jika nasibnya akan sama seperti sang ibu. Tewas di tangan lelaki tidak bermoral.Tangan mungil itu sudah ditarik paksa, membuat tubuh mungil Felicia harus berdiri karenanya.Mata polos nan indah itu menatap sang pria dengan sorot penuh iba. Berharap diberikan kesempatan untuk melarikan diri. M

    Last Updated : 2021-07-06
  • Rahim Sewaan Sang CEO   Harapan Dena

    “Sudah, lupakan saja. Ayok lanjut makan.” Gerald memecah keheningan di antara mereka.Felicia semakin merasa tidak enak. Ia begitu sering merepotkan dan menyusahkan Gerald, tapi untuk mengikuti keinginan lelaki itu, ia tidak sanggup sama sekali.“Maafkan aku.” Akhirnya Felicia mengucap kalimat itu. Sudah lama ia ingin melontarkan kata maaf, tapi tidak pernah kesampaian.Gerald hanya tersenyum tipis menjawab. Diusapnya lembut puncak kepala Felicia.“Lupakan saja. Aku lebih suka Felicia yang biasanya.”Felicia membalas senyum manis Gerald. Ia mengangguk dan lanjut menghabiskan bubur bersama Gerald.“Kamu sudah mendingan?” Gerald bertanya setelah memberikan obat pada Felicia.“Jauh lebih baik dari sebelumnya. Apa kau tidak merasa gerah mengenakan jas di dalam rumah?” Felicia memerhatikan penampilan Gerald yang teramat formal. Peluh menetes di jidat lelaki itu.&

    Last Updated : 2021-07-06
  • Rahim Sewaan Sang CEO   Obsesi Dena

    Dena berusaha mengingat apa nama kantor tempat di mana Gerald bekerja. Kata itu ia simpan lekat-lekat dalam otak. Ia sempat bertanya pada Felicia, yang dianggap wanita itu sekadar basa-basi saja.Hari ini ia akan menjadi penguntit, ingin mencari lebih dalam lagi hal yang bersangkutan dengan Gerald. Mencari titik lemah lelaki itu agar ia bisa menjadikannya alat untuk mempermudah menggapai impian.Dena pulang ke kontrakan terlebih dahulu. Mengubah penampilan agar tidak diketahui keberadaannya oleh Gerald. Ia mengenakan kaus hitam dengan jaket kulit. Celana jeans panjang dan juga topi hitam. Rambut panjangnya ia ikat ke belakang dan dimasukkan ke lubang bagian belakang topi. Terlihat keren sekali. Seperti gadis tomboy. Padahal beberapa saat yang lalu ia masih terlihat seperti gadis anggun nan ayu.“Alexis First Family.” Dena mengulang kalimat itu demi mengingat nama kantor tempat Gerald kini tengah berada.Ia mencari tahu di google te

    Last Updated : 2021-07-06
  • Rahim Sewaan Sang CEO   Pertengkaran Gerald dan Renata

    Dena berjalan menyisiri sisi pagar, mencari celah yang tepat untuk memasuki pekarangan rumah Gerald. Pagar beton dengan besi-besi tajam itu cukup tinggi, bahkan tinggi Dena tidak bisa menyamai. Wanita bercelana jeans itu bersusah payah agar bisa melewati sela-sela besi tajam. Pelan-pelan ia turun agar tidak menimbulkan bunyi pijakan. Karena sudah terbiasa melompat pagar sekolah masa SMA dulu, melewati pagar rumah Gerald bukanlah hal yang cukup sulit. Ia melihat ke sekitar, mencari posisi satpam penjaga. Tidak ada orang sama sekali. Dengan mudah Dena berjalan ke arah jendela. Karena semua jendela dipasangi terali, Dena cukup sulit untuk masuk. Ia berjalan mengendap-endap, mencari pintu yang barangkali lupa dikunci. Benar saja, ketika berjalan ke arah belakang, ada pintu yang tengah terbuka. Namun, di sana ada pekerja yang sedang sibuk dengan peralatan masak. Ternyata itu ruang dapur. Dena mengurungkan niat untuk masuk. Ia kembali meny

    Last Updated : 2021-07-07
  • Rahim Sewaan Sang CEO   Jatuh Cinta untuk Kesekian Kalinya pada Orang yang Sama

    Gerald keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di pinggang. Perutnya terlihat sixpack meskipun jarang olah raga. Karena sudah janjian dengan Felicia, ia bersiap-siap untuk menjemput wanita kesayangannya.Dengan celana jeans hitam dan juga kaus hitam lengan pendek, ia terlihat sedikit fresh. Tidak lupa topi hitam yang ia kenakan di kepala. Juga jaket kulit pemberian Felicia. Ia terlihat sangat tampan dan juga muda.Gerald selalu tampil rapi dan wangi setiap saat. Baginya penampilan adalah hal penting. Tidak masalah jika tidak tampan, yang penting menarik ketika dilirik.“Mau ke mana kamu?” Renata bertanya saat melihat anaknya menyambar kunci mobil di atas meja ruang keluarga.“Mau makan di luar.” Gerald menjawab seadanya.“Mama loh udah suruh Bi Uti buat masak makanan kesukaan kamu, kamu malah makan di luar.” Renata protes.Mereka jarang bertemu, sekalinya bertem

    Last Updated : 2021-07-13
  • Rahim Sewaan Sang CEO   Selangkah Lebih Dekat

    Gerald menghentikan laju mobil. Lelaki bertubuh tinggi itu meminta agar Felicia tetap berdiam diri di dalam. Sementara ia keluar untuk mengecek apa yang tengah terjadi.Bola mata Gerald membelalak seketika. Sesosok wanita terlihat terbaring lemah di dekat moncong mobilnya. Ada darah segar yang menetes dari jidat dan juga siku tangan wanita itu.Gerald membungkuk, mencoba untuk membantu.“Maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja.” Gerald mengulurkan tangan kanan.Wanita itu menerima uluran tangan dari Gerald. Garis wajahnya terlihat begitu familiar. Gerald lupa-lupa ingat bahwa ia pernah bertemu dengan gadis itu.“Mari, kami antar ke rumah sakit.” Gerald membukakan pintu mobil bagian belakang.“Dena!” Sedikit terkejut Felicia menoleh ke belakang.Mendengar nama itu disebut, Gerald kembali mengingat memori tentang Dena. Meskipun ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama wanita itu ket

    Last Updated : 2021-07-14
  • Rahim Sewaan Sang CEO   Kamu Yakin?

    “Sini saya tebus obatnya!” Gerald bangkit berdiri dan meminta Dena untuk menyerahkan kertas berisi resep obat itu kepadanya.‘Wah, belum apa-apa saja sudah diperhatikan seperti ini.’ Dena membatin. Ia salah dalam mengartikan tingkah Gerald kepadanya.Setelah kertas itu berpindah tangan, Gerald beranjak menuju apotek rumah sakit. Ia berdiam diri di sana, duduk di kursi tunggu bersama antrean lainnya. Bukannya langsung menyerahkan resep ke petugas, ia malah menahan kertas itu di tangan. Sengaja, sebab ingin berlama-lama di sana.Tujuannya ke apotek bukan benar-benar karena ingin menebus obat, tapi juga untuk menenangkan pikiran. Terutama untuk menjauh dari Dena. Di mana ada Dena, di situ tidak ada ketenangan.Felicia yang tengah asyik bercumbu bersama Dena, merasa kepergian Gerald terlalu lama. Ia ikut bangkit dan pamit pergi menyusul ke apotek. Meninggalkan Dena bersama imajinasinya yang kini telah terbang hingga mencapai mana

    Last Updated : 2021-09-03
  • Rahim Sewaan Sang CEO   Kesalahpahaman Besar

    “Yakin. Kenapa, kumuh banget, ya?” Dena memasang wajah memelas.Felicia hanya bisa menghela napas dalam. Merasa sangat prihatin dengan kondisi Dena yang jauh lebih tragis daripada masa lalunya.“Jadi, kapan aku bisa mulai kerja?” Dena mengungkit kembali masalah kerjaan.Felicia menoleh pada Gerald, berharap mendapatkan jawaban dari lelaki itu. Namun, ia hanya diam, tidak ada jawaban sama sekali.“Kita diskusi dulu, ya. Nanti kalau udah dapat jawaban, bakalan kita hubungin. Minta nomornya dong!” Felicia merogoh tas dan menyerahkan ponsel pada Dena.“Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, aku gak punya ponsel.” Dena menjawab tanpa menerima uluran itu.“Ya sudah, tiga hari lagi kita ketemu di sini.” Felicia membuat keputusan.Dena mengangguk setuju, kemudian keluar dari mobil mewah itu. Meninggalkan Felicia dan Gerald berduaan di sana.

    Last Updated : 2021-09-04

Latest chapter

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Pria Terbucin Yang Pernah Ada

    Saat terbangun di pagi hari, Gerald tidak lagi mendapati Felicia terbaring di sisinya. Hanya ada dia seorang diri yang terbaring di atas ranjang mewah itu. Namun, tidak ada pikiran buruk sama sekali. Gerald mengira wanita yang dicintainya tengah berada di kamar mandi.Hari ini ada rapat penting di kantor. Jadi, Gerald lekas bangkit dari ranjang. Ia berjalan menuju kamar mandi. Hanya sedikit waktu yang tersisa.“Sayang, aku masuk, ya!” Gerald memutar gagang pintu tanpa menunggu jawaban. Karena mereka sudah terbiasa mandi bersama. Bahkan mereka sering bercinta di sana.Ketika masuk ke ruang mandi itu, tidak ada siapa pun di sana. Gerald memeriksa bagian toilet, sama saja. Tidak ada tanda-tanda Felicia berada di sana.“Sayang!” Gerald memanggil sembari mencari keberadaan wanita itu.Tidak ada jawaban. Hanya ponsel miliknya yang terdengar berdering beberapa kali.Gerald melupakan Felicia sejenak, ia beranjak u

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Impas

    Gerald bolak-balik seorang diri di dekat parkiran. Ia masih belum bisa menerima keadaan. Hatinya kian gelisah dari waktu ke waktu. Ia tidak bisa pulang dalam kondisi seperti ini. Setidaknya ia harus baikan dengan Felicia. Sebab, wanita itu adalah separuh hidupnya.“Arght!” Gerald berteriak frustrasi. Ia menarik rambut hingga terlepas beberapa helai dari kulit kepala.Mengapa kisah cintanya tidak bisa semulus orang-orang?Lelaki dengan rahang kokoh itu menghela napas dalam-dalam. Ia berjalan cepat untuk mengejar Felicia. Namun, wanita yang ia kejar telah tiba di bilik apartemen miliknya. Felicia mulai berkemas. Pakaiannya ia masukkan satu per satu secara berantakan ke dalam koper besar yang selalu ia simpan di kolong ranjang.Tekadnya telah bulat. Ia ingin pergi jauh dari hidup Gerald. Hatinya masih terasa sakit hingga sekarang. Ia masih belum bisa percaya bahwa Gerald bisa mengatakan kalimat semenyakitkan itu kepada dirinya.

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Kesalahpahaman Besar

    “Yakin. Kenapa, kumuh banget, ya?” Dena memasang wajah memelas.Felicia hanya bisa menghela napas dalam. Merasa sangat prihatin dengan kondisi Dena yang jauh lebih tragis daripada masa lalunya.“Jadi, kapan aku bisa mulai kerja?” Dena mengungkit kembali masalah kerjaan.Felicia menoleh pada Gerald, berharap mendapatkan jawaban dari lelaki itu. Namun, ia hanya diam, tidak ada jawaban sama sekali.“Kita diskusi dulu, ya. Nanti kalau udah dapat jawaban, bakalan kita hubungin. Minta nomornya dong!” Felicia merogoh tas dan menyerahkan ponsel pada Dena.“Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, aku gak punya ponsel.” Dena menjawab tanpa menerima uluran itu.“Ya sudah, tiga hari lagi kita ketemu di sini.” Felicia membuat keputusan.Dena mengangguk setuju, kemudian keluar dari mobil mewah itu. Meninggalkan Felicia dan Gerald berduaan di sana.

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Kamu Yakin?

    “Sini saya tebus obatnya!” Gerald bangkit berdiri dan meminta Dena untuk menyerahkan kertas berisi resep obat itu kepadanya.‘Wah, belum apa-apa saja sudah diperhatikan seperti ini.’ Dena membatin. Ia salah dalam mengartikan tingkah Gerald kepadanya.Setelah kertas itu berpindah tangan, Gerald beranjak menuju apotek rumah sakit. Ia berdiam diri di sana, duduk di kursi tunggu bersama antrean lainnya. Bukannya langsung menyerahkan resep ke petugas, ia malah menahan kertas itu di tangan. Sengaja, sebab ingin berlama-lama di sana.Tujuannya ke apotek bukan benar-benar karena ingin menebus obat, tapi juga untuk menenangkan pikiran. Terutama untuk menjauh dari Dena. Di mana ada Dena, di situ tidak ada ketenangan.Felicia yang tengah asyik bercumbu bersama Dena, merasa kepergian Gerald terlalu lama. Ia ikut bangkit dan pamit pergi menyusul ke apotek. Meninggalkan Dena bersama imajinasinya yang kini telah terbang hingga mencapai mana

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Selangkah Lebih Dekat

    Gerald menghentikan laju mobil. Lelaki bertubuh tinggi itu meminta agar Felicia tetap berdiam diri di dalam. Sementara ia keluar untuk mengecek apa yang tengah terjadi.Bola mata Gerald membelalak seketika. Sesosok wanita terlihat terbaring lemah di dekat moncong mobilnya. Ada darah segar yang menetes dari jidat dan juga siku tangan wanita itu.Gerald membungkuk, mencoba untuk membantu.“Maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja.” Gerald mengulurkan tangan kanan.Wanita itu menerima uluran tangan dari Gerald. Garis wajahnya terlihat begitu familiar. Gerald lupa-lupa ingat bahwa ia pernah bertemu dengan gadis itu.“Mari, kami antar ke rumah sakit.” Gerald membukakan pintu mobil bagian belakang.“Dena!” Sedikit terkejut Felicia menoleh ke belakang.Mendengar nama itu disebut, Gerald kembali mengingat memori tentang Dena. Meskipun ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama wanita itu ket

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Jatuh Cinta untuk Kesekian Kalinya pada Orang yang Sama

    Gerald keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di pinggang. Perutnya terlihat sixpack meskipun jarang olah raga. Karena sudah janjian dengan Felicia, ia bersiap-siap untuk menjemput wanita kesayangannya.Dengan celana jeans hitam dan juga kaus hitam lengan pendek, ia terlihat sedikit fresh. Tidak lupa topi hitam yang ia kenakan di kepala. Juga jaket kulit pemberian Felicia. Ia terlihat sangat tampan dan juga muda.Gerald selalu tampil rapi dan wangi setiap saat. Baginya penampilan adalah hal penting. Tidak masalah jika tidak tampan, yang penting menarik ketika dilirik.“Mau ke mana kamu?” Renata bertanya saat melihat anaknya menyambar kunci mobil di atas meja ruang keluarga.“Mau makan di luar.” Gerald menjawab seadanya.“Mama loh udah suruh Bi Uti buat masak makanan kesukaan kamu, kamu malah makan di luar.” Renata protes.Mereka jarang bertemu, sekalinya bertem

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Pertengkaran Gerald dan Renata

    Dena berjalan menyisiri sisi pagar, mencari celah yang tepat untuk memasuki pekarangan rumah Gerald. Pagar beton dengan besi-besi tajam itu cukup tinggi, bahkan tinggi Dena tidak bisa menyamai. Wanita bercelana jeans itu bersusah payah agar bisa melewati sela-sela besi tajam. Pelan-pelan ia turun agar tidak menimbulkan bunyi pijakan. Karena sudah terbiasa melompat pagar sekolah masa SMA dulu, melewati pagar rumah Gerald bukanlah hal yang cukup sulit. Ia melihat ke sekitar, mencari posisi satpam penjaga. Tidak ada orang sama sekali. Dengan mudah Dena berjalan ke arah jendela. Karena semua jendela dipasangi terali, Dena cukup sulit untuk masuk. Ia berjalan mengendap-endap, mencari pintu yang barangkali lupa dikunci. Benar saja, ketika berjalan ke arah belakang, ada pintu yang tengah terbuka. Namun, di sana ada pekerja yang sedang sibuk dengan peralatan masak. Ternyata itu ruang dapur. Dena mengurungkan niat untuk masuk. Ia kembali meny

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Obsesi Dena

    Dena berusaha mengingat apa nama kantor tempat di mana Gerald bekerja. Kata itu ia simpan lekat-lekat dalam otak. Ia sempat bertanya pada Felicia, yang dianggap wanita itu sekadar basa-basi saja.Hari ini ia akan menjadi penguntit, ingin mencari lebih dalam lagi hal yang bersangkutan dengan Gerald. Mencari titik lemah lelaki itu agar ia bisa menjadikannya alat untuk mempermudah menggapai impian.Dena pulang ke kontrakan terlebih dahulu. Mengubah penampilan agar tidak diketahui keberadaannya oleh Gerald. Ia mengenakan kaus hitam dengan jaket kulit. Celana jeans panjang dan juga topi hitam. Rambut panjangnya ia ikat ke belakang dan dimasukkan ke lubang bagian belakang topi. Terlihat keren sekali. Seperti gadis tomboy. Padahal beberapa saat yang lalu ia masih terlihat seperti gadis anggun nan ayu.“Alexis First Family.” Dena mengulang kalimat itu demi mengingat nama kantor tempat Gerald kini tengah berada.Ia mencari tahu di google te

  • Rahim Sewaan Sang CEO   Harapan Dena

    “Sudah, lupakan saja. Ayok lanjut makan.” Gerald memecah keheningan di antara mereka.Felicia semakin merasa tidak enak. Ia begitu sering merepotkan dan menyusahkan Gerald, tapi untuk mengikuti keinginan lelaki itu, ia tidak sanggup sama sekali.“Maafkan aku.” Akhirnya Felicia mengucap kalimat itu. Sudah lama ia ingin melontarkan kata maaf, tapi tidak pernah kesampaian.Gerald hanya tersenyum tipis menjawab. Diusapnya lembut puncak kepala Felicia.“Lupakan saja. Aku lebih suka Felicia yang biasanya.”Felicia membalas senyum manis Gerald. Ia mengangguk dan lanjut menghabiskan bubur bersama Gerald.“Kamu sudah mendingan?” Gerald bertanya setelah memberikan obat pada Felicia.“Jauh lebih baik dari sebelumnya. Apa kau tidak merasa gerah mengenakan jas di dalam rumah?” Felicia memerhatikan penampilan Gerald yang teramat formal. Peluh menetes di jidat lelaki itu.&

DMCA.com Protection Status