“Ah ... jadi kau, jalang yang akan menyewakan rahimnya demi uang?” tanya Kelvin dengan celetukan kasarnya, serta sikapnya yang dingin sambil melirik tipis ke arah Arsyana.
“Hei Tuan. Sebaiknya kau jaga bicara mu!” sergah Arsyana yang merasa keberatan dengan celetukan kurang ajar Kelvin.“Apa aku salah?” tanya Kelvin sinis.“Sudah! Kalian berhenti berdebat! Mau tidak mau, kalian nanti harus tidur bersama, untuk melahirkan anak kami!” cegah Devina melerai.“Anak kalian? Ciih ... kalian memang pasangan suami istri yang tak waras!” cibir Arsyana sambil mendengus kesal.“Arsyana! Jaga bicara mu!” bentak Devina semakin menipis kesabarannya.“Jika kau terus berlaku tidak sopan. Aku tak akan segan-segan mengeluarkan ibu mu dari rumah sakit sekarang juga!” ancam Devina sambil mengunci tatapan tajamnya pada Arsyana.Arsyana seketika terdiam. Dia benar-benar di buat mati kutu, di saat Devina menyangkutkan ibunya di setiap keadaannya. Dan menjadikan ibunya itu sebagai titik kelemahan Arsyana.“Apa maksudmu dengan mengeluarkan ibunya?” tanya Kelvin yang tiba-tiba penasaran tentang yang baru saja di katakan oleh Devina.“Euh.. i-itu ... itu--” Devina tergagap seketika. Karena tanpa sadar, dia mengancam Arsyana di depan suaminya.“Itu jurus Istrimu untuk mengancam ku," celetuk Arsyana menjawab pertanyaan Kelvin dengan santai."Devina! Apa maksudnya semua ini?" tanya Kelvin membentak Istrinya."Honey, dengarkan dulu. Aku bisa menjelaskan semuanya.""Arsyana, kau pergilah ke kamar mu!" titah Devina pada Arsyana, sambil menatap gadis itu dengan tatapan mengancam."Kenapa? Apa kau takut aku mengadukan mu pada suami mu?" tanya Arsyana semakin menantang, di sertai garis senyuman tipis di wajahnya yang cantik.Tampaknya, Arsyana langsung bisa membaca situasi. Dia bisa langsung menerka, kalau Devina tidak sepenuhnya jujur pada suaminya."Diam kau! Sebelum aku robek mulut manis mu itu!" pekik Devina semakin kesal, dan dia kembali mengancam Arsyana."Hahahaha...." Arsyana justru tertawa keras, sebelum akhirnya dia menuruti Devina untuk pergi dari tempat itu, dan membiarkan sepasang suami istri itu berbicara.Kelvin menarik nafas panjang, lalu menghela sekaligus dengan kasar."Jelaskan pada ku Devina, sebenarnya apa yang kau lakukan?" tanya Kelvin sambil menahan dirinya."Jadi begini Kelvin, gadis itu sangat arogan dan keras kepala. Jadi, aku sedikit melakukan ancaman padanya, agar dia bisa menuruti kita," jawab Devina mulai menjelaskan."Kenapa kau memaksa gadis itu? Memangnya, kau tidak bisa mencari gadis lain selain dia?" bentak Kelvin yang tak habis pikir dengan cara kerja dari otak istrinya itu."Tapi aku menginginkan dia Kelvin. Aku sudah memilih gadis itu, dan aku tak ingin gadis lain yang harus mengandung anak kita!" sergah Devina."Tapi ini semua salah Devina! Untuk apa kau mengancamnya?" debat Kelvin di sertai helaan nafas kasar."Tapi dia sangat membutuhkan banyak uang Kelvin!""Kau ingat, Farel Quinshaa? Bukannya dia salah satu rekan bisnis mu dulu? Perusahaannya bangkrut, dan sepertinya kalian juga ada sangkutan hutang-pihutang dengan rekan bisnis mu itu--""Apa hubungannya?" tanya Kelvin menyelak."Gadis itu putri dari Farel. Ya ... dia putrinya Farel Quinshaa. Selain hutangnya padamu, ayahnya juga meninggalkan banyak hutang untuk gadis itu. Di tambah lagi, ibunya saat ini di rawat di rumah sakit jiwa," papar Devina menjelaskan secara terperinci pada suaminya Kelvin."Tetap saja Devina, itu tak ada sangkut pautnya dengan kita. Urusan hutang-hutangnya, ibunya yang sakit, atau bahkan dia butuh uang ataupun tidak, itu bukan urusan kita!" Davin menekankan."Tapi kita membutuhkannya Kelvin!""Aku butuh anak untuk harga diriku di hadapan keluarga mu! Dan kau juga memerlukan penerus bukan?""Dan, bukannya kita memang merindukan kehadiran anak untuk keluarga kita bukan?""Jadi apa salahnya Davin? Disini kita tidak saling merugikan, kita justru saling membantu satu sama lain. Dia kita bantu untuk menyelesaikan masalah ekonominya, dan kita pun akan mendapatkan anak kita," ucap Devina panjang lebar. Dia kembali berusaha untuk meyakinkan Suaminya."Tapi dia tak benar-benar menginginkannya Devina. Dia hanya akan terpaksa untuk tidur dengan ku, karena kau mengancamnya!" debat Kelvin."Lalu bagaimana dengan mu? Apa untuk tidur dengan gadis itu, kau harus menginginkannya lebih dulu? Atau kau harus menyukainya dulu?" Devina membalik keadaan."Jangan gila Devina! Itu tak akan mungkin!""Aku tak akan pernah bisa melihat wanita lain selain dirimu sayang," lirih Kelvin sambil memegangi kedua bahu Devina, lalu memeluknya dengan begitu erat."Baiklah... yang pasti, kau urus benar-benar gadis itu. Karena aku tidak mau repot dengan arogansinya," ucap Kelvin yang lagi-lagi mengalah pada istrinya Devina."Kau tenang saja, aku akan mengurus gadis itu. Hingga dia benar-benar siap untuk kau datangi." Devina berhasil meyakinkan Kelvin, dan dia kembali mengukir senyumannya dengan sorot mata di penuhi binar kebahagiaan. * * * * *"Halo ... Arsyana. Kau kemana saja? Kenapa tidak pulang ke rumah? Dan kenapa hari ini kau tidak kuliah? Aku bahkan ke rumah sakit, tapi kata suster, kau sama sekali belum mengunjungi ibumu hari ini. Kau dimana Arsyana?" tanya Karin mencecar Arsyana di sambungan telepon mereka berdua."A--aku, aku ada urusan di luar kota Karin," jawab Arsyana tergagap.Tiba-tiba saja, Arsyana langsung teringat akan ancaman dari Devina. Kalau wanita itu melarang Arsyana untuk memberitahukan siapapun kesepakatan mereka, termasuk pada sahabatnya Karin dan juga ayahnya Karin, yaitu Hilton.Karena sebelumnya, Karin memang tinggal bersama di rumah Karin. Dan Hilton, kakak laki-laki Devina juga sangat menyayangi Karin sama seperti halnya dia menyayangi Karin putri kandungnya."Apa maksudmu urusan di luar kota? Kenapa kau tak memberitahu ku sebelumnya Arsya? Kau tahu? Aku dan ayah ku sangat mencemaskan mu!" cecar Karin kembali semakin khawatir bercampur panik mengenai Arsyana."Karin ... tenanglah, aku disini baik-baik saja. Aku di sini hanya mengurus pekerjaan yang di tinggalkan ayah ku, jadi mau tidak mau aku harus segera pergi untuk mengurus. Setidak, aku bisa membayar biaya pengobatan ibuku, serta mencicil hutang-hutang ayahku," sanggah Arsyana berusaha membuat yakin sahabatnya Karin."Apa yang sebenarnya kau kerjakan di sana Arsya?" tanya Karin penasaran.“Seandainya, aku bisa memberitahukan mu Karin. Aku saat ini sedang menggadaikan rahim ku sendiri, agar aku bisa mendapatkan banyak uang untuk biaya pengobatan ibu dan juga membayar hutang-hutang ayah.” Arsyana menghela nafasnya dengan berat seraya membatin.Dia tak menjawab pertanyaan sahabatnya Karin. Arsyana justru malah luput di dalam pemikirannya sendiri.“Arsyana! Kenapa kau diam saja?” bentak Karin dari balik telepon.“Ah, Ka--karin ... aku harus segera mnutup teleponya, nanti ku telepon lagi oke.” Arsyana dengan cepat mengakhiri panggilan teleponya dengan Karin, karena dia melihat kedatangan Devina dengan Kelvin ke kamarnya.“Siapa yang ku telepon?” tanya Devina menyelidik.“Siapa lagi? Tentu saja keponakan mu tersayang, Karin!” jawab Arsyana sambil menekan nada bicaranya.“Apa kau sudah gila? Kau memberitahukan keponakan ku?” tanya Devina yang refleks membentak Arsyana.“Ck ... sepertinya kau lah yang gila. Karena kau berpikiran seperti itu,” cetus Arsyana ambil mendecak, namu
Di Kediaman Kelvin Daviandra.Devina baru saja sampai ke rumahnya, dia baru saja pulang untuk menyaksikan prosesi pernikahan suaminya sendiri dengan gadis lain.Dia menghela nafasnya dengan berat. Tiba-tiba merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya, yaitu perasaan kesal. Kesal, karena membayangkan suaminya sendiri tidur dengan wanita lain."Nyonya," sapa Albert asisten pribadi Devina, yang kemana-mana selalu mendampinginya."Albert, tolong bawakan minuman untuk ku," titah Devina pada Sang Asisten."Baik Nyonya," jawab Albert sambil membungkuk penuh hormat.Langkah kaki Devina gontai, namun dia memaksakan diri untuk pergi dan duduk di sebuah single sofa di ruang keluarganya.Rumah megah bak istana itu memang sangat sepi, hingga Devina merasa, kalau hanya dirinya lah yang tinggal di rumah besar itu, dan membuatnya merasa tersiksa karena kesepian.Sementara malam yang semakin larut, para staf dan pelayan di ruma
"Kemarilah, aku bantu untuk membukanya," tawar Kelvin.Lalu dia pun bangkit dari duduknya untuk menghampiri Arsyana."Tidak usah, aku bisa sendiri!" tolak Arsyana dengan ketus."Kau jangan keras kepala, sini!" paksa Kelvin.Dia pun menarik paksa lengan Arsyana, agar tubuhnya berbalik menghadapnya.Arsyana sontak terkesiap saat jarak mereka berdua terlalu dekat untuk saling berhadapan satu sama lain.Keduanya saling berkontak mata, dan mengunci tatapan mereka satu sama lain. Hingga waktu terasa berhenti beberapa saat, di saat keduanya saling menatap.Tiba-tiba dada Arsyana terasa berat, dan nafasnya terasa begitu sesak, pipinya memerah serta terasa panas. Berbarengan dengan detak jantungnya juga yang tiba-tiba berdebar begitu kencang, di saat mereka berdua saling bertatapan.Kelvin melingkarkan satu tangannya ke punggung Arsyana, menyentuh bagian punggungnya, lalu menghentakkannya sekaligus agar Arsyana semakin merapat kepadanya."Apa yang kau lakukan?" tanya Arsyana memekik sakit terke
"Apa kau serius?" tanya Kelvin tak percaya.Wajah Arsyana semakin memerah, dan tertunduk, tak kuat menahan rasa malunya.Kelvin memindai gelagat Arsyana baik-baik, berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau gadis di depannya itu tidak sedang berbohong kepadanya."Tu-tuan... kau tidak berniat untuk melakukannya malam ini,kan?" tanya Arsyana gugup."Memangnya kenapa? Bukannya sekarang malam pengantin kita? Tubuh mu sudah menjadi hak ku,kan?" dalih Kelvin dengan datar."Tapi,-""Cuup.."Tiba-tiba saja Kelvin mengecup bibir Arsyana sekilas, saat Arsyana mendongak untuk membantah Kelvin.Namun justru Arsyana di buat terkejut, dengan ciuman tiba-tiba yang di lakukan Kelvin padanya. Seketika gadis itu terkesiap membeku hingga matanya membulat sempurna menatap Kelvin."Apa itu juga ciuman pertama mu?" tanya Kelvin sambil menyeringai, dan menatap Arsyana dengan penuh arti.Arsyana mengerjap tersada
“Seharusnya kalau kau tak ingin melakukan kesepakatan ini, harusnya kau bilang saja!” seru Kelvin dengan begitu tiba-tiba di saat dia memilih-memilah pakaian tidur untuknya. Mendengar hal itu, Arsyana sontak melirik ke arah Kelvin, dan menatap pria itu dengan matanya yang menyipit. “Kenapa?” tanya Kelvin datar, sambil membalas lirikan Arsyana dengan begitu dingin. “Ti--tidak,” jawab Arsyana singkat dengan begitu canggungnya. “Jika kau mau membatalkan kontrak kita, aku akan bicara dengan istriku nanti. Aku juga tak mau memaksa mu,’ ucap Kelvin kembali masih dengan nada yang datar-datar saja. Lalu pria itu kembali fokus pandangannya ke dalam isi lemari pakaian, dan memilik kembali pakaian yang akan di gunakannya. “Apa kau marah padaku Tuan?” tanya Arsyana mendadak menjadi sangat sungkan sekaligus sopan pada Kelvin. “Hmmm... aku kesal, kenapa aku harus bercinta dengan gadis lain selain istriku. Padahal, aku tak pernah mempermasalahkan kalau kami memiliki anak atau tidak,” paparnya
Kelvin begitu puas setelah dia berhasil menggagahi Arsyana malam itu. Dan efek dari pengaruh obat perangsang yang di bubuhi pelayan suruhan Devina, membuatnya lepas kendali, dan sempat melakukannya dengan kasar di saat Arsyana beberapa kali berusaha berontak dalam kungkungannya.Arsyana tertidur lelap, karena tubuhnya terlalu lelah, atas gempuran yang di lakukan Kelvin kepadanya begitu juga dengan Kelvin, dia pun hanyut dalam pelepasan hormon endorfin ke seluruh tubuhnya, di saar dia begitu puas dengan pelepasan setelah menyalurkan seluruh hasratnya pada Arsyana.Dan dia pun ikut lelap di dalam tidurnya yang membahagiakan di malam itu. * * * * *Keesokan Paginya.Arsyana bangun lebih dulu di pagi itu, dan dia merasakan tubuhnya terasa remuk karena Kelvin terlalu kasar cara bermainnya semalam. Bahkan, gadis itu merasakan nyeri bercampur perih di daerah intinya.Arsyana bangkit dari tidurnya, sambil menarik selimut untuk menutup
Di Rumah Tempat Arsyana Tinggal.Kelvin tampak sedang santai di ruang kerja sementaranya di rumah itu. Dia yang di haruskan tinggal bersama Arsyana, sampai gadis itu benar-benar di nyatakan hamil anaknya. Kelvin tak di perbolehkan oleh Devina untuk pulang ke rumah mereka.Karena Devina tahu, sebesar apa cinta suaminya untuknya. Maka dari itu, Devina menyisipkan aturan itu di dalam kesepakatan yang sudah di sepakati mereka.Agar, Kelvin tidak goyah karena terpengaruh oleh cintanya terhadap Devina. Sementara Devina, dia ingin segera menerima kabar kehamilan Arsyana. Agar dia bisa menaikan kembali harga dirinya di hadapan keluarga Daviandra."Davian... kau datanglah kemari, bawa semua berkas-berkas kantor kesini. Alamat akan ku kirimkan padamu. Dan pastikan, kau bawa semua berkas-berkas kantor yang harus ku periksa, dan ku tanda tangani ya," titah Kelvin pada asistennya Davian Alvaro melalui sambungan telepon."Maaf Tuan! Bukannya kau saat ini ada di rumah?" tanya Davian memastikan.Kare
"Tuan, apa aku tidak salah dengar? Kau menikah lagi?" tanya Davian tersentak kaget mendengar semua penjelasan Kelvin kepadanya."Hmmm... Devina terus saja memaksaku, aku tidak bisa lagi menolaknya kali ini," balas Kelvin, dan dia terlihat murung di dalam situasinya saat ini."Lalu, bagaimana dengan gadis itu?" tanya Davian semakin penasaran."Apa lagi? Tentu saja dia harus secepatnya hamil," sahut Kelvin."Iya kau benar tuan. Berarti semua kerjaan kantor mu, harus saya bawa kesini?" tanya Davian yang mulai paham akan situasi Tuannya."Ya... kau bawa semua pekerjaan ku kesini, serta aku membutuhkan semua laporan perkembangan kantor setiap harinya. Dan lagi, tunda semua jadwal pertemuan ku untuk sementara waktu," jawab Kelvin memerintahkan."Baik Tuan, akan saya lakukan!" sahut Davian dengan begitu patuh."Ah, satu lagi--""Iya Tuan?""Kau jenguklah Ibu Arsyana di rumahsakit, dan pantau perkembangannya. Serta apapun yang di perlukan untuk menyembuhkan ibu gadis itu, kau penuhi semuanya,
"Apa?!" pekik Kelvin terkejut mendengar kabar hilangnya Arsyana.Deru napasnya seketika terasa berat. "A--aku, aku tidak bisa kehilangan -nya," ucap Kelvin panik, dan dia langsung bergegas pergi sambil mengeluarkan handphone miliknya untuk menelepon seseorang."Cari! Cari istriku Arsyana sekarang!" teriak Kelvin di telepon. "Temukan dia, di mana pun dia berada, temukan dia secepatnya!" teriaknya lagi begitu emosional."Ada apa?!" tanya Rossalia Ibu Kelvin ikut panik melihat putranya yang terlihat begitu emosional."Arsya--Arsyana menghilang," jawab Kelvin tergagap saking paniknya.Deg!Rossalia mengerjap kaget, matanya terbelalak sempurna menatap sang putra."Kelvin terlihat begitu khawatir dan hancur, apa dia menyukai gadis itu?" batin Rossalia bertanya-tanya sambil menatap putranya."Ibu, aku harus mencari Arsyana. Dia sedang mengandung bayiku saat ini," ucap Kelvin panik, dengan wajah dan matanya memerah.Antara amarah,kesal, khawatir,panik bercampur aduk saat ini.Rossalia langsun
"Davian, kau bawa Arsyana ke rumah Ibu ku," titah Kelvin pada asistennya Davian melalui sambungan telepon mereka."Baik Tuan," Balas Davian patuh.Kelvin berpikir sambil duduk di ruangan kerjanya. Karena dia mulai kembali ke kantor, dan mengambil alih kembali pekerjaan kantor, setelah lebih dari dua bulan tidak masuk kantor.Kali ini beralih Davian yang di berikan tugas olehnya untuk menjaga Arsyana."Ting...."Sebuah pesan masuk ke ponsel Kelvin. Dan dia langsung membaca pesan itu.[Sudah lama kita tidak makan malam bersama. Aku sudah memesan restoran tempat biasa kita kunjungi, kau datanglah....]Pesan singkat dari Devina membuat Kelvin diam dan berpikir. Dia menatap layar ponselnya, dan mengulang-ulang membaca pesan dari Istrinya Devina. [Aku tidak bisa, karena malam ini aku ada acara makan malam dengan ibu.]Kelvin kembali meletakkan ponselnya di atas meja kerja. Dia kembali dengan pekerjaan, memeriksa file dokumen yang terdapat di meja kerjanya. Dan itu harus di tanda tangani o
"Aku tidak bisa membiarkan gadis itu merebut posisiku," geram Devina tertahan."Nyonya, apa tidak sebaiknya saja, kita bereskan gadis itu? Karena, keberadaannya akan semakin mengancam posisimu," usul Albert memberikan saran pada Devina."Tidak, kita tidak boleh gegabah. Gadis itu saat ini sedang hamil, kita tidak bisa membahayakan bayi yang ada di dalam kandungannya," tolak Devina.Dia menghela napasnya dengan sekaligus, berusaha untuk menetralisir rasa marahnya yang kian bergejolak karena pertengkarannya dengan Kelvin sebelumnya.Kelvin yang ingin memberitahukan keluarganya tentang Arsyana, itu di tentang oleh Devina. Hingga keduanya mulai bertengkar, pertengkaran yang jarang sekali terjadi sebelumnya.Sebelumnya, di saat Dia dan Kelvin bertengkar, Kelvin selalu mengalah, bahkan tidak pernah sekalipun pria itu membentaknya. Namun kali ini berbeda, Kelvin sudah berani membentaknya, dan memutuskan sesuatu sesuai kehendaknya sendiri.Tampaknya, menghadirkan Arsyana di dalam kehidupan ru
“Dia harus pindah dari sini,” ujar Devina.“Pindah ke mana maksud Nyonya?” tanya Davian dengan dahinya mengkerut.“Tentu saja ke tempat yang jauh dari sini,” jawab Devina menekankan.“Tidak, Nona Arsya tidak boleh ke mana-mana tanpa seijin Tuan Kelvin,” tolak Davian tegas.“Kau membantahku?” pekik Devina dengan tatapan tajam sempurna.“maaf Nyonya, semuanya harus dibicarakan dahulu dengan Tuan. Karena tanggung jawab saya di sini adalah menjaga Nona Arsya,” jelas Davian menegaskan.“Sialan kau!” pekik Devina merasa kesal.Lalu dia pun keluar dari kamar Arsyana, karena tak bisa mendebat banyak Davian kali ini. Jelas, rencananya untuk memindahkan tempat tinggalnya Arsyana tak akn di setujui oleh Kelvin.“Katakan pada orang kita, untuk lebih mengawasi Arsyana lebih ketat lagi,” titah Devina pada Albert.“Baik Nyonya,” jawab Albert seraya mengangguk patuh.Devina berlalu pergi dari kediaman Arsyana dengan perasaan kesal luar biasa, karena dia merasa kalah telak kali ini dari Arsyana si gadi
Kelvin menarik tangan Devina dengan begitu kasar, untuk membawanya pergi dari tempat itu. Dia membawa Devina ke ruangan kerjanya, agar bisa berbicara dengan Devina berdua serta lebih serius tanpa adanya gangguan dari siapapun. “Apa yang kau tadi Devina? Apa maksud mu dengan melewati batas? Apa kau lupa, kalau kau sendirilah yang menghadirkan Arsyana untuk ku!” cecar Kelvin dengan tatapan menajam sempurna pada istrinya Devina. “Iya, benar, akulah yang mendatangkan gadis itu untuk mu. Tapi dia hanya untuk mengandung bayimu, bukan untuk mendapatkan cintamu Kelvin!” sentak Devina penuh emosi. “Apa kau sudah gila? Apa maksudmu dengan mendapatka cintaku?” bantah Kelvin atas apa yang di lontarkan Devina kepadanya. “Kau pikir aku bodoh Kelvin? Sehingga aku tak tahu apa yang terjadi selama kalian tinggal bersama? Kau pikir aku ini apa hah? Aku berkorban segalanya demi kamu mendapatan penerus dari darahmu sendiri. Tapi apa? Kau justru menikmati setiap malam mu dengan gadis itu!” sentak Devi
Devina mendatangi kediaman Arsyana. Jalanannya begitu elegan, dengan penampilan modis layaknya Nyonya besar berkelas.“Dimana gadis itu?” tanya Devina pada pelayan khusus yang di tetapkan olehnya sebagai informant di tempat Arsyana.“Di-dia ada di gazebo belakang, bersama Tuan,” jawab pelayan itu sambil tertunduk hormat.Devina mendengus kesal, tatapan matanya menajam, dengan gigi gemeretak di sertai kepalan tangannya menguat menahan amarahnya.Albert yang berdiri tepat di belakang Devina, dia menatap pada kepalan tangan wanita itu, dan dapat terbaca olehnya kalau wanita di depannya itu tengah di di penuhi oleh amarah, sekalipun Devina memunggunginya.“Mereka masih bermain-main di belakang ku! Lihat saja pembalasan ku!” geram Devina menahan kesal.Dia pun melangkah masuk dengan letupan emosi yang bergejolak, menahan kuat raa ingin membunuh Arsyana saat itu juga. Namun dia harus tetap bersabar, setidaknya sampai Arsyana melahirkan nanti.“Waah... seperti, pagi yang sangat indah, hangat
Tangisan Arsyana mulai mereda. Gadis itu mulai kembali tenang, dan bermanja ria di pelukan Kelvin."Ambilkan makanan dan obatnya," titah Kelvin pada pelayan."Baik Tuan," sahut pelayan dengan patuh."Arsya, kau harus makan dan minum obat ya," bujuk Kelvin dengan lembut serta memanjakan Arsyana."Hmm.." gumam Arsyana sambil mengangguk pelan.Baik Kelvin maupun Arsyana, keduanya semakin merasa nyaman satu sama lain. Mereka berdua terlihat seperti pasangan suami-isteri pada umumnya, yang saling mencintai, dan seakan mereka melupakan kalau hubungan mereka hanya sebatas kontrak."Arsyana, lain kali tolong jangan seperti ini. Kau dari pagi belum makan, apa kau berniat bunuh diri?" ketus Kelvin mulai kembali bersikap dingin namun tetap perhatian.Arsyana diam, dia menekuk wajahnya, dan memajukan bibirnya membentuk kerucut, sebagai bentuk protesnya pada Kelvin.Sehingga gadis itu justru bukannya membuat Kelvin kesal, tapi merasa gemas karena Arsyana terlihat begitu lucu baginya. “Ayolah Arsy
"Tok... Tok... Tok..."Suara ketukan pintu dari luar kamar Devina, yang sudah dapat di ketahui siapa yang mengetuk pintu kamar itu."Masuklah!" sahut Devina mempersilahkan Albert untuk memasuki kamarnya."Iya Nyonya," ucap Albert yang langsung menyapa Devina sambil membungkuk penuh hormat pada Nyonya Daviandra, tanpa melihat sang Nyonya."Angkat kepalamu," titah Devina dengan datar.Albert pun mengangkat pelan kepalanya sesuai perintah. Dan dia terkejut melihat pemandangan yang di suguhkan Devina kepadanya."Nyo-nyonya...."Albert seketika gelagapan, dan langsung memalingkan pandangannya untuk menghindari melihat Devina.Devina dengan gaun tidurnya yang seksi, dia sengaja menggoda Albert dengan merentangkan kedua kakinya, hingga mengangkang terbuka mengarah pada Albert. Terlihat jelas, bagian intim milik Devina yang hanya terbalutkan dengan G-string tipis, yang berpadu serasi dengan lingerie yang di kenakannya."Kenapa Albert? Apa kau tidak menyukainya? Bukannya kau sudah pernah melih
"Dasar brengsek! Bajingan itu meninggalkan ku begitu saja! Setelah dia mendapatkan segalanya!" umpat Arsyana seraya terisak di dalam kamarnya."Nona... Nona... Tolong buka pintunya Nona Arsya!" teriak seorang pelayan memanggil di luar kamar Arsyana.Arsyana mengabaikan panggilan pelayan itu. Dia tetap saja menangis terisak, merasakan sakit sekaligus kesal pada Kelvin yang pergi begitu saja setelah tahu kehamilannya."Setidaknya dia harusnya berpamitan dulu pada ku! Sekedar basa-basi pun tak apa," Isak gadis itu kembali."Nona... Nona Arsyana! Tolong buka pintunya!" pekik Davian sambil menggedor-gedor pintu dengan panik.Davian serta para pelayan lainnya di buat kalang kabut oleh Arsyana. Karena sedari dia sadar, gadis itu langsung mengurung diri di kamar, dan enggan untuk keluar."Nona Arsyana... saya tahu anda mendengar saya Nona, tolong buka pintunya. Jangan membuat kami cemas! Nona belum makan apapun, belum lagi Nona harus meminum obat dan Vitamin Nona!" teriak Davian kembali dari