Di Rumah Tempat Arsyana Tinggal.Kelvin tampak sedang santai di ruang kerja sementaranya di rumah itu. Dia yang di haruskan tinggal bersama Arsyana, sampai gadis itu benar-benar di nyatakan hamil anaknya. Kelvin tak di perbolehkan oleh Devina untuk pulang ke rumah mereka.Karena Devina tahu, sebesar apa cinta suaminya untuknya. Maka dari itu, Devina menyisipkan aturan itu di dalam kesepakatan yang sudah di sepakati mereka.Agar, Kelvin tidak goyah karena terpengaruh oleh cintanya terhadap Devina. Sementara Devina, dia ingin segera menerima kabar kehamilan Arsyana. Agar dia bisa menaikan kembali harga dirinya di hadapan keluarga Daviandra."Davian... kau datanglah kemari, bawa semua berkas-berkas kantor kesini. Alamat akan ku kirimkan padamu. Dan pastikan, kau bawa semua berkas-berkas kantor yang harus ku periksa, dan ku tanda tangani ya," titah Kelvin pada asistennya Davian Alvaro melalui sambungan telepon."Maaf Tuan! Bukannya kau saat ini ada di rumah?" tanya Davian memastikan.Kare
"Tuan, apa aku tidak salah dengar? Kau menikah lagi?" tanya Davian tersentak kaget mendengar semua penjelasan Kelvin kepadanya."Hmmm... Devina terus saja memaksaku, aku tidak bisa lagi menolaknya kali ini," balas Kelvin, dan dia terlihat murung di dalam situasinya saat ini."Lalu, bagaimana dengan gadis itu?" tanya Davian semakin penasaran."Apa lagi? Tentu saja dia harus secepatnya hamil," sahut Kelvin."Iya kau benar tuan. Berarti semua kerjaan kantor mu, harus saya bawa kesini?" tanya Davian yang mulai paham akan situasi Tuannya."Ya... kau bawa semua pekerjaan ku kesini, serta aku membutuhkan semua laporan perkembangan kantor setiap harinya. Dan lagi, tunda semua jadwal pertemuan ku untuk sementara waktu," jawab Kelvin memerintahkan."Baik Tuan, akan saya lakukan!" sahut Davian dengan begitu patuh."Ah, satu lagi--""Iya Tuan?""Kau jenguklah Ibu Arsyana di rumahsakit, dan pantau perkembangannya. Serta apapun yang di perlukan untuk menyembuhkan ibu gadis itu, kau penuhi semuanya,
"Maafkan saya ibu," balas Devina sambil menunduk hormat pada ibu mertuanya yang tampak menyeramkan itu."Rumah ini semakin sepi saja Devina. Lalu bagaimana tidakan mu untuk memberikan penerus keluarga ku? Keluarga ku tak bisa terputus begitu saja, hanya karena wanita mandul seperti mu!" ketus Nyonya Rossalia menghina Devina.Devina seketika menggeretakan giginya, di menahan kuat emosinya atas hinaan mertuanya. Kedua tangannya mengepal keras, dengan wajahnya yang mulai memerah padam."Ibu tenang saja, saya sudah menemukan solusinya," balas Devina dengan sedikit gemetar, karena merasa tak kuat mengontrol emosinya."Solusi? Solusi apa maksudmu?" tanya Nyonya Rossalia seraya menatap ragu namun merasa penasaran akan maksud dari menantunya itu."Kelvin sebentar lagi akan memilik anaknya sendiri, darah dagingnya sendiri, keturunan asli milik kalian!" jawab Devina dengan tegas, dan dia mengumpulkan segenap keberaniannya untuk mengangkat wajah dan menatap sang ibu mertua."Ck... apa kau sedang
Di Perjalanan Menuju Rumah Sakit Jiwa. “Seharusnya kau pergi saja sendiri ke rumah sakit, kenapa harus meminta ijinku?” tanya Kelvin yang menggerutu kesal karena dia harus mengantarkan Arsyana ke rumah sakit. “Bukannya sudah tertulis di kontrak kita, kalau aku tak boleh keluar tanpa ijin, ataupun tanpa pengawalan,kan?” sanggah Arsyana dengan santai. “Aku benar-benar seperti suami mu saja!” ketus Kelvin sambil menekuk wajahnya kesal. “Aarrhh... sepertinya kau lupa, kalau kita memang suami istri, meskipun secara kontrak!” gerutu Arsyana mendebat. Seketika Kelvin pun terdiam, dia tak lagi bisa menimpali perkataan Arsyana kali ini. Gadis itu terlalu pintar berdebat, sehingga Kelvin seringkali di buat kalah telak olehnya. “Terserahlah...” Kelvin kembali pasrah dan mengalah, tanpa mau meladeni Arsyana untuk berdebat. Arsyana tersenyum senang, dia begitu puas karena bisa menang dari Kelvin. Sekalipun Kelvin sikapnya terkesan sangat dingin dan cuek, namun Arsyana dapat merasakan kalau p
Setelah menjenguk ibu Arsyana, mereka kembali pergi meninggalkan rumah sakit.“Apa kau sudah memesanka hotel?” tanya Kelvin yang kembali mengingatkan Davian.“Sudah Tuan!” jawab Davian sambil mengangguk hormat.“Apa kau serius? Kenapa tidak pulang ke rumah saja?” protes Arsyana dengan cepat.“Aku bosan dengan suasana di sana, itu membuatku merasa sesak, karena teringat akan terkurung di sana sekiranya 1-2 bulan,” jawab Kelvin datar.“Tuaaaann...”“Ku mohon!” rengek Arsyana memohon dengan manja.Seketika Kelvin langsung menelan salivanya sendiri, di semakin tak tahan dengan sikap Arsyana. Namun, kali ini sikapnya buka lagi membuatnya kesal. Melainkan membuatnya merasa gemas, karena Arsyana terlihat begitu menggemaskan baginya.“Arsyana,” ucap Kelvin tertahan, dengan rahangnya terlihat semakin menegas.“Hmmm..” gumam Arsyana sambil menatap ragu pada Kelvin.“Berhentilah memprotes!”“Karena, kau justru membuatku semakin kesal saja!” tekan Kelvin menekankan.“Ta--tapi... hemmpt,”Kelvin
Kelvin keluar dari kamar mandi, begitu dia selesai mandi. Dan masih mendapati Arsyana sedang menekuk wajahnya, duduk tak bergeming di posisinya sebelumnya, di pinggiran tempat tidur. Kelvin menghela nafasnya dengan berat, lalu memutar bola matanya begitu malas. Dia rasanya kehabisan energi untuk menghadapi sikap Arsyana, yang sering kali menjadi pemicu hilangnya kesabarannya, namun juga Kelvin sering kali justru melunak pada gadis itu. “Apakah kau akan terus merajuk seperti itu?” tanya Kelvin dengan santai, sambil melangkah menuju salah satu kursi di kamar hotel itu, lalu menuangkan minumannya yang terdapat di meja samping kursi. Arsyana diam tak menjawab, bahkan dia menoleh pun tidak pada Kelvin. Kelvin kembali menghela nafasnya dengan kasar, lalu dia menyesap minumannya yang merupakan sebuah wine mahal berjenis Domaine de la Romanee Conti 1990. Salah satu wine mahal, yang menjadi favorit para kaum sultan seperti Kelvin. Pria itu menikmati minumannya, sambil menatap Arsyana. Me
Karena tak mendapati sahutan dari Kelvin, dengan gerakan ragu Arsyana mulai meraih knok pintu kamar mandi untuk membukanya."Hah... pria itu benar-benar menyebalkan!" gerutu Arsyana sambil membuka pintu kamar mandi untuk mengintip keluar.Begitu pintu terbuka, kepala Arsyana mulai mengintip keluar kamar mandi. Matanya sontak terbelalak di saat pandangannya tertuju pada satu sisi, di mana sesosok pria tinggi atletis dengan dada bidang, di sertai otot-otot perutnya yang terbentuk begitu sempurna, dengan hanya selembar handuk putih melilit di pinggang bawahnya."Aaaaaaaa...."Arsyana kembali menjerit dan langsung akan menutup pintu kamar mandinya kembali. Namun, dengan cepat Kelvin menahan pintu dengan satu tangan kekarnya."Kau menjebak ku!" pekik Arsyana menjerit dari dalam."Sebaiknya kau menyerah saja Arsya, karena aku sudah melihat semuanya," titah Kelvin dengan begitu santai.Namun tidak dengan tangan kekarnya yang menahan pintu agar tidak tertutup, hingga otot-otot tangannya menge
Dua bulan berlalu. Kelvin dan Arsyana menghabiskan kebersamaan mereka berdua selama dua bulan terakhir ini. Tanpa mereka sadari, kalau arah kebersamaan mereka mulai berubah haluan. Yang tadinya mereka bersama karena sebatas kesepakatan di kontrak mereka, namun lama-kelamaan keduanya menjalani hidup bersama menjadi sebuah kebiasaan yang mulai membuat nyaman satu sama lain. Kelvin mulai terbiasa dan nyaman dengan bersamanya dia dengan Arsyana. Bahkan, dia pun mulai memperlakukan Arsyana dengan sangat baik, juga begitu perhatian terhadap istri kontraknya itu. Makan bersama, nonton tivi bersama, tidur bersama, bahkan Arsyana membantu Kelvin untuk menyelesaikan pekerjaannya, di setiap kali Davian datang dengan membawa seabreuk dokumen yang harus di serahkannya kepada sang CEO Kelvin. “Kemarilah, kita sarapan di halaman belakang,’ ajak Kelvin pada Arsyana. “Ayolah Tuan! Aku malas sekali keluar, di luar sepertinya cuacanya dingin,” tolak Arsyana merngek manja. “Apa kau serius? Cuaca pag
"Apa?!" pekik Kelvin terkejut mendengar kabar hilangnya Arsyana.Deru napasnya seketika terasa berat. "A--aku, aku tidak bisa kehilangan -nya," ucap Kelvin panik, dan dia langsung bergegas pergi sambil mengeluarkan handphone miliknya untuk menelepon seseorang."Cari! Cari istriku Arsyana sekarang!" teriak Kelvin di telepon. "Temukan dia, di mana pun dia berada, temukan dia secepatnya!" teriaknya lagi begitu emosional."Ada apa?!" tanya Rossalia Ibu Kelvin ikut panik melihat putranya yang terlihat begitu emosional."Arsya--Arsyana menghilang," jawab Kelvin tergagap saking paniknya.Deg!Rossalia mengerjap kaget, matanya terbelalak sempurna menatap sang putra."Kelvin terlihat begitu khawatir dan hancur, apa dia menyukai gadis itu?" batin Rossalia bertanya-tanya sambil menatap putranya."Ibu, aku harus mencari Arsyana. Dia sedang mengandung bayiku saat ini," ucap Kelvin panik, dengan wajah dan matanya memerah.Antara amarah,kesal, khawatir,panik bercampur aduk saat ini.Rossalia langsun
"Davian, kau bawa Arsyana ke rumah Ibu ku," titah Kelvin pada asistennya Davian melalui sambungan telepon mereka."Baik Tuan," Balas Davian patuh.Kelvin berpikir sambil duduk di ruangan kerjanya. Karena dia mulai kembali ke kantor, dan mengambil alih kembali pekerjaan kantor, setelah lebih dari dua bulan tidak masuk kantor.Kali ini beralih Davian yang di berikan tugas olehnya untuk menjaga Arsyana."Ting...."Sebuah pesan masuk ke ponsel Kelvin. Dan dia langsung membaca pesan itu.[Sudah lama kita tidak makan malam bersama. Aku sudah memesan restoran tempat biasa kita kunjungi, kau datanglah....]Pesan singkat dari Devina membuat Kelvin diam dan berpikir. Dia menatap layar ponselnya, dan mengulang-ulang membaca pesan dari Istrinya Devina. [Aku tidak bisa, karena malam ini aku ada acara makan malam dengan ibu.]Kelvin kembali meletakkan ponselnya di atas meja kerja. Dia kembali dengan pekerjaan, memeriksa file dokumen yang terdapat di meja kerjanya. Dan itu harus di tanda tangani o
"Aku tidak bisa membiarkan gadis itu merebut posisiku," geram Devina tertahan."Nyonya, apa tidak sebaiknya saja, kita bereskan gadis itu? Karena, keberadaannya akan semakin mengancam posisimu," usul Albert memberikan saran pada Devina."Tidak, kita tidak boleh gegabah. Gadis itu saat ini sedang hamil, kita tidak bisa membahayakan bayi yang ada di dalam kandungannya," tolak Devina.Dia menghela napasnya dengan sekaligus, berusaha untuk menetralisir rasa marahnya yang kian bergejolak karena pertengkarannya dengan Kelvin sebelumnya.Kelvin yang ingin memberitahukan keluarganya tentang Arsyana, itu di tentang oleh Devina. Hingga keduanya mulai bertengkar, pertengkaran yang jarang sekali terjadi sebelumnya.Sebelumnya, di saat Dia dan Kelvin bertengkar, Kelvin selalu mengalah, bahkan tidak pernah sekalipun pria itu membentaknya. Namun kali ini berbeda, Kelvin sudah berani membentaknya, dan memutuskan sesuatu sesuai kehendaknya sendiri.Tampaknya, menghadirkan Arsyana di dalam kehidupan ru
“Dia harus pindah dari sini,” ujar Devina.“Pindah ke mana maksud Nyonya?” tanya Davian dengan dahinya mengkerut.“Tentu saja ke tempat yang jauh dari sini,” jawab Devina menekankan.“Tidak, Nona Arsya tidak boleh ke mana-mana tanpa seijin Tuan Kelvin,” tolak Davian tegas.“Kau membantahku?” pekik Devina dengan tatapan tajam sempurna.“maaf Nyonya, semuanya harus dibicarakan dahulu dengan Tuan. Karena tanggung jawab saya di sini adalah menjaga Nona Arsya,” jelas Davian menegaskan.“Sialan kau!” pekik Devina merasa kesal.Lalu dia pun keluar dari kamar Arsyana, karena tak bisa mendebat banyak Davian kali ini. Jelas, rencananya untuk memindahkan tempat tinggalnya Arsyana tak akn di setujui oleh Kelvin.“Katakan pada orang kita, untuk lebih mengawasi Arsyana lebih ketat lagi,” titah Devina pada Albert.“Baik Nyonya,” jawab Albert seraya mengangguk patuh.Devina berlalu pergi dari kediaman Arsyana dengan perasaan kesal luar biasa, karena dia merasa kalah telak kali ini dari Arsyana si gadi
Kelvin menarik tangan Devina dengan begitu kasar, untuk membawanya pergi dari tempat itu. Dia membawa Devina ke ruangan kerjanya, agar bisa berbicara dengan Devina berdua serta lebih serius tanpa adanya gangguan dari siapapun. “Apa yang kau tadi Devina? Apa maksud mu dengan melewati batas? Apa kau lupa, kalau kau sendirilah yang menghadirkan Arsyana untuk ku!” cecar Kelvin dengan tatapan menajam sempurna pada istrinya Devina. “Iya, benar, akulah yang mendatangkan gadis itu untuk mu. Tapi dia hanya untuk mengandung bayimu, bukan untuk mendapatkan cintamu Kelvin!” sentak Devina penuh emosi. “Apa kau sudah gila? Apa maksudmu dengan mendapatka cintaku?” bantah Kelvin atas apa yang di lontarkan Devina kepadanya. “Kau pikir aku bodoh Kelvin? Sehingga aku tak tahu apa yang terjadi selama kalian tinggal bersama? Kau pikir aku ini apa hah? Aku berkorban segalanya demi kamu mendapatan penerus dari darahmu sendiri. Tapi apa? Kau justru menikmati setiap malam mu dengan gadis itu!” sentak Devi
Devina mendatangi kediaman Arsyana. Jalanannya begitu elegan, dengan penampilan modis layaknya Nyonya besar berkelas.“Dimana gadis itu?” tanya Devina pada pelayan khusus yang di tetapkan olehnya sebagai informant di tempat Arsyana.“Di-dia ada di gazebo belakang, bersama Tuan,” jawab pelayan itu sambil tertunduk hormat.Devina mendengus kesal, tatapan matanya menajam, dengan gigi gemeretak di sertai kepalan tangannya menguat menahan amarahnya.Albert yang berdiri tepat di belakang Devina, dia menatap pada kepalan tangan wanita itu, dan dapat terbaca olehnya kalau wanita di depannya itu tengah di di penuhi oleh amarah, sekalipun Devina memunggunginya.“Mereka masih bermain-main di belakang ku! Lihat saja pembalasan ku!” geram Devina menahan kesal.Dia pun melangkah masuk dengan letupan emosi yang bergejolak, menahan kuat raa ingin membunuh Arsyana saat itu juga. Namun dia harus tetap bersabar, setidaknya sampai Arsyana melahirkan nanti.“Waah... seperti, pagi yang sangat indah, hangat
Tangisan Arsyana mulai mereda. Gadis itu mulai kembali tenang, dan bermanja ria di pelukan Kelvin."Ambilkan makanan dan obatnya," titah Kelvin pada pelayan."Baik Tuan," sahut pelayan dengan patuh."Arsya, kau harus makan dan minum obat ya," bujuk Kelvin dengan lembut serta memanjakan Arsyana."Hmm.." gumam Arsyana sambil mengangguk pelan.Baik Kelvin maupun Arsyana, keduanya semakin merasa nyaman satu sama lain. Mereka berdua terlihat seperti pasangan suami-isteri pada umumnya, yang saling mencintai, dan seakan mereka melupakan kalau hubungan mereka hanya sebatas kontrak."Arsyana, lain kali tolong jangan seperti ini. Kau dari pagi belum makan, apa kau berniat bunuh diri?" ketus Kelvin mulai kembali bersikap dingin namun tetap perhatian.Arsyana diam, dia menekuk wajahnya, dan memajukan bibirnya membentuk kerucut, sebagai bentuk protesnya pada Kelvin.Sehingga gadis itu justru bukannya membuat Kelvin kesal, tapi merasa gemas karena Arsyana terlihat begitu lucu baginya. “Ayolah Arsy
"Tok... Tok... Tok..."Suara ketukan pintu dari luar kamar Devina, yang sudah dapat di ketahui siapa yang mengetuk pintu kamar itu."Masuklah!" sahut Devina mempersilahkan Albert untuk memasuki kamarnya."Iya Nyonya," ucap Albert yang langsung menyapa Devina sambil membungkuk penuh hormat pada Nyonya Daviandra, tanpa melihat sang Nyonya."Angkat kepalamu," titah Devina dengan datar.Albert pun mengangkat pelan kepalanya sesuai perintah. Dan dia terkejut melihat pemandangan yang di suguhkan Devina kepadanya."Nyo-nyonya...."Albert seketika gelagapan, dan langsung memalingkan pandangannya untuk menghindari melihat Devina.Devina dengan gaun tidurnya yang seksi, dia sengaja menggoda Albert dengan merentangkan kedua kakinya, hingga mengangkang terbuka mengarah pada Albert. Terlihat jelas, bagian intim milik Devina yang hanya terbalutkan dengan G-string tipis, yang berpadu serasi dengan lingerie yang di kenakannya."Kenapa Albert? Apa kau tidak menyukainya? Bukannya kau sudah pernah melih
"Dasar brengsek! Bajingan itu meninggalkan ku begitu saja! Setelah dia mendapatkan segalanya!" umpat Arsyana seraya terisak di dalam kamarnya."Nona... Nona... Tolong buka pintunya Nona Arsya!" teriak seorang pelayan memanggil di luar kamar Arsyana.Arsyana mengabaikan panggilan pelayan itu. Dia tetap saja menangis terisak, merasakan sakit sekaligus kesal pada Kelvin yang pergi begitu saja setelah tahu kehamilannya."Setidaknya dia harusnya berpamitan dulu pada ku! Sekedar basa-basi pun tak apa," Isak gadis itu kembali."Nona... Nona Arsyana! Tolong buka pintunya!" pekik Davian sambil menggedor-gedor pintu dengan panik.Davian serta para pelayan lainnya di buat kalang kabut oleh Arsyana. Karena sedari dia sadar, gadis itu langsung mengurung diri di kamar, dan enggan untuk keluar."Nona Arsyana... saya tahu anda mendengar saya Nona, tolong buka pintunya. Jangan membuat kami cemas! Nona belum makan apapun, belum lagi Nona harus meminum obat dan Vitamin Nona!" teriak Davian kembali dari