Happy Reading Semuanya!
Rangga memperhatikan sang istri yang kelelahan di atas sofa ruang tamu dengan wajah sembab nya, tangannya mengusap lembut pipi Irene yang kini berjalan memeluknya erat dan menyembunyikan wajahnya tepat pada dada bidang miliknya. Lelaki itu hampir tidak bisa bernafas melihat kelakuan sang istri yang seperti ini.
Tangannya mengendurkan pelukan dari istrinya saat ini, ia tidak tahu apa yang terjadi saat ini. Tapi ada satu hal yang penting untuk ia tanyakan.
“Irene, kamu sudah makan?” tanya Rangga
“Euhm ... saya sudah makan ayam tadi, tapi memangnya saya enggak boleh peluk Mas ya? Mas enggak suka di peluk sama saya? Padahal saya lagi mau manja karena keinginan janin yang ada di perut saya," Rangga tersenyum tipis.
"Enggak apa-apa, mas hanya kaget karena kamu tiba-tiba begini." Usapan dari tangan Rangga membuat bibir Irene cemberut, "Dari tadi saya tahan mual karena enggak ada Mas di sekitar saya. Jangan pergi d
Happy Reading Semuanya! Rangga menatap jengah perempuan yang ada di depannya itu, entah harus ke berapa kalinya ia harus mengatakannya pada Mira kalau ia tidak ingin diganggu ketika bersama dengan Irene. Apakah tatapan tidak sukanya masih menjadi harapan Mira untuk ia tetap berada di sini. Bahkan sekarang ini ia tidak tertarik pada pakaian Mira di depannya, walaupun sudah menggunakan pakaian yang cukup menggairahkan. Dunianya sudah terpaku pada Irene. “Kamu memang sangat susah untuk di pahami ya? Sudah saya bilang jangan mendekati Irene selama dia hamil atau apapun itu, entah alasan itu penting atau enggak. Saya mohon jangan mendekati Irene, dia banyak menderita bukan hanya kamu. Kehamilan Irene saat ini menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk keluarga saya dan kamu tahu itu Mira!” Perempuan muda dengan nama Mira tampak meremas dress panjang yang dikenakannya saat ini, memang apa salahnya dirinya mengunjungi sang suami ke ruangannya di Kantor
Happy Reading Semuanya!Untuk saat ini, hal yang bisa percayai sebagai tempat bercerita dan orang yang memihaknya adalah keluarganya. Tidak ada lagi. Wajahnya yang kusut sudah menjelaskan bahwa ia sedang merasakan sedih dan tentu menjadi pusat perhatian keluarganya saat ini."Kamu kenapa Nak,"Matanya berlinang dan menahan tangis, ia kembali mengingat dimana suaminya mengusirnya hanya demi Irene. Jika tidak karena dirinya mana mungkin lelaki itu bisa menikah dengan adiknya, tapi adiknya juga termasuk bagian yang paling dibenci olehnya karena sudah merusak kebahagian dan mencuri suaminya.Tangan sang ayah tampak mengusap lembut wajahnya, tentu siapa yang tidak khawatir melihat anaknya kembali ke rumah dalam keadaan bersedih seperti ini bahkan marah."Bilang sama Papa, kamu kenapa? Apakah ada yang menjahati kamu?"Ira yang sedang melipat baju mendengar nada suara khawatir dari suaminya dengan cepat menuju sumber suara dan memperhatikan a
Happy Reading Semuanya! Diam. Hanya itu yang bisa Irene lakukan saat ini, tidak ada yang bisa ia lakukan selain memandang ketiga temannya. Mereka semua tampak sibuk membicarakan lelaki yang mereka temui di club malam. Ia tidak senakal itu hingga datang kesana, ayahnya memberikan jam waktu yang ketat dan tentu saja Rangga juga begitu. Selama ia hidup, Irene sama sekali tidak pernah datang kesana. Kisah menggairahkan, ramai, dan semacamnya. Tidak pernah Irene rasakan kecuali mendengarkan perkataan mereka, kalau seandainya ia diizinkan masuk kedalam club, mungkin ia bisa menimpali perkataan dari teman-temannya itu. Sekarang ia sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi setidaknya Irene bersyukur karena Rangga tidak mengekangnya dalam pertemanan, sang suami hanya mengekangnya kalau ia pergi bertemu dengan kekasihnya saja. Hanya itu letak kecemburuan dari Rangga yang tidak bisa Irene rubah. “Lo kenapa diam saja?” tanya Zara Kedua temannya kompak menatap Irene yang hanya memandang b
Happy Reading Semuanya!“Ge, istri kamu kenapa?” tanya Bayu sembari memperhatikan sang menantu tampak menahan tangis dan marah bergabung menjadi satu.“Mau kue cubit, tapi enggak ketemu selama perjalanan tadi. Katanya biasanya suka ada yang jual di pinggir jalan dekat dengan sekolah dasar, tapi pas sampai sana ternyata habis. Makanya Irene jadi begitu,” sahut Rangga sembari memperhatikan wajah cantik sang istri yang hanya melengkung ke bawah."Memang kamu enggak coba cari di online food? Teknologi canggih dan kamu bisa mendapatkannya dengan mudah." Rangga mengangguk membenarkan ayahnya."Papi pikir anak ayah ini bodoh? Tanya saja dengan menantu Papi, dia mau lihat secara langsung pembuatannya di depan mata dan lebih parahnya Rangga yang harus masak, tadi juga sudah di cek kalau tokonya kebanyakan tutup dan sudah ready tinggal kirim. Ribet pokoknya sama bumil satu itu," jawab Rangga sembari tersenyum kaku.Nia yang mend
Happy Reading Semuanya!Hidup Irene memang perlahan tenang, tidak ada yang menganggunya termasuk keluarganya. Irene tidak ingin mempertanyakan kenapa, tapi yang jelas ia sudah hidup lebih tenang sekarang ini. Kalau diingat kembali sudah beberapa minggu ini memang sang kakak tidak mengganggunya lagi dan orang tuanya juga tidak lagi mengusik kehidupannya dengan Rangga, tapi entah mengapa keluarganya tiba-tiba muncul di hadapan mereka dan di rumah besar keluarga Rangga. Di saat posisi Irene mulai merasa nyaman tanpa kehadiran keluarganya, kenapa mereka malah datang dan merusak lagi. Apa lagi yang di inginkan oleh mereka sebenarnya.Rangga sudah memasang wajah datar dan bersiap untuk melindungi Irene yang sudah berubah, ia tahu jika Irene tidak menginginkan kehadiran keluarganya sementara waktu tetapi untuk saat ini yang ia lakukan hanya menyaksikan bagaimana keluarga mertuanya melakukannya.“Ini minum jamu penguat kandungan, kakak dengar ini bagus untuk janin
Happy Reading Semuanya!"Pa... aku lelah, aku sangat lelah dengan kehidupan aku. Bagaimana Papa akan menanggungnya?"Mira menghampiri sang adik dan menggeleng, ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terjadi dan mungkin saja membuat peluangnya menjadi dekat dengan Rangga semakin sulit, Mira tidak ingin itu terjadi. Tatapan matanya menatap tangannya yang dilepas oleh Irene, adiknya seolah tidak ingin di sentuh oleh adiknya."Kenapa yang ada dipikiran Papa hanya ada kak Mira? Sejak dulu bahkan sampai sekarang?" lanjut Irene.Dada Irene terasa sesak menghadapi itu semuanya, tangannya semakin erat dalam genggaman Rangga. Orang yang bisa memberikannya kekuatan untuk saat ini. Bagaimana bisa ia mempunyai orang yang seperti ini."Kamu berani sama orang tua?" tanya sang ayah sembari menatap marah Irene di depannya.Bibir Irene tersenyum kecut, dari dulu bahkan sampai sekarang ayahnya tidak pernah berubah dan masih tetap sama."A
Happy Reading Semuanya!Rangga menatap nanar Irene yang terpasang selang infus dan di pasang alat pernafasan di hidungnya, tangannya meraih tangan kecil Irene dan mengecupnya lembut. Rangga tidak akan lalai dalam menjaga sang istri dan anak di dalam kandungan Irene.Bohong kalau Bayu tidak melihat tatapan khawatir pada sang anak, sampai saat ini pun tidak ada yang pernah mengerti dengan maksud dan tatapan Rangga. Anaknya menikah dengan Mira padahal yang lelaki itu cintai adalah adiknya. Rangga mempersulit dirinya sendiri dan sekarang sudah berjalan begitu saja.“Sudah kamu jangan terlalu khawatir. Irene hanya perlu bed rest sampai kandungannya menguat, saat ini Irene sedang stress dan banyak pikiran. Papi sudah siapkan villa untuk kamu istirahat dengan Irene sampai keadaan istri kamu pulih,”“Terima kasih Papi,” ucap Rangga“Mami kamu juga sudah istirahat di rumah dan jangan khawatir, kamu bisa pergi ke villa mal
Happy Reading Semuanya! Risky memainkan ponselnya sembari menunggu kabar dari sang kekasih yang menghilang begitu saja selama hampir seminggu ini, apakah ini semua karena suaminya melarang Irene untuk berhubungan dengan dirinya? Risky tidak ingin berpisah dengan Irene. Batang hidung keberadaan sang kekasih juga tidak terlihat di Kampus di mana Irene menuntut ilmu, ayolah ia khawatir dengan perempuan belahan jiwanya. “Erika! Lo tahu ke mana perginya Irene?” tanya Risky “Lo pikir gue Ibunya? Gue juga enggak tahu dia ada di mana. Irene sibuk dengan dunianya sendiri, tadinya gue pikir lo culik dia terus mau bikin Risky junior." Erika terdiam setelah mengucapkan kalimat barusan, tatapan matanya penuh selidik pada lelaki yang ada di depannya itu. "Eh... tapi lo benar enggak culik dia habis itu di masukkin ke barak, kan?” Risky memutar matanya malas mendengar perkataan dari Erika barusan. Hanya otak Erika yang tidak waras di pertemanan Irene. “