“Apakah kau bisa melakukannya?”“Kau meragukanku?” tanya Bara balik, sedikit tersinggung dengan kalimat Amora yang seolah tengah meragukan kemampuannya.Amora menggeleng cepat. “Tidak ... maksudku sudah terlalu banyak cara aku lakukan untuk menyingkirkan wanita itu namun semua hasilnya nihil. Sean sama sekali tidak akan melepaskan Valerie, begitupun wanita licik itu sangat pandai dalam mempengaruhi Sean untuk terus berpihak padanya.”Bara langsung tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan Amora yang tidak mampu menyingkirkan wanita itu. “Kau sangat tahu aku, bukan? Aku bisa melakukan sesuatu yang kau pun tidak bisa sangka-sangka. Dan aku yakin sekali Sean akan langsung meninggalkan wanita itu seperti keinginanmu.”Amora tersenyum senang. “Aku akan sangat berterima kasih jika kau benar-benar bisa melakukan itu untukku, Bara.”Tentu saja Amora tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya mendengar Bara berniat membantunya untuk melakukan sesuatu agar Valerie dan Sean segera berpisah. Bagai
Sean dan Valerie tiba di penthouse saat hari sudah berubah malam. Perjalanan dari rumah orang tuanya memakan waktu yang cukup lama karena berhubung mereka mampir ke makam ibu Valerie untuk menyalurkan kerinduan.Alhasil, mereka tiba saat sudah malam hari. Setelah memarkir mobilnya di basement Sean berniat turun dari mobil tetapi sebelum itu ia menoleh ke samping di mana Valerie yang sejak meninggalkan rumah orang tuanya terlihat berbeda, begitu murung dan tidak seceria biasanya.Senyum Sean langsung terbit saat mendapati ternyata Valerie sudah tertidur begitu pulas bahkan tidak menyadari kalau mereka sudah sampai di penthouse. Saking fokusnya ia mengemudi, Sean sampai tidak menyadari kalau Valerie di sampingnya sudah tertidur.“Kau sudah tertidur rupanya, Sayang,” bisik Sean senang mendapati wajah damai Valerie saat tertidur.Tanpa membuang waktu lama, Sean segera turun dari mobil. Ia harus segera membawa Valerie ke kamar agar wanita itu bisa beristirahat dengan nyaman.Dengan gerakan
Sudah hampir setengah jam Valerie berada di dalam kamar mandi dan belum ada tanda-tanda ia akan segera keluar. Bahkan suara gemericik air yang menandakan wanita itu tengah mandi pun tidak terdengar.Hal itu membuat Sean semakin panik dibuatnya. Dia tidak menyusul masuk seperti yang selama ini ia lakukan karena tidak ingin semakin memperkeruh keadaan dan membuat Valerie semakin kesal. Alhasil ia hanya menunggu dengan rasa takut sekaligus khawatir.“Apa yang dia lakukan di dalam sana?” tanya Sean dalam keheningan kamar. Menimbang apakah ia harus mengecek keadaan wanita itu atau tidak, takutnya ada sesuatu yang buruk terjadi dan ia tidak menyadarinya.Karena penasaran dan tidak ingin membuat Valerie sampai celaka karena tidak cepat mengecek keadaannya, Sean segera bergegas menuju depan pintu kamar mandi. Tanpa mengetuk terlebih dahulu ia membuka handle pintu itu namun pergerakannya terhenti saat menyadari pintu itu terkunci dari dalam.Tidak biasanya Valerie mengunci kamar mandi, karena
Sean langsung melepaskan genggaman tangannya di lengan Valerie, tubuhnya terhuyung ke belakang dengan wajah yang sudah berubah pucat pasi. Ia menatap nanar sekaligus terkejut ke arah Valerie setelah mendengar perkataan tersebut.“A—apa?”Meskipun pendengarannya berfungsi dengan jelas dan ia mendengar dengan baik apa yang Valerie katakan tetap saja Sean ingin memastikan kembali dengan apa yang baru saja wanita di hadapannya itu lontarkan.“Aku ... aku melihat kalian,” ulang Valerie kembali dengan nada yang sangat pelan. Ia kemudian menatap Sean dengan tatapan nanar sebelum kembali membuka suara, “ Aku tahu tidak seharusnya aku marah apalagi bersikap seperti ini. Hanya saja setiap menatap wajahmu hanya bayangan kalian berdua yang tengah berciuman terus berputar di kepalaku. Aku ... aku cemburu melihat kemesraan kalian.”Oh Tuhan! Sean hanya bisa menyugar rambutnya dengan kasar. Ia tidak menyangka jika ciuman paksa yang Amora lakukan padanya dilihat oleh Valerie dan membuatnya salah paha
“Hari ini jadwal pemeriksaan kamu, bukan?”Sean membuka suara di sela-sela aktivitas sarapan paginya. Moodnya pagi ini sangatlah baik, terlebih lagi karena kesalahpahaman antara dirinya dan Valerie akhirnya bisa terselesaikan tadi malam.Valerie yang juga tengah fokus dengan sarapannya seketika menghentikan kegiatannya dan menatap Sean sebelum memberikan anggukan kecil. “Hmm ... tetapi jika hari ini kamu sibuk aku bisa naik taxi sendiri, tidak perlu khawatir,” ucapan Valerie dengan tenang.Bukannya Valerie tidak ingin Sean mengantarnya dan menemaninya memeriksakan kandungan, hanya saja hari ini adalah hari Senin, hari di mana perusahaan sangat-sangat sibuk setelah weekend. Terlebih lagi Sean selaku CEO tentu saja memiliki pekerjaan menumpuk yang menunggu untuk diselesaikan. Jadi, Valerie tentu saja tidak ingin menyusahkan suaminya tersebut.Sean seketika menatap Valerie tidak suka mendengar perkataan Valerie. “Kenapa kau bisa berkata seperti itu? Memangnya kau tidak mau jika aku ikut
Valerie menatap tak berkedip pada layar USG yang menampilkan janin yang ada di dalam perutnya. Bayi empat bulan itu sudah memiliki bentuk yang lebih jelas sekarang. Valerie bisa melihat kepalanya yang mungil sudah memiliki rupa dan bayi itu pun juga telah memiliki sepasang tangan dan kaki yang terbentuk dengan sempurna.Melihat hal itu, mendadak rasa takut, cemas, dan harus menampar Valerie begitu saja. Dadanya berubah sesak oleh perasaan yang tidak dimengertinya. Perasaan was-was jika suatu saat nanti ia akan kehilangan bayinya membuatnya sangat ketakutan.Bukannya ia meragukan perasaan Sean dan janji-janji pria itu terhadapnya. Hanya saja, perkataan Juliet masih terus menghantuinya tentang cinta Sean pada Amora tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun. Dan jika itu terjadi, maka bayi ini tidak akan menjadi miliknya dan akan dimiliki oleh Amora.Oh Tuhan! Kenapa hal ini membuatnya was-was dan dirundung kecemasan?Valerie kemudian mengalihkan perhatiannya pada Sean yang tengah dud
Semua mata hanya tertuju pada dua sejoli yang baru saja memasuki pintu gedung perusahaan Kyler Group. Bagaimana tidak, CEO dari perusahaan mereka kini menggandeng seorang wanita yang ia ketahui adalah salah satu karyawan di perusahaan ini.Valerie yang menyadari tatapan itu seketika merasa tidak nyaman, dia segera menjauh agar kemesraan yang diperbuat oleh Sean tidak terlalu jelas. Namun, bukannya Sean membiarkan Valerie menjauh darinya dia justru meraih pinggang Valerie dan memeluknya. Setelah itu ia kembali menghela Valerie memasuki perusahaannya tanpa peduli dengan tatapan penasaran dari para karyawan yang kebetulan ada di sana dan melihat kedatangannya.“Sean, lepaskan aku!” pinta Valerie dengan nada berbisik, sembari berusaha menjauhkan tangan Sean dari pinggangnya.Namun bukannya melepaskan pelukannya sesuai permintaan Valerie, Sean justru semakin mengeratkannya. Ia lalu menunduk dan menatap Valerie tidak suka. “Memangnya ada yang salah?”Sean mengatakan kalimat itu dengan nada
“Aku tinggal di sini tidak apa-apa, kan?”Sean dan Valerie saat ini sudah berada di ruangan CEO perusahaan ini. Sean sudah bersiap-siap untuk menghadiri rapat, tetapi rasanya berat jika harus meninggalkan Valerie seorang diri di ruangannya.Valerie memberikan anggukan kecil. “Iya, Sean. Ini sudah yang ketiga kalinya kamu berpamitan tetapi belum juga pergi,” jawab Valerie sembari terkekeh.Terlihat sekali bukan dirinya yang berat dibiarkan seorang diri di dalam ruangan luas dan megah bercampur maskulin itu. Melainkan Sean sendiri yang seakan enggan untuk meninggalkannya, padahal Valerie sama sekali tidak keberatan.“Apa kau yakin? Aku takut jika kau kenapa-kenapa di sini tanpa aku, Valerie,” ucap Sean kembali dengan nada nelangsa.Valerie kembali terkekeh. “Tidak apa-apa, Sean. Aku baik-baik saja. Lagi pula, ini adalah perusahaan yang di dalamnya banyak manusia. Kalaupun ada apa-apa, aku bisa meminta tolong pada mereka. Dan juga durasi rapat itu tidak memakan waktu selama berhari-hari