Ruangan putih mendominasi. Dengan lampu yang menyala, buku yang tertata rapi. Boneka yang ia jaga, serta selimut hello Kitty milik seorang gadis yang terfokus pada papan mading.
Papan tersebut berisi sebuah rencana, dan tempat yang perlu di selidiki. Kella menyiapkan semuanya dengan hati-hati agar tidak diketahui.
Kemudian, tangannya menopang di dinding. “Ini baru awal,” dia melingkari tulisan tersebut.
“Besok, mari kita mulai!” monolognya dengan mata serius ke dinding. Sudut bibirnya tersungging, ketika merasa senang untuk memulai misinya.
Kemudian, dilihatlah jam di dinding. Jam tersebut menunjukkan larut malam, segera ia kembali ke kasurnya. Lalu di matikan lampunya, matanya juga mulai menutup rapat dan tertidur lelap.
•••
Pagi hari.
Hari ini adalah pertama kalinya duduk di kelas sendiri. Setelah tiga hari dibuat susah oleh kakak osisnya.
Kella memasuki ruangan X IPA 2. Ruangan yang banyak di penuhi siswa berprestasi, dan berotak cerdas.
Langkah gadis itu menuju bangku belakang paling ujung. Ia letakkan ranselnya di kursi, lalu duduk.
Aroma pagi membuat siapa saja ingin berkhayal. Kella yang belum mengenal teman kelasnya, tidak bisa menyapa. Ada rasa malu dalam dirinya, dan rasa tak percaya diri.
Kemudian, kepala gadis itu menoleh pada luar jendela. Terlihat jelas betapa indah dan cantiknya taman sekolah, lalu ia juga teringat kenangan bersama bundanya.
•Flashback On•
Seorang gadis kecil sedang berlari, dengan membawa jaring penangkap kupu-kupu. Meskipun kakinya kecil, dan susah untuk berlari cepat. Gadis itu tampak senang, dan senyumannya yang indah terlihat jelas di wajahnya.
“Kella,” panggil seorang wanita paruh baya, yang tampak masih muda dan bugar meski sudah memiliki anak.
Dia membawa satu buket bunga alyssum. Warna ungu yang menggoda, berkolaborasi dengan putih sungguh sangat mempesona. Dengan gaun putihnya yang kesannya semakin elegan, dia juga tersenyum pada gadis kecil itu.
Sementara, Gadis kecil berlari menghampiri wanita tersebut. Ia mendekat dengan senyuman manis, dan wajah yang imut, sembari membawa jaring kupu-kupu.
Dia peluk wanita tersebut dengan kasih sayang. Dalam pelukan hangat milik bundanya, yang selalu dirindukan.
Lalu, wanita itu tersenyum manis kepada gadis kecil. Tubuhnya ia sejajarkan dengan putri kecilnya, “Apa itu Bunda?” gadis itu berkata padanya.
Dia mengelus pucuk kepala putrinya. “Bunga ini bernama Alyssum, kamu tau apa keistimewaan bunga ini?” senyuman manis tertuju pada putrinya.
Kella menggeleng dengan lugu dan imut. “Kella tidak tahu Bunda, Kella 'kan masih kecil.” Bibirnya yang kecil ia manyunkan.
Tubuh kecilnya menggemaskan, meskipun kecantikannya tertutup oleh kacamata, ia juga masih terlihat imut dan manis setiap perilakunya.
Wanita tersebut menjelaskan, “Bunga ini tumbuh di tanah bersama dengan semak. Meskipun kecil, bunga ini memiliki aroma manis.” Dia memegang bunganya di balik senyumannya ada sedikit kesedihan.
Wanita itu kembali memegang pucuk kepala putrinya. “Kamu tahu arti dari bunga ini?” Kella mengerutkan keningnya atas apa yang diucapkan bundanya. Dia juga menggelengkan kepalanya, tidak tahu makna bunga alyssum.
Wanita tersebut kembali tersenyum, “Bunga ini memiliki arti kecantikan luar yang berharga.” Kedua alis gadis kecil itu menaut, otaknya tidak bisa mencerna apa yang dikatakan bundanya.
Dia memberi satu tangkai bunga pada putrinya. “Dia juga mampu menenangkan hanya dengan menghirup aromanya." Ujarnya, lalu tangannya yang halus mengelus lembut pucuk kepala putrinya.
Lantas wanita tersebut berdiri. “Dan kamu, putri Bunda yang paling disayangi. Meskipun kamu tak secantik Alyssum, kamu akan tetap cantik di mata orang yang tulus dan sayang kepadamu.” Nasehatnya dengan tersenyum hangat.
“Kamu harus ingat apa yang Bunda katakan. Kecantikan luar tidak selamanya abadi, kelak akan pudar seiring waktu berlalu. Serajin, dan sebersih manapun kamu memperhatikan kecantikan, suatu saat kecantikan itu sendiri yang akan menghancurkanmu.”
Wanita itu menghirup bunganya, lalu tersenyum kepada putri kecilnya yang masih tak mengerti.
Kella yang masih kecil, sungguh tidak paham. “Apa maksud Bun-” sebelum pertanyaan ia lontarkan, wanita tersebut menjadi serpihan cahaya.
Cahaya tersebut tercampur dengan bunga alyssum yang bertebaran kemana pun. “Bu-bunda! Tubuh Bunda kenapa menghilang?” tanya Kella kecil.
Wanita tersebut tersenyum padanya, “Kamu harus kuat, Putri Bunda yang paling disayangi. Jadilah seorang Putri yang kuat, Bunda akan selalu menyayangimu!” Cahaya tersebut menelan wanita itu, dia menghilang diiringi suara tangisan gadis kecil.
Kella menangis dalam serpihan bunga alyssum. Kepergian seorang perempuan yang ia sayangi, membuatnya terpukul.
Apalagi dia di tinggalkan dibtaman bunga dengan keadaan sendirian. Hatinya benar-benar hancur, dan menangis sesenggukan.
Kella mengambil bunga alyssum yang bertebaran. Matanya yang cantik menjadi sembab, “Kenapa Bunda tinggalin Kella?” Air matanya terurai dengan deras, dan sempurna melihat bunga tersebut.
•Flashback Off•
”Kellansa!!”
Gadis itu menoleh dengan wajah terkejut. Dia menatap gurunya yang telah lama memanggil.
Kella segera menyeka air matanya, yang telah berkaca-kaca. “Iyah, Bu?” tanyanya dalam keadaan tidak tahu.
“Ibu tadi panggil kamu, tapi tidak ada sahutan dari kamu. Coba sini maju, dan kerjakan soal ini!” suruh wanita paruh baya dengan tubuh berisi.
“Ba-baik Bu,” jawabnya.
Kella yang sedari tadi melamun hanya bisa pasrah. Ia juga tidak sadar kalau bel telah berdering, dan waktu pelajaran pertama dimulai.
Kemudian, dia berdiri dan melangkah ke papan tulis. Lalu mengambil spidol dari tangan gurunya, dan segera mengerjakan soal tersebut.
•••
Kantin.
Ruangan yang penuh manusia lapar. Di sana juga banyak makanan dan jajanan di jual, serta minuman. Para pedagang di kantin tidak perlu harus berteriak, nantinya akan ada murid yang berdatangan untuk membeli.
Kella berjalan di kantin. Seperti biasa jika ingin makan di tempat, harus ada bangku yang kosong. Mata gadis itu melihat bangku kosong tepat di sebelah kakak osis dan temannya.
Kakinya mendekat pada bangku yang kosong. Ia tidak lupa membawa kotak bekal berwarna merah muda, dengan gambar pinguin.
Lalu, Kella duduk di tempat itu sendiri. “Ngapain kamu di sini? gak lihat ini tempat kita tahu!” gertak Velyn.
Velyn menggertaknya dengan suara kencang. Dia masih tetap sama, dengan penampilan seperti wanita berumur empat puluhan.
Gayanya memang bagus, tetapi riasannya terlalu tebal. Tidak pantas dengan umurnya yang masih remaja, dan sikapnya yang masih anak kecil.
Kella menoleh padanya dengan wajah yang datar. “Ini bangku umum dan berlaku untuk siapa saja. Kenapa kamu yang ribet?” balasnya dengan dingin.
Kella tidak suka jika tempat yang seharusnya menjadi pilihannya, di usir begitu saja. Seharusnya siapa cepat, dia dapat.
Kella juga malas jika untuk pindah. Masalah semua tempat penuh, dan hanya bangku ini saja yang kosong.
Kemudian, Kella kembali membuka bekalnya. “Kalau kamu ingin duduk di sini, silahkan gabung saja. Gak perlu di suruh pergi, kan?” sambungnya tanpa perduli akan kakak kelasnya.
Tangan Velyn mulai mengepal. Ia tidak rela jika ada orang yang membantah, apalagi ini juniornya sendiri.
Velyn tersenyum hina, “Kamu pikir kita tidak bisa berbuat sesuatu gitu? Berani sekali kamu melawan kami!” amarahnya menekan agar tidak meluap.
“Udah Velyn, hajar aja cewek semacam itu!” Dinda salah satu temanya ikut memprovokasi mereka. Mata Kella beralih pada gadis di samping Velyn. Ia seperti mengenalnya, meski terlihat samar di otaknya.
Brak...!
Brak...! Suara gebrakan meja tersorot banyak mata. Murid yang berada di kantin terkejut akan suara tersebut. Begitu juga dengan Kella yang tidak menduga jika gadis di sampingnya ini berani berlaku kasar. “Pergi dari sini!” murka Velyn dengan menggebu-gebu. Tangannya mengepal dan menunjuk berlainan arah. Kella tidak mengerti dengan gadis satu ini, jika dia ingin duduk silahkan, dan kenapa harus juga mengusirnya? Kella menatapnya dengan kening tertaut. “Kalau kamu ingin duduk silahkan, tapi kenapa harus mengusirku? ” tanyanya. Gadis tersebut terlihat gagap dan tidak tahu harus menjawab apa. “Kami hanya ingin bertiga, dan kamu bukan dari bagiannya.” Sahut gadis bernama Dinda dengan rambut pendeknya. Kella tercengong, “Apa hanya itu?” batinnya. Kella menghela nafasnya, “Tinggal duduk saja kok susah, lagi pula aku tidak mengganggu kok!” jelasnya. Tubuh gadis tersebut m
Kella berjalan melewati perumahan, dan bermacam toko. Pagi ini, dia akan berangkat ke sekolah seperti biasa. Lantunan syadu dalam mulutnya, bersenandung riang di jalanan yang sepi. Sehingga tanpa sadar telah sampai di tujuan. Kella memasuki gerbang, dan berjalan menyapa pak satpam. Seperti kebiasaannya dulu, ketika masih berseragam putih biru. Dia berangkat pada pukul 06.00. Sengaja kepagian, agar bisa membaca buku di perpustakaan sekolah. Kella melewati gedung kelas, lalu berjalan ke gedung sebelahnya. Dia berhenti di depan perpustakaan. Lalu menarik nafasnya, bersiap memulai mencari sesuatu. Kella masuk ke dalamnya, yang sudah di buka setiap pukul 6 pagi. Kemudian, dia mulai menyusuri setiap rak. Di sana bermacam buku, dimulai dengan buku pengetahuan, referensi, adat dan budaya. Serta yang dia cari, yaitu tentang peristiwa sekolahnya. Senyum Kella tercetak, meski sedi
Kella meletakkan ransel di kursinya. Lalu tubuhnya ia dudukan, rasanya seperti mimpi yang samar. Dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa, hanya bisa berdiam beku. “Hai! Kamu Kella, kan? kita bertemu lagi,” sapanya dengan seru. Kella menoleh, terlihat jelas gadis yang berkenalan dengannya memakai pita hello kitty, dia bersikap ramah. “Hai, kamu bukanya yang waktu MOS, kan?” tanya Kella kembali. Lalu gadis tersebut mengangguk padanya, sembari tersenyum. “Indira Camelia Ans, hari ini kamu jadi teman sebangku aku, yah?” tawar gadis tersebut sembari tersenyum ramah. Kella menatapnya dalam, baru kali ini ada seorang memperlakukannya dengan baik. Bahkan papah kandungnya saja tidak ada respon terhadapnya, papahnya hanya mengutamakan adik tiri. Dia mengulurkan tangannya. “Kellansa Ansaria,” balasnya dengan muka datar. Lalu ransel Indira letakkan di kursi samp
“Lagian kalau ingin demo itu sana sama pak ketua saja, kenapa harus pada Kella yang hanya seorang korban?” sambung Indira sembari menaruh gelas kosong dan gelas yang berisi jus mangga milik Kella. “Nggak usah ikut campur deh! Masih pakai jepit rambut hello Kitty saja sok hebat,” cibir Dinda membela temannya. Indira ingin memukul gadis tersebut, tapi dicegah oleh Kella. “Tenang, Indira. Jangan terbawa emosi, biarkan mereka puas membully sampai mulutnya berbusa pun terserah. Lagi pula itu minuman jadi mubazir, kan?” ucap Kella dengan santai. Kemudian, Indira menurunkan tangannya. Lalu menarik nafas, agar emosi tidak mengendalikannya. Kedua tangan Indira bersedekap di dada. “Untung kita baik, kalau tidak hangus itu muka!” sindirnya. Di belakang perdebatan antara Kella, Indira dan tiga kakak seniornya, ada dua lelaki yang termangu dengan mereka. “Azam, tadi deng
Pagi hari. Bulu mata yang lentik, hidung mancung, paras cantik dan cara tidurnya terlihat damai ketika tidur. Kella tidur tanpa mendengkur, bahkan terlihat imut kala itu. Kring kring kring! Suara dari jam beker, membuat kelopak matanya mengerjap. Lalu tangannya meraba ke nakas samping tempat tidur, untuk mengambil jam tersebut. Matanya melihat angka pada jam. Lalu menekan tombol atas jam beker, agar dapat berhenti. Kemudian, Kella terbangun. Lalu berposisi duduk di spring bed miliknya. Keadaannya masih mengantuk, dan jam tersebut masih pukul 05.00 pagi. Dia sengaja mengatur pada jam tersebut, karena tidak ingin terlambat saja. Setelah keadaan sudah lebih jernih, ia segera mengambil handuk, lalu pergi untuk mandi. Setelah mandi dan berganti baju. Kella siap untuk berangkat sekolah pada pukul 06.20.
Malam. Sepulang dari tempat pembuatan kunci. Kella langsung tidur hingga sore hari, dan dia masih terbaring di tempat tidur. Ting! Kella segera mengecek ponselnya yang berbunyi. Dalam notifikasinya tertulis nama kontak temannya, lalu dibukalah pesan tersebut. Indira | Kella, pergi ke pasar malam yuk! | Besok libur, jadi bebas deh, heheh. Kella | Sekarang? Indira | Iyah! | Jam 7 aku tunggu di depan kos kamu, okhey? Kella |Ya Kella mengakhiri pesan tersebut, lalu segera pergi mandi untuk kedua kalinya. Pukul 19.00 malam. Kella telah siap untuk pergi dengan temannya. Outfit yang digunakan, yaitu kaus putih, rok floral, sneakers putih dan jaket denim. Serta aksesoris yang sering digunakan, seperti
Tempat yang dipenuhi oleh lentera yang indah, dan lampu kemerlap berwarna-warni. Membuat pemandangan danau seperti di surga, sangatlah indah. Azam membawanya ke tempat yang jauh lebih indah dari pada tadi di pasar malam. Sempat Kella menolak untuk dibawa oleh kakak kelasnya, tetapi karena lelaki itu kekeh padanya, ia terpaksa menurut. Tapi tak menyangka, lelaki itu membawanya ke tempat paling indah. Dan juga, belum pernah ia mendatangi tempat bertema dan berlatar seperti di depan matanya. “Indah, kan?” tanya Azam. Kella hanya terdiam, sebenarnya masih ada amarah di dalam dirinya. Karena itu, lebih baik diam dari pada menyakiti lelaki itu. “Kenapa diam?” tanya Azam kembali. Lalu gadis itu menoleh. “Biar kamu puas dulu bicaranya,” ucap Kella. Azam terkekeh. “Bicara saja, di Indonesia nggak ada orang yang melarang berbicara kok!” balasnya. &n
Kella menatap lelaki itu tajam. “Kamu bilang apa?” Azam berkeringat dingin, takutnya akan menyinggungnya. “Aku jelek?” sambung Kella, sembari mencondongkan tubuhnya pada lelaki itu. “Em, itu..” rasanya cukup menegangkan bagi Azam, yang melihat raut muka dari Kella. Lalu perlahan ia mundur, agar tidak terlalu dekat padanya. Kella menegakkan tubuh, dan berlalu pergi meninggalkan Azam. “Eh, mau kemana?” tanya Azam sembari berteriak, ketika punggung badannya menjauh. Tidak ada sahutan dari Kella, lalu Azam juga ikut pergi, karena tidak ada hal lain lagi berada di danau. ••• Minggu. Kemarin malam, cukup banyak hal yang tidak bisa diduga. Ketika kacamatanya dilepas, Kella melihat banyak darah yang bercucur, serta warga yang tengah sekarat. Kella ingin menolong mereka, tetapi semua salah kakak kelasnya itu! “Argh!
"Bermain bola basket," jawab Kella dengan wajah penuh tantang. Azam menahan tawanya, apa yang dikatakan gadis tersebut? Ingin melawan dia? yang notabenya Ketua tim basket?Azam sungguh tidak kuat lagi menahan tawa, sehingga tanpa sadar tawanya lepas. Dan membuat gadis di depannya itu, mengkerut.Kella cemberut, "Kenapa tertawa! ada yang lucu, kah?" tanyanya meskipun perkataan dan gerakan tubuhnya saling menyangkal."Kamu serius?" tanya Azam untuk lebih memastikan, tetapi tanggapan gadis tersebut menatap dengan gigih dan penuh percaya diri. "Huft, baiklah! Kapan?" tanya Azam kembali.Kella berfikir, kemudian ia menatapnya. "Dua minggu yang akan datang, sepulang sekolah. Jangan lupa!" sahutnya. Lelaki tersebut mengangguk, lalu Kella pergi dari hadapannya.Yah, dia takut bila gadis yang datang bersama lelaki tadi akan marah, jadi ia memutuskan pergi dan kembali bermain yang la
“Mah, Pah! Apa yang kalian sembunyikan dariku?” tanya Azam dengan nada yang masih sama, dingin. Esta Astira Rahendra dan Eron Rahendra, mereka adalah kedua orang tua dari Azam, Ketua Osis. Sekaligus pemilik sekolah SMAN 1 Teknikal, dan Rumah Sakit Teknikal. Kemudian, mata mereka berkelabat karena tidak tahu harus menjawab apa. Sementara, ini semua sebuah rahasia. Dan yang paling penting, tidak boleh putra satu-satunya mereka mengetahui apa yang diperbuat. “Jawab pertanyaan Azam, Mah, Pah!” geram Azam ketika kedua orang tuanya tidak ada sahutan. Esta terdiam. “Azam! Sebaiknya kamu jangan ikut campur urusan orang tua! sekarang pergi ke kamarmu!” bentak Eron mengalihkan pembicaraan. Tatapan tajam dari pemuda itu cukup menakutkan. Dan dia hanya bisa menurut ucapan orang tuanya, meski tidak mendapat jawaban apapun. Selepas anaknya pergi kedua ora
Kella menatap lelaki itu tajam. “Kamu bilang apa?” Azam berkeringat dingin, takutnya akan menyinggungnya. “Aku jelek?” sambung Kella, sembari mencondongkan tubuhnya pada lelaki itu. “Em, itu..” rasanya cukup menegangkan bagi Azam, yang melihat raut muka dari Kella. Lalu perlahan ia mundur, agar tidak terlalu dekat padanya. Kella menegakkan tubuh, dan berlalu pergi meninggalkan Azam. “Eh, mau kemana?” tanya Azam sembari berteriak, ketika punggung badannya menjauh. Tidak ada sahutan dari Kella, lalu Azam juga ikut pergi, karena tidak ada hal lain lagi berada di danau. ••• Minggu. Kemarin malam, cukup banyak hal yang tidak bisa diduga. Ketika kacamatanya dilepas, Kella melihat banyak darah yang bercucur, serta warga yang tengah sekarat. Kella ingin menolong mereka, tetapi semua salah kakak kelasnya itu! “Argh!
Tempat yang dipenuhi oleh lentera yang indah, dan lampu kemerlap berwarna-warni. Membuat pemandangan danau seperti di surga, sangatlah indah. Azam membawanya ke tempat yang jauh lebih indah dari pada tadi di pasar malam. Sempat Kella menolak untuk dibawa oleh kakak kelasnya, tetapi karena lelaki itu kekeh padanya, ia terpaksa menurut. Tapi tak menyangka, lelaki itu membawanya ke tempat paling indah. Dan juga, belum pernah ia mendatangi tempat bertema dan berlatar seperti di depan matanya. “Indah, kan?” tanya Azam. Kella hanya terdiam, sebenarnya masih ada amarah di dalam dirinya. Karena itu, lebih baik diam dari pada menyakiti lelaki itu. “Kenapa diam?” tanya Azam kembali. Lalu gadis itu menoleh. “Biar kamu puas dulu bicaranya,” ucap Kella. Azam terkekeh. “Bicara saja, di Indonesia nggak ada orang yang melarang berbicara kok!” balasnya. &n
Malam. Sepulang dari tempat pembuatan kunci. Kella langsung tidur hingga sore hari, dan dia masih terbaring di tempat tidur. Ting! Kella segera mengecek ponselnya yang berbunyi. Dalam notifikasinya tertulis nama kontak temannya, lalu dibukalah pesan tersebut. Indira | Kella, pergi ke pasar malam yuk! | Besok libur, jadi bebas deh, heheh. Kella | Sekarang? Indira | Iyah! | Jam 7 aku tunggu di depan kos kamu, okhey? Kella |Ya Kella mengakhiri pesan tersebut, lalu segera pergi mandi untuk kedua kalinya. Pukul 19.00 malam. Kella telah siap untuk pergi dengan temannya. Outfit yang digunakan, yaitu kaus putih, rok floral, sneakers putih dan jaket denim. Serta aksesoris yang sering digunakan, seperti
Pagi hari. Bulu mata yang lentik, hidung mancung, paras cantik dan cara tidurnya terlihat damai ketika tidur. Kella tidur tanpa mendengkur, bahkan terlihat imut kala itu. Kring kring kring! Suara dari jam beker, membuat kelopak matanya mengerjap. Lalu tangannya meraba ke nakas samping tempat tidur, untuk mengambil jam tersebut. Matanya melihat angka pada jam. Lalu menekan tombol atas jam beker, agar dapat berhenti. Kemudian, Kella terbangun. Lalu berposisi duduk di spring bed miliknya. Keadaannya masih mengantuk, dan jam tersebut masih pukul 05.00 pagi. Dia sengaja mengatur pada jam tersebut, karena tidak ingin terlambat saja. Setelah keadaan sudah lebih jernih, ia segera mengambil handuk, lalu pergi untuk mandi. Setelah mandi dan berganti baju. Kella siap untuk berangkat sekolah pada pukul 06.20.
“Lagian kalau ingin demo itu sana sama pak ketua saja, kenapa harus pada Kella yang hanya seorang korban?” sambung Indira sembari menaruh gelas kosong dan gelas yang berisi jus mangga milik Kella. “Nggak usah ikut campur deh! Masih pakai jepit rambut hello Kitty saja sok hebat,” cibir Dinda membela temannya. Indira ingin memukul gadis tersebut, tapi dicegah oleh Kella. “Tenang, Indira. Jangan terbawa emosi, biarkan mereka puas membully sampai mulutnya berbusa pun terserah. Lagi pula itu minuman jadi mubazir, kan?” ucap Kella dengan santai. Kemudian, Indira menurunkan tangannya. Lalu menarik nafas, agar emosi tidak mengendalikannya. Kedua tangan Indira bersedekap di dada. “Untung kita baik, kalau tidak hangus itu muka!” sindirnya. Di belakang perdebatan antara Kella, Indira dan tiga kakak seniornya, ada dua lelaki yang termangu dengan mereka. “Azam, tadi deng
Kella meletakkan ransel di kursinya. Lalu tubuhnya ia dudukan, rasanya seperti mimpi yang samar. Dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa, hanya bisa berdiam beku. “Hai! Kamu Kella, kan? kita bertemu lagi,” sapanya dengan seru. Kella menoleh, terlihat jelas gadis yang berkenalan dengannya memakai pita hello kitty, dia bersikap ramah. “Hai, kamu bukanya yang waktu MOS, kan?” tanya Kella kembali. Lalu gadis tersebut mengangguk padanya, sembari tersenyum. “Indira Camelia Ans, hari ini kamu jadi teman sebangku aku, yah?” tawar gadis tersebut sembari tersenyum ramah. Kella menatapnya dalam, baru kali ini ada seorang memperlakukannya dengan baik. Bahkan papah kandungnya saja tidak ada respon terhadapnya, papahnya hanya mengutamakan adik tiri. Dia mengulurkan tangannya. “Kellansa Ansaria,” balasnya dengan muka datar. Lalu ransel Indira letakkan di kursi samp
Kella berjalan melewati perumahan, dan bermacam toko. Pagi ini, dia akan berangkat ke sekolah seperti biasa. Lantunan syadu dalam mulutnya, bersenandung riang di jalanan yang sepi. Sehingga tanpa sadar telah sampai di tujuan. Kella memasuki gerbang, dan berjalan menyapa pak satpam. Seperti kebiasaannya dulu, ketika masih berseragam putih biru. Dia berangkat pada pukul 06.00. Sengaja kepagian, agar bisa membaca buku di perpustakaan sekolah. Kella melewati gedung kelas, lalu berjalan ke gedung sebelahnya. Dia berhenti di depan perpustakaan. Lalu menarik nafasnya, bersiap memulai mencari sesuatu. Kella masuk ke dalamnya, yang sudah di buka setiap pukul 6 pagi. Kemudian, dia mulai menyusuri setiap rak. Di sana bermacam buku, dimulai dengan buku pengetahuan, referensi, adat dan budaya. Serta yang dia cari, yaitu tentang peristiwa sekolahnya. Senyum Kella tercetak, meski sedi