Share

Extra Part 2

last update Last Updated: 2022-12-31 23:06:05

Aleta tengah sibuk memilih desain undangan ketika pasangan itu muncul dari depan pintu. Aleta hanya melirik sekilas, matanya kembali fokus ke layar iPad yang ada di tangan.

"Cie yang mo kawin!" goda Aline lalu meletakkan plastik dengan dua kotak donat di atas meja.

"Bawel. Iya deh yang udah kawin, tiap malem kawin." balas Aleta yang belum menyingkir dari layar iPad.

Kontan Aline menimpuk kembarannya itu dengan bantal sofa, sementara sang suami segera menjatuhkan diri di sofa dan merogoh saku celana.

"Sirik aja! Mama mana?" tanya Aline yang nampak celingak-celinguk mencari sang mama.

"Di atas. Ntar juga turun. Teriak aja, biasanya juga teriak-teriak kalo di rumah. Nggak usah jaim-jaim napa? Mentang-mentang ada suami." balas Aleta sekenanya.

Aline mendesah, ia menahan diri untuk tidak ribut dengan Aleta.

"Untung aku lagi nggak pengen gelud, Ta. Tunggu sembilanan bulan lagi, ayo gelud. Ku tantang kamu!"

Aleta kontan mengangkat wajah dari depan layar. IPad itu ia turunkan, diletakk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Zayinilfhadli Fhad
extra 6 ada lanjutan lagi gak ka ,
goodnovel comment avatar
Mira Gianto
yang ekstra 1, nggak ada kolom komentar dan kasih gemnya..maklum katrok..jadi belum ngerti..
goodnovel comment avatar
Mira Gianto
akhirnyaaaa...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rahasia Sang Dokter   Extra Part 3 - End

    "Tanyain tuh, Ta, sama si Kelvin. Dia punya rahasia apa. Jangan sampai pas kawin jadi salah paham kayak aku sama mas Adam kemarin." gumam Aline dengan mulut penuh kwetiau. Kontan Adam terbatuk-batuk, ia segera meraih gelas miliknya, meneguk air dalam gelas sampai habis tandas. "Perempuan ya ampun, bener-bener nggak bisa lupa, ya, kalo pasangan ada dosa atau salah." desah Adam lirih dengan wajah memelas. "Oh jangan harap!" desis Aleta yang langsung diikuti anggukan kepala oleh Aline. "Tul! Jangankan masalah yang baru kemarin, dosa yang dibuat sepuluh tahun tiga bulan dua belas hari yang lalu aja kita masih inget. Ya nggak?" tanya Aline yang dibalas anggukan kepala oleh Aleta. Agaknya bukan hanya makanan yang membuat mereka kompak dan akur, tetapi juga ketika memojokkan lawan jenis seperti sekarang ini. "Ampun dah, ampun!" ucap Adam pasrah sambil kembali menyuapkan kwetiau jatahnya. "By the way, bukan cuma aku aja yang harus introgasi si Kelvin. Kamu juga tuh introgasi lagi si Ad

    Last Updated : 2022-12-31
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 4

    "Kampret tau nggak sih, Ta? Semua panik kamu koma, eh taunya kamu nge-prank!" Aline masih tidak terima, kini hanya dia dan Aleta yang duduk di meja makan. Adam ada panggilan cito, mamanya entah tadi keluar izin mau beli sesuatu. Jadilah saudara kembar itu mengobrol sambil terus mengunyah dimsum yang rasanya tidak ada habis-habisnya. "Gimana lagi? Udah mentok. Kalo nggak gitu, aku kudu kawin sama Adam gitu? Lah, ogah!" Aleta kembali memasukkan dimsum ke dalam mulut, mendadak ia celingak-celinguk menatap ke sekeliling. "Kenapa? Ada apa lagi?" tanya Aline yang sadar dengan perubahan ekspresi kembarannya itu. "Mama belum balik, kan?" ia masih mengamati sekitar, sementara Aline menggeleng perlahan. "Belum, kenapa?""Kau tau, Lin? Tujuanku pura-pura koma juga buat ngasih pelajaran mama sama papa. Seenaknya aja mereka maksa anak kawin? Kalo gini mereka kan kapok."Aline mendengus, ia memutar bola matanya dengan gemas. Iya, tapi bagaimanapun juga yang untung tetap Aleta karena dia kini m

    Last Updated : 2023-01-12
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 5

    Aline meletakkan ponsel begitu sambungan video terputus. Ia menatap geli Aleta yang tengah memijit pelipis setelah kenyang diomeli Sri tadi. Siapa yang tidak murka, kalau ternyata orang yang selama ini dikhawatirkan dengan sangat ternyata hanya berbohong? Siapapun pasti murka. "Kamu sih! Aku kena omel, kan?" gerutu Aleta kesal. "Eh biarin! Lagian kamu nggak adil, mama sama papa aja udah kamu ceritain, kenapa Eyang enggak?" protes Aline yang tentu saja mencari pembelaan. Aleta mendengus, kembali mengusap wajahnya dengan frustasi, sementara Aline hanya mengangkat bahu sambil meraih gelas miliknya. "Ya masalahnya kamu kan tau, Lin, Eyang itu kadar kecerewetannya berlipat ganda dari mama sama papa. Mama sama papa pas aku jujur cuma ngomel paling pol sehari, nah eyang? Pegang omongan aku, besok dia kesini pas nikahan aku pasti masih ngomel panjang kali lebar."Aline terkikik. Benar apa yang dikatakan Aleta itu. Memang Eyangnya itu begitu cerewet. Jangan heran, orang tempo dulu pasti be

    Last Updated : 2023-01-15
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 6

    Tok ... tok ... tokAline yang baru saja naik ke atas ranjang dan meluruskan kaki kontan mendesah. Siapa lagi yang mengetuk pintu kamarnya ini? Untung saja Aline tidak mengunci pintu, ia hanya tinggal duduk dan berteriak. Melihat siapa yang lantas masuk ke dalam kamarnya. "Siapa?" tanya Aline memastikan, tentu tidak sembarang orang boleh masuk ke dalam kamar pribadinya. "Aleta, Lin! Buka pintunya!"Kening Aline berkerut, ia memperbaiki posisi duduknya lalu balas berteriak dari atas ranjang. "Masuk aja, Ta. Pintunya nggak aku kunci." teriak Aline keras-keras. Klek. Pintu terbuka, nampak Aleta masuk ke dalam kamar, bergegas naik ke atas ranjang dan goleran tepat di sisi Aline. "Tumben mau masuk kamarku, katanya kamarku kayak perpustakaan, bau buku!" olok Aleta sambil melirik Aleta yang nampak nyaman berbaring di kasur. Aleta mengangkat wajah, berguling hingga kini terlentang di atas ranjang. "Memang! Tapi ada beberapa alasan kenapa aku lantas mau masuk kamarmu." Aleta menatap Al

    Last Updated : 2023-01-16
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 7

    Aleta tersenyum, ia menghampiri tubuh yang membelakanginya itu, meraih dan mendekap tubuh itu erat-erat. Nampak sosok yang tengah mencuci tangan itu terkejut, terkekeh sambil melanjutkan aktivitasnya mencuci tangan. "Sayang ...." panggil Aleta lirih. Tidak ada jawaban yang dia dapatkan, yang ada hanya berhentinya gemericik air dan kran yang dimatikan. Tubuh itu beringsut memutar, membuat mereka kini berhadapan dengan saling melemparkan pandang. "Ya? Kenapa?" alis tebal itu bertaut, dengan kening berkerut, wajah Kelvin terlihat sangat penasaran dan begitu ingin tahu. "Aku bobo sini boleh?" entah keberanian dari mana, yang jelas kalimat itu yang mendadak keluar dari bibir Aleta. Mata Kelvin membulat, menatap sang kekasih dengan tatapan tidak percaya. Ditatap sedemikian rupa membuat Aleta mencebik, kembali meraih tubuh itu dan menyandarkan kepalanya di dada Kelvin. "Eh ... kamu kenapa sih, Yang?" tanya Kelvin terkejut. "Serius mau tidur sini?""Ya serius lah!" tukas Aleta tegas. "

    Last Updated : 2023-01-19
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 8

    "Ya tapi, kan, masa i--"Kalimat Aleta terpotong oleh suara dering ponsel milik Aline. Aline segera meraih ponsel miliknya dan membulatkan mata ketika tahu siapa yang menelepon dirinya. "Diem dulu, Ta. Mertua nih!" ujar Aline memberi kode. "Halo, ada apa, Ma?"Aleta kembali merebahkan tubuh di atas ranjang, menyimak celotehan Aline yang nampak serius dengan ponsel menempel di telinga. "Kapan, Ma?" alis Aline berkerut, ia menoleh menatap Aleta yang memperhatikan dia sejak tadi. "Coba Aline bilang sama mas Adam dulu, Ma. Ini mas Adam-nya ada cito di rumah sakit. Aline di rumah mama Desi, Ma." lapor Aline dengan suara lirih. "Nanti deh Aline kabari ya, Ma."Tampak Aline menurunkan ponsel dari telinga, membuat Aleta menghela napas panjang dan beringsut bangkit. "Mau diajak ke dokter kandungan sama bumer, nih?" tanya Aleta yang kepo dengan apa yang tadi saudarinya bicarakan dengan mertua. "Bukan. Biasa mau diajak piknik. Staycation gitu. Tau sendiri, kan, mamanya mas Adam gimana?" pon

    Last Updated : 2023-01-23
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 9

    Aline menghela napas panjang, testpack-testpack itu berjejer di lantai kamar mandi. Apakah tidak ada kado lain yang bisa mereka berikan selain puluhan testpack bekas pakai milik Aline? "Mas, kurang berapa sih?" Aline sudah mengantuk, sementara Adam, dia masih semangat mencelupkan ujung testpack itu ke dalam urine milik Aline yang ditampung di jar kecil. "Bentar, masih kurang dua puluh lagi." jawab Adam santai tanpa memalingkan wajah. Dua puluh lagi? Aline kontan melotot, ingin rasanya dia berteriak namun sudah kehabisan daya karena matanya sendiri tinggal lima watt saja. Aline menguap, mengutarakan kantuknya dalam bentuk lain. Harap-harap Adam peka, kalau tidak, entah harus berapa lama dia berdiam diri di dalam kamar mandi bersama Adam macam ini. "Udah ngantuk, Sayang?" Adam masih tidak menoleh, untungnya sih dia peka. "Iya, Mas! Ngantuk banget udahan." jawab Aline menegaskan. Dia memang sudah begitu mengantuk. Dan kegiatan mencelupkan ujung testpack itu sangat membosankan sekal

    Last Updated : 2023-01-24
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 10

    "Kamu mau ikut Adam pulang, Lin? Nggak di sini aja?"Sebuah pertanyaan langsung menyapa Aline begitu dia masuk ke dalam ruang makan. Aline tersenyum, menarik kursi dan duduk di atas kursi yang ada di seberang mamanya. "Iya, ikut dong. Papa gimana kerjaannya?" Aline meraih secangkir chamomile tea, menyesap cairan hangat itu hingga tinggal separuh di dalam cangkir. "Beres, lancar. Kamu masih sering komunikasi sama Rosa, Lin?"Aline mengambil selembar roti, melirik sang papa sekilas lalu meraih toples selai kacang. "Masih, Pa. Tiap hari malah berkabar terus. Sering video call juga sama Refal." Jawab Aline seraya mengoleskan selai kacang di atas selembar roti. "Dia itu kemarin mau dicarikan jodoh sama papa mertuamu. Eh nolak." Beni menyuapkan nasi ke dalam mulut, papanya itu harus selalu sarapan dengan nasi, sebuah kebiasaan yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat. "Memang udah nggak mau nikah lagi, Pa. Pengennya cuma sekali seumur hidup." sebuah prinsip yang membuat Aline terkes

    Last Updated : 2023-01-26

Latest chapter

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 34

    "Kamu serius?"Bukan pertanyaan lain yang Kelvin lemparkan, ia langsung mencecar Aleta begitu mereka bertemu di depan kantor Aleta. Tidak salah kalau sampai Kelvin masih tidak percaya dengan keputusan yang Aleta buat, pasalnya sejak dulu Aleta selalu menolak permintaan Beni untuk bergabung di perusahaan keluarga dan sekarang? "Bisa kita pending nanti untuk interview-nya? Bantuin dulu dong!" Aleta langsung menarik tangan Kelvin masuk ke gedung. Kelvin pun menurut saja, ia membiarkan Aleta membawanya masuk ke dalam gedung, melangkah ke sofa yang ada di loby gedung. "Tolong bantuin bawa ke mobil, ya?" pinta Aleta dengan seulas senyum manis. Sejenak Kelvin tertegun, ada dua kardus di sana. Kelvin mengalihkan pandangan, menatap Aleta yang masih mengukir senyum manis di wajah. "Ka-kamu beneran resign?" tanya Kelvin seolah masih tidak percaya. Kini tawa Aleta tergelak, ia mencubit gemas pipi Kelvin, membuat Kelvin memekik antara terkejut dan kesakitan dibuatnya. "Kamu pikir aku tadi h

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 33

    "Vin, kamu handle proyek yang ini, ya?"Berkas-berkas itu dihantarkan Beni secara langsung ke mejanya, membuat Kelvin segera meraih dan membacanya dengan saksama. Nilai proyek ini sangat jauh di bawah proyek dengan Irfan, tapi bagi Kelvin, itu bukan masalah yang serius. Selama ia tidak harus sering bertemu dengan lelaki itu, semua lebih dari cukup. "Deal! Kelvin sangat berterimakasih sama Papa." ucap Kelvin sembari tersenyum. Beni balas tersenyum, ia menepuk bahu Kelvin dengan lembut."Sebenarnya Papa ingin kamu tetap di sana, Vin. Nilai proyek dan prospek ke depannya sangat menjanjikan untuk kariermu, tapi sayang...."Kelvin tersenyum, "Tidak apa, Pa. Bukankah ini yang Kelvin minta? Setidaknya keputusan ini tidak membuat Aleta terus menerus khawatir."Beni kembali tersenyum, setuju dengan apa yang Kelvin katakan barusan. Misi visi mereka sama, yaitu membuat Aleta bahagia dan itu sudah mutlak. "Baiklah kalau begitu, Vin. Kamu bisa pelajari dulu untuk proyek baru mu, kalau ada pert

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 32

    "Ke kantor pak Beni, Pak?"Hendra terkejut, hari ini tidak ada jadwal meeting dengan perusahaan Beni, lantas untuk apa Irfan meminta untuk diantarkan ke sana. "Iya, kesana. Emangnya tadi saya bilang kita mau kemana, Hen?"Kalimat tanya yang dilemparkan balik pada Hendra adalah sebuah penegasan bahwa Irfan tidak main-main dengan ucapannya. Hendra menghela napas panjang, ia mengangguk pelan sembari mempersilahkan Irfan melangkah lebih dulu. Hendra kembali teringat pada sosok Kelvin. Apakah Irfan minta diantar ke sana hanya agar bisa melihat Kelvin? Hendra terus memunculkan siluet wajah Kelvin dalam pikiran, memang kalau diperhatikan, ada beberapa bagian wajah yang mirip dengan Irfan. Kalau hanya sekilas, tidak akan ditemukan kemiripan itu, namun kalau diperhatikan dengan saksama, ada wajah Irfan di sana. "Kok ngelamun, Hen? Kenapa?"Pertanyaan itu kontan membuat Hendra tersentak, ia mengangkat wajah dan mendapati mata itu dengan memperhatikan dirinya. "Saya teringat putra Bapak, Pak

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 31

    "Astaga!"Beni menghela napas panjang, sementara Aleta, ia bersandar di kursi teras dengan wajah lesu. Selesai sudah ia menceritakan rahasia terbesar dalam hidup Kelvin. Ia sedikit takut sebenarnya, takut Kelvin marah karena Aleta sudah ingkar janji untuk menjaga rahasia ini dari siapapun. Tapi Aleta lakukan ini juga demi Kelvin! "Jadi secara nggak langsung, kamu minta papa tarik Kelvin dari proyek papa sama dia?"Aleta segera menoleh, kepalanya terangguk dengan cepat. Wajahnya berubah, menyorotkan sebuah permohonan. "Tapi belum tentu juga, kan, si Irfan tahu kalau Kelvin ini anak kandung dia, Ta?" wajah Beni nampak ragu. "Pa ... dia udah tahu siapa mama Kelvin, kalaupun sekarang dia belum tahu, cepat atau lambat dia akan tahu!" kekeuh Aleta tidak ingin di bantah. "Coba nanti papa carikan ganti dulu, sebenarnya ini proyek pas banget dan bagus buat Kelvin, Ta." desis Beni lirih. "Nggak bagus kalau nanti dia sampai kenapa-kenapa, Pa! Aku nggak mau itu kejadian!" tegas Aleta mengult

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 30

    "Bagaimana kerjasama mu dengan Beni, Fan? Sudah sampai mana?"Irfan tersentak, ia mengangkat wajah dan mendapati wajah lelaki itu tengah menatap lurus ke arahnya. Dia adalah Setiawan, papa kandung Irfan, orang yang mewariskan segala macam kekayaan dan kekuasaan yang sekarang ada di tangan Irfan. "Baik, Pa. Semua baik. Lusa mungkin kami sudah harus ada di lokasi untuk meninjau dan memantau secara langsung proyek berjalan." jawab Irfan mencoba fokus dan mengenyahkan bayangan Yeni dan Kelvin yang terus bercokol dalam kepalanya. Di meja makan itu tidak hanya ada Irfan dan Setiawan, ada Mery, istri Irfan dan Clarisa, anak bungsu Irfan. Orang-orang ini adalah orang yang tidak boleh tahu, rahasia apa yang selama ini tersimpan, bahwa sebenarnya Irfan memiliki anak lain di luar pernikahannya. "Jangan sampai mengecewakan Beni, papa sudah peringatkan kamu berulang kali, kan? Dia bisa menjadi tonggak supaya perusahaan kita makin kokoh." ucap Setiawan yang entah sudah keberapa kali. Irfan hany

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 29

    "Dia habis nemuin kamu? Serius? Tapi kamu nggak apa-apa kan?" Seketika Aleta panik. Bagaimana tidak kalau calon suaminya ditemui oleh lelaki yang sejak dulu sekali ingin membunuhnya tak peduli dia adalah ayah kandung dari Kelvin. "Emang dia mau ngapain aku sih, Yang? Aku malah takut dia nekat nyari mama, ganggu mama lagi." jelas suara itu risau. "Dia ngomong apa emang?" kejar Aleta penasaran, harusnya tadi dia tidak langsung pulang, jadi dia bisa melihat dan mendengar langsung apa yang lelaki itu katakan pada Kelvin. "Cuma nanya aku bener anak mama apa bukan. Entah dia tahu dari mana, keceplosan juga tadi dia ngomong kalau dia itu dulu temen deket mama." Aleta mendengus perlahan, baru tahu dia kalau Irfan ini orangnya sedikit tidak tahu malu. "Kamu jawab apa? Kamu pura-pura nggak tahu soal rahasia mama sama Irfan, kan?" kekhawatiran mulai menyelimuti hati Aleta, ia benar-benar takut kalau sampai Irfan tega menyakiti Kelvin! "Ya aku berlagak bodoh, sekalian mau mancing reaksi di

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 28

    “Jadi gimana?” cecar Irfan begitu Hendra duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Irfan.Nampak Hendra menghela napas panjang, ia merogoh saku dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Hendra nampak fokus pada benda itu beberapa saat sampai kemudian ia menyodorkan ponselnya ke depan Irfan.Dengan segera Irfan meraih ponsel yang disodorkan padanya. Mata Irfan menyipit membaca rentetan data yang ada di sana, hingga kemudian mata itu membelalak ketika membaca nama orang tua dari lelaki yang hendak menikah dengan putri rekan bisnis Irfan.“Ye-Yeni?” tangan Irfan bergetar hebat, ia mengankat wajah, menatap Hendra yang nampak heran melihat perubahan pada wajah Irfan.“Betul, Pak. Itu ibu kandung dari si Kelvin.” jawab Hendra yang membuat Irfan segera menyandarkan tubuh di kursi.Otaknya mendadak blank. Jadi benar Kelvin adalah anak dari Yeni? Tapi belum tentu itu anak Irfan, kan? Bisa saja Kelvin adalah anak Yeni dengan suaminya, ada nama laki-laki yang tercatat sebagai ayah dari Kelvin d

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 27

    "Bagaimana kalau benar dia ...."Irfan baru saja hendak memikirkan kemungkinan terburuk, ketika tiba-tiba ponsel di atas meja berdering nyaring. Ia tersentak terkejut, dengan bergegas diraihnya benda itu dan segera mengangkat panggilan yang dilayangkan kepadanya. "Gimana, Hen?" Tanya Irfan tak sabar. "Saya sudah dapat semua informasi mendetail tentang calon menantu pak Beni, Pak. Saya da--.""Posisimu di mana?" Tanya Irfan dengan segera. "Saya masih di kampus te--.""Ke ruangan saya sekarang! Saya tunggu!"Tut! Irfan segera memutuskan sambungan telepon. Hatinya benar-benar risau. Ia ingin Hendra menjelaskan dan memberitahu semua informasi itu secara langsung di hadapan Irfan. "Semoga tidak seperti apa yang aku pikirkan." Irfan mendesah panjang. Kepalanya mendadak pening. Tentu ini bukan hal yang mudah untuknya kalau benar ternyata anak itu adalah buah cintanya dengan Yeni. Baik dulu maupun sekarang, kehadirannya akan menjadi sebuah masalah besar! Hal yang kemudian membuat Irfan

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 26

    "Bapak nggak apa-apa?"Irfan tersentak, ia menatap ke arah sebelahnya, di mana Hendra nampak tengah memperhatikan dirinya dengan saksama. "Fine. Saya nggak apa-apa." Irfan menghela napas panjang, berusaha menyunggingkan seulas senyum untuk menutupi pikirannya yang berkecamuk. "Bapak yakin? Sejak tadi saya lihat Bapak seperti tidak fokus. Bapak benar-benar tidak apa-apa? Atau mungkin merasa pusing?"Irfan terkekeh, kepalanya menggeleng pelan sebagai jawaban akan kekhawatiran Hendra. Ternyata anak buahnya begitu memperhatikan Irfan dengan detail. Sampai-sampai dia tahu bahwa sejak tadi pikiran Irfan memang melayang sampai mana-mana.Bagaimana Irfan bisa tenang, kalau wajah dan sorot mata pemuda tadi mengingatkan Irfan pada seseorang pada masa lalu yang bahkan sudah Irfan lupakan sekian lamanya. "Hen, masih ingat tugas yang tadi saya kasih ke kamu?" Irfan benar-benar penasaran, kali ini tujuan Irfan berbeda. Ia memang penasaran, tapi dalam konteks lain."Tentu masih ingat, Pak. Bapak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status