Audrey begitu bahagia karena selama beberapa hari ini dia akan terlepas dari pekerjaan-pekerjaan kantor yang begitu membebaninya. Perusahaan akan mengadakan gathering, semua divisi diharuskan ikut dalam acara itu.
Christian—atasan sekaligus pemilik perusahaan—menyewa sebuah resort mewah dan puluhan kamar sekaligus untuk seluruh karyawan perusahaan. Dia sebagai kepala purchasing di kantor pun memiliki beberapa bawahan.
Selama menjadi kepala purchasing dan bekerja dua tahun di sana, Audrey jarang berinteraksi langsung dengan Christian. Karena semua interaksi dilakukannya melalui asisten pribadi Christian—Lody.
Tapi malam itu saat semua karyawan pulang lebih dulu, Audrey justru harus lembur mengerjakan beberapa sisa pekerjaan. Dia tak ingin menundanya karena besok acara gathering jadi dia ingin saat acara berlangsung dia tak perlu memikirkan urusan pekerjaan.
Audrey memperhatikan jam di dinding, sudah hampir pukul delapan malam. Hanya tersisa dirinya di
Semenjak kejadian malam itu, Audrey memutuskan resign. Audrey mengakui segalanya di hadapan keluarga besar dan di depan kekasihnya. Bukannya membela, mereka justru menyalahkan Audrey. Akhirnya dia memutuskan dengan sisa tabungan yang ada, dia pergi dari dari Kota New York dan pindah ke sebuah kota kecil di Cooperstown. Dia bekerja di sebuah yayasan panti jompo di bagian administrasi, dengan gaji seadanya lalu menyewa sebuah ruangan bertipe studio sebagai tempat tinggalnya. “Audrey, kau kenapa? Wajahmu kelihatan pucat,” tanya seorang wanita tua yang menjadi rekan di tempat kerja barunya. Wanita tua itu adalah seorang kepala administrasi di tempatnya. “Aku mual, kepalaku pusing, Nyonya James.” “Mual?” “Setiap bangun pagi mualku lebih parah, aku tak tahan dengan bebauan.” “Jangan-jangan kau hamil, Sayang,” kata Nyonya James. Audrey menggigit bibir bawahnya sesaat dia teringat kejadian di malam itu, tiga bulan lalu saat Christian m
Audrey rasanya tak sanggup melihat wajah Kevin yang terlihat lesu. Lingkaran hitam di bawah matanya, belum lagi rambutnya sedikit lebih panjang dari sebelumnya, menandakan laki-laki itu tak lagi sempat mengurus dirinya. Berbeda dengan sebelumnya, wajah Kevin selalu ceria, dengan penampilan klimis, yang membuatnya terlihat memesona. Apakah karena hubungan keduanya menjadi berantakan, maka Kevin menjadi seperti itu? Apakah Audrey benar-benar membuat Kevin terpuruk? “Kevin, meski aku tak bisa berbohong jika jauh di lubuk hatiku kau masih memiliki cintaku. Tapi aku merasa aku tak akan pernah pantas bersamamu.” Kevin mendesah penuh putus asa, tak tahu lagi bagaimana membujuk Audrey untuk kembali padanya. Bukannya dia telah mengatakan dia menyesal? Kevin tak bisa memaksa. “Audrey, jika kau berubah pikiran kau tahu di mana harus menghubungiku. Sebulan, dua bulan, setahun, atau lebih aku masih akan menunggu. Aku telah membuat keputusan yang sa
Audrey menarik kursi ke arah tembok, kemudian menyandarkan kepalanya. Dia harus berbuat apa? Chris pasti sangat marah, tapi dia benar-benar membenci sosok itu. Setiap dia melihat Chris di hadapannya, ingatan-ingatan buruk itu seakan mencuat keluar dari dalam pikirannya. “Jack cepat sadar. Pria jahat itu sudah kembali, bahkan dia melakukan test DNA padamu. Aku tahu cepat atau lambat semuanya akan terbongkar, apa Tuhan tak bisa berbaik hati memberikan kebahagiaan padaku? Kenapa harus membuatmu dipertemukan dengan papa kandungmu? Aku membenci papamu, Jack.” Audrey menatap Jack, irama napasnya begitu teratur, sesekali terdengar dengkuran halus dari Jack. Audrey memainkan rambut Jack, disisirnya menggunakan jari-jarinya. Tak pernah bisa dibayangkan jika dia harus berpisah dari pria kecilnya. Akan menjadi apa dunianya nanti? Tanpa Jack mungkin dia akan menjadi gila, karena satu-satunya harapan adalah Jack, harapan untuk memandang dunia dari sisi lain. “Jangan perna
Dokter Hailey merasa tak tega melihat kondisi Audrey saat meminta obat di ruangannya beberapa jam yang lalu. Tapi dia tak bisa memberikannya secara sembarangan begitu saja tanpa mengetahui riwayat penderita. Dia bisa melihat dari kedua tatapan Audrey yang hampa, celak hitam di matanya, cara Audrey berinteraksi dengan lawan bicaranya yang tak mau menatap langsung, terkesan takut, entah apa yang disembunyikan wanita itu. Audrey tampak terlihat sangat tertekan. Hanya ada satu orang yang bisa membantu mengatasi masalah Audrey, dia yakin kawannya mau membantu Audrey. Dokter Hailey meraih ponsel dan menekan sebuah nomor. “Hallo?” Suara di seberang adalah suara seorang pria, terdengar agak serak dan basah, suara bariton khas laki-laki. “Hailey. Apa kabar?” “Leon, aku ingin meminta tolong padamu. Mungkin kau bisa membantuku,” ujar Dokter Hailey cepat tanpa basa-basi. “Katakan, apa yang bisa kubantu?” “Ibu dari pasien ya
Chris masih menunggui Jack, dia bercakap-cakap dengan pria cilik itu sesekali tertawa. Ada perasaan hangat mengalir di dalam dada Chris, yang dia sendiri tak paham perasaan itu. Chris hanya tahu, ada sedikit kebahagiaan melihat Jack yang sudah siuman dan bisa bercanda dengannya. Audrey yang mengintip dari bilik sebelah hanya memperhatikan keduanya. Tiba-tiba teringat valium yang diberikan oleh Dokter Hailey. Saat dirogohnya kantong mantel miliknya, obat itu sudah tak ada di sana. “Di mana aku menjatuhkan barang itu?” ucap Audrey cemas. Karena hanya barang itu satu-satunya yang bisa membuatnya tenang malam ini, apalagi setelah melihat Chris. Dia yakin tanpa obat itu, dia akan bermimpi sangat buruk. Chris yang mengetahui ada seseorang yang sedang mengintip di bilik sebelah, langsung berdiri dan menyingkap tirai yang menutupi Audrey. “Apa kau tahu, menguping itu tak baik?” ujar Chris ketus. Kedua mata Audrey menangkap botol kecil berisi valium ya
“T-tidak mungkin. Aku tak mungkin memperkosamu. Jadi ... Jack itu?”“Dia anak dari hasil kebrutalanmu. Kau puas?”Chris berkali-kali membasahi bibirnya, terlihat gugup. Demi Tuhan, tak ada satu pun kejadian yang melekat dalam ingatannya mengenai malam itu.“Kau bukan sedang mengarang cerita, kan?” tanya Chris ragu.“Mengarang? Aku hidup bertahan selama tujuh tahun karena Jack. Jika bukan karena Jack, aku mungkin sudah mati. Saat itu mungkin aku bisa membongkar semuanya pada publik dengan menulis sebuah surat, kenapa aku mati. Tapi aku tak melakukannya, Chris!”Entah darimana kekuatan itu muncul untuk melawan kata-kata Chris, membuat lutut Chris lemas, tubuhnya seakan tak memiliki tulang ketika mendengar pengakuan kejam tentang dirinya dari mulut Audrey.“Kenapa kau mempertahankan Jack? Kau bisa menggugurkannya,” tanya Chris lemah. Pandangan matanya tak fokus melihat Audrey, kedua bo
Jack yang saat itu menyaksikan Audrey dan Chris sempat beradu mulut, sampai Chris menampar Audrey di depannya, membuat Jack tak berani mengeluarkan suara sama sekali. Wajahnya pucat melihat perempuan yang dicintainya sejak kecil disakiti oleh Chris, tapi dia hanya seorang laki-laki kecil berusia 6 tahun yang tak mungkin melawan pria besar di hadapannya. “Mama,” panggil Jack pelan. Audrey tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara Jack memanggilnya. Kedua mata bulat berwarna hijau teduh itu terlihat sedih. Audrey menghampiri Jack, dengan cepat ditariknya Jack masuk ke dalam pelukan. “Mama di sini. Kau tak perlu takut,” ucap Audrey, lalu melirik ke arah yang menatapnya dengan tajam. “Tak ada yang bisa membawamu pergi dari mama, Jack. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu,” ucap Audrey seraya mengecup pucuk kepala Jack. Chris memandanganya sinis. Dengan kekuasaannya, dia mampu mengambil Jack dengan cara apa pun. Bahkan mampu membuat seisi kota
Saat Audrey terbangun keesokan harinya, dilihatnya dia dan Chris berganti tempat. Audrey bingung sejak kapan dia berada di sofa dan Chris? Dia melihat Chris dan Jack masih tertidur. Meski sedikit khawatir, diputuskannya untuk mencari sarapan di bawah. Audrey berjalan tergesa, kedua tangannya tenggelam dalam saku mantel, dia harus cepat membeli sarapan kemudian kembali ke ruangan. Dia tak mau begitu dia kembali, Chris telah membawa Jack pergi dari pandangannya. “Maaf.” Audrey tak sengaja menabrak punggung seorang laki-laki ketika dia berjalan. Wajahnya tak berani menatap laki-laki yang baru saja ditabraknya. “Kau? Aku seperti mengenalmu,” ujar laki-laki yang baru saja ditabrak Audrey. Audrey mempercepat langkahnya dan terus menunduk, laki-laki itu mendadak berlari mengejarnya. Tanpa berani menoleh, Audrey tahu laki-laki itu masih mengikutinya. “Maafkan aku!” “Tunggu, aku bukan mau memarahimu!” Audrey berjalan dan mencoba menging
Sekarang yang harus Chris pikirkan bagaimana cara dia mengambil kembali Audrey, sedangkan wanita itu sudah mencintai Lody, sepupu sekaligus asistennya yang dulu selalu bersikap seperti seekor anjing setia padanya, tetapi sekarang dia sudah berani menentang."Kau itu hanya terobsesi pada tubuh wanita itu, bukan karena kau benar-benar menginginkannya, Chris!" seru Howard, lalu menertawakan ekspresi wajah Chris. Chris dibuat tidak berkutik dengan kata-kata Howard.Chris merasa tertantang oleh kata-kata Howard, namun dalam hatinya, keputusannya untuk mendapatkan kembali Audrey tidak bisa dipertimbangkan lagi. Dia tahu dia harus bertindak cepat sebelum semuanya terlambat."Mungkin kau benar, aku memang terobsesi. Tapi aku rasa, itu tidak salah, Ayah. Aku tidak suka saat melihat perempuan itu bersama Lody, aku benci hal itu. Aku ... aku menginginkan Audrey, aku tidak bisa memberikan alasannya," ucap Chris.Howard terkekeh, geli melihat ucapan Chris padanya. Jadi Chris mengatakan, sekarang
Howard tertawa saat mendengar ucapan Chris. Apa laki-laki itu sadar dengan ucapannya? Baru kali ini dia mendengar apa yang dikatakan oleh Chris dan sangat tidak masuk akal baginya. “Coba kau katakan sekali lagi padaku, apakah aku tidak salah mendengar?” “Aku ingin membawa anakku dan perempuan yang menjadi ibu dari putraku ke sini, apakah kau keberatan?” Chris mengulangi kembali pertanyaan meski terasa enggan, dia menekan gengsi dan ego di dalam diri hanya demi mengatakan hal tersebut pada Howard. “Tidak, aku tidak akan pernah mengijinkan kau membawa anak haram ke rumahku.” Howard tidak menyukai anak kecil, baginya mereka berisik dan mengganggu! Howard menatap tajam Chris, ekspresinya tidak menyisakan ruang untuk tawar-menawar. Dia bisa merasakan kemarahan memuncak di dalam dirinya. Anak haram itu, pikirnya, menjadikan situasi semakin rumit. "Chris, kau tahu betul peraturan rumah tanggaku. Aku tidak akan mentolerir adanya anak di sini yang bukan hasil dari pernikahan sah," Howard m
Brent berpikir, Audrey saja tidak begitu dekat dengannya, lalu dia menanyakan hal ini secara tiba-tiba tentu akan membuat wanita itu berpikir jika dia adalah pria kurang waras, kan?“Leon, apa menurutmu aku harus bertanya pada Audrey masalah ini? Lalu bagaimana jika ternyata bukan dia, pasti wanita itu akan menganggap jika aku adalah orang yang tidak waras,” kata Brent pada Leon.Leon tertawa, daripada Brent terus menerus merasa penasaran, ada baiknya dia bertanya langsung saja pada Audrey kan?“Brent, kau sudah mencari gadis kecil itu sejak dulu, tidak ada salahnya kau mendekati Audrey secara baik-baik dan bertanya padanya. Wanita itu bukan pemakan manusia, aku yakin dia tidak keberatan menjawab pertanyaanmu,” ucap Leon, meyakinkan Brent jika sebuah pertanyaan harus segera diselesaikan dengan tuntas sehingga tidak membuatnya mati penasaran!“Lalu bagaimana jika dia justru memarahiku?” Brent seketika merasa pesimis untuk bertanya pada Audrey, dia belum siap jika Audrey sampai memarahi
Chris tiba di apartemen miliknya, kedua matanya memandangi sekeliling. Aroma Audrey masih tersisa di dalam ruang tidurnya. Dia sendiri merasa heran, masih saja terus memikirkan wanita itu? “Aku benar-benar sudah gila, tidak seharusnya aku terus memikirkan wanita itu. Ada apa dengan diriku?” Chris mengumpat dirinya sendiri, rasanya kesal, dia tidak tahu apa yang tengah terjadi pada dirinya saat ini. Apakah mungkin saat ini dirinya benar-benar mulai merasa candu pada Audrey? Dia tidak bisa melupakan tubuh Audrey sama sekali, rasanya ada keinginan untuk terus menyentuh, menaklukan wanita itu di bawah tubuhnya. Bukan hanya sekadar menginginkan wanita itu menjadi pemuas hasrat bagi dirinya. Lody sendiri tidak menghubunginya semenjak bertengkar dengan dirinya, rasanya saat ini diri Chris benar-benar hanya seorang diri. “Aku akan meminta Audrey untuk bersamaku, Lody harus mau melepaskan wanita itu. Dia tidak memiliki hak apa pun atas dirinya, aku yang paling berhak, dia memiliki anak dar
Audrey terdiam, menatap Lody dengan intens. Wajah tampan milik Lody dan ketulusan hati pria itu telah membuatnya lulus, dia mencintai pria yang kini berada di bawah tubuhnya.“Beritahu aku di mana saja dia sempat menyentuh, maka biarkan aku yang memberikan jejak baru pada tubuhmu,” ucap Lody. Pria itu pun mengubah posisinya, membaringkan dengan lembut tubuh Audrey, seakan tubuh wanita itu terbuat dari kristal yang rapuh dan mudah pecah.“Dia menyentuh hampir di seluruh tubuhku, Lody. Jika sudah seperti itu, maka apa yang akan kau lakukan?” tanya Audrey. Kedua mata berwarna biru terang menatap sendu pada pria yang sangat dicintainya, Audrey berharap ... tidak akan pernah ada lagi nama Chris dalam kehidupannya!“Kalau begitu, biar aku aku yang memberikan jejak baru pada tubuhmu, Audrey,” kata Lody. Tanpa banyak bicara, dia mengecup kening Audrey, kedua mata Audrey terpejam, menikmati setiap sentuhan yang diberikan Lody padanya.Tak ada perasaan malu dalam diri Audrey, menghadapi pria ya
Kondisi Leon sudah diketahui, beruntung saat itu dia mendapatkan pertolongan di awal, jika tidak ... mungkin pria itu benar-benar kehabisan darah akibat ulah konyol Chris padanya.Lody sendiri diberitahukan jika Leon berada di rumah sakit saat ini, kondisinya sudah mulai membaik. Pria itu tidak mengerti dengan tingkah Chris. Dia bisa melakukan apa pun di saat pikirannya sedang kalut dan dipenuhi oleh amarah. Menyakiti Leon yang jelas-jelas tidak memiliki kesalahan pada Chris, adalah sebuah perbuatan konyol dan bodoh!Lody sendiri sudah kembali ke apartemen Audrey, dia melihat Audrey sudah siuman dan tengah duduk di meja makan, menyantap sepotong sandwich.“Audrey, kau sudah bangun. Mana Jack?” tanya Lody, seraya menutup pintu apartemen.“Hm, dia sedang bersama Nicole di apartemennya. Kau dari mana, aku pikir kau pergi meninggalkanku,” ucap Audrey lirih. Ketika dia bangun dia tidak mendapati sosok Lody di sisinya, membuat Audrey merasa sedih.Audrey pikir, Lody meninggalkan dirinya dan
“Pergilah ... Aku tidak berselera,” ucap Chris secara tiba-tiba, membuat Rossie terperanjat. Wanita malam itu terkejut dengan penolakan Chris barusan. Baru kali ini dia mendengar seorang pelanggan berkata jika dia merasa tidak selera pada Rossie? Apa ada sesuatu yang salah pada dirinya, sehingga pria itu berkata cukup kasar padanya? “A-apa ... maksudnya, Tuan?” tanya Rossie dengan kedua matanya yang terbilang indah menatap pria berparas tampan itu. Padahal dia sudah membayangkan, Chris dan dirinya akan melalui malam yang panjang dengan percumbuan-percumbuan panas di atas ranjang setelahnya. Chris terlihat tidak berselera sedikit pun untuk menyentuh Rossie, entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. “Aku sedang tidak berminat untuk bercinta dengan perempuan, kau ambil saja ini,” ucap Chris seraya menyerahkan selembar cek pada Rossie. Tidak biasanya Chris menolak santapan hangat yang ada di hadapannya. Wanita itu bahkan sudah bersiap untuk melucuti seluruh pakaiannya, begitu me
“Ayah, aku akan menjaga bicaraku, dan berhenti mencelamu jika kau bisa menunjukkan padaku apa arti sebuah kesetiaan. Jika kau belum bisa, jangan memintamu untuk berhenti menghujat dirimu,” balas Chris.Howard terdiam mendengar kata-kata Chris padanya. Ia tahu apa yang dikatakan Chris tidak sepenuhnya salah, tetapi bukankah semua itu bukan diawali olehnya? Kenapa memberi kesan, seolah dialah yang bersalah selama ini?Howard tertawa, dia menganggap apa yang baru saja dikatakan Chris lebih seperti sebuah lelucon konyol. Jane yang memulai dan dia menyambut gayung tersebut, untuk mengakhirinya akan sangat sulit bagi Howard, sebab ... dendam itu tidak akan pernah hilang selamanya! Rasa sakit itu semakin dalam, semakin menghilangkan kewarasannya.“Kau memintaku untuk berubah? Lalu apa jika aku berubah, kau akan mengubah perilakumu, hm?” tantang Howard pada putranya. Kedua pria yang sama keras kepalanya, tidak satu pun di antara mereka yang mau mengalah.Tidak ada gunanya melanjutkan percakap
Nicole mengangguk. Sedikit berbohong tidak masalah, dia tidak ingin Jack mengalami guncangan dalam jiwanya yang masih rapuh untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya!Lody meminta Nicole untuk membawa Jack pergi dari dalam ruangan, diberikannya beberapa lembar uang, dan meminta Nicole membawa pria tampan cilik itu pergi ke minimarket. Nicole menurutinya, dengan senang Jack mengikuti Nicole.Setelah keduanya pergi, Lody mulai membersihkan luka-luka yang ada pada wajah Audrey. Tidak habis pikir, mengapa Chris sama sekali tidak pernah berubah. Sifat iblisnya entah sampai kapan berada di dalam dirinya.“Audrey, aku akan berada di sisimu sampai kau benar-benar pulih. Setelah ini ada baiknya kau pindah ke tempat yang lebih aman. Aku akan mengantarmu kembali ke keluargamu,” bisik Lody seraya mengusap wajah pucat Audrey. Semakin dia membiarkan Audrey dengan kekerasan kepalanya, maka semakin dia akan mendapatkan serangan beruntun dari Chris yang tidak akan pernah mau mengalah!Selagi membas