“T-tidak mungkin. Aku tak mungkin memperkosamu. Jadi ... Jack itu?”
“Dia anak dari hasil kebrutalanmu. Kau puas?”
Chris berkali-kali membasahi bibirnya, terlihat gugup. Demi Tuhan, tak ada satu pun kejadian yang melekat dalam ingatannya mengenai malam itu.
“Kau bukan sedang mengarang cerita, kan?” tanya Chris ragu.
“Mengarang? Aku hidup bertahan selama tujuh tahun karena Jack. Jika bukan karena Jack, aku mungkin sudah mati. Saat itu mungkin aku bisa membongkar semuanya pada publik dengan menulis sebuah surat, kenapa aku mati. Tapi aku tak melakukannya, Chris!”
Entah darimana kekuatan itu muncul untuk melawan kata-kata Chris, membuat lutut Chris lemas, tubuhnya seakan tak memiliki tulang ketika mendengar pengakuan kejam tentang dirinya dari mulut Audrey.
“Kenapa kau mempertahankan Jack? Kau bisa menggugurkannya,” tanya Chris lemah. Pandangan matanya tak fokus melihat Audrey, kedua bo
Jack yang saat itu menyaksikan Audrey dan Chris sempat beradu mulut, sampai Chris menampar Audrey di depannya, membuat Jack tak berani mengeluarkan suara sama sekali. Wajahnya pucat melihat perempuan yang dicintainya sejak kecil disakiti oleh Chris, tapi dia hanya seorang laki-laki kecil berusia 6 tahun yang tak mungkin melawan pria besar di hadapannya. “Mama,” panggil Jack pelan. Audrey tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara Jack memanggilnya. Kedua mata bulat berwarna hijau teduh itu terlihat sedih. Audrey menghampiri Jack, dengan cepat ditariknya Jack masuk ke dalam pelukan. “Mama di sini. Kau tak perlu takut,” ucap Audrey, lalu melirik ke arah yang menatapnya dengan tajam. “Tak ada yang bisa membawamu pergi dari mama, Jack. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu,” ucap Audrey seraya mengecup pucuk kepala Jack. Chris memandanganya sinis. Dengan kekuasaannya, dia mampu mengambil Jack dengan cara apa pun. Bahkan mampu membuat seisi kota
Saat Audrey terbangun keesokan harinya, dilihatnya dia dan Chris berganti tempat. Audrey bingung sejak kapan dia berada di sofa dan Chris? Dia melihat Chris dan Jack masih tertidur. Meski sedikit khawatir, diputuskannya untuk mencari sarapan di bawah. Audrey berjalan tergesa, kedua tangannya tenggelam dalam saku mantel, dia harus cepat membeli sarapan kemudian kembali ke ruangan. Dia tak mau begitu dia kembali, Chris telah membawa Jack pergi dari pandangannya. “Maaf.” Audrey tak sengaja menabrak punggung seorang laki-laki ketika dia berjalan. Wajahnya tak berani menatap laki-laki yang baru saja ditabraknya. “Kau? Aku seperti mengenalmu,” ujar laki-laki yang baru saja ditabrak Audrey. Audrey mempercepat langkahnya dan terus menunduk, laki-laki itu mendadak berlari mengejarnya. Tanpa berani menoleh, Audrey tahu laki-laki itu masih mengikutinya. “Maafkan aku!” “Tunggu, aku bukan mau memarahimu!” Audrey berjalan dan mencoba menging
Kevin terus memandangi punggung Audrey yang semakin lama semakin mengecil dari pandangannya. Kevin mengepalkan tangan di dadanya, ada rasa sakit dan terluka di sana. Apa yang membuat hati Audrey seakan membeku dan menjadi sedingin sekarang? Tanpa disadarinya sepasang mata menatap Kevin tak jauh dari tempatnya berdiri mematung. Chris menyaksikan semuanya. Meski dia tak mendengar apa yang dikatakan kedua orang itu, dia yakin sesuatu sudah terjadi di antara kedua orang itu. “Siapa laki-laki yang bersama perempuan itu? Laki-laki itu terlihat sedikit memaksa, dan perempuan itu dengan dinginnya meninggalkannya. Ah sudahlah, apa peduliku,” ujar Chris lalu kembali masuk ke dalam ruangan Jack dirawat. Baru beberapa langkah, suara ponsel berdering dari saku Chris. “Ya, ada apa Lody?” “Tuan Besar ingin bertemu dengan Anda. Dia memintaku untuk menghubungi Anda, Tuan Chris,” jawab Lody dari seberang. Chris mengerutkan dahinya. Papanya ingin
Clara bergegas menuju ke kantor Chris begitu dia tahu Chris sudah kembali dari urusannya di kota lain. Saat itu Chris memberikan alasan jika dia harus pergi ke Cooperstown untuk urusan bisnis, dan Clara mempercayainya. Tidak sulit membuat gadis itu percaya, dan dia tak peduli harus berbohong, karena baginya Clara tak memiliki arti apa pun.Lody berpapasan dengan Clara di koridor. Clara yang mengenali Lody langsung menyapanya.“Hai, Lody. Apakah Chris ada di ruangannya?”“Ya, seperti yang kau tahu. Tuan Chris ada di ruangannya, dia sedang mengadakan rapat bersama beberapa investor secara online. Apa kau mau aku mengantarmu ke sana?” tanya Lody.“Aku akan menunggunya sampai dia selesai,” jawab Clara. Dia tak ingin mengganggu Chris, karena setahu Clara, jika sedang ada rapat penting seperti itu, Chris tak akan memperbolehkan siapa pun masuk ke dalam ruangan dan menginterupsi pekerjaannya. Apalagi untuk hal yang tak terlalu
Di tempat lain, beberapa wartawan berdesakan untuk mengambil berita tentang seseorang. Mereka saling menyikut, dan mendorong hanya agar bisa bergerak maju ke depan dan mengambil gambar laki-laki yang baru saja turun dari sebuah bugatti chiron berwarna hitam. Beberapa gadis muda berteriak histeris seraya mengangkat beberapa poster berukuran besar berisikan foto dan kalimat-kalimat yang cukup menjijikkan bagi seorang penggemar pada idolanya. “Tuan Brent, kami dengar-dengar perusahaan Anda akan mengeluarkan film terbaru, dan biaya produksi memakan biaya lebih tinggi dari film-film sebelumnya. Apakah film itu akan launching bulan-bulan ini atau?” Salah satu wartawan menyerobot barisan dengan susah payah dia maju dan memberanikan diri untuk bertanya pada Brent Miller. Brent Miller, tak ada yang tak mengenal nama pria berusia 29 tahun itu di jajaran industri perfilman. Brent adalah putera dari Brandon Miller, salah satu orang terkaya di Amerika dan memiliki pengaru
Lody tergesa-gesa menuju ke ruangan Chris, sebuah amplop putih yang didapatkannya dari rumah sakit membuat Lody ingin segera menyampaikan apa yang baru saja dikatakan dokter padanya. Semalam bos kesayangannya baru saja bergelut di apartemennya bersama Clara, setidaknya suasana hatinya sedikit lebih baik dari kemarin. Lody yakin, berita yang akan disampaikannya akan membuat Chris semakin bahagia. “Tuan Chris,” ucap Lody saat berada di dalam ruangan. Chris seperti biasa sedang berkutat dengan beberapa dokumen hasil rapat tadi pagi. Laporan keuangan dan hal lainnya sedang diperiksa, dan sepertinya semua dalam keadaan memuaskan melihat wajah Chris yang sesekali terlihat tersenyum. Pundi-pundi uang semakin deras mengalir, dan tentunya itu hal yang baik bagi dirinya. “Katakan bagaimana hasilnya?” tanya Chris tanpa berpaling dari kertas-kertas yang berada di meja kerja. “Valid. Jack adalah anak kandungmu. Semua hasil ada di dalam amplop putih ini, ba
Lody bergegas masuk ke dalam rumah Audrey, kemudian mengempaskan tubuhnya ke atas sofa sederhana yang ada di dalam ruangan itu. Dilemparnya sebuah amplop putih berisikan hasil tes ke atas meja kaca.“Kau buka, dan kau bisa membacanya,” ujar Lody masih kesal dengan perlakuan Audrey padanya.Audrey tertawa getir, diraihnya amplop yang ada di atas meja dan mengacungkannya pada Lody. “Kau kira, hasil tes ini akan membuatku mundur dan menyerahkan Jack pada kalian?!”“Maksudmu? Kau akan melawan Chris?”“Kau tahu seberapa payah aku bertahan selama sembilan bulan lebih sepuluh hari dengan kondisiku yang hampir meregang nyawa di saat melahirkan Jack? Kau kira aku mau melepaskan Jack? Meski Chris telah mengisi tubuh Jack dengan darah miliknya, bukan berarti Jack akan menjadi miliknya, tidak akan pernah!”“Tapi Audrey, dengan memberikan Jack pada Chris, bukan berarti kau tak bisa menemuinya. Pahamilah, Jac
Clara telah mempersiapkan diri untuk menghadiri acara Senator Harris. Dia berdandan sedemikian rupa, mengenakan sebuah gaun berwarna krem, memperlihatkan bahu indahnya, dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Malam itu Chris pun akan menghadiri acara yang sama, dia dan Clara tak jalan bersama. Chris malas menjemput Clara, dibiarkannya gadis itu datang sendirian ke acara Senator, karena bagi Chris hanya membuang-buang waktu untuk menjemput seorang perempuan, dia bisa jalan sendiri. Ketika Chris keluar dari Maybach hitamnya, semua mata memandanganya dengan takjub. Pria dengan setelan jas berwarna silver itu menarik perhatian semua mata. Tak ada senyuman yang terlukis di bibir indah milik Chris, hanya tatapan mata yang sangat dingin, dengan raut wajah lurus dan datar. Tapi mampu membuat wanita mana pun tergila-gila bahkan memohon untuk sekadar menatap dari kejauhan. Setelah Chris, sebuah bugatti chiron berhenti di depan lobby. Brent keluar dari dalamnya,
Sekarang yang harus Chris pikirkan bagaimana cara dia mengambil kembali Audrey, sedangkan wanita itu sudah mencintai Lody, sepupu sekaligus asistennya yang dulu selalu bersikap seperti seekor anjing setia padanya, tetapi sekarang dia sudah berani menentang."Kau itu hanya terobsesi pada tubuh wanita itu, bukan karena kau benar-benar menginginkannya, Chris!" seru Howard, lalu menertawakan ekspresi wajah Chris. Chris dibuat tidak berkutik dengan kata-kata Howard.Chris merasa tertantang oleh kata-kata Howard, namun dalam hatinya, keputusannya untuk mendapatkan kembali Audrey tidak bisa dipertimbangkan lagi. Dia tahu dia harus bertindak cepat sebelum semuanya terlambat."Mungkin kau benar, aku memang terobsesi. Tapi aku rasa, itu tidak salah, Ayah. Aku tidak suka saat melihat perempuan itu bersama Lody, aku benci hal itu. Aku ... aku menginginkan Audrey, aku tidak bisa memberikan alasannya," ucap Chris.Howard terkekeh, geli melihat ucapan Chris padanya. Jadi Chris mengatakan, sekarang
Howard tertawa saat mendengar ucapan Chris. Apa laki-laki itu sadar dengan ucapannya? Baru kali ini dia mendengar apa yang dikatakan oleh Chris dan sangat tidak masuk akal baginya. “Coba kau katakan sekali lagi padaku, apakah aku tidak salah mendengar?” “Aku ingin membawa anakku dan perempuan yang menjadi ibu dari putraku ke sini, apakah kau keberatan?” Chris mengulangi kembali pertanyaan meski terasa enggan, dia menekan gengsi dan ego di dalam diri hanya demi mengatakan hal tersebut pada Howard. “Tidak, aku tidak akan pernah mengijinkan kau membawa anak haram ke rumahku.” Howard tidak menyukai anak kecil, baginya mereka berisik dan mengganggu! Howard menatap tajam Chris, ekspresinya tidak menyisakan ruang untuk tawar-menawar. Dia bisa merasakan kemarahan memuncak di dalam dirinya. Anak haram itu, pikirnya, menjadikan situasi semakin rumit. "Chris, kau tahu betul peraturan rumah tanggaku. Aku tidak akan mentolerir adanya anak di sini yang bukan hasil dari pernikahan sah," Howard m
Brent berpikir, Audrey saja tidak begitu dekat dengannya, lalu dia menanyakan hal ini secara tiba-tiba tentu akan membuat wanita itu berpikir jika dia adalah pria kurang waras, kan?“Leon, apa menurutmu aku harus bertanya pada Audrey masalah ini? Lalu bagaimana jika ternyata bukan dia, pasti wanita itu akan menganggap jika aku adalah orang yang tidak waras,” kata Brent pada Leon.Leon tertawa, daripada Brent terus menerus merasa penasaran, ada baiknya dia bertanya langsung saja pada Audrey kan?“Brent, kau sudah mencari gadis kecil itu sejak dulu, tidak ada salahnya kau mendekati Audrey secara baik-baik dan bertanya padanya. Wanita itu bukan pemakan manusia, aku yakin dia tidak keberatan menjawab pertanyaanmu,” ucap Leon, meyakinkan Brent jika sebuah pertanyaan harus segera diselesaikan dengan tuntas sehingga tidak membuatnya mati penasaran!“Lalu bagaimana jika dia justru memarahiku?” Brent seketika merasa pesimis untuk bertanya pada Audrey, dia belum siap jika Audrey sampai memarahi
Chris tiba di apartemen miliknya, kedua matanya memandangi sekeliling. Aroma Audrey masih tersisa di dalam ruang tidurnya. Dia sendiri merasa heran, masih saja terus memikirkan wanita itu? “Aku benar-benar sudah gila, tidak seharusnya aku terus memikirkan wanita itu. Ada apa dengan diriku?” Chris mengumpat dirinya sendiri, rasanya kesal, dia tidak tahu apa yang tengah terjadi pada dirinya saat ini. Apakah mungkin saat ini dirinya benar-benar mulai merasa candu pada Audrey? Dia tidak bisa melupakan tubuh Audrey sama sekali, rasanya ada keinginan untuk terus menyentuh, menaklukan wanita itu di bawah tubuhnya. Bukan hanya sekadar menginginkan wanita itu menjadi pemuas hasrat bagi dirinya. Lody sendiri tidak menghubunginya semenjak bertengkar dengan dirinya, rasanya saat ini diri Chris benar-benar hanya seorang diri. “Aku akan meminta Audrey untuk bersamaku, Lody harus mau melepaskan wanita itu. Dia tidak memiliki hak apa pun atas dirinya, aku yang paling berhak, dia memiliki anak dar
Audrey terdiam, menatap Lody dengan intens. Wajah tampan milik Lody dan ketulusan hati pria itu telah membuatnya lulus, dia mencintai pria yang kini berada di bawah tubuhnya.“Beritahu aku di mana saja dia sempat menyentuh, maka biarkan aku yang memberikan jejak baru pada tubuhmu,” ucap Lody. Pria itu pun mengubah posisinya, membaringkan dengan lembut tubuh Audrey, seakan tubuh wanita itu terbuat dari kristal yang rapuh dan mudah pecah.“Dia menyentuh hampir di seluruh tubuhku, Lody. Jika sudah seperti itu, maka apa yang akan kau lakukan?” tanya Audrey. Kedua mata berwarna biru terang menatap sendu pada pria yang sangat dicintainya, Audrey berharap ... tidak akan pernah ada lagi nama Chris dalam kehidupannya!“Kalau begitu, biar aku aku yang memberikan jejak baru pada tubuhmu, Audrey,” kata Lody. Tanpa banyak bicara, dia mengecup kening Audrey, kedua mata Audrey terpejam, menikmati setiap sentuhan yang diberikan Lody padanya.Tak ada perasaan malu dalam diri Audrey, menghadapi pria ya
Kondisi Leon sudah diketahui, beruntung saat itu dia mendapatkan pertolongan di awal, jika tidak ... mungkin pria itu benar-benar kehabisan darah akibat ulah konyol Chris padanya.Lody sendiri diberitahukan jika Leon berada di rumah sakit saat ini, kondisinya sudah mulai membaik. Pria itu tidak mengerti dengan tingkah Chris. Dia bisa melakukan apa pun di saat pikirannya sedang kalut dan dipenuhi oleh amarah. Menyakiti Leon yang jelas-jelas tidak memiliki kesalahan pada Chris, adalah sebuah perbuatan konyol dan bodoh!Lody sendiri sudah kembali ke apartemen Audrey, dia melihat Audrey sudah siuman dan tengah duduk di meja makan, menyantap sepotong sandwich.“Audrey, kau sudah bangun. Mana Jack?” tanya Lody, seraya menutup pintu apartemen.“Hm, dia sedang bersama Nicole di apartemennya. Kau dari mana, aku pikir kau pergi meninggalkanku,” ucap Audrey lirih. Ketika dia bangun dia tidak mendapati sosok Lody di sisinya, membuat Audrey merasa sedih.Audrey pikir, Lody meninggalkan dirinya dan
“Pergilah ... Aku tidak berselera,” ucap Chris secara tiba-tiba, membuat Rossie terperanjat. Wanita malam itu terkejut dengan penolakan Chris barusan. Baru kali ini dia mendengar seorang pelanggan berkata jika dia merasa tidak selera pada Rossie? Apa ada sesuatu yang salah pada dirinya, sehingga pria itu berkata cukup kasar padanya? “A-apa ... maksudnya, Tuan?” tanya Rossie dengan kedua matanya yang terbilang indah menatap pria berparas tampan itu. Padahal dia sudah membayangkan, Chris dan dirinya akan melalui malam yang panjang dengan percumbuan-percumbuan panas di atas ranjang setelahnya. Chris terlihat tidak berselera sedikit pun untuk menyentuh Rossie, entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. “Aku sedang tidak berminat untuk bercinta dengan perempuan, kau ambil saja ini,” ucap Chris seraya menyerahkan selembar cek pada Rossie. Tidak biasanya Chris menolak santapan hangat yang ada di hadapannya. Wanita itu bahkan sudah bersiap untuk melucuti seluruh pakaiannya, begitu me
“Ayah, aku akan menjaga bicaraku, dan berhenti mencelamu jika kau bisa menunjukkan padaku apa arti sebuah kesetiaan. Jika kau belum bisa, jangan memintamu untuk berhenti menghujat dirimu,” balas Chris.Howard terdiam mendengar kata-kata Chris padanya. Ia tahu apa yang dikatakan Chris tidak sepenuhnya salah, tetapi bukankah semua itu bukan diawali olehnya? Kenapa memberi kesan, seolah dialah yang bersalah selama ini?Howard tertawa, dia menganggap apa yang baru saja dikatakan Chris lebih seperti sebuah lelucon konyol. Jane yang memulai dan dia menyambut gayung tersebut, untuk mengakhirinya akan sangat sulit bagi Howard, sebab ... dendam itu tidak akan pernah hilang selamanya! Rasa sakit itu semakin dalam, semakin menghilangkan kewarasannya.“Kau memintaku untuk berubah? Lalu apa jika aku berubah, kau akan mengubah perilakumu, hm?” tantang Howard pada putranya. Kedua pria yang sama keras kepalanya, tidak satu pun di antara mereka yang mau mengalah.Tidak ada gunanya melanjutkan percakap
Nicole mengangguk. Sedikit berbohong tidak masalah, dia tidak ingin Jack mengalami guncangan dalam jiwanya yang masih rapuh untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya!Lody meminta Nicole untuk membawa Jack pergi dari dalam ruangan, diberikannya beberapa lembar uang, dan meminta Nicole membawa pria tampan cilik itu pergi ke minimarket. Nicole menurutinya, dengan senang Jack mengikuti Nicole.Setelah keduanya pergi, Lody mulai membersihkan luka-luka yang ada pada wajah Audrey. Tidak habis pikir, mengapa Chris sama sekali tidak pernah berubah. Sifat iblisnya entah sampai kapan berada di dalam dirinya.“Audrey, aku akan berada di sisimu sampai kau benar-benar pulih. Setelah ini ada baiknya kau pindah ke tempat yang lebih aman. Aku akan mengantarmu kembali ke keluargamu,” bisik Lody seraya mengusap wajah pucat Audrey. Semakin dia membiarkan Audrey dengan kekerasan kepalanya, maka semakin dia akan mendapatkan serangan beruntun dari Chris yang tidak akan pernah mau mengalah!Selagi membas