Aku mengambil tasku dan mengeluarkan ponselku. "Aku akan menelepon polisi!"Berpikir bahwa dia akan menghentikanku, aku duduk sedikit menjauh, bersiap-siap untuk melompat keluar dari mobil kapan saja.Dia tetap duduk diam. "Telepon saja, itu hakmu. Tapi, aku ingin kamu pikirkan satu hal. Setelah lapor polisi, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?""Kamu melakukan kekerasan kepadaku, jadi aku mau cerai! Kamu harus pergi dari rumah tanpa membawa apa pun!""Benarkah?" Dia tersenyum kecut dan mengangkat lengan kirinya. "Kamu menikam lenganku, kamu bilang aku yang melakukan kekerasan?"Aku berteriak dengan marah, "Kamu yang memukulku duluan!""Kamu yang menikamku duluan!"Dia tertawa, "Polisi nggak bisa menyelesaikan masalah rumah tangga. Siapa yang akan mereka percaya?"Pada saat ini, aku menyadari bahwa Rizal sangat tidak tahu malu!Ya, aku mengalami luka ringan, dia juga mengalami luka ringan. Ketika polisi datang, bagaimana mereka akan menjelaskan masalahnya?"Sayang, intinya, kita se
Aku menjamu Melly dan Lina dengan banyak makanan, suasana pun sangat hidup.Menjelang pukul sepuluh malam, aku mengantar mereka sampai ke depan sambil berbincang dan tertawa.Pukul sepuluh malam, kami akhirnya bisa istirahat.Malam itu tampak tenang dan lancar seperti sebelumnya.Untuk beberapa saat, aku tidak bisa tidur. Aku berbaring di tempat tidur dan melihat-lihat video.Aku mengikuti berita terkini kota. Video tersebut menyebutkan tentang kecelakaan mobil yang terjadi di depan kantor kami.Dua orang tewas di tempat, tiga orang terluka parah dan dua orang kritis.Pengemudi mobil tersebut memilih untuk melarikan diri dan masih buron!Pengemudi mobil wanita itu bernama Aleea, yang merupakan seorang pengganggu saat masih SMA, suka menggertak teman-teman sekelasnya.Aku mengenalnya, tetapi hanya sedikit berinteraksi dengannya.Tiba-tiba aku teringat bahwa Rizal sepertinya pernah menjalin hubungan dengannya.Entah kenapa aku selalu merasa ada yang salah dengan Aleea. Namun, aku tidak b
Aku bangun di pagi hari dan menyiapkan sarapan dengan sungguh-sungguh.Panekuk pisang, roti kukus, roti asparagus, panekuk labu, roti isi, bubur kenari dan kurma merah, bubur ubi jalar dan jagung, serta yang lainnya. Semuanya adalah sarapan favorit Rizal.Dia sudah bekerja sangat keras dan cerdas, tentu saja aku harus menghadiahinya."Eh, kenapa kamu buat sebanyak ini?"Rizal datang setelah menggosok gigi. Melihat sarapan di atas meja, dia menatapku dengan tatapan kosong."Kalau buat banyak bisa dibungkus buat dikasih Melly nanti." Aku menjelaskan dengan lembut.Rizal tidak berkata apa-apa lagi, langsung duduk dan menyantapnya.Aku mengambil sendok. "Bubur kenari dan kurma merah apa bubur ubi dan jagung?""Bubur ubi dan jagung. Tolong kasih lebih banyak gula."Rizal membuka ponselnya untuk mengecek pesan-pesannya sambil menyantap panekuk labu.Aku menyajikan semangkuk bubur ubi dan jagung, menambahkan sedikit gula ke dalamnya. Aku secara tidak sengaja menambahkan bubuk puring yang suda
"Kita sampai!"Melly akhirnya tiba dengan dan membawa beberapa temannya.Dia membawa empat orang, dua pria dan dua wanita. Mereka adalah istri pemilik toko dan tiga orang tukang yang menjual pintu besi.Mereka membawa berbagai macam alat pembuka kunci, bahkan pemotong.Kami segera mendatangi pintu ruang bawah tanah dan mulai mencoba membukanya.Ini adalah versi pintu pengaman yang cukup tebal, mirip dengan jenis pintu pengaman yang digunakan oleh bank. Pintu ini sangat kuat, dengan menggunakan metode mengganti silinder pun tetap tidak bisa dibuka.Akhirnya kami tidak punya pilihan, jadi mencabut catu daya dan menggunakan pemotong.Krieett!Krieett!Dua orang tukang bergantian menggunakan mesin pemotong, mencoba membuka pintu.Butuh waktu dua jam dan mereka akhirnya berhasil membukanya.Aku menyalakan lampu ruang bawah tanah di dalam. Aku melihat tiga kamar yang pintunya terbuka, sementara pintu satu kamar lainnya tertutup. Jadi, mereka pergi untuk membuka pintunya.Aku mencoba membuka
Rizal terbaring di sebuah kamar rumah sakit dan diinfus.Ketika aku masuk ke ruang perawatan, dia masih terlihat sangat kesakitan.Aku bertanya, "Masih diare?""Ya, tapi sedikit. Aku pakai popok."Rizal menunjuk popok di sebelahnya. "Sepertinya celananya sudah kena. Tolong bantu cucikan, aku mau ganti popok."Aku mencibir, "Kamu ingin aku mencucinya?"Dia terdiam. "Kamu istriku, kalau bukan kamu, lalu siapa lagi?"Melihat tatapannya yang menuntut, aku tertawa.Pada saat ini, tugasku sebagai istri sangat dibutuhkan."Kamu seharusnya bukan minta tolong padaku, minta tolong saja sama wanita lain.""Siapa?" Dia membeku.Aku menyebutkan nama wanita itu, "Aleea."Dia duduk dengan kaget. "Siapa? Siapa Aleea dan apa yang kamu bicarakan?"Dia masih pura-pura tidak mengerti.Aku menatapnya yang terus berpura-pura, "Aleea, kamu lupa?"Dia terus menggelengkan kepalanya. "Nggak kenal, nggak pernah dengar nama itu!""Benarkah?"Aku mengingatkannya, "Siapa yang kamu sembunyikan di ruang bawah tanah?"
Aku mencengkeram pagar bangunan, tubuhku gemetar menggigil karena marah.Rumah kecil ini dibeli oleh orang tuaku dengan sebagian besar tabungan yang mereka punya untuk hadiah pernikahan kami.Ini adalah rumahku!Kenapa aku tidak boleh masuk ke ruang bawah tanah?Sebagai suamiku, apa haknya bicara kasar begitu padaku?Aku menarik napas dalam-dalam dan mengendalikan amarahku. "Rizal, begini caramu bicara padaku?"Rizal masih mencengkeram erat piyama ku. "Sayang, ayo naik dulu. Nanti aku jelasin kalau sudah di kamar.""Nggak bisa jelasin di sini saja?"Aku menunjuk ke ruang bawah tanah yang gelap di bawah. "Kenapa aku nggak boleh ke sana? Apa aku nggak punya hak buat ke sana?""Aku lagi olahraga dan ada barang kesayanganku di sana. Tapi, kamu masih belum boleh lihat."Rizal berjalan ke tangga di bawah dan menghalangi jalanku untuk turun."Kenapa?""Karena belum waktunya. Kalau sudah waktunya, kamu baru boleh lihat. Aku pastikan kamu bakal lihat sendiri."Perutku terasa sesak. Aku menarik
Fajar sudah menyingsing.Aku membuat sarapan seperti biasa.Membuat sarapan kesukaan Rizal.Dia masih terlihat cuek, makan dalam diam dan tidak berkomunikasi denganku.Sikapnya ini memberi kesan bahwa aku bukan istrinya, melainkan pembantunya.Setelah sarapan, aku mengantarnya ke tempat kerja.Kami berdua bekerja di sebuah perusahaan parfum, sama-sama di bagian penjualan.Setelah memarkir mobil, aku melangkah masuk ke kantor.Ketika dia menghilang, aku memberi pesan kepada salah satu rekan kerjaku, setelah itu meninggalkan perusahaan.Aku tidak pakai mobil, lebih memilih pulang naik taksi.Aku membuka pintu depan, bergegas ke ruang tamu secepat mungkin dan turun ke ruang bawah tanah.Sesampainya di sana, aku terkejut.Pintu ruang bawah tanah ternyata sudah diganti!Aku tidak tahu kapan pintu itu diganti, tetapi pintu itu diganti menjadi pintu pengaman dengan kunci kode!Tanpa kata sandi, mustahil untuk bisa masuk ke dalam!Aku mengeluarkan ponsel dan mengambil foto pintu, mencoba untuk
Sekarang sudah malam lagi.Sambil memasak makan malam, aku membuka pengawasan ponsel dan memeriksanya lagi.Hasilnya sama dengan yang kulihat di pagi hari, CCTV rusak.Apa Rizal sengaja melakukannya?Aku membuat makan malam. Ketika sampai di ruang makan, Rizal kembali sambil membawa kue di tangannya.Namun, sikapnya terlihat mencurigakan dan tidak ingin aku melihatnya. Dia menyembunyikan kue itu di ruang penyimpanan.Aku meliriknya sekilas, tetapi masih bisa melihat bahwa itu adalah kue yang dibuat dengan sangat cantik.Aku terkejut.Hari ini bukan hari ulang tahunnya, juga bukan hari ulang tahunku. Jadi, kenapa dia membeli kue semacam itu?Dia tidak mengatakan apa-apa, aku juga tidak bertanya.Saat makan malam, kami masih saling bicara walaupun sedikit.Dia seperti pengunjung yang memasuki restoran dan aku seperti pelayan.Menjelang tidur, tiba waktunya untuk mengganti kain kasa di tangan kananku.Dengan hati-hati aku membukanya sendiri, mengoleskan obat anti radang dan membungkusnya
Rizal terbaring di sebuah kamar rumah sakit dan diinfus.Ketika aku masuk ke ruang perawatan, dia masih terlihat sangat kesakitan.Aku bertanya, "Masih diare?""Ya, tapi sedikit. Aku pakai popok."Rizal menunjuk popok di sebelahnya. "Sepertinya celananya sudah kena. Tolong bantu cucikan, aku mau ganti popok."Aku mencibir, "Kamu ingin aku mencucinya?"Dia terdiam. "Kamu istriku, kalau bukan kamu, lalu siapa lagi?"Melihat tatapannya yang menuntut, aku tertawa.Pada saat ini, tugasku sebagai istri sangat dibutuhkan."Kamu seharusnya bukan minta tolong padaku, minta tolong saja sama wanita lain.""Siapa?" Dia membeku.Aku menyebutkan nama wanita itu, "Aleea."Dia duduk dengan kaget. "Siapa? Siapa Aleea dan apa yang kamu bicarakan?"Dia masih pura-pura tidak mengerti.Aku menatapnya yang terus berpura-pura, "Aleea, kamu lupa?"Dia terus menggelengkan kepalanya. "Nggak kenal, nggak pernah dengar nama itu!""Benarkah?"Aku mengingatkannya, "Siapa yang kamu sembunyikan di ruang bawah tanah?"
"Kita sampai!"Melly akhirnya tiba dengan dan membawa beberapa temannya.Dia membawa empat orang, dua pria dan dua wanita. Mereka adalah istri pemilik toko dan tiga orang tukang yang menjual pintu besi.Mereka membawa berbagai macam alat pembuka kunci, bahkan pemotong.Kami segera mendatangi pintu ruang bawah tanah dan mulai mencoba membukanya.Ini adalah versi pintu pengaman yang cukup tebal, mirip dengan jenis pintu pengaman yang digunakan oleh bank. Pintu ini sangat kuat, dengan menggunakan metode mengganti silinder pun tetap tidak bisa dibuka.Akhirnya kami tidak punya pilihan, jadi mencabut catu daya dan menggunakan pemotong.Krieett!Krieett!Dua orang tukang bergantian menggunakan mesin pemotong, mencoba membuka pintu.Butuh waktu dua jam dan mereka akhirnya berhasil membukanya.Aku menyalakan lampu ruang bawah tanah di dalam. Aku melihat tiga kamar yang pintunya terbuka, sementara pintu satu kamar lainnya tertutup. Jadi, mereka pergi untuk membuka pintunya.Aku mencoba membuka
Aku bangun di pagi hari dan menyiapkan sarapan dengan sungguh-sungguh.Panekuk pisang, roti kukus, roti asparagus, panekuk labu, roti isi, bubur kenari dan kurma merah, bubur ubi jalar dan jagung, serta yang lainnya. Semuanya adalah sarapan favorit Rizal.Dia sudah bekerja sangat keras dan cerdas, tentu saja aku harus menghadiahinya."Eh, kenapa kamu buat sebanyak ini?"Rizal datang setelah menggosok gigi. Melihat sarapan di atas meja, dia menatapku dengan tatapan kosong."Kalau buat banyak bisa dibungkus buat dikasih Melly nanti." Aku menjelaskan dengan lembut.Rizal tidak berkata apa-apa lagi, langsung duduk dan menyantapnya.Aku mengambil sendok. "Bubur kenari dan kurma merah apa bubur ubi dan jagung?""Bubur ubi dan jagung. Tolong kasih lebih banyak gula."Rizal membuka ponselnya untuk mengecek pesan-pesannya sambil menyantap panekuk labu.Aku menyajikan semangkuk bubur ubi dan jagung, menambahkan sedikit gula ke dalamnya. Aku secara tidak sengaja menambahkan bubuk puring yang suda
Aku menjamu Melly dan Lina dengan banyak makanan, suasana pun sangat hidup.Menjelang pukul sepuluh malam, aku mengantar mereka sampai ke depan sambil berbincang dan tertawa.Pukul sepuluh malam, kami akhirnya bisa istirahat.Malam itu tampak tenang dan lancar seperti sebelumnya.Untuk beberapa saat, aku tidak bisa tidur. Aku berbaring di tempat tidur dan melihat-lihat video.Aku mengikuti berita terkini kota. Video tersebut menyebutkan tentang kecelakaan mobil yang terjadi di depan kantor kami.Dua orang tewas di tempat, tiga orang terluka parah dan dua orang kritis.Pengemudi mobil tersebut memilih untuk melarikan diri dan masih buron!Pengemudi mobil wanita itu bernama Aleea, yang merupakan seorang pengganggu saat masih SMA, suka menggertak teman-teman sekelasnya.Aku mengenalnya, tetapi hanya sedikit berinteraksi dengannya.Tiba-tiba aku teringat bahwa Rizal sepertinya pernah menjalin hubungan dengannya.Entah kenapa aku selalu merasa ada yang salah dengan Aleea. Namun, aku tidak b
Aku mengambil tasku dan mengeluarkan ponselku. "Aku akan menelepon polisi!"Berpikir bahwa dia akan menghentikanku, aku duduk sedikit menjauh, bersiap-siap untuk melompat keluar dari mobil kapan saja.Dia tetap duduk diam. "Telepon saja, itu hakmu. Tapi, aku ingin kamu pikirkan satu hal. Setelah lapor polisi, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?""Kamu melakukan kekerasan kepadaku, jadi aku mau cerai! Kamu harus pergi dari rumah tanpa membawa apa pun!""Benarkah?" Dia tersenyum kecut dan mengangkat lengan kirinya. "Kamu menikam lenganku, kamu bilang aku yang melakukan kekerasan?"Aku berteriak dengan marah, "Kamu yang memukulku duluan!""Kamu yang menikamku duluan!"Dia tertawa, "Polisi nggak bisa menyelesaikan masalah rumah tangga. Siapa yang akan mereka percaya?"Pada saat ini, aku menyadari bahwa Rizal sangat tidak tahu malu!Ya, aku mengalami luka ringan, dia juga mengalami luka ringan. Ketika polisi datang, bagaimana mereka akan menjelaskan masalahnya?"Sayang, intinya, kita se
"Gishel, aku sudah tanya temanku!"Sambil menarik tanganku, Melly berkata dengan nada tinggi begitu aku sampai di kantor.Ada rekan kerja lain yang duduk di sebelahku, jadi aku memberi isyarat agar dia memelankan suaranya.Dia menutup mulutnya saat tertawa, mendekat ke arahku dan berbisik, "Temanku bilang kalau pintu biasa semacam itu bisa dibuka. Tukang kunci nggak bisa buka, tapi dia bisa."Bagus sekali!Aku sangat gembira. Saat rekan kerja di sebelahku pergi, aku menarik Melly untuk duduk dan berbisik, "Melly, tolong bantu aku."Dia melotot kepadaku. "Sudah kubilang, jangan sungkan kepadaku, katakan saja!"Aku melirik ke pintu kantor. Begitu yakin tidak ada orang lain, aku merangkul pundaknya dan membisikkan beberapa kata ke telinganya.Dia mendengarkan sambil mengangguk. "Serahkan kepadaku."Kami berunding selama sepuluh menit penuh dan dia segera pergi.Sedangkan aku hanya duduk di dalam kantor dan menunggu.Di sela-sela itu, aku melihat Rizal mengendap-endap beberapa kali.Rupany
Sekarang sudah malam lagi.Sambil memasak makan malam, aku membuka pengawasan ponsel dan memeriksanya lagi.Hasilnya sama dengan yang kulihat di pagi hari, CCTV rusak.Apa Rizal sengaja melakukannya?Aku membuat makan malam. Ketika sampai di ruang makan, Rizal kembali sambil membawa kue di tangannya.Namun, sikapnya terlihat mencurigakan dan tidak ingin aku melihatnya. Dia menyembunyikan kue itu di ruang penyimpanan.Aku meliriknya sekilas, tetapi masih bisa melihat bahwa itu adalah kue yang dibuat dengan sangat cantik.Aku terkejut.Hari ini bukan hari ulang tahunnya, juga bukan hari ulang tahunku. Jadi, kenapa dia membeli kue semacam itu?Dia tidak mengatakan apa-apa, aku juga tidak bertanya.Saat makan malam, kami masih saling bicara walaupun sedikit.Dia seperti pengunjung yang memasuki restoran dan aku seperti pelayan.Menjelang tidur, tiba waktunya untuk mengganti kain kasa di tangan kananku.Dengan hati-hati aku membukanya sendiri, mengoleskan obat anti radang dan membungkusnya
Fajar sudah menyingsing.Aku membuat sarapan seperti biasa.Membuat sarapan kesukaan Rizal.Dia masih terlihat cuek, makan dalam diam dan tidak berkomunikasi denganku.Sikapnya ini memberi kesan bahwa aku bukan istrinya, melainkan pembantunya.Setelah sarapan, aku mengantarnya ke tempat kerja.Kami berdua bekerja di sebuah perusahaan parfum, sama-sama di bagian penjualan.Setelah memarkir mobil, aku melangkah masuk ke kantor.Ketika dia menghilang, aku memberi pesan kepada salah satu rekan kerjaku, setelah itu meninggalkan perusahaan.Aku tidak pakai mobil, lebih memilih pulang naik taksi.Aku membuka pintu depan, bergegas ke ruang tamu secepat mungkin dan turun ke ruang bawah tanah.Sesampainya di sana, aku terkejut.Pintu ruang bawah tanah ternyata sudah diganti!Aku tidak tahu kapan pintu itu diganti, tetapi pintu itu diganti menjadi pintu pengaman dengan kunci kode!Tanpa kata sandi, mustahil untuk bisa masuk ke dalam!Aku mengeluarkan ponsel dan mengambil foto pintu, mencoba untuk
Aku mencengkeram pagar bangunan, tubuhku gemetar menggigil karena marah.Rumah kecil ini dibeli oleh orang tuaku dengan sebagian besar tabungan yang mereka punya untuk hadiah pernikahan kami.Ini adalah rumahku!Kenapa aku tidak boleh masuk ke ruang bawah tanah?Sebagai suamiku, apa haknya bicara kasar begitu padaku?Aku menarik napas dalam-dalam dan mengendalikan amarahku. "Rizal, begini caramu bicara padaku?"Rizal masih mencengkeram erat piyama ku. "Sayang, ayo naik dulu. Nanti aku jelasin kalau sudah di kamar.""Nggak bisa jelasin di sini saja?"Aku menunjuk ke ruang bawah tanah yang gelap di bawah. "Kenapa aku nggak boleh ke sana? Apa aku nggak punya hak buat ke sana?""Aku lagi olahraga dan ada barang kesayanganku di sana. Tapi, kamu masih belum boleh lihat."Rizal berjalan ke tangga di bawah dan menghalangi jalanku untuk turun."Kenapa?""Karena belum waktunya. Kalau sudah waktunya, kamu baru boleh lihat. Aku pastikan kamu bakal lihat sendiri."Perutku terasa sesak. Aku menarik