Keisha, di sisi lain, tampak seperti pemenang sejati. Ia tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya, bahkan melirik Savanah dengan pandangan penuh kemenangan.
Namun, ketika Damian menyerahkan pena dan berdiri untuk pergi, ia tidak berkata sepatah kata pun kepada Keisha. Sebaliknya, ia melangkah keluar ruangan dengan langkah berat, meninggalkan semua orang dengan perasaan yang berbeda-beda.
Ketika semuanya selesai, Savanah keluar dari pengadilan bersama Roni. Ia merasa tubuhnya semakin lelah, tetapi ada rasa lega yang samar. Perceraian itu memang menyakitkan, tetapi ia tahu bahwa ia telah membuat keputusan yang benar.
Di kejauhan, Damian berdiri sendiri, menatap punggung Savanah yang semakin menjauh. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ia telah kehilangan sesuatu yang tidak akan pernah bisa ia dapatkan kembali.
Hujan turun deras sore itu, seolah langit pun menangis atas akhir yang menyakitkan antara Damian dan Savanah.
Di depan g
Pegawai itu menatap Damian, kemudian uang di atas meja, kartu tipis yang sudah pasti mengiurkan jumlahnya, melebihi gajinya selama bertahun-tahun, lalu kembali menatap Damian.Tatapan pria itu menunjukkan bahwa ia tidak memberi ruang untuk penolakan. Setelah beberapa detik hening yang tegang, pegawai itu akhirnya mengangguk pelan dengan pasrah.“Baik, Tuan Damian,” katanya dengan suara kecil, meskipun tangannya sedikit gemetar.“Saya… akan menunda proses ini. Tetapi Anda harus menandatangani surat penarikan permohonan. Kami memiliki hakim yang memutuskan dan-”"Kamu akan mengurus semuanya! Katakan bila isi dalam kartu itu kurang!" sela Damian lalu mengambil pena tanpa berkata-kata, menandatangani surat itu dengan cepat dan menyerahkan kembali formulir tersebut. Setelah semuanya selesai, Damian mengambil dokumen perceraian yang masih lengkap lalu melangkah pergi tanpa menoleh lagi.“Pastikan ini tidak sampai ke mana pun,” ujar Damian singkat sebelum berlalu, meninggalkan pegawai itu ya
Bayangan Savanah kembali menghantui pikirannya. Senyum lembutnya, suara tawa yang dulu mengisi hari-hari kebersamaan nan singkat, dan tatapan penuh kasih sayang yang kini telah berubah menjadi luka dan jarak. Ia menyadari bahwa meskipun ia telah melepaskan Savanah, hatinya tetap terikat pada wanita itu.Kecemburuannya terhadap Roni dan sebuah pengkhianatan!Namun, kesadaran itu datang terlambat.Saat pikirannya melayang, sebuah mobil di depan mendadak berhenti. Damian mencoba mengerem, tetapi roda motor tergelincir di atas aspal yang licin karena laju motornya cukup kencang.Tubuhnya terpental ke udara sebelum jatuh keras ke sisi jalan."Aarghhh!"Dunia seolah berhenti sejenak, hanya menyisakan suara hujan yang terus mengguyur tubuhnya yang terkapar di tengah genangan air.Di tempat lain, Savanah duduk di dalam mobil bersama Roni, tiba-tiba memegang ulu hatinya yang terasa berdesir ringan."Ughh." Savanah merasa aneh.Hujan deras membuat kaca mobil berkabut, tetapi ia terus memandang
Damian menghela napas panjang, menutup matanya. “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Savanah. Aku kehilangan semuanya. Bahkan diriku sendiri.”Savanah meremas tangan Damian dengan lembut. “Kau tidak kehilangan segalanya, Damian. Kau masih punya waktu untuk memperbaiki semuanya. Tetapi kau harus mulai dengan mencintai dirimu sendiri.”"Bukankah kamu akan menjadi seorang Ayah? Keisha pasti akan melahirkan seorang bayi yang lucu dan mirip denganmu. Tampan dan berwibawa.""Menurutmu aku berwibawa?" tanya Damian.Savanah melepas tangannya, tetapi Damian menariknya kembali sehingga Savanah jatuh ke dalam pelukan Damian."Damian..." mereka saling menatap sampai akhirnya Damian mendekatkan wajahnya lalu memberi ciuman yang intens kepada Savanah."Matamu tidak bisa membohongiku, Savanah, Kau mencintaiku."Savanah mendorong tubuh Damian agar melepaskannya, dia mundur seketika, "tida
Savanah hanya bisa memandangnya dengan mata berkaca-kaca. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini belum benar-benar berakhir. Bahkan setelah perceraian itu, ikatan di antara mereka masih terlalu kuat untuk diabaikan.Savanah duduk di kursi plastik keras di lorong rumah sakit, memijat pelipisnya yang mulai terasa berdenyut. Hujan di luar masih mengguyur deras, suara tetesan air yang menghantam jendela besar di ujung koridor terasa begitu kontras dengan kekacauan yang memenuhi pikirannya.Hanya dalam beberapa hari terakhir, hidupnya terasa seperti berubah menjadi medan pertempuran tanpa akhir. Ibunya, Suzie, masih terbaring lemah di ruang perawatan intensif.Di sisi lain rumah sakit, pamannya, Robert, tetap bersikeras tidak mau keluar meskipun kondisinya sudah membaik. Dan sekarang, Damian—terbaring lemah di ruang perawatan akibat kecelakaan dan hipotermia.“Kenapa semuanya harus terjadi sekaligus?” gumam Savanah pe
Roni tersenyum kecil, meskipun wajahnya penuh keseriusan. “Dan aku akan membantumu sampai kau bisa mencapai itu, Savanah. Satu per satu, kita selesaikan semuanya bersama.”Savanah menatap Roni dengan mata yang masih basah, tetapi kali ini ada sedikit rasa lega di dalamnya. Ia tahu bahwa jalan di depannya masih panjang dan penuh tantangan, tetapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bahwa ia tidak sepenuhnya sendirian.Malam itu, setelah memastikan bahwa ibunya dan Damian sudah dalam perawatan yang baik, Savanah kembali ke Salvastone Bar. Bar itu sepi, hanya ada satu atau dua pegawai yang masih membereskan meja.Savanah berjalan ke lantai atas, masuk ke dalam kamarnya, lalu duduk di tepi ranjang. Ia memandang keluar jendela, melihat sisa-sisa hujan yang menetes dari atap.“Aku harus kuat,” bisiknya pada dirinya sendiri. “Untuk Ibu, untuk anak Damian, untuk diriku send
Savanah merasakan dadanya sesak. Ia ingin melawan, ingin mengatakan sesuatu untuk membela posisinya, tetapi kehadiran Keisha begitu dominan, begitu penuh dengan energi negatif yang membuatnya kehilangan kata-kata.“Kau tidak punya hak untuk menentukan siapa yang boleh berada di sini,” balas Savanah akhirnya, mencoba terdengar tegas.Keisha tertawa kecil, meskipun tawa itu tidak menunjukkan kebahagiaan. “Oh, Savanah, bukankah itu ironis? Kau di sini merawat mantan suamimu, sementara aku membawa anaknya. Siapa di antara kita yang lebih penting baginya sekarang?”Kata-kata itu menusuk hati Savanah, tetapi ia tidak menunjukkan kelemahannya. Ia menggenggam tasnya dengan erat, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di matanya.“Percayalah, Keisha,” kata Savanah dengan suara rendah tetapi tegas, “aku tidak peduli dengan permainanmu. Aku hanya ada di sini kar
Damian menoleh dengan pandangan tajam, kesabarannya habis. "Keisha, diamlah! Kau tidak tahu apa-apa tentang Savanah!"Kata-kata itu membuat Keisha tertegun, tetapi amarahnya membara, bersiap melancarkan serangan lain.Keisha menggertakkan giginya, amarahnya jelas terlihat di wajahnya. Namun, ia segera mengatur ekspresi, mencoba kembali ke nada lembutnya yang penuh manipulasi.“Aku tidak tahu apa-apa tentang Savanah?” ulang Keisha, pura-pura terkejut. “Damian, aku hanya peduli padamu. Aku ingin memastikan kau tidak kembali terjebak dengan wanita yang tidak pantas.”Damian menghela napas panjang, mencoba menahan diri agar tidak meledak. “Keisha, aku sudah cukup lelah. Kalau kau tidak bisa berhenti bicara, tolong keluar dari kamar ini.”Keisha tersenyum kecil, meskipun matanya menyiratkan rasa sakit yang ia ubah menjadi kebencian. “Tentu, Da
Savanah terdiam sejenak, mencoba memahami apa yang sebenarnya diminta oleh Robert. “Sarah melakukannya sendiri, Paman. Dia menghancurkan reputasiku dengan video itu. Kenapa aku harus membantunya?”"Lalu dia melibatkan Damian. Pengaruhnya ke saham milik keluarga Pangestu, secara tidak langsung, berita negatif seperti itu memiliki efek cukup signifikan terhadap penurunan saham. Ini menyebabkan kerugian yang cukup besar dan pencemaran nama baik Damian sendiri."Robert mendengus dengan raut wajah tidak peduli. “Karena kau ingin aku keluar dari rumah sakit, tentu saja. Aku bisa tetap di sini selama yang aku mau, dan aku yakin kau tidak ingin itu terjadi. Jadi, bebaskan Sarah, dan kita bisa bicara tentang langkah selanjutnya.”Savanah merasa darahnya mendidih. Ini adalah manipulasi yang terang-terangan, tetapi ia tahu bahwa ia tidak memiliki pilihan lain.“Baik,” katanya akhirny
Bab 238Saat bulan-bulan berlalu, Damian dan Savanah semakin mantap menghadapi masa depan bersama. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dengan cinta dan komitmen yang telah mereka bangun, mereka merasa siap untuk menghadapi apa pun yang datang.Pada akhirnya, cinta mereka yang diuji oleh waktu dan rintangan akhirnya menemukan jalannya kembali. Mereka tidak hanya menjadi pasangan suami istri, tetapi juga menjadi keluarga yang utuh, siap menyambut anggota baru yang akan membawa kebahagiaan lebih besar dalam hidup mereka.Malam itu, mereka berdua tertidur dalam pelukan yang tenang tetapi penuh dengan emosi yang belum sepenuhnya terselesaikan.Damian merasa lebih yakin bahwa ia harus melindungi keluarga kecilnya, sementara Savanah berusaha menguatkan dirinya untuk menghadapi masa depan bersama pria yang ia cintai, meskipun penuh dengan tantangan dan keraguan.Dalam keheningan malam, hanya s
"Dia mengandung anakku, dia istriku dan tidak ada bagian darimu di sana! Kau paham?!" Damian mengatakan semua gundahan hatinya dengan suara keras dan tegas.Roni menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Damian, aku tidak ingin membuat masalah. Jika itu yang kau inginkan, aku akan menjauh. Tapi bukan karena aku takut padamu. Aku melakukannya karena aku peduli pada Savanah, dan aku ingin yang terbaik untuknya.”Cuih!Damian membuang salivanya ke samping dengan rasa jijik. "Akhirnya kau paham!""Ingat ucapanmu! Jangan pernah dekat dengannya lagi!"Roni mengangguk perlahan dengan perasaan terpuruk.“Bagus!" lanjut Damian. "Tapi ingat, jika aku melihatmu mendekati istriku lagi, kau tidak akan mendapatkan peringatan kedua.”Dengan itu, Damian berbalik dan meninggalkan gym, meninggalkan Roni dengan wajah penuh kekecewaan dan rasa sakit yang mendalam. Ke
Damian tidak terpengaruh. “Kau bebas mencoba, Keisha. Tapi aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan keluargaku lagi.”Keisha meninggalkan lokasi pertemuan dengan wajah penuh amarah, tetapi Damian merasa lega. Untuk pertama kalinya, ia merasa telah mengambil kendali penuh atas hidupnya.***Setelah mengetahui kebenaran tentang malam di Salvastone, Damian masih merasakan amarah yang tertahan di dalam dirinya. Ia tidak hanya marah kepada Keisha yang mencoba memanipulasi kenyataan, tetapi juga kepada Roni, pria yang berani mendekati istrinya dan bahkan mengklaim hubungan yang tidak pernah ada.Damian memutuskan untuk menghadapi Roni secara langsung. Ia tahu di mana pria itu biasanya berada—gym kecil di pinggiran kota tempat Roni melatih tubuhnya.Dengan langkah cepat, Damian melajukan motornya ke sana, wajahnya mencerminkan ketegasan dan kemarahan yang ia rasakan.Ketika
Savanah tersenyum kecil, meskipun wajahnya masih memerah. “Ya, Damian. Kau tidak melepaskanku bahkan sesudah berulang kali kamu mendapatkan pelepasan, dan aku… aku tidak bisa mengatakan tidak. Aku tanpa sadar sudah mencintaimu, bahkan saat itu.”Damian menarik napas panjang, rasa bersalah yang selama ini menghantui dirinya perlahan menghilang, digantikan oleh kelegaan dan kebahagiaan yang tak terkira.“Aku bodoh,” katanya dengan suara rendah. “Aku membiarkan Keisha memanipulasiku dengan kebohongannya, sementara wanita yang aku cari selama ini adalah kamu, istriku sendiri.”Savanah menggeleng. “Semua sudah berlalu, Damian. Yang penting sekarang adalah kita tahu kebenarannya.”Damian kembali memeluk Savanah, membiarkan air mata kecil jatuh di pipinya. “Aku mencintaimu, Savanah. Aku tidak akan membiarkan siapa pun memisahkan kita lagi. Kamu ad
Damian menyebut tanggalnya, dan Savanah membekap mulutnya sendiri. Hatinya berdebar keras."Damian… itu aku. Aku juga berada di sana malam itu. Aku… aku merasa semuanya begitu aneh, tapi aku ingat. Aku mengalami pelecehan. Lalu Roni mengaku bahwa dia yang melakukannya. Tanggal dan harinya sama! Itu aku.""Kau?""Keisha tidak hadir di malam itu, dia mengambil shift pagi!" pekik Savanah tak percaya.Damian menatapnya dengan penuh kebingungan. "Apa? Savanah, maksudmu…""Ya," potong Savanah dengan tegas. "Wanita itu adalah aku. Aku bahkan memiliki bukti. Petugas sekuriti yang berjaga malam itu melihat kita. Dia mencatat bahwa aku masuk ke ruang ganti untuk mengambil sesuatu. Selain itu, aku menemukan cincin di kantung kemeja kerjaku. Lalu Keisha merampasnya dan saat itu kamu datang lalu...""Astaga!" Savanah menutup bibirnya dengan tangan, dia baru mengerti bahwa Damian mengira Keisha adalah wanit
Savanah mencoba melawan, tetapi kekuatan Damian terlalu besar. Bibir pria itu sudah mencium lehernya dengan rakus, kembali lagi meninggalkan jejak merah yang tidak mungkin disembunyikan.Gigitannya yang intens terasa seperti tanda kepemilikan yang ingin ia tunjukkan kepada dunia. Tangannya memeras bagian depan Savanah dengan kuat sehingga Savanah merasa kesakitan.“Damian, berhenti!” Savanah memohon, suaranya gemetar. “Ini terlalu banyak. Cukup!”Namun, Damian tidak mendengarkan. Tubuhnya terus menekan tubuh Savanah, seolah-olah ia ingin memastikan bahwa wanita itu tidak pernah lupa siapa yang memiliki dirinya sepenuhnya."Damian, ini menyakitkanku!" teriak Savanah, berusaha melepaskan diri dari tangan Damian yang menyakiti beberapa bagian sensitif miliknya.Dengan cepat, Damian membuka kemeja tidurnya sehingga bagian depannya terekspos dengan indah dan Damian segera melahapnya denga
Tanpa tujuan yang jelas, Roni berjalan hingga sampai di sebuah taman kecil yang sepi. Ia duduk di bangku kayu yang teduh di bawah pohon besar, menundukkan kepala sambil memandangi tanah.Seorang ibu dengan anak kecil lewat di depannya, suara tawa anak itu membuat hati Roni terasa semakin hancur. Ia membayangkan seperti apa rasanya jika ia yang berada di tempat Damian—memiliki Savanah dan seorang anak bersama, membangun keluarga kecil yang bahagia.Namun, bayangan itu hanya membuatnya semakin sadar bahwa semua itu adalah mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan."Itu bukan anakku juga, Roni... kamu hanya terlalu berharap," gumamnya sambil tertawa lepas.Roni meraih sebotol air yang ia bawa, meneguknya dengan cepat. Tangannya bergetar, dan tanpa sadar, ia memukul bangku kayu di sebelahnya dengan keras.“Bodoh,” gumamnya."Sungguh bodoh!"“Bodoh karena berpikir aku punya kesempatan.”Roni menunduk, kedua tangannya menutupi wajahnya. Air mata yang selama ini ia tahan mulai mengalir,
Roni mengepalkan tangannya, tetapi ia tetap diam, meskipun tubuhnya jelas menunjukkan ketegangan yang luar biasa.“Savanah masih sehebat dulu,” lanjut Damian dengan nada yang dibuat seolah-olah ia hanya sedang bercakap-cakap santai. “Kami bahkan mengulangnya beberapa kali sampai dia minta ampun. Tubuhnya semakin montok sekarang, mungkin karena dia sedang hamil anakku. Tapi kau tahu? Itu justru membuatnya semakin nikmat.”Roni terdiam dan mengetatkan rahangnya.Kata-kata Damian menghantam Roni seperti pukulan bertubi-tubi. Ia menatap Savanah dengan mata yang penuh luka, tetapi wanita itu hanya bisa menunduk, tidak mampu menghadapi tatapannya.“Kau tahu tentang kehamilannya?” tanya Roni akhirnya, suaranya rendah tetapi penuh dengan rasa kecewa.Damian tersenyum kecil. “Tentu saja. Anak ini milikku, dan aku akan memastikan bahwa dia tumbuh dengan kedua orang tuanya yang lengkap. Jadi, apa yang tersisa untukmu, Roni?”Roni terdiam. Pertanyaan itu menusuk hatinya lebih dalam daripada yang
Damian menatap tubuh Savanah dengan tatapan penuh kekaguman. “Kamu semakin padat, Savanah,” bisiknya dengan suara rendah yang menggoda. “Itu membuatku semakin ingin menempel terus padamu.”Savanah mencoba menghindar, tetapi Damian sudah mendekapnya erat, membuatnya tidak memiliki ruang untuk bergerak. Ia mencium leher Savanah perlahan, meninggalkan jejak kecil yang membuat wanita itu merasa tubuhnya memanas lagi.“Damian, sudahlah,” rengek Savanah dengan suara bergetar. “Kita sudah melakukannya berkali-kali. Aku lapar…”Namun, Damian tidak berhenti. Bibirnya terus menjelajahi tubuh Savanah, memberikan tanda-tanda percintaan yang ia tahu tidak akan mudah hilang. Setiap jejak yang ia tinggalkan terasa seperti pernyataan kepemilikan, seolah-olah ia ingin dunia tahu bahwa Savanah adalah miliknya, tidak ada yang lain.“Damian,” desah Savanah, mencoba menarik diri, tetapi tubuhnya sendiri mulai menyerah pada kehangatan yang diberikan pria itu.“Aku hanya ingin memastikan,” bisik Damian samb