"Maaf, apakah kalian akan bercerai?" tanya Calya ragu-ragu.
Alezha dan Kaysa tampak saling bertatapan. Ada keraguan di wajah Alezha karena orang tua mereka berteman baik. Lain halnya jika hanya rekan kerja, mungkin mereka lebih mudah bercerai.
"Kami akan memikirkan bagaimana caranya. Kau tenang saja, aku juga tidak ingin lama-lama berada di dalam hubungan ini." Alezha memberi pengertian kepada Calya meski ia pun ragu apakah bisa melakukannya.
Sedangkan Kaysan masih menatap Alezha dengan heran. 'Ada apa dengan wanita ini? Dia seperti sedang menyembunyikan masalah namun tetap tersenyum. Aku bisa membaca pergerakannya saat ini. Terdapat banyak keraguan dalam dirinya. Apa yang sebenarnya terjadi padanya?' batin Kaysan.
"Terima kasih, Alezha, aku menghargai usahamu. Sepertinya benar, kau wanita yang baik, sama seperti ibumu. Siapa yang tidak kenal dengan Nyonya Alea? Sudah cantik, baik pula," puji Calya.
Alezha menatap arloji di tangannya. "Maaf, sepertinya aku harus pergi, aku sudah menggunakan waktu kantor lebih dari sepuluh menit." Tersenyum ramah.
Calya dan Kaysan pun mengangguk.
"Dia cantik sekali, baik pula," puji Calya yang masih menatap kepergian Alezha yang sudah sampai tak tampak lagi.
"Katakan, kenapa kau mengulur waktu untuk menikah? Aku pasti akan membiayai semua pendidikan mu." Kaysan menatap Calya dengan heran.
"Aku hanya ingin mengabulkan permintaan Papa untuk menyelesaikan pendidikan ku. Lagipula, beliau tidak tahu kalau aku akan jadi istri kedua. Bagaimana menjelaskannya? Dia akan melihat berita pernikahan mu di televisi." Calya tampak memijit pelipisnya.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menolak permintaan Mama dan Papa. Tetapi aku berjanji akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan padamu malam itu. Aku akan menikahi dan membahagiakan mu." Kaysan menatap Calya dengan penuh serius.
"Aku percaya, Kaysan. Kau adalah pria yang bertanggung jawab. Toh, malam itu kau juga dalam posisi dijebak oleh teman wanitamu dengan obat perangsang dan aku juga dalam keadaan mabuk karena dipaksa minum oleh teman-temanku, jelas saja kita melakukan kesalahan satu malam itu." Calya menunduk sedih. "Andai saja aku tidak kehilangan kesucianku malam itu, aku pasti tidak akan merepotkan dirimu sampai meminta kau menikahiku."
"Calya, jangan menangis. Maafkan aku, sudah membuat mu mengingat malam kelam itu." Kaysan mengusap tangan Calya dengan lembut.
"Iya, tidak apa-apa. Sekarang aku harus pergi sebelum ada yang melihat kita di sini. Berjanjilah untuk tetap setia padaku meski kau telah menikah dengannya."
"Aku berjanji akan tetap setia padamu." Kaysan tersenyum sembari menatap kepergian Calya, wanita yang ia renggut kesuciannya hingga membuatnya berada dalam lingkaran janji seumur hidup.
Kaysan menghela nafas panjang. "Perasaan apa ini? Sampai sekarang pun aku tidak tahu apakah aku mencintai Calya atau tidak. Aku selalu melakukan apapun yang ia mau demi menebus dosaku. Semoga saja aku tidak terjebak cinta dengan Alezha. Dan dia? Apa-apaan dia itu? Bukankah dia menikah karena menuruti kedua orang tuanya? Lalu kalau bercerai? Apa itu tidak menyakiti hati kedua orang tuanya?" gumam Kaysan. Ia pun segera melangkahkan kakinya menuju keluar apartemen untuk kembali ke kantornya. Posisi CEO yang dipegangnya mengharuskan ia bertanggung jawab penuh dengan perusahaan yang sama besarnya seperti perusahaan yang dipimpin Reyza, papa Alezha.
Sedangkan Alezha yang sudah sampai kantor, langsung mendapat tatapan penuh selidik dari Rayden, saudara kembarnya.
"Darimana saja kau?"
"Aku habis bertemu dengan Kaysan."
"Apa kau sudah gila? Jadi kau benar-benar menyetujui perjodohan bodoh itu?" Rayden terlihat kesal.
"Jika kau mau protes, jangan kepada ku. Aku hanya menuruti permintaan mama dan papa."
"Aku tahu, tapi,,,,tidak bisakah kau menolak?"
"Tidak, kalau tidak keberatan, aku harus pergi." Alezha pun melangkah menuju ruang kerjanya. Ia merebahkan diri ke atas sofa dan mulai menangis dan berbicara sendiri. "Kau tahu Rayden, kenapa aku menuruti semua ucapan orang tua kita? Karena aku pernah sekali melanggar apa yang mereka katakan, dan untuk pertama kalinya juga aku mengalami hal yang buruk hingga menorehkan luka yang membekas seumur hidupku."
*****
Hari ini, Alezha dan Kaysan kembali bertemu di sebuah restoran sembari makan siang. Mereka makan di sebuah ruangan khusus tanpa ada pengunjung lain.
"Bagaimana? Apa kau sudah mempersiapkannya?" tanya Kaysan.
"Sudah, ini adalah hal yang tidak boleh kau lakukan setelah menikah." Alezha menyerahkan sebuah amplop berisi kertas yang bertuliskan apa-apa saja yang tidak boleh Kaysan lakukan.
Kaysan pun membaca isi surat itu. Hanya terdapat dua poin saja. Yang pertama tidak boleh berhubungan suami istri, dan yang kedua tidak boleh mencampuri urusan pribadi Alezha.
"Kau yakin hanya ini saja?" tanya Kaysan ingin meyakinkan.
"Ya, bagiku itu sudah cukup." Alezha mengangguk lalu tersenyum.
"Baiklah, aku tanda tangani." Kaysan membubuhi stempel yang terdapat tanda tangannya di kertas itu. "Dan ini apa-apa saja yang tidak boleh kau lakukan." Menyerahkan selembar kertas kepada Alezha.
Mata Alezha membulat saat melihat ada dua puluh poin yang terdapat di dalamnya. Bahkan hal kecil seperti tidak boleh kentut di depannya pun ia tulis.
"Kau tidak perlu menuliskan hal seperti ini. Mana mungkin aku mempermalukan diriku sendiri dengan kentut sembarangan."
"Aku hanya mengingatkan saja."
"Dan apa ini? Aku tidak boleh memegang celana dalammu? Memangnya siapa yang mau melakukan itu." Alezha terlihat sedikit kesal.
"Aku hanya mengingatkan."
"Tidak boleh mengintip saat mandi. Astaga, kenapa aku harus mengintipmu?" Alezha menatap Kaysan tidak percaya.
"Aku hanya mengingatkan. Mungkin saja suatu hari nanti kau khilaf."
"Kau bukan mengingatkan, tetapi menganggap ku seperti maniak, astaga." Alezha memijat pelipis matanya.
"Dan juga ini! Tidak boleh mengorok saat tidur, tidak boleh ada air liur di bantal, tidak boleh mengupil sembarangan, tidak boleh bersendawa, tidak boleh makan dengan sendok yang berdenting, memangnya kau akan menikah dengan orang jorok?"
"Aku hanya mengingatkan."
Alezha menarik nafasnya lalu mengeluarkannya perlahan. Ia berusaha menahan rasa kesalnya. Untuk pertama kalinya dalam dua tahun ini, ia menumpahkan kekesalan secara langsung. Mungkin karena semua poin yang dibuat oleh Kaysan ada jelmaan dirinya dulu. Semua yang tertulis di dalam kertas itu memang benar sering ia lakukan, terlebih di depan Rayden dan Erlangga, dua adik laki-lakinya.
"Baiklah, aku mengerti." Alezha tersenyum lalu membubuhkan tanda tangan dengan stempel yang sama seperti Kaysan.
"Apa kau tidak berniat menambah poin?" tawar Kaysan.
"Tidak, aku rasa kau tidak akan melakukan hal-hal bodoh seperti itu."
"Ya sudah, kalau begitu, ayo kita makan," ujar Kaysan saat semua menu yang mereka pesan sudah datang.
Selama makan, terdengar dentingan sendok milik Kaysan. Alezha yang tidak nyaman mendengarkan pun langsung melirik tanpa berkata apapun.
Selama makan, terdengar dentingan sendok milik Kaysan. Alezha yang tidak nyaman mendengarkan pun langsung melirik tanpa berkata apapun.Kaysan yang menyadari lirikan Alezha langsung berkata, "Aku sudah menyuruhmu menambah poin tetapi kau tidak mau. Aku tidak memperbolehkan ada dentingan karena aku suka mendengar dentingan dari piringku sendiri," ucap Kaysan dengan santainya. Membuat Alezha hanya geleng-geleng kepala. Ia pun kembali mengingat saat dulu ia sering mendenting-dentingkan sendoknya untuk mengganggu Rayden yang sangat risih mendengar suara dentingan sendok dan garp"Lalu, apa kau juga suka kentut sembarangan?" tanya Alezha ingin meyakinkan."Tidak, dari semua poin itu, aku hanya melakukan yang ini saja. Seperti katamu, aku tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu"Baguslah." Alezha tersenyuMereka pun segera mengabiskan makan siang, lalu bubar, ke tempat tujuan ma
"Beruntungnya aku mempunyai menantu penurut dan ramah seperti ini." Kayla mengusap pipi Alezha lalu memeluknya.Alezha merasakan bahwa Kayla begitu amat menyayanginya meski mereka hanya mertua dan menantu saja. Hal itu menambah poin rasa bersalahnya pada seluruh keluarganya."Berbahagialah kalian. Kalianlah kebanggan kami. Semoga langgeng sampai ke anak cucu." Reyza memeluk Alezha dan Kaysan bersamaan. "Jaga diri kalian, jangan pernah berpikir untuk berpisah atau itu akan menyakiti kami," sambung Reyza. Ia serta merta memeluk putri satu-satunya itu. Yang teramat cantik dan disanjung banyak orang.Ucapan Reyza mampu meluluhlantakkan perasaan Alezha. Ia sudah berjanji dengan Calya untuk berpisah dengan Kaysan. Namun kini papanya malah mengatakan hal yang mustahil ia lakukan. Sekali, lagi, ia merasa menjadi orang yang paling jahat bagi keluarganya maupun Kaysan."Terima kasih, Papa," s
Pagi pun menjelang. Seperti biasa, Alezha melaksanakan sholat subuh. Namun ia tidak menemukanbruangan untuk sholat. Maka ia memutuskan untuk melaksanakan sholat di samping ranjangnya.Samar-samar Kaysan membuka matanya. Ia langsung dapat melihat sosok yang tengah memakai mukena berwarna putih sedang melakukan gerakan seperti sholat.'Alezha? Melaksanakan sholat?' batin Kaysan. 'Oh ya tentu saja, dia anak dari orang-orang yang Sholeh dan sholehah.'"Kau sudah bangun? Masih ada waktu melaksanakan sholat," ujar Alezha saat sudah selesai melaksanakan sholat."Ah, ya. A,,,aku akan melaksanakan sholat." Kaysan bangkit dari ranjangnya. Ia pun segera menuju kamar mandi dengan membawa ponsel. Jelas sekali ia tidak tahu menahu tentang sholat karena nyaris tidak pernah melaksanakannya. Mungkin beberapa kali saat ada praktik sholat di sekolahnya.Ia membuka ponsel saat sudah memasuki kamar m
Negara Amerika, Los Angeles-Alezha dan Kaysan baru saja sampai di sebuah hotel paling terkenal di kota itu. Langsung saja ia menelepon keluarganya dan mengabarkan kalau mereka sudah sampai dengan menggunakan SIM card yang ada di negara itu."Kenapa tidak diangkat, ya?" gumam Alezha."Waktu negara ini dan negara kita berbeda delapan jam. Bisa kau bayangkan kalau di sini pukul tujuh malam, maka di sana puku tiga pagi," ujar Kaysan."Oh iya, aku lupa. Ya sudah, aku kirim pesan saja." Alezha langsung mengirimi pesan kepada orang tuanya dan mertuanya bahwa mereka sudah sampai."Ayo, makan malam. Aku yakin kau pasti lapar," ajak Kaysan."Tidak hanya aku, kau juga pasti lapar, 'kan?""Tentu saja, ayo, beres-beresnya besok saja." Kaysan langsung berjalan keluar kamar diikuti oleh Alezha.Mereka makan di restoran yang ada di
Kejadian dimana Alezha harus kehilangan kehormatannya.Flashback OnDua tahun yang lalu."Ayolah Alezha, aku mohon. Ikutlah berpesta dengan kami," rengek Sofi, sahabat Alezha."Tidak bisa, Sofi. Kau tahu 'kan aku sangat sibuk bekerja. Lagipula, mama dan papa pasti melarang ku berpesta apalagi sampai ke bar." Alezha mencoba menolak."Alezha, ini pesta sekaligus reuni SMA. Kau tidak rindu pada teman-teman kita.""Tentu saja aku merindukan mereka, tetapi aku tidak bisa pergi ke sana. Kenapa tidak di restoran saja? Kita bisa makan dan mengobrol sepuasnya.""Ah, kau ini. Tidak asyik jika hanya di restoran. Ayolah, aku tahu kau tidak pernah ke tempat itu 'kan. Anggap saja ini pertama dan terakhir kalinya kau kesana. Apa kau tidak penasaran bagaimana rasanya berpesta di sebuah bar?" Sofi terus saja membujuk Alezha."Tapi bag
Alezha telah sampai di rumah Sofi. Segera ia mengetuk pintu rumah besar itu dengan hati yang kalut hingga ketukannya seperti orang yang ingin melabrak.Tak berselang lama, keluarlah seorang wanita separuh baya yang merupakan pembantu Sofi."Dimana Sofi?" tanya Alezha dengan wajah tegangnya."Nona Sofi bilang, Nona bisa menemuinya di kamar."Tanpa menunggu lagi, Alezha langsung masuk ke rumah itu menuju kamar Sofi. Sakit di area khusunya pun tidak dirasakannya lagi karena perasaan yang kalut terbakar emosi."Sofi!" Alezha menggedor-gedor pintu kamar Sofi.Pintu pun terbuka dengan Sofi yang sedang mengulas senyuman liciknya."Alezha, kejutan sekali kau datang kesini?""Tutup mulutmu! Apa yang telah kau lakukan padaku?" Alezha menerobos masuk ke kamar Sofi dengan perasaaan yang terbakar emosi."Aku t
Alezha terbangun dari tidurnya saat subuh menjelang. Ia pun bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Namun, saat ia sudah di depan pintu toilet, ia terkejut dengan keluarnya Kaysan dengan hanya memakai handuk yang terlilit di pinggangnya. Membuat tubuh bagian atasnya terlihat jelas. Bentuk tubuh yang diidamkan semua wanita dengan bulu-bulu halus di bagian dada."Aaaaaa." Alezha berteriak sambil menutup matanya dengan kedua tangannya."Hei, kenapa berteriak? Harusnya aku yang marah karena kau ingin mengintip ku."Mendengar ucapan Kaysan, Alezha langsung menurunkan kedua tangan dari wajahnya. "Apa? Mengintip? Aku tidak melakukannya. Aku hanya ingin mengambil wudhu.""Sudah ketahuan mengintip, malah mengelak. Sudahlah, aku mau memakai bajuku." Kaysan pergi dari hadapan Alezha, menuju ruang ganti.Alezha menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. "Sabar Alezha, kau harus sabar. Ayo tersenyum." Ia pun kembali te
Sudah dua hari sejak Calya datang ke hotel tempat Alezha dan Kaysan berbulan madu. Dan semenjak itu pula, Alezha menjadi saksi kebersamaan mereka.Ada sedikit luka di hati Alezha. Namun bukan luka sebuah kecemburuan. Ia sangat terluka karena dirinya sangat lemah dan tak berdaya hingga mengalami hal seperti ini. Menyaksikan suaminya sendiri bercengkrama dengan kekasihnya tepat di depan matanya.Seperti saat ini, ia mendengar Kaysan dan Calya sedang bercengkrama di balkon kamar hotel mereka. Mereka merasa dunia seperti milik berdua. Memang, mereka tidak bermesraan, namun canda tawa Calya seperti jarum yang menusuk Alezha. Entah sejak kapan Alezha merasa kehadiran Calya membuatnya dirinya tak terlihat atau bahkan tak dianggap."Kay, jika kita menikah nanti, aku ingin bulan madu keliling Eropa!" seru Calya."Ya, kau akan mendapatkannya." Kaysan mengusap kepala Calya dan tersenyum."K
"Bagaimana, para saksi, sah?" tanya pak penghulu pada para saksi dan tamu yang hadir."SAH!!""Alhamdulillah."Mereka semua mengucap syukur."Selamat, ya, Leon, Sofi, akhirnya kalian menikah lagi," ucap Alezha sambil memeluk Sofi."Terima kasih, ini semua berkat dirimu. Dan terima kasih juga untuk baju pengantin kami," sahut Sofi sambil melihat gaun pengantin yang ia kenakan.Ternyata, saat Alezha meminta dijahitkan baju dengan ukurannya, adalah karena gaun itu untuknya dan Leon."Iya, sama-sama. Mulai sekarang, hiduplah bahagia bersama cinta sejati mu.""Leon, jangan pernah menyakiti istrimu lagi. Jaga dia sampai akhir hayat mu." Kaysan menepuk bahu Leon."Iya, aku berjanji, aku akan selalu menjaga dan mencintai Sofi sampai akhir hayat ku." Leon memegang erat tangan Sofi.Mereka pun saling bertatapan hingga Leon akan mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya."Heh, j
Sofi terlihat mondar mandir di dalam ruang kerjanya. Sejak semalam ia memang masih bingung dengan pergolakan hatinya.Hingga akhirnya, ia pun memberanikan diri membuka blokiran semua akun sosmed Leon. Di salah satu akun sosmednya, Sofi melihat banyak postingan Leon yang semua komentar ia kunci. Di salah satu postingan Leon, Sofi melihat sebuah jam tangan yang Leon unggah dengan caption 'setidaknya dia pernah mencintai ku meski saat ini aku tidak akan bisa memilikinya lagi'. Jika dilihat tanggalnya, postingan itu sudah berusia setahun.Selain itu, Leon juga mengunggah sebuah foto yang hanya menampakkan tangan yang ia genggam. Sofi tahu bahwa itu adalah tangannya. Leon menulis dengan caption 'andai waktu diputar ulang, aku tidak akan pernah melepaskan tangan ini'.Tanpa terasa air mata Sofi mengalir. Ia tidak menyangka bahwa Leon masih menyimpan foto dan hadiah pemberiannya saat mereka masih bertunangan.
Beberapa hari telah berlalu."Alezha, aku ingin bicara!" ucap Kaysan saat Alezha sedang merias wajahnya di depan cermin."Bicaralah, untuk apa berbasa-basi?" ucap Alezha tanpa menoleh."Bila berbicara dengan suami mu, lihatlah wajahnya."Alezha berbalik dan berdiri menghadap Kaysan. "Sekarang bicaralah!""Kenapa akhir-akhir ini kau berubah? Apa kau sudah tidak mencintai ku lagi?" Kaysan langsung mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini mengganjal di hatinya."Berubah?" Alezha berbalik dan memerhatikan penampilannya di depan cermin. "Ya, aku memang sedikit lebih kurus, tapi apa itu masalah?""Bukan itu! Meski berat badanmu bertambah belasan kilo pun aku tidak akan mempermasalahkannya.""Apa? Jadi kau berharap aku menjadi gendut? Kau suka aku seperti itu? Apa kau baru saja menyumpahiku?""Apa? Tidak bukan itu. Jangan mengalihkan pembicaraan! Aku sedang membicarakan sikapmu belakangan ini.
Pagi itu, Alezha baru saja bangun dari ditidurnya. Setelah melaksanakan salat subu berjamaah dengan Kaysan, ia memang tidur lagi karena tadi malam Keizha agak rewel."Sayang, baru bangun?" tanya Kaysan yang sedang merapikan kemeja bajunya."Hmmm," sahut Alezha sambil berjalan gontai ke kamar mandi.Setelah selesai mandi dan berganti baju, ia pun kembali ke dalam kamar."Masih di sini?" tanya Alezha sambil merapikan ranjang."Aku ingin agar kau memakaikan dari untukku," ucap Kaysan dengan senyuman lembut."Memangnya kau tidak bisa pakai sendiri?""Bisa, tapi aku ingin kau yang memakaikannya untuk ku." Menyerahkan dasinya pada Alezha.Alezha mengambil dasi itu, namun tidak memakaikannya. Ia malah meletakkan dasi itu ka atas ranjang lalu pergi ke luar kamar.Kaysan kecewa melihat sikap Alezha yang te
Beberapa tahun telah berlalu. Kini, ketiga anak kembar Alezha sudah berumur dua tahun. Bisa dibayangkan, bagaimana repotnya menjaga anak kembar tiga yang sedang aktif-aktifnya."Kaizo, Kiano, sini, Sayang, jangan lari ke sana, di situ ada,,,,,"Brukkk. "Huaaaaaaaa." Tangisan Kaizo pun terdengar saat ia baru saja menabrak Alezha yang baru akan keluar dari ruangan tempat Kaizo akan masuk."Astaghfirullahalazim, Sayang." Alezha langsung menggendong Kaizo dan mengusap bagian wajahnya yang tadi menghantam kaki bagian atas Alezha."Sayang, maaf, aku tidak bisa mencegah mereka ke sini." Kaysan menghampiri Alezha."Memangnya kemana tiga baby sitter kita?""Mereka sudah mengundurkan diri pagi ini. Apa kau lupa?""Oh iya, aku baru ingat. Lalu, apakah sudah dapat gantinya?""Aku sudah berbicara pada temanku yang mempunyai jasa b
Beberapa bulan telah berlalu.Sofi telah sehat kembali. Kini ia bekerja di sebuah butik yang di jalankan nenek Alezha. Ia tinggal di salah satu unit di apartemen milik Kaysan.Leon sudah kehilangan semua perusahaannya karena hutang yang harus ia lunasi, namun Kaysan menepati janjinya, ia menjadikan Leon sebagai salah satu pekerja jarak jauh di perusahaannya. Kini Leon tinggal di apartemen milik keluarga Armadja tanpa diketahui publik. Ia tidak mungkin tinggal satu apartemen dengan Sofi. Pernah sekali Leon meminta maaf padanya, Sofi hanya mengangguk, namun ia mengajukan syarat agar itu menjadi pertemuan pertama dan terakhir mereka.Orang tua angkat Sofi masuk ke dalam penjara karena mereka masih menjalani bisni gelap prostitusi online dengan menjual para gadis di dekat rumah mereka.Orang tua Calya sudah meminta maaf pada Kaysan dan Alezha atas kesalahan Calya semasa hidup. Tentu saja, Alezha yang berhati emas lang
Seorang pria tengah mengepal erat tangannya. Ia memandang ke sembarang arah dengan mata merah menyala penuh dendam."Kurang ajar kau Calya, karena aku tidak ingin mempertanggung jawabkan kehamilanmu, kau malah memilih jalan ini!" Leon mencampakkan ponsel yang ada di tangannya.Ponsel itu berisi sebuah pesan singkat dari Calya."Jika kau tidak mengirimkan ku uang, maka aku akan menyebarkan lebih banyak videomu, juga bukti-bukti semua wanita yang pernah kau suruh menggugurkan kandungan mereka, dengan begitu, kau akan masuk ke dalam penjara."Leon begitu frustrasi. Ia menjambak rambutnya serta berteriak tidak karuan. Dengan segera, ia memungut kembali ponselnya. Mengetikkan nominal angka yang diminta Calya, lalu mengirimnya."Jika aku bertemu denganmu, maka aku akan membunuhmu."Itulah isi pesan singkat yang ia kirimkan pada Calya.Setelah itu, ia kembali menerima banyak email
Samar-samar terdengar suara hemodinamik pertanda jantung pasien masih berdetak.Sofi membuka matanya. Ia merasakan sakit yang teramat sangat di bagian kepalanya yang sudah dibungkus perban, begitu juga dengan beberapa bagian tubuhnya."Sofi, kau sudah sadar?" Alezha terlihat sangat senang melihat Sofi sudah sadar."Aku akan panggil dokter," ujar Kaysan yang langsung keluar dari ruangan tersebut.Tak berselang lama, dokter pun datang dan memeriksa keadaan Sofi."Alhamdulillah, pasien sudah melewati masa kritisnya. Keadaannya sudah stabil," ujar sang dokter setelah memeriksa keadaan Sofi."Terimakasih, Dok," ucap Alezha.Dokter pun mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.Alezha berali menatap Sofi yang kini sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca."Sofi, kenapa menangis? Apa ada yan
Beberapa bulan kemudian.Kebahagiaan masih menghampiri Kaysan dan Alezha. Pasalnya, hari ini adalah ulang tahun Kaysan. Mereka mengadakan sebuah pesta kecil-kecilan di rumah saja, karena kondisi Alezha yang tengah hamil empat bulan dan tidak boleh kelelahan.Hanya keluarga saja yang hadir ikut meramaikan acara tersebut. Tak lupa, mereka berinfaq ke masjid-masjid, memberi santunan ke panti asuhan, dan bersedekah untuk mereka yang membutuhkan."Selamat ulang tahun, Sayang." Alezha memberikan sebuah kado untuk Kaysan."Terimakasih, Sayang." Kaysan mengecup kening Alezha sembari menerima kado tersebut.Sebuah kotak kecil, dengan hiasan pita cantik ditengahnya."Boleh aku buka?" tanya Kaysan.Alezha mengangguk.Kaysan segera membuka kado tersebut. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa isi kado tersebut adalah sebuah jam tangan yang selama ini ia kira hilang. Jam tangan kesayangannya yang dibuat langs