Kejadian dimana Alezha harus kehilangan kehormatannya.
Flashback On
Dua tahun yang lalu.
"Ayolah Alezha, aku mohon. Ikutlah berpesta dengan kami," rengek Sofi, sahabat Alezha.
"Tidak bisa, Sofi. Kau tahu 'kan aku sangat sibuk bekerja. Lagipula, mama dan papa pasti melarang ku berpesta apalagi sampai ke bar." Alezha mencoba menolak.
"Alezha, ini pesta sekaligus reuni SMA. Kau tidak rindu pada teman-teman kita."
"Tentu saja aku merindukan mereka, tetapi aku tidak bisa pergi ke sana. Kenapa tidak di restoran saja? Kita bisa makan dan mengobrol sepuasnya."
"Ah, kau ini. Tidak asyik jika hanya di restoran. Ayolah, aku tahu kau tidak pernah ke tempat itu 'kan. Anggap saja ini pertama dan terakhir kalinya kau kesana. Apa kau tidak penasaran bagaimana rasanya berpesta di sebuah bar?" Sofi terus saja membujuk Alezha.
"Tapi bag
Alezha telah sampai di rumah Sofi. Segera ia mengetuk pintu rumah besar itu dengan hati yang kalut hingga ketukannya seperti orang yang ingin melabrak.Tak berselang lama, keluarlah seorang wanita separuh baya yang merupakan pembantu Sofi."Dimana Sofi?" tanya Alezha dengan wajah tegangnya."Nona Sofi bilang, Nona bisa menemuinya di kamar."Tanpa menunggu lagi, Alezha langsung masuk ke rumah itu menuju kamar Sofi. Sakit di area khusunya pun tidak dirasakannya lagi karena perasaan yang kalut terbakar emosi."Sofi!" Alezha menggedor-gedor pintu kamar Sofi.Pintu pun terbuka dengan Sofi yang sedang mengulas senyuman liciknya."Alezha, kejutan sekali kau datang kesini?""Tutup mulutmu! Apa yang telah kau lakukan padaku?" Alezha menerobos masuk ke kamar Sofi dengan perasaaan yang terbakar emosi."Aku t
Alezha terbangun dari tidurnya saat subuh menjelang. Ia pun bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Namun, saat ia sudah di depan pintu toilet, ia terkejut dengan keluarnya Kaysan dengan hanya memakai handuk yang terlilit di pinggangnya. Membuat tubuh bagian atasnya terlihat jelas. Bentuk tubuh yang diidamkan semua wanita dengan bulu-bulu halus di bagian dada."Aaaaaa." Alezha berteriak sambil menutup matanya dengan kedua tangannya."Hei, kenapa berteriak? Harusnya aku yang marah karena kau ingin mengintip ku."Mendengar ucapan Kaysan, Alezha langsung menurunkan kedua tangan dari wajahnya. "Apa? Mengintip? Aku tidak melakukannya. Aku hanya ingin mengambil wudhu.""Sudah ketahuan mengintip, malah mengelak. Sudahlah, aku mau memakai bajuku." Kaysan pergi dari hadapan Alezha, menuju ruang ganti.Alezha menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. "Sabar Alezha, kau harus sabar. Ayo tersenyum." Ia pun kembali te
Sudah dua hari sejak Calya datang ke hotel tempat Alezha dan Kaysan berbulan madu. Dan semenjak itu pula, Alezha menjadi saksi kebersamaan mereka.Ada sedikit luka di hati Alezha. Namun bukan luka sebuah kecemburuan. Ia sangat terluka karena dirinya sangat lemah dan tak berdaya hingga mengalami hal seperti ini. Menyaksikan suaminya sendiri bercengkrama dengan kekasihnya tepat di depan matanya.Seperti saat ini, ia mendengar Kaysan dan Calya sedang bercengkrama di balkon kamar hotel mereka. Mereka merasa dunia seperti milik berdua. Memang, mereka tidak bermesraan, namun canda tawa Calya seperti jarum yang menusuk Alezha. Entah sejak kapan Alezha merasa kehadiran Calya membuatnya dirinya tak terlihat atau bahkan tak dianggap."Kay, jika kita menikah nanti, aku ingin bulan madu keliling Eropa!" seru Calya."Ya, kau akan mendapatkannya." Kaysan mengusap kepala Calya dan tersenyum."K
Sebulan telah berlalu. Kaysan dan Alezha masih menjalani kehidupan mereka seperti biasa. Bekerja di perusahaan orang tua mereka masing-masing. Hingga malam itu pun terjadi. Dimana Alezha dan Kaysan diundang ke sebuah pesta pernikahan rekan bisnis Kaysan.Di pesta itu, Alezha tampak sangat bersinar dengan balutan gaun mahal rancangan neneknya yang dikerjakan asisten pribadinya. Gaun itu adalah satu-satunya model terbaru yang hanya dimiliki Alezha."Bagaimana bisa kau secantik ini. Astaga, aku rasa Kaysan adalah suami paling beruntung di dunia ini." Seorang wanita berdecak kagum saat bertegur sapa dengan Alezha dan Kaysan. Ia adalah istri dari rekan kerja Kaysan yang bernama Diana memang sudah mengenal Kaysan sejak terjun ke dunia bisnis karena dulunya Diana adalah seorang pebisnis juga, namun berhenti setelah menikah dan punya anak.Mendengar hal itu, Alezha hanya tersenyum, sedangkan Kaysan keheranan dengan perkataan istri rekan kerjanya itu. Apakah
Kaysan sudah bersiap berangkat bekerja. Namun ia kesusahan memakai dasi yang berserat licin. Berkali-kali ia memasangnya, tetap saja gagal. "Kenapa aku harus mendengarkan papa untuk memakai dasi yang ini hanya karena motifnya sama dalam rapat penting hari ini." Ia berdecak kesal."Kaysan, masih lamakah? Papa baru saja menelepon. Katanya beliau sudah menunggu di kantor mu." Alezha mengetuk kamar Kaysan karena ia belum juga keluar sejak satu jam yang lalu.Kaysan menghela nafas pasrah. Ia pun segera keluar dengan dasi yang tergantung di kerah bajunya namun terlihat berantakan."Apa kau pernah dengan tentang kerapian saat bekerja?" Alezha menatap heran."Aku tidak bisa memakainya. Ini sangat licin." Kaysan terlihat semakin kesal."Kalau begitu, bolehkah aku memakaikannya?""Kau bisa?""Aku sering memasangkan dasi untuk Rayden. Dia payah sekali tentang itu."Kaysan mengangguk setuju. Alezha pun seger
Malam ini, Kaysan dan Alezha sedang makan malam bersama. Tampak keduanya hanya diam dan berfokus pada makanan mereka.Hingga tiba-tiba, Kaysan mengatakan hal yang membuat Alezha terkejut."Pagi tadi aku baru saja menandatangani kerja sama dengan kekasih temanmu yang kita temui di hotel waktu itu."Mendengar hal itu, Alezha pun terbatuk-batuk. Ia meraih gelas lalu meminum air untuk meredakan batuknya."Kenapa?" tanya Kaysan dengan heran."Tidak! Aku hanya tidak menyangka bahwa kau bekerjasama dengan Leon.""Ya, aku juga tidak menyangka akan bekerja sama denganPlayboyitu. Dan aku juga baru tahu kalau dia adalah kekasih temanmu saat ia mengatakan bahwa tunangannya yang bernama Sofi adalah wanita yang kita temui di hotel tersebut.""Apa?Palyaboy?"Alezha terkejut mendengar ucapan Kaysan. Karena yang ia ketahui, Sofi selalu membanggakan Leon yangkatanya
Keesokan harinya, Alezha sudah terlebih dahulu bangun. Ia segera bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan diri sebelum adzan subuh berkumandang.Setelah menyegarkan diri, Alezha membawa mukena dan sajadahnya ke kamar kosong di ruangan lain sembari menunggu adzan subuh selesai berkumandang.Kaysan terjaga dari tidurnya saat mendengar suara adzan subuh berkumandang. Ia segera pergi ke kamar mandi dengan posisi setengah sadar sehingga tidak menyadari bahwa Alezha tidak ada di ranjangnya.Barulah saat ia selesai mengambil air wudhu, ia menyadari bahwa Alezha tidak ada. Ia pun melaksanakan sholat subuh. Setelah itu, ia pun bergegas ke luar mencari keberadaan Alezha yang ternyata sedang meracik sayuran di dapur.Kaysan tidak berani mendekat, ia hanya mengintip dari kejauhan sembari bersembunyi dibalik dinding.Terlihat Alezha begitu akrab dengan para pelayan yang membantunya. Ia terus melemparkan senyuman saat meminta tolong seorang
Keesokan malamnya, hari yang ditakuti Alezha pun tiba, dimana ia dan Kaysan akan makan malam bersama Leon dan Sofi di sebuah restoran yang sudah direservasi.Kini keduanya sudah berada di satu meja yang sama dengan posisi saling berhadapan. Sofi terus menatap Alezha yang hanya diam tak bergeming. Ia melirik Kaysan yang asyik mengobrol dengan Leon.DrrrrttttPonsel Alezha bergetar. Ia segera melihat sebuah pesan dari aplikasi berwarna hijau yang ternyata dari Sofi dengan nomor baru."Kenapa diam? Apa aku terlalu menakutkan untukmu?"Melihat isi pesan itu, Alezha pun sedikit kesal. Ia segera mengetikkan pesan balasan untuk Sofi."Tidak ku sangka kau masih menyimpan nomorku dan mengirimiku pesan dengan nomor barumu, padahal aku sudah memblokir nomor lamamu. Ternyata kau sahabat yang setia."Diikuti emoticon senyum.Melihat pesan balasan itu, wajah Sofi tampak memerah. Ia pun me
"Bagaimana, para saksi, sah?" tanya pak penghulu pada para saksi dan tamu yang hadir."SAH!!""Alhamdulillah."Mereka semua mengucap syukur."Selamat, ya, Leon, Sofi, akhirnya kalian menikah lagi," ucap Alezha sambil memeluk Sofi."Terima kasih, ini semua berkat dirimu. Dan terima kasih juga untuk baju pengantin kami," sahut Sofi sambil melihat gaun pengantin yang ia kenakan.Ternyata, saat Alezha meminta dijahitkan baju dengan ukurannya, adalah karena gaun itu untuknya dan Leon."Iya, sama-sama. Mulai sekarang, hiduplah bahagia bersama cinta sejati mu.""Leon, jangan pernah menyakiti istrimu lagi. Jaga dia sampai akhir hayat mu." Kaysan menepuk bahu Leon."Iya, aku berjanji, aku akan selalu menjaga dan mencintai Sofi sampai akhir hayat ku." Leon memegang erat tangan Sofi.Mereka pun saling bertatapan hingga Leon akan mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya."Heh, j
Sofi terlihat mondar mandir di dalam ruang kerjanya. Sejak semalam ia memang masih bingung dengan pergolakan hatinya.Hingga akhirnya, ia pun memberanikan diri membuka blokiran semua akun sosmed Leon. Di salah satu akun sosmednya, Sofi melihat banyak postingan Leon yang semua komentar ia kunci. Di salah satu postingan Leon, Sofi melihat sebuah jam tangan yang Leon unggah dengan caption 'setidaknya dia pernah mencintai ku meski saat ini aku tidak akan bisa memilikinya lagi'. Jika dilihat tanggalnya, postingan itu sudah berusia setahun.Selain itu, Leon juga mengunggah sebuah foto yang hanya menampakkan tangan yang ia genggam. Sofi tahu bahwa itu adalah tangannya. Leon menulis dengan caption 'andai waktu diputar ulang, aku tidak akan pernah melepaskan tangan ini'.Tanpa terasa air mata Sofi mengalir. Ia tidak menyangka bahwa Leon masih menyimpan foto dan hadiah pemberiannya saat mereka masih bertunangan.
Beberapa hari telah berlalu."Alezha, aku ingin bicara!" ucap Kaysan saat Alezha sedang merias wajahnya di depan cermin."Bicaralah, untuk apa berbasa-basi?" ucap Alezha tanpa menoleh."Bila berbicara dengan suami mu, lihatlah wajahnya."Alezha berbalik dan berdiri menghadap Kaysan. "Sekarang bicaralah!""Kenapa akhir-akhir ini kau berubah? Apa kau sudah tidak mencintai ku lagi?" Kaysan langsung mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini mengganjal di hatinya."Berubah?" Alezha berbalik dan memerhatikan penampilannya di depan cermin. "Ya, aku memang sedikit lebih kurus, tapi apa itu masalah?""Bukan itu! Meski berat badanmu bertambah belasan kilo pun aku tidak akan mempermasalahkannya.""Apa? Jadi kau berharap aku menjadi gendut? Kau suka aku seperti itu? Apa kau baru saja menyumpahiku?""Apa? Tidak bukan itu. Jangan mengalihkan pembicaraan! Aku sedang membicarakan sikapmu belakangan ini.
Pagi itu, Alezha baru saja bangun dari ditidurnya. Setelah melaksanakan salat subu berjamaah dengan Kaysan, ia memang tidur lagi karena tadi malam Keizha agak rewel."Sayang, baru bangun?" tanya Kaysan yang sedang merapikan kemeja bajunya."Hmmm," sahut Alezha sambil berjalan gontai ke kamar mandi.Setelah selesai mandi dan berganti baju, ia pun kembali ke dalam kamar."Masih di sini?" tanya Alezha sambil merapikan ranjang."Aku ingin agar kau memakaikan dari untukku," ucap Kaysan dengan senyuman lembut."Memangnya kau tidak bisa pakai sendiri?""Bisa, tapi aku ingin kau yang memakaikannya untuk ku." Menyerahkan dasinya pada Alezha.Alezha mengambil dasi itu, namun tidak memakaikannya. Ia malah meletakkan dasi itu ka atas ranjang lalu pergi ke luar kamar.Kaysan kecewa melihat sikap Alezha yang te
Beberapa tahun telah berlalu. Kini, ketiga anak kembar Alezha sudah berumur dua tahun. Bisa dibayangkan, bagaimana repotnya menjaga anak kembar tiga yang sedang aktif-aktifnya."Kaizo, Kiano, sini, Sayang, jangan lari ke sana, di situ ada,,,,,"Brukkk. "Huaaaaaaaa." Tangisan Kaizo pun terdengar saat ia baru saja menabrak Alezha yang baru akan keluar dari ruangan tempat Kaizo akan masuk."Astaghfirullahalazim, Sayang." Alezha langsung menggendong Kaizo dan mengusap bagian wajahnya yang tadi menghantam kaki bagian atas Alezha."Sayang, maaf, aku tidak bisa mencegah mereka ke sini." Kaysan menghampiri Alezha."Memangnya kemana tiga baby sitter kita?""Mereka sudah mengundurkan diri pagi ini. Apa kau lupa?""Oh iya, aku baru ingat. Lalu, apakah sudah dapat gantinya?""Aku sudah berbicara pada temanku yang mempunyai jasa b
Beberapa bulan telah berlalu.Sofi telah sehat kembali. Kini ia bekerja di sebuah butik yang di jalankan nenek Alezha. Ia tinggal di salah satu unit di apartemen milik Kaysan.Leon sudah kehilangan semua perusahaannya karena hutang yang harus ia lunasi, namun Kaysan menepati janjinya, ia menjadikan Leon sebagai salah satu pekerja jarak jauh di perusahaannya. Kini Leon tinggal di apartemen milik keluarga Armadja tanpa diketahui publik. Ia tidak mungkin tinggal satu apartemen dengan Sofi. Pernah sekali Leon meminta maaf padanya, Sofi hanya mengangguk, namun ia mengajukan syarat agar itu menjadi pertemuan pertama dan terakhir mereka.Orang tua angkat Sofi masuk ke dalam penjara karena mereka masih menjalani bisni gelap prostitusi online dengan menjual para gadis di dekat rumah mereka.Orang tua Calya sudah meminta maaf pada Kaysan dan Alezha atas kesalahan Calya semasa hidup. Tentu saja, Alezha yang berhati emas lang
Seorang pria tengah mengepal erat tangannya. Ia memandang ke sembarang arah dengan mata merah menyala penuh dendam."Kurang ajar kau Calya, karena aku tidak ingin mempertanggung jawabkan kehamilanmu, kau malah memilih jalan ini!" Leon mencampakkan ponsel yang ada di tangannya.Ponsel itu berisi sebuah pesan singkat dari Calya."Jika kau tidak mengirimkan ku uang, maka aku akan menyebarkan lebih banyak videomu, juga bukti-bukti semua wanita yang pernah kau suruh menggugurkan kandungan mereka, dengan begitu, kau akan masuk ke dalam penjara."Leon begitu frustrasi. Ia menjambak rambutnya serta berteriak tidak karuan. Dengan segera, ia memungut kembali ponselnya. Mengetikkan nominal angka yang diminta Calya, lalu mengirimnya."Jika aku bertemu denganmu, maka aku akan membunuhmu."Itulah isi pesan singkat yang ia kirimkan pada Calya.Setelah itu, ia kembali menerima banyak email
Samar-samar terdengar suara hemodinamik pertanda jantung pasien masih berdetak.Sofi membuka matanya. Ia merasakan sakit yang teramat sangat di bagian kepalanya yang sudah dibungkus perban, begitu juga dengan beberapa bagian tubuhnya."Sofi, kau sudah sadar?" Alezha terlihat sangat senang melihat Sofi sudah sadar."Aku akan panggil dokter," ujar Kaysan yang langsung keluar dari ruangan tersebut.Tak berselang lama, dokter pun datang dan memeriksa keadaan Sofi."Alhamdulillah, pasien sudah melewati masa kritisnya. Keadaannya sudah stabil," ujar sang dokter setelah memeriksa keadaan Sofi."Terimakasih, Dok," ucap Alezha.Dokter pun mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.Alezha berali menatap Sofi yang kini sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca."Sofi, kenapa menangis? Apa ada yan
Beberapa bulan kemudian.Kebahagiaan masih menghampiri Kaysan dan Alezha. Pasalnya, hari ini adalah ulang tahun Kaysan. Mereka mengadakan sebuah pesta kecil-kecilan di rumah saja, karena kondisi Alezha yang tengah hamil empat bulan dan tidak boleh kelelahan.Hanya keluarga saja yang hadir ikut meramaikan acara tersebut. Tak lupa, mereka berinfaq ke masjid-masjid, memberi santunan ke panti asuhan, dan bersedekah untuk mereka yang membutuhkan."Selamat ulang tahun, Sayang." Alezha memberikan sebuah kado untuk Kaysan."Terimakasih, Sayang." Kaysan mengecup kening Alezha sembari menerima kado tersebut.Sebuah kotak kecil, dengan hiasan pita cantik ditengahnya."Boleh aku buka?" tanya Kaysan.Alezha mengangguk.Kaysan segera membuka kado tersebut. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa isi kado tersebut adalah sebuah jam tangan yang selama ini ia kira hilang. Jam tangan kesayangannya yang dibuat langs