Hari ini, Kaysan dan Alezha mulai mencari gadis tersebut.
Tempat pertama yang mereka datangi adalah bar tempat Kaysan meniduri wanita tersebut."Kau yakin si penjaga kamar masih mengenalmu?" tanya Alezha."Aku tidak yakin, tetapi aku akan mencobanya dulu." Kaysan menatap serius."Bagaimana dengan CCTV?""Di bagian koridor kamar, tidak ada CCTV."Alezha hanya terdiam mendengar ucapan Kaysan. Sebenarnya saat ini hatinya sedang harap-harap cemas karena ia takut kalau wanita itu belum menikah. Apalagi saat melihat bentuk Kaysan yang good looking dan kaya raya, siapa yang tidak mau. Sekalipun wanita itu sudah menikah, mungkin ia akan langsung minta cerai karena Kaysan.Alezha menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menepis pikiran buruk itu."Kenapa? Apa kepalamu sedang sakit?" tanya Kaysan yang masih fokus menyetir."Tidak, hanya meregangkan otot leher saja.""KaAlezha masih diam. Ia menatap lekat Kaysan yang juga terdiam."Seperti apa luka jahit di punggung wanita itu?" tanya Alezha."Panjangnya satu inci, lurus vertikal, dan terdapat tahi lalat di dekatnya."Deg, jantung Alezha semakin berdegup kencang. Itu adalah ciri-ciri bekas lukanya."Dimana kau meniduri wanita itu?""Di bar xxxx, dua tahun yang lalu."Alezha semakin kalut. Ia masing ingin menyangkal, namun semua bukti sudah jelas."Apa yang terjadi dengan punggung mu malam itu?""Ada noda hitam besar di punggung ku karena ulah teman-teman ku malam itu."Alezha langsung diam seketika. Lututnya terasa lemas, ia melangkah mundur dan terduduk di atas ranjang. Ia menunduk dan tangannya menjambak rambutnya sendiri."Alezha, apa kau wanita yang aku tiduri waktu itu?" Kaysan mendekati Alezha dengan langkah sepekan mungkin.Alezha mendongak seraya berkata, "Berhenti! Janga
Seminggu telah berlalu. Hari ini, sidang perceraian Alezha dan Kaysan digelar. Sesuai janjinya, Kaysan tidak hadir ke persidangan tersebut, dan hanya menyuruh pengacaranya saja. Jelas sekali ia tidak ingin berada di tempat itu, melihat pernikahan dan cintanya hancur.Kini Kaysan sedang duduk di atas ranjang Alezha. Menatap sebuah foto di dalam ponselnya. Itu adalah foto yang diam-diam ia ambil saat masih bersama Alezha.Bulir air mata mulai membasahi pipinya. Beberapa kali ia mengusap air matanya, namun tetap saja, air mata terus saja mengalir, mewakili perasaannya yang sudah hancur berkeping-keping."Dengan bodohnya aku percaya saja jika Calya adalah wanita itu hanya karena dia ada di samping ku saat aku terbangun. Jika waktu itu aku menelusuri tempat itu lagi, mungkin aku masih bisa mendapatkan maaf dari Alezha."Tokk tokk tokkPintu diketuk seseorang. Kaysan tidak menggubrisnya. Ia tahu pas
Makanan sudah siap terhidang. Aroma masakan yang menggugah selera itu, membuat perut Kaysan langsung keroncongan. Ia segera menarik kursi lalu mendudukinya. Mengambil sebuah piring, lalu menuangkan nasi serta lauk ke piringnya."Kaysan, jangan dimakan. Nanti dulu, tunggu mama dan papa datang." Alezha yang baru datang dari dapur langsung menghampiri Kaysan."Aku sangat lapar, Al." Kaysan kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. "Ini enak sekali. Aku tidak tahu jika wanita kuat seperti mu juga jago memasak.""Aku hanya ingin menyeimbangkan diriku saja. Jika aku kuat seperti pria, maka aku juga harus bisa memasak seperti wanita pada umumnya. Mamaku mengajariku cara memasak, dan aku menambah menu-menu masakan dengan ideku sendiri." Alezha menuangkan segelas air lalu memberikannya pada Kaysan. Ia pun duduk di samping Kaysan sembari melihat suaminya itu makan dengan sangat lahap."Kau sangat hebat!" p
Sebulan kemudian.Hari ini Kaysan dibuat terkejut oleh Alezha. Pasalnya, saat ia baru pulang bekerja, ada seorang wanita berhijab sedang memasak di dapur.Awalnya ia kira itu adalah mama mertuanya, tetapi, saat dilihat dari dekat, ternyata ia adalah Alezha, istrinya sendiri."Sayang?" Kaysan memanggil Alezha.Alezha menoleh dan tersenyum. Ia segera mencuci tangannya, lalu menghampiri Kaysan sembari mencium punggung tangan suaminya itu."Assalamualaikum." Kaysan mengusap kepala Alezha yang kini telah dibalut dengan hijab berwarna gold, sesuai dengan bajunya saat ini."Waalaikumsalam," sahut Alezha."Maaf aku lupa memberi salam tadi.""Tidak apa-apa, lain kali biasakan, ya."Kaysan mengangguk. Ditatapnya wajah Alezha yang terlihat semakin cantik itu. Apalagi ditambah hijab, membuatnya seperti bidada
PrankkkTerdengar pecahan kaca bekas vas bunga yang dilempar ke dinding sebuah kamar."Kenapa? Kenapa semua jadi begini?!!" Sofi menangis meraung di dalam kamarnya. Ia berteriak-teriak sembari melempar semua benda ke dinding kamarnya.Masih terlintas di bayangannya saat memergoki Leon sedang bercumbu mesra di hotel bersama wanita lain, tepat setelah ia baru pergi dari acara reuni Kaysan.Flashback On"Leon! Apa yang kau lakukan!" Sofi berteriak saat melihat Leon sedang bercumbu mesra dengan wanita lain."Ahh, shit!" Leon bangkit dari posisinya yang sudah setengah telanjang. "Baru saja aku ingin memulai, ternyata kau lebih cepat kembali.""Apa yang kau lakukan dengan wanita j*lang ini, ha?!" Air mata Sofi mulai membendung di pelupuk matanya."Oh, come on baby, kenapa berlebihan. Aku hanya mencari pemuas nafsu, itu bukan hal yang per
Beberapa bulan kemudian.Kebahagiaan masih menghampiri Kaysan dan Alezha. Pasalnya, hari ini adalah ulang tahun Kaysan. Mereka mengadakan sebuah pesta kecil-kecilan di rumah saja, karena kondisi Alezha yang tengah hamil empat bulan dan tidak boleh kelelahan.Hanya keluarga saja yang hadir ikut meramaikan acara tersebut. Tak lupa, mereka berinfaq ke masjid-masjid, memberi santunan ke panti asuhan, dan bersedekah untuk mereka yang membutuhkan."Selamat ulang tahun, Sayang." Alezha memberikan sebuah kado untuk Kaysan."Terimakasih, Sayang." Kaysan mengecup kening Alezha sembari menerima kado tersebut.Sebuah kotak kecil, dengan hiasan pita cantik ditengahnya."Boleh aku buka?" tanya Kaysan.Alezha mengangguk.Kaysan segera membuka kado tersebut. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa isi kado tersebut adalah sebuah jam tangan yang selama ini ia kira hilang. Jam tangan kesayangannya yang dibuat langs
Samar-samar terdengar suara hemodinamik pertanda jantung pasien masih berdetak.Sofi membuka matanya. Ia merasakan sakit yang teramat sangat di bagian kepalanya yang sudah dibungkus perban, begitu juga dengan beberapa bagian tubuhnya."Sofi, kau sudah sadar?" Alezha terlihat sangat senang melihat Sofi sudah sadar."Aku akan panggil dokter," ujar Kaysan yang langsung keluar dari ruangan tersebut.Tak berselang lama, dokter pun datang dan memeriksa keadaan Sofi."Alhamdulillah, pasien sudah melewati masa kritisnya. Keadaannya sudah stabil," ujar sang dokter setelah memeriksa keadaan Sofi."Terimakasih, Dok," ucap Alezha.Dokter pun mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.Alezha berali menatap Sofi yang kini sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca."Sofi, kenapa menangis? Apa ada yan
Seorang pria tengah mengepal erat tangannya. Ia memandang ke sembarang arah dengan mata merah menyala penuh dendam."Kurang ajar kau Calya, karena aku tidak ingin mempertanggung jawabkan kehamilanmu, kau malah memilih jalan ini!" Leon mencampakkan ponsel yang ada di tangannya.Ponsel itu berisi sebuah pesan singkat dari Calya."Jika kau tidak mengirimkan ku uang, maka aku akan menyebarkan lebih banyak videomu, juga bukti-bukti semua wanita yang pernah kau suruh menggugurkan kandungan mereka, dengan begitu, kau akan masuk ke dalam penjara."Leon begitu frustrasi. Ia menjambak rambutnya serta berteriak tidak karuan. Dengan segera, ia memungut kembali ponselnya. Mengetikkan nominal angka yang diminta Calya, lalu mengirimnya."Jika aku bertemu denganmu, maka aku akan membunuhmu."Itulah isi pesan singkat yang ia kirimkan pada Calya.Setelah itu, ia kembali menerima banyak email
"Bagaimana, para saksi, sah?" tanya pak penghulu pada para saksi dan tamu yang hadir."SAH!!""Alhamdulillah."Mereka semua mengucap syukur."Selamat, ya, Leon, Sofi, akhirnya kalian menikah lagi," ucap Alezha sambil memeluk Sofi."Terima kasih, ini semua berkat dirimu. Dan terima kasih juga untuk baju pengantin kami," sahut Sofi sambil melihat gaun pengantin yang ia kenakan.Ternyata, saat Alezha meminta dijahitkan baju dengan ukurannya, adalah karena gaun itu untuknya dan Leon."Iya, sama-sama. Mulai sekarang, hiduplah bahagia bersama cinta sejati mu.""Leon, jangan pernah menyakiti istrimu lagi. Jaga dia sampai akhir hayat mu." Kaysan menepuk bahu Leon."Iya, aku berjanji, aku akan selalu menjaga dan mencintai Sofi sampai akhir hayat ku." Leon memegang erat tangan Sofi.Mereka pun saling bertatapan hingga Leon akan mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya."Heh, j
Sofi terlihat mondar mandir di dalam ruang kerjanya. Sejak semalam ia memang masih bingung dengan pergolakan hatinya.Hingga akhirnya, ia pun memberanikan diri membuka blokiran semua akun sosmed Leon. Di salah satu akun sosmednya, Sofi melihat banyak postingan Leon yang semua komentar ia kunci. Di salah satu postingan Leon, Sofi melihat sebuah jam tangan yang Leon unggah dengan caption 'setidaknya dia pernah mencintai ku meski saat ini aku tidak akan bisa memilikinya lagi'. Jika dilihat tanggalnya, postingan itu sudah berusia setahun.Selain itu, Leon juga mengunggah sebuah foto yang hanya menampakkan tangan yang ia genggam. Sofi tahu bahwa itu adalah tangannya. Leon menulis dengan caption 'andai waktu diputar ulang, aku tidak akan pernah melepaskan tangan ini'.Tanpa terasa air mata Sofi mengalir. Ia tidak menyangka bahwa Leon masih menyimpan foto dan hadiah pemberiannya saat mereka masih bertunangan.
Beberapa hari telah berlalu."Alezha, aku ingin bicara!" ucap Kaysan saat Alezha sedang merias wajahnya di depan cermin."Bicaralah, untuk apa berbasa-basi?" ucap Alezha tanpa menoleh."Bila berbicara dengan suami mu, lihatlah wajahnya."Alezha berbalik dan berdiri menghadap Kaysan. "Sekarang bicaralah!""Kenapa akhir-akhir ini kau berubah? Apa kau sudah tidak mencintai ku lagi?" Kaysan langsung mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini mengganjal di hatinya."Berubah?" Alezha berbalik dan memerhatikan penampilannya di depan cermin. "Ya, aku memang sedikit lebih kurus, tapi apa itu masalah?""Bukan itu! Meski berat badanmu bertambah belasan kilo pun aku tidak akan mempermasalahkannya.""Apa? Jadi kau berharap aku menjadi gendut? Kau suka aku seperti itu? Apa kau baru saja menyumpahiku?""Apa? Tidak bukan itu. Jangan mengalihkan pembicaraan! Aku sedang membicarakan sikapmu belakangan ini.
Pagi itu, Alezha baru saja bangun dari ditidurnya. Setelah melaksanakan salat subu berjamaah dengan Kaysan, ia memang tidur lagi karena tadi malam Keizha agak rewel."Sayang, baru bangun?" tanya Kaysan yang sedang merapikan kemeja bajunya."Hmmm," sahut Alezha sambil berjalan gontai ke kamar mandi.Setelah selesai mandi dan berganti baju, ia pun kembali ke dalam kamar."Masih di sini?" tanya Alezha sambil merapikan ranjang."Aku ingin agar kau memakaikan dari untukku," ucap Kaysan dengan senyuman lembut."Memangnya kau tidak bisa pakai sendiri?""Bisa, tapi aku ingin kau yang memakaikannya untuk ku." Menyerahkan dasinya pada Alezha.Alezha mengambil dasi itu, namun tidak memakaikannya. Ia malah meletakkan dasi itu ka atas ranjang lalu pergi ke luar kamar.Kaysan kecewa melihat sikap Alezha yang te
Beberapa tahun telah berlalu. Kini, ketiga anak kembar Alezha sudah berumur dua tahun. Bisa dibayangkan, bagaimana repotnya menjaga anak kembar tiga yang sedang aktif-aktifnya."Kaizo, Kiano, sini, Sayang, jangan lari ke sana, di situ ada,,,,,"Brukkk. "Huaaaaaaaa." Tangisan Kaizo pun terdengar saat ia baru saja menabrak Alezha yang baru akan keluar dari ruangan tempat Kaizo akan masuk."Astaghfirullahalazim, Sayang." Alezha langsung menggendong Kaizo dan mengusap bagian wajahnya yang tadi menghantam kaki bagian atas Alezha."Sayang, maaf, aku tidak bisa mencegah mereka ke sini." Kaysan menghampiri Alezha."Memangnya kemana tiga baby sitter kita?""Mereka sudah mengundurkan diri pagi ini. Apa kau lupa?""Oh iya, aku baru ingat. Lalu, apakah sudah dapat gantinya?""Aku sudah berbicara pada temanku yang mempunyai jasa b
Beberapa bulan telah berlalu.Sofi telah sehat kembali. Kini ia bekerja di sebuah butik yang di jalankan nenek Alezha. Ia tinggal di salah satu unit di apartemen milik Kaysan.Leon sudah kehilangan semua perusahaannya karena hutang yang harus ia lunasi, namun Kaysan menepati janjinya, ia menjadikan Leon sebagai salah satu pekerja jarak jauh di perusahaannya. Kini Leon tinggal di apartemen milik keluarga Armadja tanpa diketahui publik. Ia tidak mungkin tinggal satu apartemen dengan Sofi. Pernah sekali Leon meminta maaf padanya, Sofi hanya mengangguk, namun ia mengajukan syarat agar itu menjadi pertemuan pertama dan terakhir mereka.Orang tua angkat Sofi masuk ke dalam penjara karena mereka masih menjalani bisni gelap prostitusi online dengan menjual para gadis di dekat rumah mereka.Orang tua Calya sudah meminta maaf pada Kaysan dan Alezha atas kesalahan Calya semasa hidup. Tentu saja, Alezha yang berhati emas lang
Seorang pria tengah mengepal erat tangannya. Ia memandang ke sembarang arah dengan mata merah menyala penuh dendam."Kurang ajar kau Calya, karena aku tidak ingin mempertanggung jawabkan kehamilanmu, kau malah memilih jalan ini!" Leon mencampakkan ponsel yang ada di tangannya.Ponsel itu berisi sebuah pesan singkat dari Calya."Jika kau tidak mengirimkan ku uang, maka aku akan menyebarkan lebih banyak videomu, juga bukti-bukti semua wanita yang pernah kau suruh menggugurkan kandungan mereka, dengan begitu, kau akan masuk ke dalam penjara."Leon begitu frustrasi. Ia menjambak rambutnya serta berteriak tidak karuan. Dengan segera, ia memungut kembali ponselnya. Mengetikkan nominal angka yang diminta Calya, lalu mengirimnya."Jika aku bertemu denganmu, maka aku akan membunuhmu."Itulah isi pesan singkat yang ia kirimkan pada Calya.Setelah itu, ia kembali menerima banyak email
Samar-samar terdengar suara hemodinamik pertanda jantung pasien masih berdetak.Sofi membuka matanya. Ia merasakan sakit yang teramat sangat di bagian kepalanya yang sudah dibungkus perban, begitu juga dengan beberapa bagian tubuhnya."Sofi, kau sudah sadar?" Alezha terlihat sangat senang melihat Sofi sudah sadar."Aku akan panggil dokter," ujar Kaysan yang langsung keluar dari ruangan tersebut.Tak berselang lama, dokter pun datang dan memeriksa keadaan Sofi."Alhamdulillah, pasien sudah melewati masa kritisnya. Keadaannya sudah stabil," ujar sang dokter setelah memeriksa keadaan Sofi."Terimakasih, Dok," ucap Alezha.Dokter pun mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.Alezha berali menatap Sofi yang kini sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca."Sofi, kenapa menangis? Apa ada yan
Beberapa bulan kemudian.Kebahagiaan masih menghampiri Kaysan dan Alezha. Pasalnya, hari ini adalah ulang tahun Kaysan. Mereka mengadakan sebuah pesta kecil-kecilan di rumah saja, karena kondisi Alezha yang tengah hamil empat bulan dan tidak boleh kelelahan.Hanya keluarga saja yang hadir ikut meramaikan acara tersebut. Tak lupa, mereka berinfaq ke masjid-masjid, memberi santunan ke panti asuhan, dan bersedekah untuk mereka yang membutuhkan."Selamat ulang tahun, Sayang." Alezha memberikan sebuah kado untuk Kaysan."Terimakasih, Sayang." Kaysan mengecup kening Alezha sembari menerima kado tersebut.Sebuah kotak kecil, dengan hiasan pita cantik ditengahnya."Boleh aku buka?" tanya Kaysan.Alezha mengangguk.Kaysan segera membuka kado tersebut. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa isi kado tersebut adalah sebuah jam tangan yang selama ini ia kira hilang. Jam tangan kesayangannya yang dibuat langs