“Tolong jelaskan! Apa yang sebenarnya yang Anda inginkan dari saya? Apa yang coba Anda lakukan?” Mata coklat Arsyila menatap tajam suaminya. Baru saja Arsyila menaruh kepercayaan pada suaminya. Tapi pria itu lagi-lagi melakukan sesuatu yang mencurigakan.“Syila …”“Beri saya jawaban!” Arsyila berteriak keras. Napasnya tersengal. Reyga tampak menghela napas dengan lelah.“Baiklah, tapi kumohon tenanglah,” minta Reyga masih terlihat tenang. “Setiap bulan, aku selalu mengadakan pemeriksaan rutin pada setiap anggota di rumah ini. Karena kamu baru bergabung, aku juga ingin kamu diperiksa.”“Pemeriksaan rutin?” Alis Arsyila terangkat sebelah. Baru kali ini Arsyila mendengarnya.“Benar. Itu hanya pemeriksaan kesehatan biasa.”“Jika itu pemeriksaan biasa, bukankah Anda bisa mengatakannya lebih dulu pada saya? Kenapa Anda menyuruh bibi Esti diam-diam mengambil darah saya?” “Pemeriksaan itu juga termasuk tes urin dan te
“Tu-tunggu! Kita pergi kemana sebenarnya?” tanya Arsyila untuk ke sekian kalinya tak digubris oleh Zhou. Sepanjang jalan Arsyila terus berdecak kesal. Gadis itu berlari-lari kecil untuk mengikuti langkah Zhou yang lebar. Apa pria itu sedang memamerkan kaki panjangnya? Arsyila terus menggerutu dalam hati. Zhou tak melepaskan genggaman tangannya sampai mereka berhenti di depan halte bus. “Kita mau pergi kemana sih?!” Kali ini Arsyila mengajukan pertanyaan yang sama sambil berteriak. Wajah gadis itu sudah memerah karena terlalu kesal. Mata coklatnya menatap Zhou berapi-api.“Ke Aston,” jawab Zhou pada akhirnya. Pria itu terlihat duduk dengan tenang. Tak terganggu sedikit pun pada amukan Arsyila. Arsyila melotot tak percaya. Mata coklatnya seperti ingin meloncat dari ceruknya detik itu juga. Bagaimana dia bisa pergi tanpa sedikitpun persiapan?! Arsyila baru sadar jika dirinya tidak membawa apapun bersamanya. Tas, dompet, ponsel, semua dia tinggal di asrama.“
Arsyila bersyukur dirinya pernah jadi perwakilan lomba lari marathon saat di bangku sekolah dasar. Meskipun waktu itu dia menggerutu karena ditumbalkan oleh teman-temannya. Tapi, siapa sangka pengalaman itu berguna sekarang. Ya, setidaknya Arsyila pernah mencapai sembilan ratus kilo meter sebelum akhirnya tumbang.Tidak, sepertinya itu tidak berguna sama sekali. Kenyataannya Arsyila bukanlah pelari yang cepat. Dia sangat payah! Arsyila merasa saat ini dirinya bisa mati karena kehabisan napas. Zhou masih berlari tanpa mengurangi kecepatannya. Sedang Arsyila masih berusaha mengikuti meskipun kakinya terasa ingin lepas dari tubuhnya. Arsyila merasa seperti berlari di udara. Dia hampir tak merasakan bagaimana kakinya menginjak tanah. Sudah cukup lama mereka berlari, tapi tak ada tanda-tanda Zhou akan berhenti?Apa preman-preman itu masih mengejar mereka? Arsyila tidak tau. Dia hanya fokus berlari. Entah sudah seberapa jauh jarak yang mereka tempuh. Mereka sudah melewa
Arsyila menangis dengan keras. Pria yang berdiri di belakangnya tersenyum dengan memar yang memenuhi wajahnya. Zhou, akhirnya pria itu datang menyelamatkan Arsyila.“Zhou!” Zhou tampak begitu terkejut saat tiba-tiba Arsyila berdiri dan langsung berlari memeluknya. Pria itu sempat kehilangan keseimbangan dan terhuyung ke belakang. Arsyila menenggelamkan wajahnya ke dada Zhou dalam-dalam dan memeluk tubuh pria itu erat. Hati Arsyila dipenuhi rasa takut dan juga kelegaan. Zhou yang merasakan tubuh Arsyila gemetar perlahan balas memeluk tubuh ringkih Arsyila. Ini pertama kalinya Arsyila benar-benar merasa hidupnya terancam. Wajar saja jika gadis itu merasa trauma. Dengan lembut Zhou menepuk-nepuk punggung Arsyila dan mengelus puncak kepalanya. Getaran di tubuh Arsyila berangsur-angsur berkurang dan suara isak tangisnya tak lagi terdengar.Arsyila menyedot ingusnya sambil membuang muka. Setelah kesadarannya kembali sepenuhnya, rasa malu segera menyerangnya. Ar
“Apa kau kenal pria brengsek itu?” Arsyila bisa merasakan emosi dalam pertanyaan yang dilontarkan Zhou dengan tiba-tiba. Dengan bingung Arsyila menatap Zhou yang membuang pandangannya ke luar jendela. Saat ini mereka sedang menaiki bus menempuh perjalanan kembali ke Belgum.“Apa benar pria itu yang melakukannya?” Kali ini Arsyila bisa melihat otot-otot di wajah Zhou yang mencuat keluar. Rahang pria itu mengeras. Air mukanya dipenuhi kemarahan dan kebencian.“P-pria itu?” Arsyila bertanya dengan hati-hati. Arsyila benar-benar bingung dengan situasinya. Sebelumnya Zhou duduk dengan tenang tanpa mengeluarkan sepatah kata begitu masuk bus. Lalu, apa yang membuatnya begitu marah tiba-tiba? Lalu, pria itu? Pria yang mana yang dimaksud Zhou? Kemana arah pembicaraan mereka sebenarnya?“Zhou?” Arsyila tersentak saat mata hitam yang berlumur kemarahan itu menatap ke arahnya. Arsyila dengan susah payah menelan ludahnya. Belum pernah Arsyila melihat Zhou semenyeramkan ini sebelumnya.“Itu … pri
“Syila, kau benar-benar baik-baik saja?” Entah berapa kali Arsyila mendengar pertanyaan itu dari teman yang duduk di sebelahnya. Kemarin Arsyila sudah tidak datang ke kampus seharian karena Zhou yang tiba-tiba datang menculiknya. Jadi sebagai gantinya, hari ini Arsyila berusaha menghadiri semua kelas. “Te-tentu saja,” jawab Arsyila berusaha keras tersenyum dengan natural. Namun wajah temannya bukannya tenang tapi justru semakin terlihat cemas. Sebenarnya seburuk apa Arsyila terlihat sekarang?Arsyila hampir berteriak saat melihat bagaimana wujudnya di depan cermin. Apa Arsyila sungguh datang ke kampus dengan rupa yang menyedihkan ini? Rambut coklat yang kusut, wajah sepucat mayat dengan kantung mata hitam yang menggantung di bawah mata, lalu bibir kering yang pecah-pecah. Bukankah ini yang disebut buruk rupa?Arsyila membasuh wajahnya dengan air dingin. Ini salahnya. Karena terjaga semalaman, Arsyila jadi bangun kesiangan. Arsyila yang terburu-buru tak se
Suara dering ponsel yang nyaring mengejutkan Arsyila yang sebelumnya tertidur pulas. Gadis itu mengucek matanya yang masih merah. Ini masih terlalu pagi untuk mengganggu tidur seseorang. Dalam hati Arsyila menggerutu dengan kesal. Dengan malas Arsyila meraih ponselnya. Nama ‘Zhou’ tertulis di layarnya. Barulah saat itu Arsyila segera bangkit dan membuka matanya lebar-lebar.“Uh, umm … kenapa?” Suara serak Arsyila membuat Arsyila menepuk wajahnya yang mulai merah. Otak Arsyila begitu kosong di pagi hari. Gadis itu mengangkat telepon tanpa memikirkan harus berkata apa. “Aku sedang dalam perjalanan menuju asramamu sekarang. Bersiaplah, hari ini kita akan pergi ke Aston,” ucap Zhou singkat langsung menutup panggilan. Arsyila yang belum mencerna perkataan Zhou dengan sempurna mematung seperti orang bodoh. Zhou benar-benar datang menemuinya! Arsyila langsung melompat dari kasurnya. Gadis itu berlari le kamar mandi dan bersiap dengan terburu-buru. Beg
Apa yang terjadi?Untuk beberapa saat Arsyila kebingungan. Tindakan Zhou yang sangat tiba-tiba membuat Arsyila panik. Zhou tiba-tiba menarik tubuhnya, lalu mendorongnya hingga punggung Arsyila menubruk dinding. Tubuh Arsyila menegang. Jantungnya berdetak keras dan cepat. Zhou membekap mulutnya dan mengunci tangan Arsyila. Wajah Zhou yang hanya berjarak lima senti dari wajahnya membuat Arsyila menahan napas. Aroma musk yang menguar dari tangan Zhou semakin mengacaukan orientasi Arsyila.“Jangan bergerak!” Mata hitam Zhou menatap Arsyila tajam, sarat dengan peringatan. Mata hitam itu seolah menghipnotis Arsyila. Membuatnya lupa untuk berkedip dan Arsyila terhisap ke dalamnya.Zhou menoleh ke sekitarnya. Gelagatnya yang aneh terlihat mencurigakan. Mendekatkan bibirnya ke dekat telinga Arsyila, pria itu berbisik pelan, “Orang itu ada di sana, dia melihat kita.”Arsyila berkedip. Keningnya mulai berkerut tak mengerti. Zhou perlahan menurunkan satu tan
Arsyila selalu merasa senang menghabiskan waktu bersama Syakila. Apalagi semenjak penculikan yang dilakukan tuan Derin terakhir kali. Arsyila jadi over protektif pada kakaknya. Arsyila terus mengekor kemanapun Syakila pergi, kecuali saat bersama Zhou tentunya. Arsyila yakin Zhou bisa menjaga kakaknya. Yah, walaupun Arsyila seringkali memprotes Zhou karena Zhou suka memonopoli Syakila. Arsyila cemburu karena waktu yang Zhou habiskan bersama Syakila lebih banyak dari dirinya. “Kakak, padahal di taman rumah kita juga memiliki bunga. Kenapa kita harus jauh-jauh datang kemari hanya untuk melihat bunga? Lagi pula bunga ini terlihat biasa saja.” Arsyila menyentuh kelopak bunga daisy dengan telunjuknya. Semalam dia sempat berdebat dengan Syakila hanya karena masalah bunga. Beberapa hari terakhir Syakila dengan keras kepala ingin pergi ke Ossy Blossom, rumah kaca terbesar di Oswald. Arsyila tentu saja menentangnya. Usia kandungan Syakila yang sudah tua membuat Arsyila merasa was-was membawa
Arsyila bangun dengan rasa pegal di seluruh tubuhnya. Rasanya seperti dia baru saja mengikuti lomba lari berpuluh-puluh kilo meter dan lomba angkat beban puluhan kilo dalam waktu bersamaan. Sebenarnya apa yang dilakukannya kemarin sampai tubuhnya sakit semua seperti ini? Terlebih, rasa tidak nyaman pada selakangannya benar-benar mengganggunya. Arsyila menggeliat dalam selimutnya. Gadis itu masih enggan untuk membuka kedua matanya yang masih berat. Arsyila berniat untuk melanjutkan tidurnya sampai sebuah suara mengejutkannya.“Kamu sudah bangun?”Seketika kedua mata Arsyila terbuka lebar. Bola mata Arsyila rasanya hampir melompat melihat sosok Reyga yang terlihat sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dengan wajah pucat, Arsyila menatap horor suaminya. Ketika Arsyila mengingat apa yang sudah terjadi semalam, gadis itu terbengong dengan wajah yang sulit dibaca.“Kamu terlihat pucat. Apa kamu merasa sakit?” Ibu jari Reyga mengusap wajah Arsyila perlahan. Pria itu terlihat cemas. Sentuhan R
“Ka-karena kita suami istri, kita harus tidur satu ranjang!”Arsyila ingat bagaimana dirinya dengan percaya diri mengatakan itu pada Reyga. Tapi kemana perginya rasa percaya dirinya itu sekarang?! Arsyila yakin Reyga pasti memandangnya sebagai gadis yang agresif. Dan juga … tak tau malu. Kenyataannya Arsyila benar-benar serakah. Tak cukup dengan meminta Reyga berjanji tak akan meninggalkannya. Selanjutnya Arsyila meminta Reyga berbagi ranjang dengannya. Setelah berbagi ranjang, mungkin selanjutnya Arsyila akan meminta ruang di hati Reyga? Entahlah, Arsyila sendiri tak bisa menahan gejolak yang ada di hatinya. Gadis itu sungguh-sungguh tergila-gila pada suaminya.Rasa ingin memiliki, rasa ingin dicintai, rasa ingin menguasai. Perasaan semacam itu terus berkembang hingga tak terbendung. Mereka mengendap di dasar kemudian tiba-tiba muncul di permukaan dengan membabi buta. Seperti tanaman eceng gondok yang dengan cepat menyelimuti seluruh permukaan sungai. Se
“Kakak, kakak cantik sekali!” puji Arsyila kesekian kalinya. Di depannya, Syakila tengah mematut dirinya di depan cermin. Dalam balutan kain warna putih, Syakila terlihat sangat anggun dengan gaun pengantin.Lima bulan telah berlalu sejak persidangan tuan dan nyonya Derin. Syakila telah melahirkan bayinya sebulan kemudian. Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan Syakila telah lahir ke dunia. Namanya Aluna, itu adalah nama yang telah diberikan Zhou untuk putri Syakila.Arsyila sendiri sudah memulai kembali kehidupan kampusnya. Arsyila keluar dari universitas Teroa, lalu berpindah ke universitas Aegyo di Oswald yang tidak begitu jauh dari rumah. Berbeda dengan saat di Teroa, di Aegyo Arsyila lebih rajin dan benar-benar fokus pada cita-citanya menjadi designer profesional.“Aluna sayang, lihat mamamu terlihat gugup sekali.” Aluna terlihat tertawa di dalam gendongan Arsyila. Bayi tiga bulan itu seolah mengerti apa yang dikatakan Arsyila.“Lihatlah, bahkan putrimu mentertawakan mamany
“Mari kita bahas perceraian kita.”Tubuh Arsyila menegang. Mata coklatnya melebar penuh keterkejutan. Persidangan tuan Derin sudah selesai, dan tak ada alasan lagi untuk mereka menunda perceraian. Arsyila bahkan sudah mempersiapkan hatinya jauh-jauh hari. Namun hatinya tetap terguncang saat kata perceraian keluar dari mulut Reyga sendiri.“Be-benar.” Sulit untuk mengendalikan perasaannya. Rasanya Arsyila ingin menangis. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Berusaha untuk menahan air mata agar tidak jatuh dari kedua matanya. Tidak, Arsyila merasa sangat tidak siap sekarang!“Syila, aku—“Suara perut Arsyila yang nyaring menginterupsi pembicaraan mereka. Arsyila menundukkan kepalanya. Wajahnya seketika memerah. Air mata lolos dari mata coklatnya. “Uhh, a-aku sangat lapar!”Ini memalukan! “Lapar! Waaa!” Karena terlanjur malu, lebih baik totalitas saja. Jika itu bisa menghentikan perceraianannya, Arsyila pasti rela melakukannya. Arsyila menangis keras seperti anak-anak. Berti
“Kak Reyga, kakak jadi lebih tampan!”“Aku rindu kak Reyga!”“Kak Reyga, mana permen yang kakak janjikan bulan lalu?!”“Kak Reyga, ayo menikah denganku!”Reyga hanya tertawa menanggapi anak-anak yang mengerubunginya. Suasana hati pria itu terlihat bagus. Ekspresi senangnya berbanding terbalik dengan wajah yang ditunjukan Arsyila sekarang. Gadis itu terlihat masam dan semakin masam. Tanpa disadari Arsyila, bibirnya telah cemberut melihat para anak perempuan centil yang menggoda suaminya.Mereka hanya anak-anak. Benar, mereka hanya anak-anak!Arsyila berusaha menenangkan hatinya. Sedikit konyol memikirkan dirinya yang merasa cemburu hanya karena anak kecil. Tapi begitu melihat salah satu anak perempuan yang berusia sekitar tujuh tahun mencium pipi suaminya, Arsyila tak bisa lagi mempertahankan ketenangannya. Tidak, dia tak bisa diam saja! Arsyila tak bisa membiarkan ini lebih lama!Anak-anak itu bukan sekedar anak-anak kec
Hakim telah menjatuhkan hukuman untuk Tuan dan Nyonya Derin atas kasus penculikan anak. Dua belas tahun penjara untuk Nyonya Derin. Sedang tuan Derin mendapatkan hukuman dua kali lipat dari istrinya karena kejahatan berlapis yang dilakukannya. Semua orang hadir, termasuk Nora dan Yerina yang datang sebagai saksi.Borya telah ditutup. Reyga memberikan tempat kerja yang layak untuk para mantan pekerja Borya. Beberapa orang mengikutinya, sedang beberapa seperti Yerina menolak tawaran pekerjaan yang telah diberikan Reyga. Yerina lebih suka memilih sendiri jalannya.Arsyila menatap tuan dan nyonya Derin. Mereka berdua tampak lebih kurus dari yang terakhir Arsyila lihat. Arsyila tak akan bisa melupakan kejahatan yang telah diperbuat tuan Derin terhadap kakaknya dan dirinya. Jadi sampai kapan pun Arsyila tak akan bisa memaafkan pria paruh baya itu. Bahkan setelah semua ini tak ada sedikit pun raut bersalah di wajah tuan Derin.Berbeda dari tuan Derin, Arsyila bis
Malam itu Arsyila dan Syakila tidur di kamar nyonya Sisilia. Berkumpul dalam selimut yang sama merayakan kembalinya keluarga mereka. Syakila dan nyonya Sisilia terlihat sudah jauh berlayar dalam alam mimpinya, berbeda dengan Arsyila yang masih terjaga. Sekeras apapun Arsyila berusaha menutup matanya, gadis itu sama sekali tak bisa terlelap. Hatinya terasa tidak tenang. Kantuk sama sekali tak menghampirinya. Ini sudah lewat tengah malam. Tapi kedua matanya justru semakin segar. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagianya karena akhirnya dia bisa berkumpul bersama kakak dan ibu kandungnya. Tapi ternyata Arsyila tidak sepenuhnya merasa demikian. Arsyila merasa senang, tentu saja. Tapi disaat yang sama Arsyila juga merasa gelisah. Ini tentang hubungannya dengan Reyga. Setelah hari ini, Arsyila tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan dari hubungan mereka.Mendesah dengan frustasi. Arsyila pikir dirinya tidak bisa berdiam diri seperti ini. Arsyila akhirny
“A-apa ini?” Arsyila menatap amplop coklat di tangannya dengan wajah kebingungan. Begitu dirinya dan Syakila datang dan ikut berkumpul, Reyga sama sekali tak menjelaskan apa-apa. Pria itu justru memanggil Roby yang membawa beberapa tumpukan dokumen. Amplop coklat yang ada di tangan Arsyila saat ini adalah salah satunya.Arsyila mengedarkan tatapannya pada semua orang yang ada di ruangan itu. Arsyila bisa menangkap raut tegang dari semua wajah itu. Tak terkecuali Reyga, bahkan nyonya Sisilia juga. Mata amber nyonya Sisilia terlihat berkaca-kaca. Wanita paruh baya itu terlihat menahan berbagai emosi dalam dirinya. Ketika Arsyila melihat kakaknya, dia cukup heran dengan sikap tenang sang kakak. Tidakkah Syakila juga merasa bingung dengan situasi yang mereka hadapi sekarang? Bagaimana kakaknya bisa setenang itu? Arsyila bertanya-tanya dalam hatinya.“Aku tau kamu pasti merasa bingung. Jadi bukalah itu, itu adalah kebenaran yang harus kamu ketahui.”“Kebenaran?