Beranda / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Susi Dan Belanjaannya.

Share

Susi Dan Belanjaannya.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-22 22:10:46

Mendengar tuduhan tanpa dasar dari Susi Halim, wajah June seketika memerah karena amarah yang mendidih di dalam dirinya.

“Enak saja bicara! Kau pikir aku cewek gampangan? Semua barang bermerk yang kubeli hari ini, semuanya, ada yang mensponsori!” seru June dengan nada angkuh, matanya bersinar tajam penuh rasa percaya diri.

June baru saja akan melangkah ke eskalator ketika Susi Halim, dengan gerakan cepat, kembali menahannya. Tangannya mencengkeram lengan June, memaksa gadis itu untuk tetap di tempat.

“Tunggu sebentar! Aku butuh penjelasanmu!” Susi berkata, suaranya penuh tuntutan.

June menoleh dengan geram, matanya menyala-nyala penuh amarah. “Penjelasan apa lagi yang kau butuhkan? Bukankah sudah kukatakan tadi? Barang-barang branded ini disponsori oleh seseorang! Puas sekarang?” teriak June, dengan nada yang semakin tinggi, gemuruh emosinya tak terbendung.

“Dengar, Susi Halim. Aku peringatkan sekali lagi, jabatanmu sebagai HRD hanya berlaku di dalam kantor. Di luar kantor, semua tind
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Harga Diri Yang Hancur.

    “Gratis?” Wajah gadis di kasir itu berubah drastis, ekspresinya yang sebelumnya ramah mendadak memucat menjadi dingin dan penuh kemarahan.Aura penghinaan seolah mengalir dari tubuhnya, membungkus Susi Halim dengan rasa sinis yang tegas. Matanya yang tajam menyapu dari atas kepala hingga ke kaki Susi, seolah sedang menilai dan menghukum sekaligus.“Nona... Apakah Anda benar-benar sakit? Mengira belanjaan senilai lima puluh juta rupiah ini bisa dibawa pulang tanpa membayar? Mohon maaf jika ini mengecewakan, tapi saya harus menjelaskan dengan tegas: La Gayette ini bukan lembaga sosial! Jika Anda tidak punya uang, sebaiknya tinggalkan barang-barang Anda dan jangan membuang waktu di sini!”Suara gadis kasir itu semakin meninggi, setiap kata keluar dengan nada yang tajam dan penuh penekanan.Seluruh ruang Gallery La Gayette, yang sebelumnya dipenuhi oleh suara bisik-bisik halus dan gemerincing belanjaan mewah, kini dipenuhi oleh desas-desus dan tatapan penuh perhatian dari para pengunjung.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kevin Yang Tidak Sabaran.

    Hari ini, Kevin Ng sudah hampir kehabisan akal menanti kucuran dana yang dijanjikan oleh Grace Song dari Bank Central Halilintar.Dia duduk di kursi kulitnya yang empuk, namun tidak merasakan kenyamanan sedikitpun. Ruang kerjanya yang biasanya menjadi simbol kekuasaannya, kini terasa menekan seperti penjara.Setiap jam yang berlalu tanpa kabar bagaikan duri yang menusuknya perlahan. Minggu pertama setelah pengajuan investasi itu berlalu tanpa jawaban, dan Kevin mulai merasa seperti cacing yang digoreng di atas wajan panas.Suasana di Kantor Perusahaan Santoso Grup pun berubah menjadi semakin tegang, seiring dengan ketidakpastian yang melanda."Direktur Kevin, gaji karyawan sudah telat dibayar dua minggu. Kita tak bisa menunggu lebih lama lagi, Pak. Kalau begini terus, takutnya akan terjadi demonstrasi karyawan," ucap asisten perusahaan, yang masuk dengan wajah tegang.Kevin hanya bisa mendesah berat, tangannya memijat pelipis yang terasa berdenyut. "Bayangan demo karyawan itu lebih me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kejutan Buat Lucy.

    Kevin dan Lucy, dengan dandanan yang seolah-olah mereka akan menghadiri gala selebriti, melangkah dengan penuh percaya diri menuju lantai lima belas—lantai yang dipenuhi dengan aura kemewahan dan kekuasaan dari para direktur perusahaan.Ketika pintu ruang rapat di lantai lima belas terbuka dengan bunyi gemerincing lembut, aroma wangi yang kuat langsung menyapu seluruh ruangan.Aroma parfum mahal yang dipilih dengan teliti oleh Lucy menyebar seperti kabut halus, memaksa setiap orang di ruangan itu untuk menoleh dengan rasa ingin tahu yang tinggi.Para gadis di sana, yang tadinya sibuk dengan tugas-tugas mereka, tidak bisa menahan diri untuk melontarkan tatapan sinis saat Lucy melangkah masuk dengan penuh gaya.Mereka mulai berbisik-bisik dengan nada mengejek.“Meski parfum yang dipakainya berasal dari brand ternama, rasanya dia seperti menghabiskan setengah botol untuk dirinya sendiri. Aromanya terlalu menyengat!” ujar salah satu gadis, suaranya mengandung nada kesal.“Benar sekali. Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Cerai!

    “Xander?” Suara Lucy terdengar tertahan, dan ekspresi wajahnya berubah drastis, seolah-olah baru saja melihat hantu dari masa lalunya yang tak pernah ingin ia temui lagi.Tatapannya terbelalak, bibirnya yang tadi berwarna merah menyala kini kehilangan rona, seakan darah dalam tubuhnya mendadak membeku.Di sisi lain, Kevin Ng hanya bisa menatap pria yang baru saja muncul itu sambil mengerutkan alis. Meskipun ada sedikit kebencian yang terpancar di matanya, dalam hati kecilnya, ia tak bisa memungkiri bahwa pria yang dulu adalah suami dari kekasihnya kini tampak berbeda.Xander yang dulu sederhana, kini berubah menjadi sosok yang begitu berwibawa, dengan pakaian rapi dan potongan rambut yang terlihat sangat modern. Kevin merasa sedikit terintimidasi, meski ia berusaha keras menyembunyikannya di balik wajah dingin dan sikap acuh tak acuhnya.Sementara itu, keributan dan ketegangan tak hanya menguasai Lucy dan Kevin. Gadis-gadis perkantoran yang tadinya hanya menonton dengan cibir, kini mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Dewa Penolong.

    Bagaimanapun juga, harga diri Lucy masih ada, setinggi langit, sebanding dengan status sosial yang selalu dia banggakan.Namun, sekarang, di tengah-tengah keramaian, dia justru dihadapkan pada kenyataan pahit: diceraikan oleh Xander di depan umum.Bukan hanya kata-kata itu yang menyayat hatinya, tetapi juga cara perempuan-perempuan perkantoran itu berbisik, seolah-olah mereka sedang merayakan kejatuhannya. Suara-suara yang terdengar seperti cibiran halus menusuk ego besarnya.“Kalian semua...!” Lucy tersentak, napasnya memburu, wajahnya merah padam. Amarah yang membuncah membuatnya hampir muntah darah.Bagaimana mungkin Xander yang bodoh dan miskin itu, bisa berani mengucapkan kata cerai terlebih dahulu? Dia yang seharusnya meninggalkan pria malang itu, bukan sebaliknya.Dan kini, dia justru dipermalukan di depan banyak orang, sementara Xander—yang dulu selalu berada di bawah kakinya—tiba-tiba tampak seperti seorang pemenang sejati.Pandangan Lucy mulai kabur, matanya penuh dengan keb

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Tolong Dipecat.

    Di dalam ruangan kerja Mr. Smith yang mewah, suasana dengan cepat berubah menjadi lebih hangat, bahkan mendekati mendidih.Lucy, dengan gaya berani yang terlihat seperti sedang bermain-main di tepi jurang, melontarkan jokes demi jokes yang semakin lama semakin berani.Setiap kata yang keluar dari mulutnya tampak dipoles dengan seksama untuk memicu denyutan hasrat di kepala Mr. Smith, yang tampaknya semakin sulit menahan desakan nalurinya.Namun jangan salah, meski terlihat bodoh di mata banyak orang, Lucy adalah seorang manipulator ulung. Ia tahu betul cara bermain di depan pria seperti Mr. Smith.Dengan sedikit pameran lekuk tubuh yang begitu sempurna dan suara yang diatur agar terdengar serak dan menggoda, ia berhasil menguasai situasi.“Pria setengah tua ini benar-benar bernafsu. Aku bisa memanfaatkan dia sebagai rencana cadangan jika segala sesuatunya berbalik buruk,” batin Lucy dengan sinis. Diam-diam, ia sudah merencanakan jalan keluar yang bisa menyelamatkan dirinya dan perusah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pemecatan Xander.

    Di dalam ruang kerjanya yang mewah, Mr. Smith menekan tombol telepon internal, menghubungkannya langsung dengan bagian Sekretariat Korporat."June, Sekretaris Korporat di sini. Ada yang bisa saya bantu?"Suara di seberang menjawab cepat, bahkan sebelum nada dering pertama selesai berbunyi.Mr. Smith sejenak terdiam, sedikit kecewa karena kehilangan kesempatan untuk menegur June atas ketidaksiapan yang ia harapkan. Ia telah bersiap memberikan pelajaran kecil, namun ketepatan waktu June membuat niat itu urung terlaksana."Beruntung kamu cukup cepat dan sigap," gumamnya dalam hati, sembari memutar-mutar gagang telepon. Namun, rasa tak puas itu tak sepenuhnya sirna.Dalam pembicaraan sebelumnya, Nona Lucy telah menanamkan benih-benih keraguan di benak Mr. Smith. Katanya, teman sekerja Xander, yang satu bagian dengannya, ikut menghasut suasana saat keributan terjadi.Mr. Smith kini tak sabar ingin memberi pelajaran pada Xander—dan mungkin pada siapa pun yang berani mencoreng nama perusahaa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Penghakiman.

    Mr. Smith melangkahkan kakinya dengan hati-hati memasuki ruang utama Gorilla’s Kafe. Biasanya, tempat seperti ini tidak pernah masuk dalam radar tujuannya.Dia yang begitu arogan, tidak pernah terlintas untuk mampir di kedai kopi kelas menengah yang sering dipenuhi oleh pembeli dari kalangan bawah. Namun, hari ini, situasi memaksanya melakukan hal yang di luar kebiasaan."Tak kusangka, bagian dalam kedai kopi yang terlihat sederhana dari luar ini cukup menarik," bisik Mr. Smith pada dirinya sendiri. Matanya tertuju pada sebuah lukisan artistik di dinding, karya seorang pelukis retro yang terkenal.Dengan sedikit cemooh di hatinya, dia menyimpulkan, "Paling-paling ini cuma replika murah. Herannya, mengapa Nona Grace Song memintaku bertemu di tempat seperti ini?"Rasa percaya diri Mr. Smith masih berada di puncaknya.Meski ada sedikit rasa heran tentang panggilan mendadak dari pemilik perusahaan, sama sekali tidak terlintas dalam benaknya bahwa pertemuan ini bisa menjadi penentu masa de

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30

Bab terbaru

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Hani Sang Petugas Keamanan Parkir.

    Hari itu, pagi pagi benar Xander datang ke Kantor Diamond Air sesuai janjinya pada Grace Song.Ia memarkir mobil listriknya, BYD keluaran terbaru, di tempat parkir dengan tanda besar bertuliskan "Direktur Diamond Air." Xander tidak terlalu memusingkan hal ini; baginya, toh perusahaan ini adalah miliknya.Saat Xander baru saja melangkah sepuluh langkah meninggalkan mobilnya, tiba-tiba seseorang menegurnya dengan nada kasar.“Hei kamu! Apa kamu tidak bisa membaca? Jelas-jelas tertulis ‘Direktur Utama’ di situ. Apa kamu pikir kamu pemilik perusahaan ini, lebih tinggi dari direktur?”Xander menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap petugas keamanan yang berjaga di area parkir.“Tapi aku melihat tempat itu kosong. Apa salahnya kalau aku parkir mobilku sebentar? Lagipula aku tidak akan lama berada di Gedung Diamond Air. Apakah Anda...” Xander baru saja hendak menjelaskan bahwa ia akan bertemu dengan direktur utama, ketika petugas keamanan bernama Hani itu menghardiknya.“Kamu membant

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kesombongan Sophia.

    Gedung Diamond Air, yang terletak di pusat Kota Jatavia, berdiri megah di antara gedung-gedung pencakar langit lainnya.Transformasi Pelican Air menjadi Diamond Air adalah bukti nyata kekuatan uang. Gedung yang dulu kusam kini berkilau dengan kaca hitam mengilap, sementara lobby marmernya memancarkan kemewahan yang tak bisa diabaikan.Semua detailnya berseru: kekayaan.Di dalam, suasana kantor dipenuhi ketegangan yang hanya bisa diciptakan oleh dua hal: kedatangan bos besar yang penuh teka-teki dan rasa penasaran akan apa yang akan berubah di bawah kepemimpinannya.Para karyawan, yang dulunya nyaris kehilangan pekerjaan karena bangkrutnya Pelican Air, sekarang memiliki alasan baru untuk resah.“Sophia Wang,” suara berat Michael Chen, Direktur Pemasaran, memecah keheningan.“Apa kamu sudah mempersiapkan semua acara penyambutan? Aku ingin hari ini sempurna. Tuan Sanjaya harus terkesan.”Sophia Wang, sekretarisnya, mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. “Semuanya sudah beres, Tuan Che

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Rapat Setiawan Company.

    Dengan sumber daya yang banyak, tiada batasan ini maka dalam sekejap mata Pelican Air langsung diakuisisi oleh Bank Central Halilintar Group.Dunia bisnis di Negeri Konoya dibuat heboh dengan gebrakan pemilik Halilintar Group, yang mengambil langkah berani mengakuisisi perusahaan yang hampir pailit ini.Seisi Kota Jatavia membincangkan ini, termasuk di Keluarga Setiawan.Pada sebuah acara minum teh di sore hari, Nyonya Ouyang dikelilingi semua keluarga inti, yang memuji-muji dia.Ruangan itu dihiasi ornamen tradisional dengan sentuhan modern; meja besar di tengah ruangan dipenuhi set teh mewah dan penganan kecil yang tersaji rapi.Lucy kebetulan ada di sana. Dia sudah selesai dengan masa penahanannya di Kota Singapura. Ibunya, Rika, juga sudah bebas dengan pertimbangan berbuat baik selama masa tahanan dan usianya yang cukup sepuh.Rika, yang berpura-pura rapuh dan sakit-sakitan selama di penjara, kini duduk dengan postur lemah tetapi matanya tetap memancarkan kecerdasan licik.Oleh se

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sebuah Ide.

    Setelah sekian lama, proyek Dolphin Bakery berjalan dengan lancar. Anak-anak panti asuhan kini hidup nyaman dan tentram.Namun, di balik senyum puas itu, Xander mulai memikirkan sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang sudah lama ia impikan, jauh di dalam hatinya.“Perusahaan penerbangan. Aku ingin mendirikan perusahaan penerbangan,” kata Xander suatu malam, suaranya penuh tekad, meluncur lembut ke udara.Dia duduk santai di teras apartemennya yang megah, menikmati angin malam, ditemani Grace Song yang setia di sisinya sebagai tangan kanan.“Perusahaan penerbangan, Tuan Xander?” Grace Song mengangkat alis, terdengar skeptis. “Bukankah pasar sudah cukup jenuh dengan perusahaan semacam itu? Dan… bukankah ini berarti Anda akan bertentangan dengan Nona Clara?”Grace menggulirkan informasi yang ia tahu tentang hubungan rumit antara Xander dan Clara. Kedua orang itu jelas saling tertarik, tapi belum ada yang berani mengungkapkan perasaan.Grace tersenyum sambil melirik barista pribadi yang sed

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Dolphin Bakery.

    Beberapa bulan setelahnya, di kawasan supermall yang terletak di wilayah timur Jatavia, sebuah toko kue baru saja dibuka.Toko itu berdiri kokoh di antara butik-butik mewah dan gerai-gerai kelas atas yang mengelilinginya, seolah menjadi simbol kedatangan sesuatu yang tak terbendung—sebuah lambang status dan kemewahan baru di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur.Nama toko itu adalah Dolphin Bakery, dan hari itu, sang pemilik merayakan peresmian dengan acara yang sederhana, namun memiliki makna yang dalam dan penuh sentuhan pribadi.Walaupun undangannya terbatas, suasana yang tercipta terasa sangat akrab dan hangat.Seolah, segenap kebahagiaan yang ada mengalir begitu bebas di ruang yang penuh dengan tawa dan suara riang, menciptakan atmosfer yang tidak bisa dihalangi oleh apapun.“Selamat atas dibukanya Dolphin Bakery!” Xander berkata sambil mengulurkan tangan, senyumnya lebar ketika ia menjabat tangan Ibu Mary yang sudah sangat tua.Wajah wanita itu tampak berkaca-kaca, mata

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sandy Yang Apes.

    Setelah semua pihak terdiam oleh ancaman tegas Tuan William Tjiang, suasana di ruangan itu menjadi sunyi.Darmawan Tjiang dan Felicia anaknya bersiap meninggalkan kantor, langkah mereka terdengar berat di lantai marmer. Namun, suara Xander memecah kesunyian itu.“Tunggu. Jangan pergi dulu,” ucapnya sambil berdiri tegap, sorot matanya tajam namun tetap tenang.Felicia berhenti, berbalik dengan wajah masam. “Ada apa lagi?” tanyanya dengan nada ketus. “Bukankah tujuanmu sudah tercapai? Panti asuhan itu selamat. Apa lagi yang kamu inginkan?”Wajahnya mencerminkan kejengkelan.Sementara Darmawan Tjiang berdiri dengan sikap hati-hati.Matanya sesekali melirik Xander, seolah mencoba menilai langkah apa yang mungkin dilakukan pria itu. Ia tahu, tindakan sembrono hanya akan memperburuk situasi.“Kalian perlu melihat ini,” kata Xander. Tanpa ragu, ia melemparkan setumpuk file tebal ke meja. Bunyi keras itu menarik perhatian semua orang di ruangan.“Aku pikir kalian mendukung orang yang salah,”

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sebuah Kejutan Untuk Sandy.

    Sandy Setiawan duduk menunggu keputusan rapat singkat di ruang pertemuan Tuan Tua, dengan dada berdebar.Ia bahkan tidak merasa sakit hati saat William Tjiang mengusirnya dari kantor pribadi Tuan Tua beberapa waktu lalu.Ia sudah terbiasa dengan sikap orang-orang yang merasa diri penting.Sandy tahu, keputusan yang diambil di dalam ruangan itu akan sangat menentukan masa depan bisnis Setiawan Corporation. Namun bagi Sandy, yang lebih penting adalah keuntungan untuk dirinya sendiri.Ia merenung, pikirannya melayang ke tanah panti asuhan yang hampir 2000 meter persegi itu. "Bayangkan berapa banyak yang bisa aku dapatkan jika panti asuhan bobrok itu tergusur...," pikirnya, semakin membayangkan potensi keuntungan yang menggiurkan.Selama ini, Sandy sudah mengeruk untung sampai tujuh puluh persen dalam setiap transaksi pembebasan tanah dan bangunan di lokasi supermall Tjiang Global.Setiap mark-up harga ia habiskan untuk berfoya-foya. Itu adalah cara dia menjalani hidup—dengan segala kesen

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Akhir Penuh Bahagia.

    “Darmawan Tjiang! Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam kantor pribadiku?” Bentakan Yuan William menggema dengan suara rendah yang mengerikan, membekukan seluruh suasana.Darmawan Tjiang terdiam, tubuhnya kaku. Baru kali ini ia melihat ayahnya semarah ini.Yang ia tahu, semakin marah ayahnya, semakin dingin sikapnya. Dan itu selalu berarti satu hal—tindakan yang akan merugikan siapa saja yang berdiri di hadapannya.Melihat ketakutan di mata Darmawan, Tuan William merasa kemenangan seketika.Dengan gerakan angkuh, ia berbalik menuju Felicia, cucunya, yang ikut-ikutan menunduk, ketakutan.“Tidak biasanya kakek semarah ini…” batin Felicia, meremas tangannya. Keringat dingin menetes, meresap ke dalam pori-pori kulitnya. Suara dan ekspresi kakeknya terasa asing, dingin, tanpa sekecil pun kehangatan.Sekarang giliran Tuan William melemparkan tatapan tajam kepada Sandy Setiawan. Suaranya makin dingin, penuh ancaman.“Dan kamu, Sandy Setiawan! Kamu hanya seorang kontraktor sub-kontrak di perus

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Presentasi Yang Memukau.

    Di dalam ruang Tuan William, suasana penuh wibawa menyelimuti. Ukiran kayu klasik pada dinding dan lampu gantung kristal memancarkan kesan mewah.Sementara aroma Teh Pu-er yang khas memenuhi ruangan, melambangkan kelas atas yang tidak bisa disangkal.Tuan William menyambut mereka dengan ramah, membuat Ibu Mary sedikit lebih nyaman meski canggung.Xander duduk tenang di sudut, senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah sudah memprediksi bagaimana Tuan William akan terpesona oleh roti yang dibawa Ibu Mary.“Tuan penolong Xander, aku tidak menyangka ada seseorang yang memiliki keterampilan pembuatan roti kelas internasional seperti ini...” ujar Tuan William, tatapannya tertuju pada roti di hadapannya.Ia memeriksa tekstur roti itu dengan jari, seolah menilai sebuah karya seni.“Aku pernah makan roti dengan kualitas serupa di Shanghai,” tambahnya dengan nada tulus, seakan kenangan tentang perjalanan itu kembali hidup.Ia kemudian menoleh pada Ibu Mary, pandangannya penuh rasa kagum. “Tak kus

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status