Share

Janji Makan Siang.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-12-06 15:50:44

Tentunya, kekacauan yang ditimbulkan oleh Rika Setiawan tak berhenti begitu saja.

Suatu sore yang panas, ketika suasana di kediaman keluarga Setiawan, yang kini dihuni oleh Nyonya Ouyang, terasa lebih dingin dari biasanya, Dimas – mewakili pihak manajemen The Gorilla’s Kafe akhirnya tiba untuk menuntut pertanggungjawaban atas perbuatan Rika yang telah mencemarkan nama baik kafe mereka di media sosial.

Namun, yang mereka temui bukanlah sambutan hangat yang mereka harapkan.

“Pergi kalian!” suara Nyonya Ouyang menggema tajam, lebih dingin dari angin musim hujan yang berhembus. Wajahnya yang angkuh tak menunjukkan sedikitpun ekspresi kesal, malah tampak seolah-olah mereka sedang mengganggu kenyamanan istana pribadi.

“Tapi, Nyonya Rika Setiawan bilang, anda yang bertanggung jawab atas semua ini,” Dimas, salah satu pengelola kafe, tak tinggal diam. Ia berusaha menyuarakan pembelaan, meskipun rasa gugup menghimpit di dadanya. “Kami punya alat bukti!”

Dengan keyakinan yang meluap, Dimas menga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Saingan Bisnis.

    Di Trattoria Bella Notte, restoran Italia yang elegan di pusat kota, Xander memesan dengan cermat, memastikan setiap hidangan mencerminkan statusnya yang tinggi—bukan hanya sekadar makan, tetapi juga pencitraan.Hidangan Pembuka: Bruschetta al Pomodoro, roti panggang dengan tomat segar, basil, dan minyak zaitun.Hidangan Utama: Risotto ai Funghi, risotto krim dengan jamur porcini dan parmesan.Hidangan Penutup: Tiramisu, kue lapis kopi dengan mascarpone dan taburan cokelat."Perfect," batin Xander sambil menatap menu yang sudah dipesan.Semua ini tentu saja tidak lepas dari campur tangan Grace Song, sang asisten yang selalu memastikan semuanya berjalan sempurna. Tanpa dia, mungkin Xander tidak akan se-sempurna ini.Tiba-tiba, suara lembut terdengar di telinganya, membuatnya langsung berbalik."Tuan Muda Xander yang mulia... apa anda sudah menunggu lama? Maafkan aku terlambat. Jalanan macet sekali. Tadinya aku menyetir sendiri, tapi akhirnya memutuskan kembali ke rumah dan meminta dian

    Last Updated : 2024-12-06
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kesalah Pahaman.

    “Ada berita apa?” tanya Xander, nada suaranya sedikit cemas.Hatinya berdebar, takut Clara mendengar kabar buruk yang sama—tentang munculnya sumber daya baru, bahan baku radioaktif yang bisa mengguncang seluruh industri.“Er, tidak apa-apa,” jawab Clara berbohong. Ia mencoba menenangkan suasana yang tiba-tiba canggung. Sesungguhnya, ia tak ingin memberatkan Xander dengan kabar baru itu, tentang sumber daya baru yang menjadi saingan berat bagi Aetherium – bahan baku pengganti bahan radio aktif yang murah harganya.“Hanya masalah kecil di bisnis penerbangan. Nanti juga selesai,” lanjut Clara sambil memaksakan senyum, berusaha mencairkan ketegangan yang terbangun di meja makan.Xander mengangguk, meski sebenarnya ia berpikir sama. Tidak ingin membuat Clara semakin bimbang, ia lebih memilih menyembunyikan kabar yang baru saja ia terima.Ketika Clara kemudian bertanya, “Kamu sendiri? Apa yang membuatmu tampak gelisah saat menerima telpon tadi?”Xander hanya menarik napas, ia pun berusaha m

    Last Updated : 2024-12-07
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Amarah June.

    Xander mendengar semuanya bisikan itu, tapi tidak terpengaruh.Ia lebih memilih untuk fokus pada penyelesaian masalah ini daripada menggubris gosip murahan yang beredar. Namun, di dalam hatinya, ia hanya bisa tersenyum tak berdaya.Betapa mudahnya orang-orang menilai berdasarkan penampilan.Di depan kasir, seorang pemuda berdiri membelakangi Xander. Dari penampilannya, pria ini jelas anak muda dari kalangan atas—generasi kedua miliuner, dengan aura yang tak bisa disembunyikan.Tetapi Xander tidak tertarik pada sosok itu. Ia malah lebih fokus pada klarifikasi masalah yang tengah dihadapi.Ternyata, pria yang berdiri di kasir itu adalah Sandy Setiawan, kakak dari Lucy Setiawan. Sandy sedang berada di restoran untuk mengatur pertemuan Nyonya Ouyang dengan seorang investor besar.Saat ia melirik Xander, hatinya tiba-tiba terperangah. "Pria ini mirip Xander, tapi entah kenapa... dia terlihat lebih rapi, lebih kaya, lebih percaya diri," pikirnya dalam hati.Namun, Sandy segera menghapus pik

    Last Updated : 2024-12-07
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kejutan Demi Kejutan.

    Sandy Setiawan terkejut mendengar bentakan keras dari gadis sekretariat di Bank Central Halilintar yang memecah kesunyian ruang lobi."Dia memakiku? Apa tidak salah?" desis Sandy, mulutnya terasa kering. Otaknya masih berputar mencerna kenyataan, bertanya-tanya apakah ia baru saja terjebak dalam nasib buruk yang tak bisa dihindari.Xander berdiri di sisi Sandy dengan sikap tenang, matanya berkilat tajam di balik kacamata hitamnya. Kerlingan mata Xander terasa seperti sengatan yang menghentikan percakapan lebih lanjut.“Bagaimana? Masih tak percaya kalau aku ini tamu istimewa di Bank Central Halilintar? Atau mau berurusan dengan pejabat yang lebih tinggi?” sindirnya.Sandy Setiawan terdiam, terbata-bata oleh pernyataan tajam itu. Tanpa sadar, ia merasa seperti butiran debu tak berarti di hadapan Xander, suaranya terbungkam oleh gertakan tersebut.Sementara itu, gadis yang duduk di meja kasir, yang tadinya cuek, kini berubah. Pelayan muda yang sebelumnya menegur Xander mulai gemetar. Me

    Last Updated : 2024-12-08
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Saat Cermin Patah.

    “Mengapa kalian berdua bisa berada di sini?” tanya Sandy, suaranya mulai meninggi, mengisyaratkan kemarahan yang meluap. “Ini pembicaraan terbatas, hanya untuk pihak investor dan manajemen Setiawan Company! Apa kalian berdua benar-benar berhak hadir?”Kemarahan Sandy bukan tanpa alasan. Ingatannya melayang ke malam itu, ketika Nyonya Ouyang meneleponnya setelah kegagalan ibunya, Rika, yang tak kunjung meraih apa yang diinginkannya dalam dunia bisnis.“Kamu harus hadir dalam pertemuan dengan investor! Kamu adalah andalanku sekarang, setelah semua keturunan Setiawan di negeri ini tak ada yang layak!” kata-kata Nyonya Ouyang masih bergema di telinganya, menambah kepercayaan diri Sandy lebih dari yang seharusnya.Pujian itu membuat Sandy merasa seperti puncak dunia sudah berada di genggamannya. Ia bahkan telah menyiapkan setelan jas mewah merek terkenal untuk peluncuran produk baru Chronium dari Axion Energy—perusahaan yang ia dambakan, tempat di mana suatu hari nanti ia berharap bisa men

    Last Updated : 2024-12-09
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sang Investor.

    Tak – tak – tak!Nyonya Ouyang sudah berada di dalam restoran itu.Ketukan tongkatnya yang keras menghentak lantai aula, seolah berharap kekacauan yang ditimbulkan oleh tiga keturunan Keluarga Setiawan itu segera terhenti dan tidak mempermalukannya lebih jauh.Suara benturan itu bergema, membuat seisi ruangan terhenyak. Lantai restoran seolah bergetar, bahkan retak-retak kecil muncul di setiap langkahnya. Seketika, semua pelayan di aula restoran mengalihkan pandangan mereka ke arah Nyonya Ouyang dengan ekspresi tak senang.Beberapa bisikan terdengar di antara mereka.“Dia merusak lantai restoran? Apa dia pikir ini lapangan basket?”“Catat berapa biaya yang harus dia bayar! Jangan biarkan dia lolos begitu saja!”“Ini pasti keluarga tiga manusia purba. Tingkah mereka semua seperti orang-orang yang tidak terpelajar!”Bisikan-bisikan itu terus bergema di aula, menyebar di antara para tamu yang semakin tidak terkesan dengan kebisingan tersebut.Meskipun ketiga anak muda keluarga Setiawan—S

    Last Updated : 2024-12-09
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kabar Gembira.

    Keesokan harinya, sesuai janji, Xander melangkah menuju Gedung Bank Central Halilintar, kantor pusat yang megah. Hari ini, ia akan bertemu Grace Song di ruang kerjanya. Meskipun Grace pernah menawarkan untuk mengunjungi apartemen mewahnya, Xander menolak dengan santai.“Tunggu saja di Gedung Kantor Pusat,” jawabnya.“Sudah lama sekali aku tidak berkunjung ke sana. Rasanya ingin melihat-lihat saja,” tambahnya.Grace, yang biasanya tidak menunjukkan ekspresi berlebihan, menjawab dengan sopan. “Tentu saja, Tuan Xander. Anda dapat datang kapan saja. Kami selalu siap menerima Anda.”Saat tiba, Xander duduk di hadapan Grace, menikmati suasana ruang kerja modern yang dikelilingi jendela besar menghadap kota yang tak pernah tidur. Percakapan mereka dimulai.“Ada kabar menggembirakan, Tuan Xander,” kata Grace sambil menuangkan teh Krisan ke cangkir Xander dengan gerakan terlatih. “Sumber daya yang Anda kira untuk diolah Setiawan Company. ternyata sudah tidak ada lagi!”“Harapan bisnis Setiawan

    Last Updated : 2024-12-10
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kericuhan Kecil di Banking Hall.

    "Nikmati lift kalian!" kata Sandy dengan senyuman licik, lalu menekan tombol di panel lift hingga pintu tertutup rapat dan lift meluncur menuju lantai lima belas."Bodoh sekali," gumamnya, menatap ke arah pintu lift yang tertutup, seolah lift itu sendiri adalah simbol kegagalan. "Jika bisa lewat lift eksekutif, kenapa harus berdesak-desakan di lift umum tadi?"Avery menggelengkan kepala, kesal dan tak mengerti pemikiran Sandy Setiawan.Di matanya, Sandy adalah tipe orang yang hanya mengandalkan penampilan, tanpa sedikit pun usaha untuk berpikir. Jonah Setiawan, yang berdiri di sampingnya, hanya mendengus dingin, dengan satu kata yang keluar dari bibirnya: "Bodoh."Sudah lama Avery tahu betul sifat Sandy Setiawan. Dia bukan tipe orang yang cerdas, dan itu jelas terlihat. Hanya berbekal wajah cantik dan senyum manis, dia berhasil memanipulasi banyak orang untuk memperlakukannya seperti putri.Tapi soal otak? Itu cerita lain. Tak heran keluarga Setiawan tidak repot-repot menyekolahkan Sa

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   The Tiger.

    Sandy Setiawan memukul meja dengan keras. Dentuman kayu itu memenuhi ruangan, membuat dua petugas di hadapannya terkejut. Wajah Sandy memerah, sorot matanya menyala seperti bara api, siap membakar apa pun."Hanya untuk menggusur anak-anak kecil, seorang nenek tua, dan seorang gadis lemah, kalian gagal?!" bentaknya. Ia tidak percaya bahwa tugas sesederhana itu tidak bisa mereka selesaikan.Salah satu petugas, pria bertubuh kekar, berusaha menjawab meski suaranya terdengar gemetar. "Bos, ada seorang pemuda di sana. Dia menguasai ilmu bela diri, sepertinya seorang kultivator. Dia bahkan meninggalkan pesan untuk Anda."Sandy mengangkat alis, matanya menyipit. "Pesan apa?"Petugas itu menelan ludah. "Dia bilang namanya Xander dan yakin Anda tahu siapa dia."Ekspresi Sandy berubah drastis, wajahnya sekaku patung marmer. Napasnya tertahan, dan ruangan itu sunyi sementara kedua petugas saling pandang, bingung."Apakah Anda mengenalnya? Dia... orang dalam?" seorang petugas memberanikan diri be

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Akhir Pertikaian

    "Kamu meminta untuk tidak mematahkan tangan, bukan? Baiklah. Anggap saja aku sedang berbelas kasih," ujar Xander sambil mencibir, sudut bibirnya terangkat tipis seperti menikmati permainan sederhana.Petarung itu tampak lega sesaat, seperti menerima hadiah yang tak diduga. Namun, jauh di dalam hati, ia justru menertawakan Xander."Dasar bocah bodoh. Mau saja percaya mulut berbisa seperti milikku. Ini akan jadi hiburan memuaskan," pikirnya penuh kepuasan.Wajahnya ia poles dengan senyuman palsu, berharap akting penuh rasa terima kasihnya mampu menyentuh simpati penonton.Namun, sebelum rencananya berjalan sesuai harapan, sesuatu yang tak terduga terjadi.PLAK – PLAK – PLAK!Tiga tamparan keras mendarat di pipinya. Suara tamparan itu menggema seperti cambuk yang menyayat udara. Matanya membelalak, rasa perih menjalar panas ke wajahnya. Ia tertegun, sulit percaya Xander benar-benar melakukannya."Ini… ini…" gumamnya terbata-bata, suaranya serak karena syok. Kedua pipinya memerah menyala

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pendekar Xianxia?

    “Xander?” desis Dimas tak percaya. Wajahnya yang bulat dengan mulut terbuka lebar tampak lucu. Rasanya, jika ada telur ayam dilempar ke sana, pasti lolos tanpa hambatan masuk ke lambungnya.“Xander!” teriak Hannah, nyaris melompat dari tempatnya. “Mengapa aku merasa seperti sedang menonton adegan di drama Xianxia? Kamu masuk ke buldozer seperti pahlawan dalam cerita di film!”Xander turun dari ruang kemudi buldozer dengan tenang.Wajahnya berseri-seri, seolah-olah diselimuti cahaya pagi yang membuatnya tampak seperti tokoh abadi dari kisah fantasi Xianxia atau Wuxia di televisi Tiongkok.Anak-anak panti asuhan, yang sejak tadi menonton dengan penuh ketegangan, langsung bersorak gembira tanpa perlu dikomando. Tepuk tangan mereka riuh, bercampur dengan suara tawa kecil.“Hore! Pendekar Rajawali Sakti – Guo Jing!” teriak seorang anak dengan suara penuh semangat.“Ah, tapi wajahnya setampan Yang Kang!” sahut yang lain, sambil menunjuk Xander dengan penuh antusias.Serial Pendekar Rajawali

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Buldozer dan Rumah Panti Asuhan – Part II.

    “Pak Conan, ayo maju! Ini kesempatan yang bagus untuk merubuhkan bangunan tua itu!” teriak seorang pemuda yang duduk di atas salah satu buldozer. Wajahnya penuh semangat, berbeda dengan pria paruh baya bernama Pak Conan yang masih ragu-ragu.“Aku... aku tidak tega,” gumam Pak Conan. Tangannya yang gemetar menggenggam tuas kendali, tetapi hati kecilnya tak mampu memerintah dirinya untuk melanjutkan.“Ah, masa bodoh!” teriak si pemuda muda itu kesal. “Kalau Anda tidak mau melakukannya, biarkan aku yang menyelesaikan pekerjaan ini!”Dengan gesit, pemuda itu melompat dari buldozernya ke arah buldozer Pak Conan. Tanpa ragu, ia menyalakan mesin. Suara alat berat itu meraung, dan buldozer mulai bergerak maju dengan kecepatan yang semakin bertambah.“Berhenti!” teriak Hannah Laksa, suaranya penuh kepanikan.“Tolong jangan hancurkan tempat tinggal kami!” ratap Ibu Mary, tangannya bergetar sambil menahan tangis.Anak-anak kecil pun menangis sejadi-jadinya, memohon agar tempat yang mereka sebut

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Buldozer dan Rumah Panti Asuhan – Part I.

    Pagi itu, matahari baru saja terbit, namun suara getaran ponsel Xander membangunkannya.Semalam, ia tidur agak larut, bisa dibilang hampir dini hari. Namun pagi ini, ia sudah terbangun oleh panggilan yang datang tiba-tiba.“Siapa yang mengganggu pagi-pagi begini?” pikir Xander, matanya masih menyipit, jelas terlihat ia masih mengantuk.Namun, matanya langsung terbuka lebar ketika ia membaca nama yang muncul di layar ponselnya: "Dimas – Memanggil."“Ada apa?” gumamnya pelan, suara Dimas mulai terdengar samar, diselingi suara hiruk-pikuk di latar belakang. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak.“Xander, kamu harus datang ke Panti Asuhan Penuh Kasih. Ada yang terjadi!” Suara Dimas terdengar gugup dan terburu-buru. Teriakan anak-anak dan suara mesin buldozer yang menggema semakin jelas, membuat bulu kuduk Xander merinding.“Tunggu sebentar! Aku akan kesana!” jawab Xander dengan nada tegas, meskipun baru saja terbangun.Tak perlu seorang jenius untuk menebak apa yang sedang terjadi. Suara a

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Rahasia Yang Terbongkar.

    Beberapa saat sebelum kejadian Hannah dijegal para preman, Xander tanpa sengaja bertemu dengan Dimas saat ia lewat di depan Gorilla’s Café. Malam itu, lampu kota berpendar di atas jalan yang basah oleh hujan ringan, memantulkan bayangan mobil mewah Xander yang berhenti perlahan.“Dimas? Sudah jam segini, dan Anda belum pulang? Apakah lembur?” tanya Xander sambil keluar dari mobilnya. Jas kasualnya tetap terlihat mahal meskipun tidak mencolok, seolah hanya kebetulan melekat pada pemiliknya.Dimas, yang sedang menutup pintu kafe, tampak sedikit terkejut. Namun, senyumnya segera merekah saat mengenali siapa yang menyapa. “Ah, sobat. Rupanya kamu,” katanya sambil menepuk ringan pintu kaca kafe. “Sesungguhnya tidak ada lembur. Namun, ini terkesan terlambat pulang karena harus menunggu Hannah Laksa menyelesaikan beberapa hal. Aku tak tega mengusirnya pergi. Dia terlihat seperti sedang menanggung beban berat.”Bayangan wajah Hannah Laksa yang ceria, dengan tawa ringan yang dulu sering menolo

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pria Misterius.

    Sayangnya... meski tekad Hannah Laksa sekuat baja, dan batu bata di tangannya menambah percaya diri, itu semua tak banyak membantu.Dalam sekejap, ia kehilangan kendali ketika salah satu pria bertubuh tinggi dan gempal menangkapnya dalam pelukan erat, membuat napasnya terenggut seolah ditelan udara malam yang dingin."Lepaskan aku! Kalian akan menyesal kalau berbuat sesuatu yang menjijikkan!" seru Hannah lantang, suaranya bergetar di antara keberanian dan rasa takut yang menggelegak.Namun, ejekan segera menyambar."Jangan mengada-ada," jawab pria itu, Ale, pemimpin kelompok berandal yang terkenal kejam di daerah itu. Senyum miringnya memamerkan gigi kuning yang tak terawat. "Kamu ini gadis yatim piatu, tidak punya siapa-siapa. Siapa yang akan membelamu?""Dengar, bos Ale!" seru salah satu anak buahnya, memanas-manasi suasana. "Telanjangi saja dia. Nikmati sepuasnya. Sisanya, kami yang urus!"Hannah gemetar. Ketakutan merayap, menekan keberaniannya yang tersisa. Namun, ia tak akan men

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Rahasia Hannah.

    Hannah Laksa baru saja menyelesaikan rutinitasnya di Gorilla’s Café. Dengan telaten, ia membersihkan meja barista, menyusun kembali semua peralatan mesin pembuat kopi setelah menyelesaikan perawatan rutin.Setiap sudut mesin ia lap cermat, memastikan semuanya mengilap—siap melayani para pelanggan esok hari.Jam dinding di sudut ruangan menunjukkan pukul 22.00. Di jantung kota, seperti kawasan tempat kafe ini berdiri, waktu itu masih terbilang awal malam. Lampu-lampu kota berkelip bagaikan bintang buatan, sementara lalu lintas masih dipenuhi kendaraan yang sibuk berlalu-lalang.Namun, suasana berbeda di pelosok kota, tempat di mana Hannah tinggal. Di sana, jam segini sudah dianggap larut malam, dengan jalanan sepi dan sunyi. Bagi seorang gadis yang pulang sendirian, suasana itu terasa rawan.“Hannah, sudah malam. Kamu belum pulang?” tegur suara familiar. Dimas, manajer kafe tersebut, berdiri di dekat pintu masuk, menatapnya dengan alis sedikit terangkat.Hannah mengangkat wajahnya dari

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pemimpin Sandy Setiawan.

    Ternyata, proyek satu miliar yang diberikan oleh Tijian Global Corporation adalah pembangunan sebuah mall yang sangat modern. Mall ini dirancang untuk berdiri di tengah pemukiman kelas menengah ke atas, menjadi landmark baru yang mengundang perhatian.Semua orang di kediaman Setiawan menatap dengan rasa iri saat Nyonya Ouyang menyebutkan nama yang akan dipilih sebagai direktur pelaksana.“Sandy Setiawan, kurasa dia layak untuk memimpin proyek besar ini. Selain berpengalaman, dia juga cukup akrab dengan Nona Felicia Tijiang, pelaksana langsung proyek dari grup itu!” pungkas Nyonya Ouyang dengan senyum puas, seolah mengunci keputusan yang telah diambilnya.Namun, tak lama setelah itu, Jonah mencoba untuk merusak nuansa gembira tersebut.“Tapi, Nyonya... bukankah Sandy gagal pada pertemuan sebelumnya? Apakah Anda ingin kekacauan terjadi lagi?” tanyanya dengan nada menantang, sambil menyembunyikan rasa cemburu yang mencuat dari wajahnya yang tampak penuh kalkulasi.“Benar itu, Nyonya tua.

DMCA.com Protection Status