Pagi hari awal Bulan Desember terlihat cerah, menjanjikan suasana yang sempurna untuk berlibur menjelang Natal. Bagi orang-orang kaya, Singapura sudah menjadi pilihan yang populer, apalagi jaraknya yang dekat dari Jatavia.Sejak tanggal 1 Desember, pesawat-pesawat selalu penuh dengan penumpang yang bersemangat memulai liburan mereka. Di terminal pribadi untuk jet-jet mewah, suasana juga tak kalah ramai.Di ruang tunggu yang mewah, banyak wanita berpenampilan glamor duduk dengan tas-tas mahal, menunjukkan gaya yang penuh pesona. Mereka bercanda sambil melakukan swafoto di latar belakang yang stylish, mempercantik unggahan media sosial mereka dengan senyuman menawan.Foto-foto tersebut menghiasi feed di media sosial, memperlihatkan kehidupan glamor yang hanya bisa diimpikan orang banyak. Dengan pencahayaan yang pas, setiap unggahan terasa memikat, seolah dunia mewah ini hanya milik mereka.Namun, di sisi lain, kesibukan di bandara ini mencerminkan kesenjangan sosial yang nyata. Tawa cer
Di lapangan terbang internasional Kota Jayatavia, siang itu terasa sangat terik. Matahari bersinar dengan keras, menyinari bumi tanpa belas kasihan, membuat semua orang di sana merasa kepanasan dan lelah.Di bawah pesawat jet khusus untuk penerbangan VIP yang hanya melayani sedikit penumpang, sekelompok kru berdiri menantang sinar matahari, seperti tidak takut pada panas yang membakar kulit mereka.Mereka mengenakan seragam biru tua yang tampak rapi, meski keringat sudah mulai mengalir di pelipis mereka karena suhu yang menyengat.“Copilot Xander, ini penerbangan pertama kita bareng, kan?” tanya Pilot Doddy Barra sambil melirik sarung tangan kulitnya yang berkilau. Suaranya terdengar meremehkan, tapi ia tetap berdiri tegap, menunjukkan sikap percaya diri yang berlebihan.“Aku harap kamu bisa sopan pada pelanggan kami nanti. Perusahaan penerbangan Skymaster ini yang terbaik! Kami cuma melayani kalangan elite dan pejabat negara. Orang-orang yang masuk daftar seratus orang terkaya di neg
Penerbangan menuju Singapore tidaklah lama, tetapi di dalam pesawat, suasana terasa tegang.Wajah Pilot Donny cemberut, tak memberi senyuman sedikit pun kepada Xander yang duduk di sampingnya. Meskipun demikian, Xander berusaha berpikir positif, mencoba membuang semua emosi negatif yang ada.“Wajar saja. Mungkin karena dia lebih senior dan kapten, jadi ingin menunjukkan wibawa di depanku, seorang pemula,” batin Xander, menahan diri agar tidak terpancing dalam kemarahan.Selama perjalanan singkat itu, Pilot Donny berkali-kali keluar dari ruang kokpit, menyapa dua tamu VIP – Tuan Hendra Ang dan kekasih gelapnya yang hanya bermodal kecantikan, Lucy Setiawan.Dengan sikap percaya diri yang berlebihan, Donny tidak ragu untuk melontarkan pujian kepada Lucy, seolah-olah itu adalah bagian dari layanan, meskipun semua orang tahu itu hanya sebuah penjilatan untuk menjilat ego si wanita simpanan.“Tuan Hendra Ang dan Nona Lucy, sekali lagi kami dari Skymaster Airlines mengucapkan terima kasih te
Dalam penerbangan dengan Jet Pribadi Skymaster Airlines, suasana huru hara didalam pesawat tampak semakin memuncak.“Kamu pelacur!” teriak Lucy Setiawan dengan marah, suaranya menggema di sepanjang kabin mewah itu.PLAK!Dengan angkuh dan tanpa ragu, Lucy melayangkan tamparan keras ke wajah Anastasia. "Berani-beraninya kamu bilang aku wanita simpanan? Kamu tahu apa sebenarnya yang terjadi?"Lucy berdiri dengan penuh percaya diri dan menantang. Dia berkacak pinggang di atas Anastasia yang terjatuh terduduk di lorong sempit antara kursi-kursi penumpang yang dihiasi kulit halus.Dengan mata yang menyala-nyala, ia melanjutkan caci makinya..."Apa yang kamu tahu, jalang? Tidak lama lagi, Tuan Hendra Ang akan memperistri aku. Kepergian kami ke Singapura ini untuk mencari gaun pengantin terbaik! Kamu hanya wanita jalang yang cemburu melihat kebahagiaanku dan berusaha menggoda calon suamiku. Dasar tak tahu malu!"Anastasia, meski terpukul dengan kasarannya pelanggan jet pribadi kali ini, memp
Changi Airport – Singapore.Pintu jet pribadi Skymaster yang mewah berderak terbuka, dan suasana di dalam kabin masih dipenuhi ketegangan, residual dari huru-hara yang baru saja terjadi.Aroma campuran parfum mahal dan ketidaknyamanan sangat menyengat udara, menciptakan atmosfer yang tidak nyaman bagi semua yang ada di situ.Tiba-tiba, segerombolan petugas memasuki kabin dengan langkah yang cepat dan penuh ketegasan, total mereka ada sepuluh orang. Masing-masing dari mereka terdiri dari petugas keamanan bandara, staf maskapai, dan beberapa polisi internasional yang siap mengatasi permasalahan di kabin Skymaster penerbangan prribadi.Melihat hal ini, Hendra Ang langsung bereaksi dramatis, berteriak seolah baru saja mengalami penyiksaan yang tak terbayangkan.“Tolong! Tolong!” serunya dengan suara serak penuh kepanikan, berusaha membuat wajahnya tampak sepitang, seolah-olah ia adalah korban dari sebuah kejahatan kejam.“Tuan polisi dan para petugas, tolong kami! Lihatlah istri saya yang
BRAK!“Istriku, kenapa kamu…” Plastik yang berisi beberapa kopi gula aren terjatuh dari tangannya.Sebagai seorang barista yang diminta menjadi petugas delivery, pesanan itu harusnya ia antarkan untuk seorang pelanggan bernama Kevin Ng. Namun, alamat pengiriman mengarahkannya pada rumah tempat ia menemukan fakta yang membuat tubuhnya lemas seketika.Di hadapannya, Lucy Setiawan, istri yang ia kira tengah menunggunya di rumah dengan setia, kini tengah bersama seorang pria tanpa busana. Wajah Xander memucat.Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya gemetar. Kakinya tak sanggup menopang tubuhnya ketika ia melihat istrinya dipeluk pria yang ia yakini adalah sosok bernama Kevin itu. Xander bahkan sudah tak mampu berkata-kata.Namun, sosok Kevin Ng itu bukannya terkejut atau merasa malu, justru berbicara santai.“Wah, wah, Lucy. Sepertinya suamimu memergoki kita!” ucap pria bertubuh tinggi besar itu sambil melepas pelukannya dari tubuh Lucy, wajahnya menyungging senyum menggoda yang membuat Xan
Meskipun pagi itu udara mulai panas karena matahari yang bersinar cerah, sosok Xander terdiam. Ia tak bisa mempercayai angka yang tertera di layar ponselnya yang sudah usang."Angka yang sangat besar. Ada lima belas nol di sana!" batin Xander. Ia berulang kali memastikan bahwa matanya tidak salah membaca angka yang tertera di layar ponselnya. "Aku harus segera pergi ke Bank Central Halilintar sekarang juga, untuk memastikan kebenaran informasi saldo ini!"Dengan detak jantung yang berdegup kencang, masih tak percaya dengan pesan singkat itu, ekspresi kebimbangan terlukis di wajah Xander. "Bisa saja ini hanya spam atau scam, bukan?" batinnya, mencoba untuk tidak merasa gembira berlebihan.Dengan tangan gemetar, Xander segera membuka aplikasi dan memesan kendaraan online melalui ponselnya.Bank Central Halilintar adalah salah satu bank papan atas di negeri ini, berada di peringkat lima besar di antara bank-bank lainnya. Mengapa Xander memilih untuk menabung di sana? Jawabannya sederhana
Ketika gadis customer service itu menerima Kartu Tabungan Ekonomi dari tangan Xander, ia memegangnya dengan telunjuk dan jempol, seolah-olah sedang menjinjing sampah yang menjijikkan.Bahkan, jika Lidia, sang customer service, tidak terikat oleh SOP – Standar Operasional Prosedur Bank Central Halilintar, ia mungkin sudah membuang Kartu Tabungan Ekonomi Xander yang tampak lusuh dan terlipat-lipat itu."Sepertinya pemuda miskin ini selalu mengantongi buku tabungan ini ke mana pun ia pergi. Ia menganggap ini adalah harta karun yang tak boleh ditinggalkan. Aku jadi penasaran, seberapa banyak saldo di rekening ini, sampai-sampai ia membawanya ke mana-mana dan terlihat lusuh!" Lidia berpikir dengan jijik melihat buku yang acak-acakan itu.Namun, mau tidak mau Lidia harus melakukan tugasnya, mencetak saldo di buku tabungan itu.Ketika Lidia membuka lembar kedua, sekilas ia melirik dengan rasa ingin tahu yang mendalam pada isi rekening Xander. Namun, ia hampir pingsan, tak tega melihat bahwa