Dalam penerbangan dengan Jet Pribadi Skymaster Airlines, suasana huru hara didalam pesawat tampak semakin memuncak.“Kamu pelacur!” teriak Lucy Setiawan dengan marah, suaranya menggema di sepanjang kabin mewah itu.PLAK!Dengan angkuh dan tanpa ragu, Lucy melayangkan tamparan keras ke wajah Anastasia. "Berani-beraninya kamu bilang aku wanita simpanan? Kamu tahu apa sebenarnya yang terjadi?"Lucy berdiri dengan penuh percaya diri dan menantang. Dia berkacak pinggang di atas Anastasia yang terjatuh terduduk di lorong sempit antara kursi-kursi penumpang yang dihiasi kulit halus.Dengan mata yang menyala-nyala, ia melanjutkan caci makinya..."Apa yang kamu tahu, jalang? Tidak lama lagi, Tuan Hendra Ang akan memperistri aku. Kepergian kami ke Singapura ini untuk mencari gaun pengantin terbaik! Kamu hanya wanita jalang yang cemburu melihat kebahagiaanku dan berusaha menggoda calon suamiku. Dasar tak tahu malu!"Anastasia, meski terpukul dengan kasarannya pelanggan jet pribadi kali ini, memp
Changi Airport – Singapore.Pintu jet pribadi Skymaster yang mewah berderak terbuka, dan suasana di dalam kabin masih dipenuhi ketegangan, residual dari huru-hara yang baru saja terjadi.Aroma campuran parfum mahal dan ketidaknyamanan sangat menyengat udara, menciptakan atmosfer yang tidak nyaman bagi semua yang ada di situ.Tiba-tiba, segerombolan petugas memasuki kabin dengan langkah yang cepat dan penuh ketegasan, total mereka ada sepuluh orang. Masing-masing dari mereka terdiri dari petugas keamanan bandara, staf maskapai, dan beberapa polisi internasional yang siap mengatasi permasalahan di kabin Skymaster penerbangan prribadi.Melihat hal ini, Hendra Ang langsung bereaksi dramatis, berteriak seolah baru saja mengalami penyiksaan yang tak terbayangkan.“Tolong! Tolong!” serunya dengan suara serak penuh kepanikan, berusaha membuat wajahnya tampak sepitang, seolah-olah ia adalah korban dari sebuah kejahatan kejam.“Tuan polisi dan para petugas, tolong kami! Lihatlah istri saya yang
Tentu saja, Pilot Donny Barra meradang di dalam hatinya saat menyaksikan drama yang berlangsung di kabin Skymaster Airlines. Ia tak menyangka bahwa rencana yang telah ia susun dengan hati-hati untuk mencelakakan Xander justru berbalik menjadi bumerang yang tak terduga.“Siapa yang mengirim video dari CCTV ini?” pikir Donny, dengan kemarahan terpendam yang semakin membakar. Ia mendelik tajam, menatap Xander dengan kebencian yang semakin mendalam, seolah ingin menelannya hidup-hidup.Sempat terbersit dalam benaknya untuk menuduh Anastasia, pramugari yang dianggapnya berperan dalam kekacauan ini.“Tapi tidak mungkin. Anastasia hanyalah seorang gadis sederhana, yang beruntung telah lolos seleksi ketat untuk menjadi pramugari jet pribadi ini. Dia berasal dari latar belakang keluarga yang kurang mampu,” jawab dirinya dengan skeptis.Semakin dipikirkannya, semakin sesak hati Donny. Apalagi ketika suara panggilan telepon dari Hendra Ang menyentuh telinganya, mengabarkan bahwa perusahaan Hendr
BRAK!“Istriku, kenapa kamu…” Plastik yang berisi beberapa kopi gula aren terjatuh dari tangannya.Sebagai seorang barista yang diminta menjadi petugas delivery, pesanan itu harusnya ia antarkan untuk seorang pelanggan bernama Kevin Ng. Namun, alamat pengiriman mengarahkannya pada rumah tempat ia menemukan fakta yang membuat tubuhnya lemas seketika.Di hadapannya, Lucy Setiawan, istri yang ia kira tengah menunggunya di rumah dengan setia, kini tengah bersama seorang pria tanpa busana. Wajah Xander memucat.Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya gemetar. Kakinya tak sanggup menopang tubuhnya ketika ia melihat istrinya dipeluk pria yang ia yakini adalah sosok bernama Kevin itu. Xander bahkan sudah tak mampu berkata-kata.Namun, sosok Kevin Ng itu bukannya terkejut atau merasa malu, justru berbicara santai.“Wah, wah, Lucy. Sepertinya suamimu memergoki kita!” ucap pria bertubuh tinggi besar itu sambil melepas pelukannya dari tubuh Lucy, wajahnya menyungging senyum menggoda yang membuat Xan
Meskipun pagi itu udara mulai panas karena matahari yang bersinar cerah, sosok Xander terdiam. Ia tak bisa mempercayai angka yang tertera di layar ponselnya yang sudah usang."Angka yang sangat besar. Ada lima belas nol di sana!" batin Xander. Ia berulang kali memastikan bahwa matanya tidak salah membaca angka yang tertera di layar ponselnya. "Aku harus segera pergi ke Bank Central Halilintar sekarang juga, untuk memastikan kebenaran informasi saldo ini!"Dengan detak jantung yang berdegup kencang, masih tak percaya dengan pesan singkat itu, ekspresi kebimbangan terlukis di wajah Xander. "Bisa saja ini hanya spam atau scam, bukan?" batinnya, mencoba untuk tidak merasa gembira berlebihan.Dengan tangan gemetar, Xander segera membuka aplikasi dan memesan kendaraan online melalui ponselnya.Bank Central Halilintar adalah salah satu bank papan atas di negeri ini, berada di peringkat lima besar di antara bank-bank lainnya. Mengapa Xander memilih untuk menabung di sana? Jawabannya sederhana
Ketika gadis customer service itu menerima Kartu Tabungan Ekonomi dari tangan Xander, ia memegangnya dengan telunjuk dan jempol, seolah-olah sedang menjinjing sampah yang menjijikkan.Bahkan, jika Lidia, sang customer service, tidak terikat oleh SOP – Standar Operasional Prosedur Bank Central Halilintar, ia mungkin sudah membuang Kartu Tabungan Ekonomi Xander yang tampak lusuh dan terlipat-lipat itu."Sepertinya pemuda miskin ini selalu mengantongi buku tabungan ini ke mana pun ia pergi. Ia menganggap ini adalah harta karun yang tak boleh ditinggalkan. Aku jadi penasaran, seberapa banyak saldo di rekening ini, sampai-sampai ia membawanya ke mana-mana dan terlihat lusuh!" Lidia berpikir dengan jijik melihat buku yang acak-acakan itu.Namun, mau tidak mau Lidia harus melakukan tugasnya, mencetak saldo di buku tabungan itu.Ketika Lidia membuka lembar kedua, sekilas ia melirik dengan rasa ingin tahu yang mendalam pada isi rekening Xander. Namun, ia hampir pingsan, tak tega melihat bahwa
Berada di dalam ruang nyaman berpenyejuk udara, ditambah aroma lavender dari aromaterapi, Xander berdiri agak canggung di depan pintu kantor. Sebuah lukisan ikan berenang menjadi latar belakang kursi tempat duduk dan meja besar dari jati, dengan dua kursi di depannya.Dalam hati, Xander bertanya-tanya, “Siapa sosok perempuan berwibawa ini?”Belum juga ia selesai memindai seisi ruangan yang terlihat luks itu, suara perempuan itu terdengar lagi. “Tuan Xander Sanjaya? Silakan duduk,” kata perempuan berkacamata itu terdengar ramah.Perempuan itu menunjuk sofa dengan telapak tangan tanda sopan santun, meminta Xander duduk di sofa tebal dan empuk, sementara dia sendiri akan memilih duduk di kursi sofa lain, di seberang. Dia menunggu sampai Xander duduk di sofa empuk tersebut, barulah duduk dengan hat-hati, tiap gerak-geriknya terlihat elegan.“Perkenalkan. Namaku Grace Song. Aku Branch Manager Bank Central Halilintar.”“Maafkan aku, Ibu Grace... Sebenarnya aku bertanya-tanya. Ada masalah ap
Suara langkah sepatu terdengar menggema di area banking hall lantai dua.Seorang gadis tampak berjalan tergesa-gesa. Sesekali ia berhenti, membuka cermin kecil, dan memeriksa penampilannya.Lidia, sang customer service, tersenyum lebar saat melihat riasan tebal yang masih menempel sempurna di wajahnya.“Kosmetika produk Korea-Jepang ini sangat bagus. Menempel dan membuat kulitku seakan-akan kulit bayi tanpa bekas luka atau jerawat sedikit pun. Aku siap mendengar berita bahagia dari Ibu Grace Song,” gumam Lidia. Ia menutup cermin bundar kecil itu lalu menyembunyikannya di sakunya.“Perfect!”Baru-baru ini, seorang supervisor di Front Office yang membawahi customer service mengajukan permohonan pengunduran diri. Sudah dua minggu posisi itu kosong. Dengar-dengar, Lidia adalah kandidat yang paling diunggulkan, mengingat ia telah bekerja sebagai customer service di kantor cabang Bank Central Halilintar itu selama lebih dari dua tahun.Dan dari semua kandidat yang diunggulkan, hanya Lidia y