Share

Bab 8

Penulis: Aleena
Dulu waktu masih kerja jadi detektif, aku harus punya insting setajam paparazi dan lincah seperti atlet lari. Kalau nggak, bisa-bisa masuk perangkap orang dan nggak bisa keluar dengan selamat.

Meskipun sudah bertahun-tahun nggak turun ke lapangan, badan dan reflekku masih dalam mode siaga.

Dan hari ini, syukurlah... bisa berguna.

Karena Cindy lebih pendek dari si pria itu, aku nggak terlalu khawatir. Kalau jatuh ke belakang pun, tubuh si bajingan itu bisa jadi bantalan hidupnya.

Sementara aku, dari awal memang nggak niat tusuk siapa-siapa. Gerakan acungin pisau tadi cuma kamuflase biar dia panik.

"Ayo!"

Aku berteriak sampai serak, sambil tarik Cindy sekuat tenaga. Kakinya aku tuntun menginjak punggung si ketua yayasan yang lagi setengah bangun dari lantai, dan brak, aku buka pintu lagi.

Kali ini, tanpa pikir panjang, aku dan Cindy langsung kabur.

‘Lari! Lari sekencang mungkin!’

Kami segera keluar dari gedung guru itu, tembus ke area sepi, lalu akhirnya tiba di jalan besar yang ramai banyak orang lalu lalang. Saat itulah aku baru bisa bernapas lega.

Aku langsung lepas genggaman Cindy, lihat ke arah dia dan dia langsung ambruk, pingsan di pelukanku.

Orang-orang di sekitar mulai berkerumun penasaran. Aku nggak berhenti teriak, "Tolong! Hubungi polisi! Ini kasus pembunuhan!"

Di tengah kerumunan itu, mataku lihat sosok Bu Dika. Dia cuma berdiri di pinggir, diam, matanya merah berkaca-kaca.

Aku pikir, mungkin dia bukan cuma malu karena kejadian kemarin, tapi juga karena dia tahu siapa pelakunya dan sadar, kalau sendirian, dia nggak akan bisa melawan. Makanya dia memilih diam.

Entah siapa yang pertama sadar luka Cindy parah, tapi untungnya ada yang cepat-cepat telepon ambulans. Tak lama, polisi dan paramedis berdatangan.

Aku langsung lapor ke polisi tentang dua berengsek itu dan ruang bawah tanah di gedung guru.

Cindy dilarikan ke rumah sakit, sementara aku dibawa ke kantor polisi untuk buat laporan lengkap. Yang interogasi aku, ternyata dua polisi yang sebelumnya ngobrol sama aku.

Salah satunya tanya, "Kenapa kamu teriak ada pembunuhan? Kan belum tentu ada korban jiwa?"

Aku cuma jawab singkat, "Aku terlalu takut. Takut kalau cuma lapor penganiayaan, nggak akan dianggap serius. Takut tempat itu terlalu sunyi, takut kalian nggak mau datang, takut aku nggak pernah bisa keluar hidup-hidup."

Polisinya ngernyit, sepertinya masih belum sepenuhnya ngerti, tapi aku cuma senyum miris, tidak menjelaskan lagi.

Polisi akhirnya berhasil temukan ruang bawah tanah itu. Isinya... bener-bener horor. Ada rambut manusia dari berbagai orang, dan tanda-tanda jelas kalau lebih dari satu korban pernah dikurung di sana.

Dari penyelidikan, terungkap si pelaku bernama James Sitian, dosen mata kuliah teori seni.

Tapi, karena dia anak ketua yayasan, dia cuma ngajar dua kelas seminggu, seperti cuma formalitas saja.

Nyaris nggak ada yang begitu kenal dengannya. Mereka cuma tahu dia masuk dengan koneksi, tapi nggak terlalu peduli.

Ternyata, dari kecil, James sudah kelihatan ada gangguan jiwa. Suka siksa kucing, anjing, emosinya suka meledak nggak karuan.

Tapi ayahnya, si ketua yayasan, malah lindungi dia, bilang itu tanda "bakat seni".

Saat yayasan ini didirikan, ayahnya bahkan menggunakan koneksinya untuk siapin ruangan khusus lengkap sama ruang bawah tanah, biar James bisa "berkarya dan main sepuasnya".

Akhirnya, pengadilan putusin James bersalah atas pemerkosaan, penganiayaan berat, dan penyekapan ilegal. Dia tentu dihukum mati.

Sementara si ayah? Penjara seumur hidup, dan dicabut semua hak politiknya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 1

    "Eh, lihat tuh cewek dari akademi tari, gila banget gayanya. Roknya pendek banget, sedikit lagi kelihatan pantatnya," bisik salah satu kameramen di belakangku."Eh, eh... cepet fotoin! Lihat itu tuh, yang pakai baju tidur putih, dia nggak pakai bra ya?" sahut asistennya, sama hebohnya.Aku yang dengar bisik-bisik itu cuma bisa menghela napas kecil sambil ikut melirik sekilas para gadis dengan pakaian tipis itu. Tapi ya sudahlah, aku nggak mau buang tenaga buat tegur mereka.Kenalin, aku Elisa Johar, seorang jurnalis Wanita.Kali ini aku balik ke kampus lamaku gara-gara kasus heboh pemerkosaan berantai oleh pelaku bertopeng yang bikin seluruh kota geger. Rumor tentang kasus ini sudah seperti wabah nyebar ke mana-mana.Sebenarnya, sebagian besar rumor itu kedengaran konyol banget. Tapi entah kenapa, makin lama makin banyak orang yang setengah percaya.Salah satu rumor paling edan bilang kalau di kota ini ada 'geng penculik cewek', isinya para konglomerat dan anak pejabat. Mereka hanya pe

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 2

    Air dingin membasahi wajahku ternyata tetap nggak bisa bikin aku tenang. Begitu tutup mata, bayangan Cindy yang diperlakukan seperti boneka oleh tiga pria itu langsung muncul lagi. ‘Gila, serem banget!’Anak-anak zaman sekarang benar-benar liar. Nggak cuma rela panggil orang "Tuan", tapi juga tahan dilayani bergiliran rame-rame seperti itu. Apa dia bisa tahan?Apalagi di foto tadi sepertinya ada yang sengaja ambil gambar. Apa mungkin itu si "Tuan" yang disebut-sebut?Kalau bukan karena mataku sendiri yang lihat, aku nggak bakal percaya kalau foto vulgar dan kontrak aneh itu ada hubungannya dengan Cindy, si gadis polos bak malaikat di data profilnya. Bener-bener seperti dua orang yang beda dunia.Tok! Tok! Tiba-tiba, ketukan pintu dan suara asistenku memotong lamunanku."Elisa, sudah siap belum? Kita mau ketemu korban dugaan lainnya ini." Suara asistenku dari balik pintu menyadarkanku dari lamunanku."Siap, siap!" jawabku cepat sambil lihat jam, terus langsung keluar dari kamar mandi.

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 3

    "Lalu dia bawa aku ke ruang bawah tanah... terus kurung aku di sana..." Dika kelihatan tidak nyaman untuk lanjut ceritanya.Sebagai sesama perempuan dewasa, aku jelas ngerti lah ya, kalau cowok bawa cewek secantik Dika ke ruang bawah tanah, pasti ada maunya."Dia seret kamu ke sana seberapa lama?" tanyaku penasaran."Kurang lebih setengah jam," jawab Dika sambil garuk-garuk kepala."Setengah jam? Lama banget." Polisi yang dari tadi tersenyum langsung kelihatan kaget."Iya... orangnya tinggi, besar, berotot, dan tenaganya gila-gilaan kuat," kata Dika sambil wajahnya makin merah, bahkan kakinya tanpa sadar jadi merapat.Aku yang lihat jelas ekspresinya, tanpa sadar malah kebayang Cindy waktu dijepit beberapa cowok... Aduh, buru-buru aku tepuk pipi sendiri buat ngusir pikiran aneh itu. "Orangnya seperti apa sih?" tanyaku lagi untuk alihkan pikiranku."Aku nggak tahu... Mereka selalu pakai penutup kepala. Tiap muncul, aku disiksa lama banget... Kadang malah dua orang sekaligus..." Dika me

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 4

    Nggak jauh dari tempatku, aku lihat Cindy tergeletak di lantai. Tubuhnya polos, nggak pakai sehelai benang pun, terbaring kaku di lantai yang kotor penuh debu, seakan-akan sudah tidak bernyawa.Ada seorang pria kekar duduk santai di atas bokongnya. Dengan satu jari yang sudah dicelupin ke cairan aneh di piring kecil, dia mulai coret-coret punggung Cindy, seperti lagi lukis sesuatu.Tiba-tiba, seakan merasa diawasi, pria itu menoleh dan matanya langsung tertuju ke arahku.Aku refleks tutup mata saking paniknya. Tapi aku tahu... dia pasti sudah lihat aku.Dari suara langkah kakinya, aku dengar dia bangkit dari atas tubuh Cindy.Daripada pura-pura pingsan nggak guna, akhirnya aku nekad buka mata.Dia jalan mendekat, jongkok di depanku, lalu menjepit daguku kasar, paksa aku tatap matanya.Wajahnya tirus, hidung mancung, tapi sorot matanya... gelap, penuh aura jahat yang buat bulu kuduk berdiri. Sekilas mirip pecandu narkoba, tapi tubuhnya kekar, ototnya terbentuk jelas.Dia buka mulut, su

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 5

    "Apa?" Aku nyaris nggak percaya sama yang barusan kudengar.Pria itu membalikkan tubuh Cindy, pegang dagunya, dan paksa dia menatapku. Lalu dia tanya, santai seperti ajak ngobrol, "Kamu mau pilih A seperti dia, atau B seperti yang lain?"Aku tercekat. Nafasku terasa sesak, jantungku seperti mau meledak.Walau aku tahu bakal jadi gini, tapi saat lihat langsung kondisi Cindy, muka penuh perban berdarah, rasanya tetap saja kasihan.Melihat aku terkejut, pria itu malah senyum lebar, sok perhatian, terus jelasin dengan suara lembut, "Ah, sebenarnya sih, harusnya ada lima goresan buat dia... Aku juga butuh hiburan tiap hari, kan. Tapi karena dia pilih A, aku nggak akan 'menyentuhnya'. Aku ini orang yang berprinsip, jadi tenang saja."Kata-katanya terdengar seperti serigala berbulu domba yang mengeluarkan kata-kata godaan mengerikan."Sebenarnya baru tiga goresan di mukanya... Soalnya saat goresan ketiga, dia ngelawan. Aku jadi nggak sengaja nyayat terlalu dalam. Darahnya ngalir banyak... Akh

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 6

    Aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Cindy. Bahunya mulai bergetar, lalu air mata yang selama ini ditahan akhirnya tumpah deras. Aku memeluknya erat-erat, terus berusaha menenangkannya, berbisik bahwa aku pasti akan cari cara bawa dia keluar dari neraka ini.Aku bilang, "Ceritakan semuanya ke aku, sedetil mungkin, ya."Sambil tetap waspada memperhatikan sekeliling, aku dengar Cindy mulai bicara, suaranya kecil dan gemetar, menceritakan semua yang terjadi selama beberapa hari ini.Hari itu, katanya, dia juga dibius, lalu saat bangun, pria itu sedang membuka bajunya, dan si brengsek itu malah langsung menyuruhnya pilih salah satu pilihan menjijikkan yang sama.Aku sempat tanya, "Kenapa kamu nggak pilih opsi kedua aja?"Cindy menunduk, suaranya makin kecil, "Sebelum dapat izin dari seseorang, aku nggak akan pernah tidur sama laki-laki mana pun."Aku terdiam. Sekarang bukan waktunya untuk bahas itu. Fokus utama kita adalah kabur.Aku coba beberapa kombinasi angka di pintu, tapi semuany

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 7

    Sumpah, aku pengen banget langsung tusuk si berengsek itu, tapi Cindy masih di depannya, dan mereka berdua saling dorong. Aku takut malah kena Cindy kalau nekat.‘Tunggu, aku punya ide...’Aku menatap gerak-gerik si pria itu, waspada penuh, lalu sambil sedikit miringkan kepala, aku teriak ke orang di belakangku, "Ayo sini bantu aku! Kita tangani dulu orang ini, baru panggil orang! Kita berdua, dia sudah terluka, pasti bisa atasi..."Belum sempat kalimatku selesai, aku mendengar suara pintu tertutup di belakangku.Jangan-jangan si ketua yayasan malah kabur?!Aku pun menoleh ke belakang, tapi wajahku seketika jadi pucat.Ketua yayasan nggak kabur, dia malah tutup pintunya.Mukanya kelihatan serius, dia pelototin pria itu sambil ngomel, "Kamu gila! Kali ini kamu sudah keterlaluan."‘Apa-apaan ini?! Mereka... satu tim? Komplotan?!’Sejenak aku nggak tahu harus arahin pisaunya ke siapa.Pria itu ketawa pelan, nadanya dingin, seperti orang sudah hilang akal. Dia nyeletuk, "Kan masih ada ayah

Bab terbaru

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 8

    Dulu waktu masih kerja jadi detektif, aku harus punya insting setajam paparazi dan lincah seperti atlet lari. Kalau nggak, bisa-bisa masuk perangkap orang dan nggak bisa keluar dengan selamat.Meskipun sudah bertahun-tahun nggak turun ke lapangan, badan dan reflekku masih dalam mode siaga.Dan hari ini, syukurlah... bisa berguna.Karena Cindy lebih pendek dari si pria itu, aku nggak terlalu khawatir. Kalau jatuh ke belakang pun, tubuh si bajingan itu bisa jadi bantalan hidupnya.Sementara aku, dari awal memang nggak niat tusuk siapa-siapa. Gerakan acungin pisau tadi cuma kamuflase biar dia panik."Ayo!"Aku berteriak sampai serak, sambil tarik Cindy sekuat tenaga. Kakinya aku tuntun menginjak punggung si ketua yayasan yang lagi setengah bangun dari lantai, dan brak, aku buka pintu lagi.Kali ini, tanpa pikir panjang, aku dan Cindy langsung kabur.‘Lari! Lari sekencang mungkin!’Kami segera keluar dari gedung guru itu, tembus ke area sepi, lalu akhirnya tiba di jalan besar yang ramai ba

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 7

    Sumpah, aku pengen banget langsung tusuk si berengsek itu, tapi Cindy masih di depannya, dan mereka berdua saling dorong. Aku takut malah kena Cindy kalau nekat.‘Tunggu, aku punya ide...’Aku menatap gerak-gerik si pria itu, waspada penuh, lalu sambil sedikit miringkan kepala, aku teriak ke orang di belakangku, "Ayo sini bantu aku! Kita tangani dulu orang ini, baru panggil orang! Kita berdua, dia sudah terluka, pasti bisa atasi..."Belum sempat kalimatku selesai, aku mendengar suara pintu tertutup di belakangku.Jangan-jangan si ketua yayasan malah kabur?!Aku pun menoleh ke belakang, tapi wajahku seketika jadi pucat.Ketua yayasan nggak kabur, dia malah tutup pintunya.Mukanya kelihatan serius, dia pelototin pria itu sambil ngomel, "Kamu gila! Kali ini kamu sudah keterlaluan."‘Apa-apaan ini?! Mereka... satu tim? Komplotan?!’Sejenak aku nggak tahu harus arahin pisaunya ke siapa.Pria itu ketawa pelan, nadanya dingin, seperti orang sudah hilang akal. Dia nyeletuk, "Kan masih ada ayah

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 6

    Aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Cindy. Bahunya mulai bergetar, lalu air mata yang selama ini ditahan akhirnya tumpah deras. Aku memeluknya erat-erat, terus berusaha menenangkannya, berbisik bahwa aku pasti akan cari cara bawa dia keluar dari neraka ini.Aku bilang, "Ceritakan semuanya ke aku, sedetil mungkin, ya."Sambil tetap waspada memperhatikan sekeliling, aku dengar Cindy mulai bicara, suaranya kecil dan gemetar, menceritakan semua yang terjadi selama beberapa hari ini.Hari itu, katanya, dia juga dibius, lalu saat bangun, pria itu sedang membuka bajunya, dan si brengsek itu malah langsung menyuruhnya pilih salah satu pilihan menjijikkan yang sama.Aku sempat tanya, "Kenapa kamu nggak pilih opsi kedua aja?"Cindy menunduk, suaranya makin kecil, "Sebelum dapat izin dari seseorang, aku nggak akan pernah tidur sama laki-laki mana pun."Aku terdiam. Sekarang bukan waktunya untuk bahas itu. Fokus utama kita adalah kabur.Aku coba beberapa kombinasi angka di pintu, tapi semuany

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 5

    "Apa?" Aku nyaris nggak percaya sama yang barusan kudengar.Pria itu membalikkan tubuh Cindy, pegang dagunya, dan paksa dia menatapku. Lalu dia tanya, santai seperti ajak ngobrol, "Kamu mau pilih A seperti dia, atau B seperti yang lain?"Aku tercekat. Nafasku terasa sesak, jantungku seperti mau meledak.Walau aku tahu bakal jadi gini, tapi saat lihat langsung kondisi Cindy, muka penuh perban berdarah, rasanya tetap saja kasihan.Melihat aku terkejut, pria itu malah senyum lebar, sok perhatian, terus jelasin dengan suara lembut, "Ah, sebenarnya sih, harusnya ada lima goresan buat dia... Aku juga butuh hiburan tiap hari, kan. Tapi karena dia pilih A, aku nggak akan 'menyentuhnya'. Aku ini orang yang berprinsip, jadi tenang saja."Kata-katanya terdengar seperti serigala berbulu domba yang mengeluarkan kata-kata godaan mengerikan."Sebenarnya baru tiga goresan di mukanya... Soalnya saat goresan ketiga, dia ngelawan. Aku jadi nggak sengaja nyayat terlalu dalam. Darahnya ngalir banyak... Akh

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 4

    Nggak jauh dari tempatku, aku lihat Cindy tergeletak di lantai. Tubuhnya polos, nggak pakai sehelai benang pun, terbaring kaku di lantai yang kotor penuh debu, seakan-akan sudah tidak bernyawa.Ada seorang pria kekar duduk santai di atas bokongnya. Dengan satu jari yang sudah dicelupin ke cairan aneh di piring kecil, dia mulai coret-coret punggung Cindy, seperti lagi lukis sesuatu.Tiba-tiba, seakan merasa diawasi, pria itu menoleh dan matanya langsung tertuju ke arahku.Aku refleks tutup mata saking paniknya. Tapi aku tahu... dia pasti sudah lihat aku.Dari suara langkah kakinya, aku dengar dia bangkit dari atas tubuh Cindy.Daripada pura-pura pingsan nggak guna, akhirnya aku nekad buka mata.Dia jalan mendekat, jongkok di depanku, lalu menjepit daguku kasar, paksa aku tatap matanya.Wajahnya tirus, hidung mancung, tapi sorot matanya... gelap, penuh aura jahat yang buat bulu kuduk berdiri. Sekilas mirip pecandu narkoba, tapi tubuhnya kekar, ototnya terbentuk jelas.Dia buka mulut, su

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 3

    "Lalu dia bawa aku ke ruang bawah tanah... terus kurung aku di sana..." Dika kelihatan tidak nyaman untuk lanjut ceritanya.Sebagai sesama perempuan dewasa, aku jelas ngerti lah ya, kalau cowok bawa cewek secantik Dika ke ruang bawah tanah, pasti ada maunya."Dia seret kamu ke sana seberapa lama?" tanyaku penasaran."Kurang lebih setengah jam," jawab Dika sambil garuk-garuk kepala."Setengah jam? Lama banget." Polisi yang dari tadi tersenyum langsung kelihatan kaget."Iya... orangnya tinggi, besar, berotot, dan tenaganya gila-gilaan kuat," kata Dika sambil wajahnya makin merah, bahkan kakinya tanpa sadar jadi merapat.Aku yang lihat jelas ekspresinya, tanpa sadar malah kebayang Cindy waktu dijepit beberapa cowok... Aduh, buru-buru aku tepuk pipi sendiri buat ngusir pikiran aneh itu. "Orangnya seperti apa sih?" tanyaku lagi untuk alihkan pikiranku."Aku nggak tahu... Mereka selalu pakai penutup kepala. Tiap muncul, aku disiksa lama banget... Kadang malah dua orang sekaligus..." Dika me

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 2

    Air dingin membasahi wajahku ternyata tetap nggak bisa bikin aku tenang. Begitu tutup mata, bayangan Cindy yang diperlakukan seperti boneka oleh tiga pria itu langsung muncul lagi. ‘Gila, serem banget!’Anak-anak zaman sekarang benar-benar liar. Nggak cuma rela panggil orang "Tuan", tapi juga tahan dilayani bergiliran rame-rame seperti itu. Apa dia bisa tahan?Apalagi di foto tadi sepertinya ada yang sengaja ambil gambar. Apa mungkin itu si "Tuan" yang disebut-sebut?Kalau bukan karena mataku sendiri yang lihat, aku nggak bakal percaya kalau foto vulgar dan kontrak aneh itu ada hubungannya dengan Cindy, si gadis polos bak malaikat di data profilnya. Bener-bener seperti dua orang yang beda dunia.Tok! Tok! Tiba-tiba, ketukan pintu dan suara asistenku memotong lamunanku."Elisa, sudah siap belum? Kita mau ketemu korban dugaan lainnya ini." Suara asistenku dari balik pintu menyadarkanku dari lamunanku."Siap, siap!" jawabku cepat sambil lihat jam, terus langsung keluar dari kamar mandi.

  • Rahasia Kasus Kehilangan Cewek Cantik   Bab 1

    "Eh, lihat tuh cewek dari akademi tari, gila banget gayanya. Roknya pendek banget, sedikit lagi kelihatan pantatnya," bisik salah satu kameramen di belakangku."Eh, eh... cepet fotoin! Lihat itu tuh, yang pakai baju tidur putih, dia nggak pakai bra ya?" sahut asistennya, sama hebohnya.Aku yang dengar bisik-bisik itu cuma bisa menghela napas kecil sambil ikut melirik sekilas para gadis dengan pakaian tipis itu. Tapi ya sudahlah, aku nggak mau buang tenaga buat tegur mereka.Kenalin, aku Elisa Johar, seorang jurnalis Wanita.Kali ini aku balik ke kampus lamaku gara-gara kasus heboh pemerkosaan berantai oleh pelaku bertopeng yang bikin seluruh kota geger. Rumor tentang kasus ini sudah seperti wabah nyebar ke mana-mana.Sebenarnya, sebagian besar rumor itu kedengaran konyol banget. Tapi entah kenapa, makin lama makin banyak orang yang setengah percaya.Salah satu rumor paling edan bilang kalau di kota ini ada 'geng penculik cewek', isinya para konglomerat dan anak pejabat. Mereka hanya pe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status