Malam hari Irani melihat sebuah lowongan pekerjaan dari perusahaan Abimarti. Sebuah perusahaan yang cukup besar itu membutuhkan seorang copy writer yang berpengalaman dan kreatif.Irani sangat tertarik sekali untuk mencoba melamarnya. Lagipula ia sudah cukup lama mendalami dunia kepenulisan selama ini. Perempuan itu berharap bisa mendapatkan posisi itu. Ia segera melamarnya dan berdoa agar Tuhan mengabulkannya.Bu Resti kebetulan hari ini menginap di rumah Irani karena rindu dengan Mishka. "Ira, semoga kamu bisa tetap rendah hati dengan semua kemudahan dan karirmu ini ya," pesan Bu Resti karena takut saat Irani bisa mendapatkan karir yang baik dia akan berubah menjadi sombong dan membalas Tarina.Irani hanya tersenyum tipis mendengar itu. Ia tahu kegelisahan yang ibunya itu pikirkan. "Jangan khawatir bu, kalau Tarina ga mulai duluan aku ga akan apa-apain dia kok. Tapi kalau Tarina udah keterlaluan, ya mungkin akan aku kasih dia sedikit pelajaran," ujarnya."Lagian aku juga ga mau be
"Dasar bocah kurang ajar. Jiwa perempuan berpikiran kotor kaya ibumu itu udah menurun sama kamu. Tahu apa kamu soal aku ha? Kalau kamu berani lagi bicara buruk akan aku cekik lehermu nanti!"Dalam hati Tarina sungguh ingin mengatakan semua itu pada Mishka, namun ia tidak bisa melakukannya sekarang. Berpura-pura baik dan menuruti kemauan Aditya adalah hal yang harus ia lakukan sekarang.Mishka tidak suka dengan keberadaan Tarina di rumah ayahnya. Setelah bertemu dengan kekeknya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, Mishka lalu meminta Aditya untuk mengantarkannya pulang. Aditya ingin menahan Mishka setidaknya untuk satu malam saja menginap di rumahnya, namun ia gagal membujuknya. Terpaksa Aditya harus mengantarkan Mishka pulang.Baru saja Aditya hendak menuju ke dalam mobil, ternyata Irani sudah lebih dulu datang untuk menjemput Mishka di rumahnya."Mishka sayang, pas sekali ibu datang kamu juga udah mau pulang, ayo nak ibu udah masak yang enak buat kamu," ujar Irani.Mishka lalu iku
Aditya sangat bangga bisa menjemput Mishka dan membawanya pulang ke rumahnya. "Ngapain sih mas kamu bawa Mishka kesini?" keluh Tarina tidak sadar kalau dia harus berpura-pura baik di depan Aditya.Laki-laki yang duduk santai di ruang keluarga itu pun merasa aneh dan tidak suka pada Tarina. "Maksud kamu apa Rin? Kamu ga suka Mishka ada di sini? Dia kan anak aku. Kamu ini gimana sih?" gerutu Aditya."Ya maksud aku ga gitu mas, Mishka kan -""Lagian ibunya juga belum jemput. Kemana perempuan itu? Waktunya jemput anak malah lepas tanggung jawab."Aditya sangat kesal dengan Irani, siang tadi ia lewat di sekolah Mishka dan melihat gadis kecil itu masih menunggu ibunya di sekolahan. Tarina merasa dongkol dengan Aditya dengan sikapnya saat ini. Membawa Mishka ke rumah ini membuatnya ingin mengusir gadis kecil itu.Mishka bermain di kamarnya setelah menemui kakaknya. Ia merasa sedih karena orang tuanya yang tinggal berpisah dan tidak seperti dulu lagi yang selalu bersama dengannya.Aditya me
"Dimana Mishka?" tanya Irani begitu masuk ke rumah Aditya dan pandangannya menyapu habis seluruh ruangan di rumah Aditya untuk mencari Mishka."Kenapa?" tanya Aditya sambil mendekat pada Irani. "Ingat kalau kamu punya anak?" tanyanya lagi."Mobil aku mogok, sekarang dimana Mishka? Dia harus pulang."Aditya tersenyum meremehkan Irani. Laki-laki yang menjadi mantan suami Irani itu merasa tidak ikhlas kalau Mishka pergi dari rumahnya."Pulang kemana? Gubuk ibu kamu yang ga layak itu? Kamu dan Mishka tinggal di sana kan?" "Itu bukan urusan kamu."Irani mulai mencari cari Mishka karena ia yakin Aditya pasti yang menjemputnya di sekolah. Melihat aksi Irani membuat Aditya marah dan menarik tangan perempuan itu supaya tidak kemana-mana. "Mishka itu anakku. Ayahnya bukan orang miskin. Selama ayahnya masih punya segalanya, aku ga akan biarin Mishka hidup sama kamu yang kekurangan.""Kekurangan apa mas? Dari sudut mana kamu melihat aku kekurangan? Kalau aku punya seperti apa yang kamu punya a
“Saya ga suka sama copywriting kamu,” jujur Pak Aryan dengan mudahnya pada Irani saat perempuan itu berhadapan dengannya.Irani sudah berusaha membuat tulisan terbaiknya semalaman setelah membantu Mishka mengerjakan PR-nya. Ia bahkan hingga lembur membuat itu dan ternyata paginya dengan begitu mudah Pak Aryan bilang tidak suka? Tentu saja itu membuat Irani naik darah.“Saya mau kamu pakai formula copywriting yang lain, jangan yang ini terus!” perintah pak Aryan lagi.‘What? Apa kata dia? Yang ini terus? Kapan aku pakai yang ini terus? Kerja juga baru aja kok, gabung ke perusahaan ini juga baru aja kan? Apa si bapak ini mimpi kali ya kalau aku udah kerja di sini sejak perusahaan ini berdiri? Ngawur aja sih?’ Tentu saja Irani ingin protes dan complain seperti itu pada pak Aryan, tapi apa daya? Bisa-bisa ia kehilangan pekerjaannya kalau sapai kalimat-kalimat itu ia ucpkan sekarang.Ya walaupun ia masih bisa bekerja secara remote di pekerjaan yang lain, tapi rasanya Irani masih ingin bek
"Kamu sembunyiin dimana anak saya buk?" tanya Aditya saat hari minggu ia ingin supaya Mishka bisa jalan-jalan dengan dirinya. Laki-laki itu tahunya Mishka dan irani tinggil di rumah bu Resti, mantan mertuanya."Mishka ada di rumahnya, kebetulan sekali saya juga mau berkunjung kesana. Supaya kamu ga mati penasaran pengen ketemu sama Mishka, kamu boleh bareng saya," ujar bu Resti dengan santai.Bu Resti sudah malas karena Aditya selalu mengira Mishka dan Irani ada di rumahnya karena laki-laki itu belum tahu kalau Irani sudah begitu mandiri dengan memiliki rumah sendiri. Saat ini bu Resti ingin menunjukkan pada Aditya dan Tarina bahwa perempuan yang dianggap lemah dan diremehkan itu kini saatnya menunjukkan diri bahwa dia tidak seperti yang mereka kira."Aalah bu, ibu ini udah tua jangan kebanyakan drama. Rumah siapa yang ibu maksud? Kalian sekongkol mau balas dendam dengan sok memiliki rumah sendiri dan udah mandiri gitu?" tanya Tarina sudah benar-benar muak."KAMU YANG JANGAN BANYAK D
Tarina dan Aditya masih tidak percaya Irani bisa memiliki rumah dan mobil sendiri. Sangat tidak mungkin bagi mereka kalau Irani bisa mempunyai semua itu, terlebih lagi setelah Irani berpisah dari Aditya, maka laki-laki itu pikir Irani tidak bisa apa-apa dan tidak punya apa-apa. Sekarang Aditya merasa kesulitan untuk merebut Mishka jika hanya dengan alasan ekonomi Irani. Dulu Aditya pikir bisa mengambil Mishka karena Irani tidak memiliki ekonomi yang baik dan bisa menjamin kehidupan Mishka. Tapi sekarang?Mishka pasti nyaman-nyaman saja karena tidak ada perubahan apapun dalam kehidupannya. Semuanya terpenuhi karena Irani kaya. Lalu bagaimana? Aditya merasa harus mencari cara lain supaya bisa mengambil Mishka dan merasa menang dari Irani."Irani itu pasti cuma bohong Mas, siapa tahu saja sertifikat rumah itu palsu. Rumah, mobil dan apapun yang mereka klaim itu pasti cuma akal-akalan Irani aja yang sakit hati karena kamu cerain," tutur Tarina.Perempuan itu sama tidak percayanya dengan
Usai kerja dari kantor yang kebetulan hari ini pekerjaan tidak terlalu banyak, akhirnya Irani bisa pulang lebih awal.Janda satu anak itu menjemput Mishka di sekolah dan sore harinya ia mengantar anak kecil itu untuk pergi mengaji."Bu, Mishka merasa kesepian di rumah, rasanya kaya ada yang kurang," jujur gadis kecil itu dengan sedih pada Irani saat mereka hendak pergi mengaji.Irani tidak mengerti maksud dari anak kesayangannya ini. "Kesepian kenapa nak? Apa ibu ga bisa bikin kamu merasa bahagia di rumah?" tanya Irani penasaran."Engga kok Bu, Mishka cuma kangen aja kalau seandainya ibu sama ayah bisa sama-sama tinggal sama Mishka. Kenapa ibu sama ayah harus pisah?" tanya gadis itu penasaran.Lagi lagi Irani harus dihadapkan pada pertanyaan itu dari putrinya yang mulai penasaran. Tapi tidak masalah, perempuan itu bisa menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana pada Mishka dan gadis kecil itu bisa memahaminya. "Ayah sama ibu ga bisa sama-sama lagi karena kita sudah ga sejalan nak. S
"Aryaaan, Aryaaan, Aryan bangun dong ini udah siang. Mama mau nunjukin kamu hal penting. Ayo bangun dulu," suruh Bu Naya, mamanya Aryan.Pagi-pagi sekali bu Naya sudah terkejut melihat anaknya menjadi bahan pembicaraan orang-orang di media sosial."Apa sih Ma, hari ini Aryan libur Ma, bangun nanti juga gapapa," ujar laki-laki itu dengan malasnya."Ga, ga bisa. Kamu harus lihat ini dulu. Ini maksudnya apa? Coba kamu jelasin sama mama," pinta Bu Naya sambil menarik Aryan untuk bangun dan memperlihatkan ponsel miliknya.Dengan terpaksa Aryan pun bangun dan melihat berita tentang dirinya. "Kok bisa gini sih? Ini maksudnya apa? Aryan ga ngerti Ma," jawabnya bingung. "Kamu dituduh selingkuh sama Irani. Jadi Irani itu janda? Dia udah punya suami sebelumnya? Tapi kenapa mantan suaminya jadi ikut nyeret kamu juga dalam hal ini? Ini gimana maksudnya?" tanya Bu Naya panik."Laki-laki kurang ajar, dia yang aku temuin kemarin malam sama Irani Ma. Aryan ga nyangka dia malah bawa-bawa aku jadi sel
"Oh woow Irani, that's look so good. Akhirnya berani juga ya jalan-jalan sama selingkuhan setelah kamu cerai sama suami kamu?" tanya Tarina saat melihat Aryan dan Irani hendak makan malam di sebuah restaurant. Aryan mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan ucapan perempuan yang tiba-tiba saja muncul dan mengatakan hal itu.Selang beberapa detik setelah itu Aditya menyusul Tarina dan mulai menatap Aryan dan Irani dengan tatapan yang membuat Aryan bingung."Ngakunya sok yang paling tersakiti dan memojokkan mas Aditya selingkuh sama aku, ga tahunya kamu sendiri juga selingkuh kan?" tanya Tarina lagi."Tunggu tunggu, ini maksudnya apa ya? Saya ga kenal sama kalian dan—""Oh ya? Ngapain mau coba-coba bersandiwara? Kalian itu sama-sama kotor—""Cukup Mas. Aku udah ga ada hubungan apapun dan ga mau berurusan apapun sama kamu ya. Kita udah selesai dengan semua masalah kita dan masa lalu kita. Jadi tolong jangan mengusik kehidupan aku apalagi nuduh dan fitnah aku hal yang ga bener," tegas
Pagi-pagi sekali Irani menyiapkan keperluan Mishka sekolah, menyiapkan bekal dan melakukan aktivitasnya sebagai ibu yang baik.Perempuan itu mengantar Mishka ke sekolah sebelum dirinya pergi ke rumah Aryan untuk menjaga Pari."Ibu hari ini ga pulang malam lagi kan?" tanya Mishka saat dalam perjalanan ke sekolah."Iya sayang, nanti ibu usahakan pulang cepat ya, Mishka mau apa? Mau ditemenin main, nonton atau jalan-jalan malam?" tanya Irani dengan senang hati."Emm nonton terus sama jalan-jalan aja deh sambil nyobain makanan-makanan baru," pinta bocah itu.Irani hanya tersenyum dan mengiyakan apa yang Mishka minta. Semoga saja dirinya bisa pulang cepat hari ini. Lagipula sepertinya tidak banyak yang harus ia kerjakan di rumah Aryan. Irani disuruh untuk menyeleksi beberapa baby sitter untuk Pari dan men-training mereka.Aryan minta Irani tidak sembarangan dalam memilihkan baby sitter untuk Pari. Semoga saja ia bisa mendapatkan seperti yang Pari minta. "Irani," panggil bu Naya mamanya A
Hari ini kabar duka datang dari keluarga Aryan, pada akhirnya Pari harus kehilangan ibu kandungnya, Karin. Sedangkan ayah Pari yaitu Dion masih harus berjuang untuk melewati masa kritisnya.Naya, mamanya Aryan sangat shock karena menantunya meninggal dunia dan Dion harus menjadi duda, Pari juga harus kehilangan sosok ibu di usia yang masih bayi.Aryan mencoba untuk menguatkan ibunya dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja dan Pari akan tetap mendapatkan sosok ibu yang akan selalu menyayanginya. Sampai sekarang Dion belum sadar juga, Naya tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti jika sampai Dion juga pergi meninggalkannya."Maa, mas Dion pasti sembuh. Dia harus sembuh untuk Pari, mama ga boleh berpikiran yang engga engga ya," tutur Aryan mencoba menenangkan ibunya.Hari-hari berlalu Aryan juga mengkhawatirkan kondisi ibunya karena terlalu banyak pikiran, perempuan itu sampai harus sakit juga.Irani yang kebetulan hari ini ada di rumah Aryan pun tidak hanya menjaga P
Di rumah sakit terpaksa Irani harus ikut menunggu Pari karena bayi itu ternyata harus dirawat. Aryan tidak tahu apa-apa, mamanya Aryan juga sudah sangat lelah karena usianya yang sudah tua dan memikirkan anak serta cucunya yang harus mendapat musibah seperti ini.Sesuai permintaan Naya yang menyuruh laki-laki itu supaya meminta Irani menjadi baby sitter Pari untuk sementara, maka hari ini ia berusaha mengatakan itu dan membujuk Irani."Berapapun gaji yang kamu minta akan aku kasih," jelas Aryan."Ya masalahnya bukan itu Pak, menjadi baby sitter yang harus selalu ada di dekat Pari hampir 24 jam. Lalu bagaimana dengan anak saya?" tanya Irani memikirkan Mishka yang juga membutuhkan sosoknya sebagai seorang ibu.Aryan terdiam mendengar itu. "Kamu bisa tetap pulang, saya akan tetap cari baby sitter lain buat gantian jaga Pari," jawab Aryan memberikan solusi untuk masalah yang masih mengganjal di hati Irani."Ya masalahnya ini tuh mama yang minta, aku sama mama udah pusing sama semua keada
Di sebuah cafe elit yang ada di kota dimana Tarina tinggal, perempuan itu malam ini menghabiskan waktunya dengan beberapa teman barunya di sana.Tarina mencoba untuk mencari teman baru setelah teman-teman lamanya merasa tidak suka dengan hubungannya bersama Aditya setelah mereka mengetahui semuanya.Tapi untung saja Tarina bisa segera mendapatkan teman baru dan tidak akan kesepian jika ditinggal Aditya kerja."Yang jadi masalah itu cuma Mishka anaknya mas Aditya," jelas Tarina saat sedang curhat dengan temannya.Apalagi masalah dalam kehidupan Tarina jika bukan Mishka? Dirinya sering bertengkar dengan Aditya hanya karena Mishka atau Irani."Anak kecil itu masih saja menetap di pikiran Aditya dan aku seolah ga bisa menghilangkannya," keluhnya lagi. "Mengalahkan Irani itu hal yang mudah tapi ternyata mengalahkan bocah kecil itu ternyata sulit juga," lanjutnya.Teman-teman Tarina pun menanggapi kalau solusi untuk semua itu hanya ada satu yaitu Tarina harus segera memiliki anak sendiri ka
"Makasih ya Ran, kalau ga ada kamu, saya ga tahu lagi mau ngurus Pari gimana," ujar Pak Aryan saat melihat Pari sudah tertidur lelap.Aryan sangat kasihan pada bayi mungil itu. Jika sampai Pari kehilangan ibunya, Aryan tidak tahu lagi harus bagaimana kedepannya.Mendengar ucapan terimakasih yang keluar dari mulut Aryan membuat Irani seakan tidak percaya kalau laki-laki itu memang mengucapkannya. Pasalnya Aryan seperti orang yang tidak akan pernah mengatakan maaf dan terimakasih di mata Irani, namun ternyata perempuan itu salah. Nyatanya Aryan juga manusia yang baik."Oh ya, kamu udah makan?" tanya laki-laki itu basa basi."Sudah pak, pak Aryan belum makan?" "Emm udah udah kok, saya cuma basa basi aja," jujurnya.Keduanya sama-sama terdiam dan tidak memiliki topik pembicaraan. Hari sudah semakin sore dan Irani harus kembali ke rumahnya karena Mishka pasti menunggu."Oh iya pak, saya harus pulang. Mishka pasti nungguin saya di rumah," pamit Irani karena dia pikir pekerjaannya untuk mem
Hari weekend membuat Tarina juga ingin menghabiskan waktu liburan bersama dengan Aditya, apalagi beberapa hari ini dirinya tidak sempat mengurung diri karena orang-orang yang berkomentar buruk tentang dirinya di media sosial.Aditya tidak mempermasalahkan hal itu, tapi ia ingin jalan-jalan dengan mengajak Mishka."Mas kenapa sih harus sama dia juga? Kamu ga capek ya kalau kita berdebat cuma gara-gara itu? Mishka kan udah pergi sama Irani, ya kita pergi sendiri lah," ujar Tarina dengan marah.Selalu saja itu masalahnya, Tarina tidak suka mengajak Mishka apapun alasannya. Dia pasti akan selalu berdebat dengan Aditya jika laki-laki itu berbicara tentang Mishka apalagi ingin mengajaknya. "Rin aku ga mau ya kamu terus-terusan kaya gini. Mishka itu anak aku, lagian aku itu tetep pilih kamu kok, kalau aku mau aku udah pergi ke rumah Irani sendiri dan jalan-jalan sama mereka. Nyatanya engga kan? Aku pilih dirumah sama kamu. Jadi ya udah lah jangan kaya gini. Emangnya kamu mau aku pergi sama
Setelah Bayu dan Bu Resti mengobrol, Irani bersantai dengan menikmati makanan yang bu Resti masak. Ia tidak peduli lagi dengan Aditya yang mau berkata apa lagi setelah semua iniBaru saja Bayu selesai bicara dengan ibunya, saat Irani hendak tidur, handphone miliknya tidak mau beristirahat juga karena terus berdering.Kali ini bukan dari Aditya, melainkan dari si bos paling atasan itu, siapa lagi kalau bukan Pak Aryan.Irani mengeluh kesal saat melihat nama itu tertera di layar miliknya. "Kenapa juga sih hari libur mesti nelpon gini?" tanyanya kesal.Ingin tidak diangkat, takut akan menjadi masalah ke depannya, apalagi pak Aryan si manusia yang menurutnya kaku itu selalu saja keras kepala. Tapi jika ia mengangkatnya sekarang, Irani tidak siap dengan kerjaan-kerjaan yang membuatnya pusing karena selalu salah di mata Pak Aryan."Hallo, lama banget sih kamu angkat teleponnya," omel suara yang tidak asing lagi di telinga Irani."Ya sabar dong pak, masih mending kan saya angkat," jawab Iran