Usai kerja dari kantor yang kebetulan hari ini pekerjaan tidak terlalu banyak, akhirnya Irani bisa pulang lebih awal.Janda satu anak itu menjemput Mishka di sekolah dan sore harinya ia mengantar anak kecil itu untuk pergi mengaji."Bu, Mishka merasa kesepian di rumah, rasanya kaya ada yang kurang," jujur gadis kecil itu dengan sedih pada Irani saat mereka hendak pergi mengaji.Irani tidak mengerti maksud dari anak kesayangannya ini. "Kesepian kenapa nak? Apa ibu ga bisa bikin kamu merasa bahagia di rumah?" tanya Irani penasaran."Engga kok Bu, Mishka cuma kangen aja kalau seandainya ibu sama ayah bisa sama-sama tinggal sama Mishka. Kenapa ibu sama ayah harus pisah?" tanya gadis itu penasaran.Lagi lagi Irani harus dihadapkan pada pertanyaan itu dari putrinya yang mulai penasaran. Tapi tidak masalah, perempuan itu bisa menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana pada Mishka dan gadis kecil itu bisa memahaminya. "Ayah sama ibu ga bisa sama-sama lagi karena kita sudah ga sejalan nak. S
"Kenapa lagi sih? Kamu ini ga ada habis-habisnya mengusik hidup aku? Mau cari apa lagi? Suamiku yang dulu kamu incar sudah berhasil kamu miliki kan? Terus—""Sssstttt diam kamu Irani," potong Tarina setelah disemprot oleh Irani. Tarina tidak terima dengan semua yang Irani katakan dan semua yang terjadi pada wanita itu.Diantara banyaknya orang di pesta malam itu, Tarina berbicara dengan nada sedikit berbisik namun tetap tegas pada Irani. "Dengar ya kamu Irani, aku ga pernah ambil suami kamu. Ingat itu! Dia sendiri yang mau sama aku. Kamu ga sadar kalau dia ceraiin kamu cuma karena milih aku hah?" tanya Tarina dengan geram.Irani tersenyum miring mendengar itu. Dia menatap Tarina dengan tenang dan tidak takut atau terusik sedikitpun. "Oh ya? Oke kalau kalian saling suka sama suka. Aku udah ga masalah kalau mantan suami aku sekarang jadi suamimu, yaaa karena mas Aditya juga yang udah bukain pintu buat pelakor sepertimu ini sampai berhasil menariknya keluar dari kapalnya alias rumah tang
Irani terpaksa satu mobil dengan Aryan. Jika dia bukanlah atasannya saat ini, perempuan itu tidak akan sudi menurutinya dan mengabaikan Mishka yang sudah menunggunya.'Kayaknya si bapak bos yang nyebelin ini memang seleranya aneh. Copywriting yang biasa aku buat aja bisa menghasilkan euro ataupun dolar yang banyak kok, kenapa juga di negara sendiri harus ada orang yang nyebelin seperti ini? Ga pernah menghargai sama sekali, aku aku resign aja ya?' pikir Irani saat dalam perjalanan.Ia berpikir bagaimana jika dirinya resign dan fokus untuk mengerjakan copywriting lainnya? Tapi dia juga merasa bosan di rumah, meskipun ia memiliki ruangan kerja yang jauh lebih baik daripada di kantor Aditya, tapi Irani merasa ia tetap membutuhkan pekerjaan dari luar supaya bukan hanya bekerja secara remote saja.Aryan hanya diam dan fokus mengemudi sejak tadi, Irani jadi merasa mengantuk karena lelah dengan pikirannya sendiri. "Emm Pak, boleh dengerin musik ga? Biar agak rame gitu?" tanya Irani."Kalau m
"Maaf pak saya ga bisa. Saya mau resign aja. Permisi." "Eeeehh kamu tuh apa-apaan sih—""Bapak yang apa-apaan? Saya memang butuh uang makanya saya bekerja, tapi saya ga mau dibayar buat ngelayanin bapak, lepasin tangan saya," berontak Tarina.Perempuan itu tidak menyangka kalau Aryan akan berbuat seperti itu padanya. Irani sudah lelah dan tidak ingin menuruti permintaan gila sang bos menyebalkan itu.Aryan bingung dengan apa yang Irani katakan barusan, ia tetap tidak melepaskan tangan Irani dan membiarkan wanita itu pergi. "Ngelayanin apa maksud kamu? Kamu bekerja di bawah pimpinan saya ya jelas kamu harus nurut sama atasan kamu dong.""Heh dengar ya pak, saya bukan wanita seperti itu. Setelah ini saya akan bilang sama istri bapak kalau—""Apa?" Aryan baru sadar apa yang ada di dalam pikiran Irani sehingga ia menolaknya dan ingin pergi dari sini."Dasar otak kamu yang mesum. Siapa juga yang mau sama anda? Kalau belum tahu kebenarannya jangan hanya mesum aja. Sini kamu."Aryan lalu m
"Mantan istri kamu itu bener-bener keterlaluan mas, dia sengaja mau balas dendam sama aku ya?" omel Tarina dengan emosi.Setelah melihat banyak komentar buruk tentang dirinya dan banyak menghujatnya di media sosial membuat Tarina hampir gila menghadapinya.Dia tidak menyangka Irani akan segitunya membuat dirinya kena mental oleh netizen."Huuuuuhhhh," teriaknya marah dan melempar ponsel miliknya ke kasur.Awalnya Tarina pikir semua tidak akan menjadi seperti ini dan tidak akan separah ini. Tapi nyatanya? Lebih dari itu."Pokoknya kita cari cara agar semua ini berakhir, kamu bilang dong mas kalau Irani itu emang ga bisa jadi istri yang baik buat kamu. Kamu bilang aja kalau kamu menikah sama aku itu karena memang dia yang udah ga bisa lagi jadi istri yang bisa memuaskan suami," suruh Tarina menggebu gebu. Kata-kata buruk yang ia temukan di media sosial tentang dirinya hampir membuat Tarina stress meskipun dia tidak ingin memikirkanAditya tidak ingin terlalu mengambil pusing masalah ya
Irani merasa kecewa dengan Aditya, laki-laki itu seharusnya bisa bersikap baik setidaknya demi Mishka, tapi nyatanya dia malah selalu menuduh dirinya dan berdebat karena Tarina.Irani bingung dengan apa yang akan ia katakan pada Mishka nanti. Ia pun berjalan mendekati Mishka dan berusaha mengontrol mimik wajahnya. "Gimana Bu? Ayah bisa kan jalan-jalan sama kita?" tanya Mishka dengan mata berbinar. Irani tahu gadis itu sangat berharap Aditya akan menemaninya hari ini.Irani pun mensejajarkan tubuhnya dengan Mishka dan menatap mata bening gadis kecil itu. "Mishka sayang, sepertinya hari ini ayah belum bisa deh, soalnya ayah ada urusan pekerjaan yang ga bisa ia tinggal sayang, mungkin besok—""Kenapa sih ayah kaya gitu? Ini kan hari libur. Kenapa kerja terus?" sela Mishka dengan kecewa. Aditya benar-benar keterlaluan, batin Irani. Walaupun sebenarnya laki-laki itu bisa menemani Mishka jalan-jalan tapi dengan Tarina, Irani tidak akan mengijinkan Mishka bersama dengan mereka. "Mishka sa
Setelah Bayu dan Bu Resti mengobrol, Irani bersantai dengan menikmati makanan yang bu Resti masak. Ia tidak peduli lagi dengan Aditya yang mau berkata apa lagi setelah semua iniBaru saja Bayu selesai bicara dengan ibunya, saat Irani hendak tidur, handphone miliknya tidak mau beristirahat juga karena terus berdering.Kali ini bukan dari Aditya, melainkan dari si bos paling atasan itu, siapa lagi kalau bukan Pak Aryan.Irani mengeluh kesal saat melihat nama itu tertera di layar miliknya. "Kenapa juga sih hari libur mesti nelpon gini?" tanyanya kesal.Ingin tidak diangkat, takut akan menjadi masalah ke depannya, apalagi pak Aryan si manusia yang menurutnya kaku itu selalu saja keras kepala. Tapi jika ia mengangkatnya sekarang, Irani tidak siap dengan kerjaan-kerjaan yang membuatnya pusing karena selalu salah di mata Pak Aryan."Hallo, lama banget sih kamu angkat teleponnya," omel suara yang tidak asing lagi di telinga Irani."Ya sabar dong pak, masih mending kan saya angkat," jawab Iran
Hari weekend membuat Tarina juga ingin menghabiskan waktu liburan bersama dengan Aditya, apalagi beberapa hari ini dirinya tidak sempat mengurung diri karena orang-orang yang berkomentar buruk tentang dirinya di media sosial.Aditya tidak mempermasalahkan hal itu, tapi ia ingin jalan-jalan dengan mengajak Mishka."Mas kenapa sih harus sama dia juga? Kamu ga capek ya kalau kita berdebat cuma gara-gara itu? Mishka kan udah pergi sama Irani, ya kita pergi sendiri lah," ujar Tarina dengan marah.Selalu saja itu masalahnya, Tarina tidak suka mengajak Mishka apapun alasannya. Dia pasti akan selalu berdebat dengan Aditya jika laki-laki itu berbicara tentang Mishka apalagi ingin mengajaknya. "Rin aku ga mau ya kamu terus-terusan kaya gini. Mishka itu anak aku, lagian aku itu tetep pilih kamu kok, kalau aku mau aku udah pergi ke rumah Irani sendiri dan jalan-jalan sama mereka. Nyatanya engga kan? Aku pilih dirumah sama kamu. Jadi ya udah lah jangan kaya gini. Emangnya kamu mau aku pergi sama