“Dira, istrimu, dia berhasil ditemukan.”Ethan mematung. Mendengar nama itu disebutkan hanya membuat kemarahannya tersulut. Ia mengangkat kepala, menatap pengacaranya dengan mata menyipit. “Kalian berhasil menemukannya?” tanyanya ragu. Selama 5 tahun menghilang tiba-tiba saja wanita itu muncul? Bagian dirinya yang selalu bersikap sinis dengan kejam mengatakan kalau sesuatu pasti terjadi. Dira menghilang dan itu keputusannya, Ethan sama sekali tidak berminat mencarinya. Untuk apa? untuk memberi wanita itu kepuasan karena berhasil membuatnya bertekuk lutut? Itu tidak akan pernah terjadi.“Ingat pabrik roti yang waktu itu kita kunjungi?”Ethan mengangguk kaku. Beberapa waktu lalu ia memang mengunjungi pabrik roti yang baru saja resmi didirikan. Tempatnya di pelosok, jauh dari kehidupan perkotaan. Bukan pilihan yang akan dibuat siapapun yang terbiasa dengan kehidupan kota dan ia tahu Dira bukan wanita yang terbiasa dengan kehidupan desa.“Dia ada di sana.”“Dia apa?” tanyanya, memastikan
Tatapan Ethan begitu tajam sampai-sampai Dira bisa merasakan lututnya tiba-tiba goyah. Ia harus berpegangan pada kusen pintu agar tidak jatuh. “Katakan Dira, bukan kebetulan anak itu bermata biru dan bukan kebetulan jika anak itu berumur 4 tahun!” Dira tersentak mendengar kemarahan mendidih Ethan. Mata birunya begitu gelap seolah Ethan ingin menelannya hidup-hidup. Dira memejamkan mata. Ia tahu rahasia ini tidak mungkin bertahan selamanya, tapi ia tidak pernah menduga bahwa pria itu akan tahu dengan cara seperti ini. “Se-sebaiknya kita bicara di dalam.” Ethan sudah akan menolak. Namun, di detik terakhir ia berjalan mengikuti wanita itu. Rasanya seolah ada yang ingin meledak dalam dirinya. Kenyataan yang baru saja ia temukan berhasil menguras habis kesabarannya. Kedua tangannya terkepal erat saat Dira membawa Ethan menuju dapur. “Biarkan pintunya tetap terbuka!” tekannya dengan gigi gemertak. “Tapi…” “Kubilang biarkan pintunya tetap terbuka!” Dira mendesah, menuruti keinginan
Dira mengusap wajahnya begitu Ethan pergi. Jantungnya masih berdentam mengerikan bahkan setelah kepergian pria itu. Ia menarik napas dalam berkali-kali untuk menenangkan syarafnya yang tegang.Ia dan Etahn belum bercerai? Bagaimana bisa? Bukankah pengacaranya waktu itu mengatakan kalau Ethan setuju dan sudah menandatanganinya? Lalu kenapa pria itu bilang mereka masih suami istri?Selama 5 tahun bersembunyi dari pria itu nyatanya tidak membuat perasaannya terhadap ayah putranya berubah. Dira menyentuh dadanya, tepat di mana jantungnya berada. Bahkan sekarang ia masih menginginkan Ethan dan merindukan pria itu. Ia masih begitu muda ketika memutuskan untuk menikah dengan Ethan. Dulu dunianya berwarna dan penuh tawa, tapi itu sebelum ia menyadari kalau hubungannya dengan Ethan sangat rapuh dan dangkal. Ia menginginkan cinta, tapi pria itu tidak dan yang lebih buruk…Dira mengusir bayangan mengerikan itu dari benaknya. Tidak ada gunanya mengingat kembali luka yang membuatnya memilih menja
Dira berusaha menahan lontaran kasar yang sudah ada di ujung lidahnya. Kemarahan yang ia rasakan rasanya cukup untuk membuatnya kehilangan kendali. Dira menarik napas panjang dan dalam.Jadi inilah balas dendam yang ingin di lakukan olehnya, pikir Dira getir. Kenapa hal itu bahkan tidak mengejutkannya? Dira mengikuti setiap langkah Ethan lewat tatapan matanya. Laki-laki itu tampil bak penguasa. Begitu angkuh dan penuh percaya diri.Bu Hani berdiri, menyambut kedatangan Ethan bagai menyambut rombongan presiden. Dira mendengus. Ethan memang bisa membuat orang-orang mau melakukan apa yang dia ingin orang lain lakukan.Bukankah itu juga yang terjadi padamu?“Selamat datang Pak Ethan, apa Anda datang untuk melihat gedung ini? saya sudah memberitahu—“Ethan mengangkat satu tangannya. “Jika diizinkan saya ingin bicara dengan penghuni lama gedung ini,” ucap Ethan dingin. Pria itu masih marah padanya. Itu jelas.Bu Hani mengerjap, tampak tersinggung karena ucapannya di potong, tapi dia berhasi
Ethan meneguk minumannya banyak-banyak. Bagian dari dirinya yang selama ini ia abaikan atau bahkan tidak ia ketahui ia miliki, mengatakan kalau tindakannya benar-benar kejam dan tidak berperasaan, tapi sisi lain yang selama ini membuatnya bertahan menghadapi orang-orang yang hanya tahu bagaimana memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi dengan puas menyetujui tindakannya.Lima tahun!Selama 5 tahun wanita itu membohonginya? Ethan tidak memedulikan saat Dira menghilang. Benar, ia pernah mencari wanita itu selama beberapa waktu, tapi akhirnya ia sadar, wanita yang memutuskan untuk melarikan diri tidak berhak mendapatkan perhatiannya. Wanita itu ingin pergi, maka Ethan akan melepasakannya.Semudah itu.Sampai akhirnya ia tahu alasan dibalik kaburnya Dira. Untuk menyembunyikan putra mereka. Ahli warisnya! Kemarahan yang ia rasakan begitu besar hingga membuatnya merasa tercekik.Ethan belum pernah semarah ini seumur hidupnya. Fakta Dira mampu menyembunyikan rahasia sebesar itu hanya
“Tapi kita tidak…maksudku kita sudah bercerai, Ethan. Kita tidak mungkin tinggal bersama.”Ethan mengangkat satu alisnya. “Mungkin kau lupa kalau aku belum menandatangani surat perceraian kita yang berarti secara hukum kau masih istriku.”Dira terdiam mendengar pernyataan itu. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Sanggupkah ia mempertaruhkan hatinya sekali lagi demi putra mereka? Ini bukan solusi yang ia bayangkan akan terjadi, tapi jalan apa lagi yang tersisa untuknya? Jika ia menolak usulan Ethan sudah pasti pria itu akan berusaha memisahkannya dari Noah, tapi jika ia menerimanya… besar kemungkinan ia akan kembali terluka. Dira memejamkan matanya erat.“Kurasa kau tidak perlu mencemaskan apa pun. Kita akan tinggal di rumah yang sama tidak lebih, jadi jangan membuang tenagamu untuk memikirkan apa yang tidak akan terjadi.”Ucapan itu dikatakan dengan nada merendahkan yang nyaris membuat Dira ingin membalas. Alih-alih menunjukkan kalau kata-kata Ethan melukainya Dira mengangkat dagunya
“Mommy! Mommy! Lihat, ada pohon jeruk.” Noah berseru dengan penuh semangat sembari menunjuk-nunjuk pohon jeruk yang mereka lihat sepanjang perjalanan menuju vila.Dira mengelus rambut cokelat gelap putranya. “Kau menyukainya?”Noah mengangguk antusias. “Kita akan tinggal di sini Mommy?”Dira bisa melihat kilau di mata putranya saat menanyakan pertanyaan itu, membuat perasaannya terjun bebas. Tenggorokannya tiba-tiba tersekat. “Ya, kita akan tinggal di sini. Kau menyukai ide itu?”“Noah bisa memetik jeruk itu langsung?”“Tentu saja bisa.” Ethan mengambil alih situasi. Ia menoleh ke kursi belakang. Senyumnya melebar.“Kita bahkan bisa memeras jeruk di sana dan langsung meminumnya.”Prospek itu sepertinya berhasil membuat bocah 4 tahun itu tertarik. Jika sebelumnya Noah memperlakukan Ethan seperti orang lain yang harus diwaspadai kali ini bocah tampan itu melupakannya. Tatapan matanya yang berbinar bersibobrok dengan mata biru Ethan yang anehnya sekali ini terlihat hangat.“Tapi, bagaima
Dan Ethan benar-benar memperlakukan dirinya seperti pelayan pribadi pria itu, bukan ibu dari putra mereka atau bahkan wanita yang masih berstatus sebagai istrinya. Ia harus menyiapkan segala keperluannya, termasuk membangunkan dan menyiapkan sarapan. Dira melakukan pekerjaannya dengan baik—atau sebaik yang bisa ia lakukan—karena tidak ingin memberikan Ethan kesempatan untuk mengkritiknya. Meski begitu, Dira tidak bisa mengenyahkan perasaan bahwa ia merasa terganggu dengan perubahan situasi di antara mereka.Sikap Ethan sama sekali tidak melunak. Pria itu masih bersikap dingin padanya seakan Dira harus melakukan penebusan dosa atas kebohongan yang ia lakukan dan Dira berusaha menerimanya atau setidaknya mencoba. Ia tidak ingin menunjukkan kalau perlakuan Ethan menyakitinya. Inilah yang ia inginkan. Seperti ini Ethan tidak akan punya kendali atas dirinya.Siapa yang coba kau bohongi?Sayangnya keputusan itu menjadi bumerang untuknya. Ethan memanfaatkan setiap kesempatan saat dirinya sed
“Noah, Mommy minta—“ “Tidak! Noah tidak mau!” Dira memejamkan matanya, berusaha menekan kesabarannya yang semakin menipis. Ini bukan saatnya kehilangan kendali, terutama tidak di hari ini. Dira menghela napas, berusaha menekan kesabarannya. “Sini, biar Mommy kasih tahu sesuatu,” bujuknya lembut, tapi anak kecil itu tetap bergeming, menolak menuruti perintah Dira. Melihat sikap keras kepala putranya, Dira hanya bisa menghela napas sambil berjalan mendekati putranya. Lewat ekor matanya ia melihat Eri memegang pakaian Noah, tapi ia buru-buru menggeleng. Tidak sekarang, gumamnya tanpa suara. Eri mengangguk, kembali menyembunyikan setelan yang dirancang khusus untuk putranya. Dira berjongkok di dekat Noah, kedua tangannya disilangkan di atas lutut. “Apa Noah tahu kalau Daddy menyiapkan baju itu khusus untuk Noah? Kata Daddy, Noah akan terlihat tampan saat memakainya, persis seperti Daddy.” Noah melirik, tatapannya melunak dan Dira tahu ia sudah mendapatkan kuncinya. Dira duduk di l
Dira berdiri di ujung meja panjang dengan blueprint tata letak pesta di hadapannya. Sinar lampu gantung kristal memantulkan kilauan keemasan keseluruh ruangan, namun tidak mampu menghalau kegelisahan yang menggelayut di dadanya. Besok adalah hari besar—pesta untuk memperkenalkan Noah sebagai ahli waris keluarga Alexander, sebuah acara yang bukan hanya menyorot nama keluarga Alexander, tapi juga reputasi Ethan sebagai salah satu pengusaha paling berpengaruh.Dira memegang pena dengan erat, menandai sesuatu di kertasnya sambil berusaha menenangkan napas. Berbagai skenario buruk berputar di benaknya. Makanan salah saji, tamu yang mengeluh atau yang lebih parah, Noah merasa tidak nyaman di tengah perhatian semua orang.“Semua tim siap di lokasi?” tanya Dira, suaranya tegas namun sedikit bergetar.Irene, kepala tim perencana pesta, melangkah maju dengan clipboard di tangan. Wanita itu selalu tampil tenang, seolah setiap masalah adalah bagian dari rencana.“Semua sudah sesuai jadwal, Mrs. A
Di mana Noah, Eri?” tanyanya langsung begitu tiba di rumah. “Apa dia sudah tidur?” Dira melepas sepatunya dan menjinjingnya. Hari ini ia luar biasa kelelahan. Dira tidak pernah menyangka meyiapkan makanan untuk acara pesta ternyata bisa sangat merepotkan dan juga menguras tenaga.Beruntung kepala tim perencana pesta itu bisa bekerja sama dengannya. Dira memijat tengkuknya, yang ia butuhkan sekarang adalah mandi air panas dan tidur. Karena tidak kunjung mendapat jawaban, Dira akhirnya menatap wanita setengah baya itu dengan wajah menuntut.“Kenapa?” tanyanya, tiba-tiba merasa cemas. “Apa terjadi sesuatu?”Eri buru-buru menggeleng. “Tidak, Noah baik-baik saja, hanya saja…” Wanita bersanggul rapi itu terlihat kesulitan berbicara. “Noah sedang merajuk.”“Apa?”“Dia merajuk Dira. Hari ini dia membuat semua orang kelelahan.”Dira meletakkan tas dan juga sepatunya begitu saja mendengar jawaban wanita itu. “Kenapa dia merajuk?”Eri terlihat tidak nyaman. “Dia ingin bertemu denganmu, tapi kare
“Jadilah penanggung jawab makanan di pesta penyambutan Noah. Buktikan kalau kau mampu melakukannya. Anggap saja ini tantangan. Kalau kau berhasil….” Ethan mengangkat bahunya. “Mungkin aku bisa mempertimbangkan sebuah posisi untukmu.”Dira terdiam sejenak, mencoba mencerna ucapan Ethan. Saat ia pikir Ethan sama sekali tidak melibatkannya dalam pesta penyambutan putra mereka, sekarang pria itu justru memberikan tanggung jawab padanya sebagai penanggung jawab makanan?Dia tidak melibatkanmu, dia mempekerjakanmu karena kau bersikeras ingin bekerja, itu berbeda.Dewi batinnya menatapnya dengan wajah kasihan.“Kenapa?” tanyanya. “Kenapa aku?”Ethan mengangkat gelas anggurnya, meminum isinya sedikit sebelum menjawab pertanyaan Dira.“Kau bilang ingin bekerja,” jawabnya, menatap Dira seolah Dira mendadak lupa ingatan. “Dan meski aku tidak menyukainya, aku tidak bisa memintamu untuk berhenti. Lagipula, kau pernah punya toko roti, jadi, kenapa tidak?”Dira ingin membuka mulut dan mengatakan mem
"Mommy, Noah mau es krim.” Bocah kecil itu tampak merajuk menatap ibunya. Dia menarik-narik jemari Dira untuk menarik perhatiannya. Dira menoleh, tersenyum tipis.“Bagaimana kalau kita makan es krim setelah Mommy selesai melihat-lihat?” tanyanya lembut.Noah tampak berpikir. Keningnya mengerut dan bibirnya mengerucut lucu, tapi akhirnya anak kecil itu mengangguk. “Okke dokkey, Mommy!”Dira tersenyum lebar, ia mengacak-acak rambut putranya yang langsung mendapatkan protes dari si empunya.“Rambut Noah berantakan Mommy!”Dira tertawa. “Baiklah, anak Mommy yang tampan.”Dira mengedarkan pandangan, menghela napas berat. Sudah 1 jam berlalu, tapi usahanya belum juga membuahkan hasil. Dira datang ke Shopping Center Archive yang ada di Corfu bukan tanpa alasan. Ia tidak ingin membeli apa pun. Ia sedang mencari pekerjaan. Sayangnya, dari semua tempat yang ia coba, tidak ada satu pun yang mau menerimanya.Dira mendesah putus asa. Jika terus seperti ini, tidak banyak pilihan yang tersisa. Mungk
Dira mendengus. “Apa kau benar-benar berpikir kalau aku akan menerima pemberianmu begitu saja? Seperti pengemis? Tidak, terima kasih. Aku punya gaun, aku tidak butuh gaun darimu. Dan untuk menjawab pertanyaanmu, aku tidak menyukai gaun berkilauan.” Ethan menatap Dira skeptis. “Dulu kau menyukainya.” “Itu lima tahun yang lalu, sekarang aku tidak menyukainya,” balasnya keras kepala. Ethan memejamkan mata seperti sedang mengukur kesabarannya. “Dira… pesta ini penting. Aku ingin semuanya sempurna, jadi kuharap kau tidak membuat segala sesuatunya semakin rumit. Apa yang salah dengan gaun itu?” Dira mengangkat dagunya. “Aku tidak menyukainya, titik. Aku punya gaunku sendiri dan tenang saja Mr. Ethan Alexander yang Terhormat, aku tidak akan mempermalukanmu di pestamu itu. Aku menyayangi Noah, membuatnya malu tidak ada dalam daftar keinginku, apa itu membuatmu puas?” “Kau juga menolak penata gaya yang kukirim, kenapa?” tanya Ethan tenang. Suaranya tidak meninggi, tapi justru itu yang me
situasi pengiriman ke Amerika Selatan minggu ini? Ada hambatan yang signifikan?” tanya Ethan tanpa basa-basi saat mata birunya yang tajam mengamati satu persatu anggota stafnya. Di hadapannya, terdapat layar digital yang menampilkan data kinerja perusahaan, grafik pendapatan, serta laporan cuaca terbaru yang memengaruhi jalur pelayaran. Dimitris, kepala operasional yang sudah bekerja selama 20 tahun di industri perkapalan, mengangguk dan membuka laptopnya. “Ada sedikit keterlambatan di Terusan Panama, Sir. Kapal Poseidon tertahan hampir 2 hari akibat antrian panjang yang tidak terduga. Namun, tim kami sudah berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk mempercepat proses.” Ethan mendengarkan dengan serius, jarinya mengetuk meja dengan ritme teratur yang nyaris tidak terdengar. “Pastikan tidak ada penundaan tambahan. Jika perlu, alokasikan kapal tambahan dari Yunani untuk mengejar keterlambatan. Aku tidak ingin ada keluhan masuk minggu ini.” Dimitris mengangguk patuh. “Akan segera
Ethan menatap Noah, bocah kecil berusia empat tahun yang berdiri di hadapannya. Anak itu tampak begitu polos dengan mata bulat dan rambut cokelatnya yang ikal. Ada jeda di mana Ethan hanya menatapnya, seolah sedang mencoba menyelami sosok mungil yang baru saja dikenalnya.Dira berdiri tak jauh, mengamati mereka berdua dengan dada yang terasa sesak. Ekspresi di wajah Ethan tampak begitu tenang, seperti biasanya—tetapi Dira bisa melihat kilatan emosi yang sulit di tutupi di mata biru lautnya.Ethan berjongkok, sejajar dengan Noah.“Beberapa orang tua mengatakan kau mirip sekali denganku saat aku seusiamu,” ucap Ethan parau.“Benarkah?”Ethan mengangguk, tiba-tiba merasa kesulitan bersuara. “Sangat mirip, kau mau tahu kenapa?” Jantung Dira berdebar kencang saat menunggu respon putra mereka. Telapak tangannya berkeringat. Putra mereka memang cerdas yang terkadang justru membuat Dira kerepotan. Anehnya selama ini Noah tidak pernah sekalipun mempertanyakan keberadaan ayahnya—hingga saat in
Ethan memicingkan matanya. “Aku tidak akan menunggu selamanya, Dira. Lakukan atau aku yang ambil alih dan saat itu terjadi jangan salahkan aku kalau kau tidak akan menyukai metodenya.” Ancaman tersirat dibalik kata-kata itu menyulut emosinya. “Jangan coba-coba mengancamku,” ucapnya mendidih. “Aku akan mengatakannya saat waktunya tepat.” “Lakukan sebelum kita pulang karena aku tidak akan menunggu lebih lama dari itu. Sebentar lagi akan ada pesta penyambutan untuk Noah. Aku akan mengumumkan keberadaannya. Orang-orang harus tahu dia keturunan sekaligus pewaris Alexander.” Dira mengerjap. “Maksudmu, kau akan mengumumkan pada seluruh dunia kalau Noah putra kita?” bisiknya dengan suara tercekik. “Kenapa itu membuatmu terkejut?” “Karena aku tidak berpikir ada manfaat dari melakukan hal itu,” tukasnya jengkel. Dira memijit pelipisnya. “Kalau kau melakukannya… wartawan akan mulai mencaritahu, mereka akan mengorek informasi. Bagaimana kau akan memberitahu media tentang keberadaanku selama