Paul Cezary dengan wajah pucatnya tampak muram saat dibawa keluar dari ruang sidang, diapit oleh polisi di kedua sisinya. Freddy, Bruce, dan para antek lainnya berjalan beriringan di belakangnya, tangan mereka diborgol, mata mereka tertunduk. Para polisi yang mengawal mereka terlihat tegas dan tak sedikit pun menunjukkan simpati.Suasana menjadi semakin mencekam saat rombongan mereka menuju mobil tahanan yang akan membawa mereka ke penjara paling dingin dan menakutkan di negeri itu. Kamera televisi yang mengikuti pergerakan mereka dari dekat menyiarkan semuanya secara langsung.Setiap langkah mereka menuju keadilan dipertontonkan kepada publik. Persidangan yang memakan waktu lama ini akhirnya mencapai titik klimaksnya, dan rakyat merasa puas melihat para kriminal ini akhirnya dihadapkan pada hukuman yang setimpal.Putra Mahkota Alhtar adalah sosok di balik tirai yang mengatur jalannya keadilan bagi Paul Cezary dan antek-anteknya. Dengan sikap tegas dan tanpa kompromi, Alhtar
“Buka lagi mulutnya,” ucap Ivana menyuapi Arsen di sana. “Sudah cukup, aku sudah kenyang, Sayang,” jawab Arsen. “Kamu baru saja makan sedikit. Padahal kamu sedang sakit,” keluh Ivana. “Aku benar-benar sudah kenyang. Ngomong-ngomong jangan memaksakan dirimu untuk merawatku. Kamu juga sedang hamil, harusnya kamu istirahat di rumah,” ucap Arsen. “Kenapa? Kamu tidak suka aku ada di sini dan merawatmu?” tanya Ivana mulai merajuk.Arsen melihat wajah Ivana yang mulai sedikit cemberut. Dia tahu betapa perhatian dan dedikasinya terhadap dirinya, namun dia juga ingin Ivana menjaga dirinya sendiri dan bayi yang ada di dalam kandungannya.“Tentu saja, aku suka kamu ada di sini. Hanya saja aku khawatir kalau kamu terlalu capek. Kamu harus ingat, kesehatanmu dan bayi itu lebih penting,” jawab Arsen lembut.Ivana menggigit bibir bawahnya, masih merasa sedikit bersalah. “Tapi aku tidak bisa hanya diam saja saat kamu sakit. Aku ingin memastikan kamu cepat sembuh
“Mobil sudah siap,” ucap Doly yang datang ke ruangan Arsen. “Apa hanya ini barang yang ada?” tanyanya lagi saat melihat satu tas di sana. “Iya,” jawab Ivana. “Hey, Arsen. Apa kamu bisa jalan sendiri tanpa dipapah Ivana. Dia sedang hamil,” tegur Doly. “Tenang saja, aku bisa jalan sendiri. Aku hanya ingin merangkul istriku, apa salahnya?” protes Arsen. “Ya, terserah. Cuma kalau mau di papah, mending kamu dorong saja dia biar menggelinding. Istri sudah berat bawa kandungannya, suruh mapah kingkong,” ejek Doly membuat Ivana terkekeh di sana. “Ngomong-ngomong, sejak kapan kamu menjadikan Doly di pihakmu?” tanya Arsen menatap Ivana dengan kernyitan di dahinya. “Perasaan, dulu Doly berpihak padaku.” “Ya, mau gimana lagi. Tidak ada yang bisa berpaling dari pesona seorang Ivana Clover,” kekeh Ivana. “Jawaban yang bagus,” ucap Doly. “Udah ah, aku tunggu di mobil. Jangan lama!” ucapnya berlalu pergi dengan membawa ta
“Bagaimana dengan penampilanmu?” tanya Ivana yang sudah memakai gaun ibu hamil berwarna mocca dan kontras dengan kulit putihnya. “Kamu selalu terlihat cantik,” puji Arsen tersenyum lembut. “Hm… Calon suamiku juga sangat tampan dan gagah,” ucap Ivana merapikan jas yang dikenakan Arsen dengan lembut. Arsen tersenyum mendengar pujian itu, hatinya merasa hangat. “Tapi, Sayang, kecantikanmu itu yang membuatku selalu kagum. Meskipun sedang hamil, kamu tetap bersinar.”Ivana tertawa ringan, “Ah, kata-katamu manis sekali, Arsen. Tapi aku rasa aura kehamilan ini membuat segalanya menjadi lebih indah.”Arsen mengangguk setuju sambil meraih tangan Ivana, menggenggamnya dengan lembut. “Semua sudah selesai, mulai sekarang kita bisa menata masa depan kita. Aku akan selalu ada untuk kamu dan si kecil.”Mata Ivana berbinar, merasakan dukungan di balik kata-kata Arsen. “Terima kasih, sayang. Itu saingan berarti besar bagiku.”Mereka saling menatap sejenak, merasakan kedekatan yang semakin kuat di t
Ivana membuka matanya melihat langit-langit kamar. Kemudian, dia menoleh ke sampingnya, di mana Arsen tertidur dengan lelap di sana. Senyuman terukir indah di bibir Ivana. Wanita itu berangsur bangun perlahan menahan rasa kaku di tubuhnya dengan kandungan yang semakin membesar. Wanita itu menatap wajah Arsen yang terlelap dengan damai, terlihat begitu tampan dan menawan. Dipandangi wajah pria itu dengan dalam dan penuh rasa kekaguman sekaligus cinta.Ivana mengingat kembali momen-momen indah yang mereka lalui bersama. Setiap tawa, setiap bisikan lembut, dan setiap pelukan hangat yang membuat hatinya berbunga-bunga. Dalam keheningan pagi itu, dia merasakan ketenangan yang mengisi udara, seolah dunia hanya milik mereka berdua.Dia perlahan memindahkan pandangannya ke perutnya yang semakin membesar. Rasa bahagia menggetarkan jiwa Ivana saat dia membayangkan kehidupan baru yang akan segera datang. Kebahagiaan ini seolah semakin melengkapi kebahagiaan yang sudah ada. Iv
Di perjalanan menuju rumah sakit, Ivana merasakan kegelisahan yang bercampur dengan rasa sakit. Namun, satu hal yang membuatnya kuat adalah kehadiran Arsen di sisinya. Rasa cintanya pada Arsen dan harapan untuk melihat anak mereka lahir dengan sehat membuatnya bertahan dalam situasi sulit ini.Sesampainya di rumah sakit, Arsen segera membawanya ke ruang periksa. Dengan penuh harap, Ivana menggenggam tangan Arsen. Ivana langsung dibawa ke ruang persalinan oleh para suster, selang beberapa menit, Dokter kandunganpun datang dan langsung melakukan pemeriksaan pada Ivana. Sedangkan Arsen berjalan mondar-mandir di luar ruang pemeriksaan dengan perasaan tak menentu. Gelisah, khawatir sekaligus rasa takut yang dirasakan oleh Arsen saat ini.Arsen melangkah maju mundur di luar ruang pemeriksaan, hatinya berdebar keras. Setiap detik yang berlalu seperti terasa lama, dan pikirannya dipenuhi kecemasan. Dia tidak dapat membayangkan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Ivana atau bayi me
“Loh, kalian kenapa sudah balik? Aku baru mau ke rumah sakit,” ujar Doly yang bertemu Arsen dan Ivana di depan mansion, mereka berdua baru saja menuruni mobil. “Dokter bilang hanya kontraksi palsu. Bayinya belum waktunya lahir,” jawab Arsen. “Lah, si baby ngeprank orang tuanya,“ kekeh Doly. Arsen tersenyum tipis mendengar lelucon Doly, meskipun hatinya masih sedikit cemas. Ivana yang berdiri di sampingnya hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, mencoba meredakan ketegangan yang masih terasa.“Kamu tahu kan, Doly, ini bukan soal lucu-lucuan. Kami benar-benar khawatir,” ujar Ivana, suaranya lembut namun tegas. “Meski hanya kontraksi palsu, tetap saja cukup membuat kami panik.”Doly mengangguk dan mengerti. “Iya, maaf. Tapi kadang-kadang kita perlu sedikit humor untuk menghadapi situasi seperti ini. Lagipula, pernah ada yang bilang segala sesuatu yang terjadi pasti ada hikmahnya.”“Mungkin hikmahnya, kita jadi bisa lebih siap dengan kehadiran si kecil,” kata Arsen.“Betul! Lagipu
“Jadi, ini mansion lama keluarga Manley?” tanya Ivana, matanya tak lepas dari bangunan besar itu.“Iya, aku besar di sini,” jawab Arsen, sedikit nostalgia dalam suaranya.“Sebenarnya, mansion ini masih kalah luas dibandingkan yang ada di wilayah Utara. Hanya saja, di sini lebih hangat,” komentar Ivana sambil mengamati sekeliling.“Ya, kamu benar,” Arsen mengangguk, mengakui pendapatnya.Mereka berdua berdiri di depan bangunan besar berwarna merah bata itu, yang sebagian telah rusak dan kini sedang direnovasi. Dinding-dindingnya mencerminkan gaya arsitektur Eropa klasik, dengan jendela-jendela besar dan ornamen yang pudar dimakan usia, namun tetap kokoh berdiri, menyimpan cerita masa lalu keluarga Manley.Ivana menatap bangunan itu dengan lebih seksama, memperhatikan detail-detail yang tampak meski usang. Ornamen-ornamen pada dinding merah bata tampak seolah bercerita tentang kemegahan masa lalu yang kini hanya tersisa dalam bayang-bayang. "Berapa lama keluarga Manley sudah tinggal di
Acara dilanjut dengan resepsi di halaman gereja yang meriah. Zeeya sibuk menikmati banyak camilan dan dessert yang tersaji di sana.Resepsi di halaman gereja berlangsung meriah, dengan nuansa taman yang indah, dihiasi lampu-lampu berkelip dan bunga-bunga berwarna cerah. Meja-meja penuh dengan berbagai jenis hidangan lezat, dari makanan pembuka hingga hidangan penutup yang menggugah selera. Sambil berdiri di sekitar area dengan pemandangan danau yang tenang, para tamu menikmati kebersamaan dan suasana yang penuh kebahagiaan.Zeeya yang tak bisa menahan rasa ingin tahunya, sudah berada di meja dessert, dengan wajah ceria dan penuh semangat. Camilan-camilan kecil, kue-kue manis, dan es krim berwarna-warni menarik perhatian balita tersebut. Dengan riang, dia memilih beberapa kue kecil dan memakannya satu per satu sambil tertawa kecil.
Saat mereka melangkah masuk ke dalam gereja, suasana penuh kehangatan menyambut. Hiasan bunga putih dan hijau menghiasi altar, sementara cahaya matahari yang masuk melalui kaca patri memberikan nuansa sakral. Para tamu, yang sebagian besar adalah kerabat dekat dan teman, sudah menempati tempat duduk mereka.Cedric dan istrinya, yang sedang berbincang di dekat pintu masuk, langsung melambai begitu melihat Arsen, Ivana, dan Zeeya. Cedric tersenyum lebar, lalu menghampiri mereka. "Akhirnya kalian sampai juga. Zeeya, kamu terlihat sangat cantik hari ini!" katanya sambil bercanda.Zeeya tersenyum malu-malu sambil merapat ke Ivana. "Terima kasih, Uncle Cedlic."Tak lama kemudian, Elmer dan Grasella datang menghampiri. Elmer tersenyum sopan, sementara Grasella tampak anggun dengan gaun biru muda. "Senang sekali bertemu kalian di sini," sapa Elmer. "Doly pasti bahagia melihat kalian hadir.""Iya, ini acara yang tidak mungkin kami lewatkan," balas Arsen sambil menjabat tangan Elmer. "Bagaiman
“Ini lumah siapa, Mom, Dad? Besal sekali!” ujar Zeeya yang ada di gendongan Arsen. “Ini, rumah keluarga Daddy. Selama di sini, kita akan tinggal di sini,” ucap Arsen. “Asyik… Zeeya bisa main lali-lali dan ke tempat bunga,” ucap Zeeya dengan lucunya. Arsen tertawa kecil sambil mencium pipi Zeeya yang penuh semangat di gendongannya. "Tentu saja, Sayang. Nanti Daddy ajak Zeeya lihat semua tempat di sini. Ada taman bunga yang besar, ada air mancur juga. Kamu pasti suka."Ivana tersenyum melihat kegembiraan putrinya. Dia mengamati mansion megah yang sudah direnovasi itu dengan perasaan campur aduk. Tidak banyak yang berubah, Arsen dan Doly tidak ingin menghilangkan momen penuh kenangan di sini. Berada di sini secara langsung tetap memberinya kesan yang berbeda. Besar, mewah, dan penuh aura nostalgia."Mommy juga bisa ikut main sama Zeeya?" tanya Zeeya dengan mata berbinar, memeluk leher Arsen erat-erat."Tentu saja," jawab Ivana sambil mengusap lembut kepala putrinya. "Mommy dan Daddy a
2 Tahun Kemudian….. “Apa ini serius?” tanya Arsen mendengar ucapan Doly di sana. “Ya, kamu pikir aku berbohong,” ujar Doly. “Apa kamu sudah bertemu dengan wanita yang akan dinikahi Doly, Ric?” tanya Arsen. “Ya, sudah. Ini sih beneran pawangnya si Doly,” kekeh Cedric. “Dia langsung tunduk sama omongan calon istrinya.”Cedric dan Arsen terkekeh mendengarnya. “Itu bukan tunduk. Tapi, bentuk rasa cinta,” ucap Doly. Arsen tertawa kecil mendengar pembelaan Doly yang terdengar tulus namun juga sedikit defensif. "Rasa cinta, ya?" ucap Arsen menggoda. "Jadi, siapa wanita hebat yang berhasil menjinakkan si Doly ini?"Cedric, yang masih terkekeh, menyela lebih dulu. "Percayalah, dia tipe yang nggak main-main. Elegan, cerdas, tapi juga punya aura tegas. Doly langsung berubah total kalau di dekat dia. Serius banget."Arsen menatap Doly dengan senyum penuh arti. "Wah, kalau sampai Cedric bilang begitu, berarti dia benar-benar istimewa. Aku penasaran ingin bertemu dengannya. Kapan kamu memper
Doly sudah berpenampilan rapi dengan setelan jasnya. Dia bersiap untuk datang ke sebuah undangan pesta salah satu kliennya. “Uh... pesona Doly memang tidak terkalahkan,” gumamnya penuh percaya diri sambil merapikan jas yang dikenakannya.Doly menatap dirinya sendiri di cermin besar, senyum puas menghiasi wajahnya. Dengan gaya khasnya, ia mengangkat dagu sedikit, memiringkan kepala, dan mengedipkan satu mata ke pantulan dirinya. "Siapa yang bisa menolak daya tarik ini?" ujarnya sambil tertawa kecil.Dia mengambil parfum mahal dari meja rias, menyemprotkannya dengan gerakan anggun ke pergelangan tangan dan lehernya. Setelah itu, dia memeriksa kembali dasinya untuk memastikan segalanya sempurna."Klien pasti akan terkesan. Lagi pula, bukan Doly namanya kalau tidak mencuri perhatian," gumamnya sambil tersenyum penuh percaya diri.Sebelum melangkah keluar, ia mengambil ponselnya dan melihat sekilas undangan di layar. "Saatnya membuat malam ini lebih berwarna," katanya s
“Wah, ada kue ikan,” ucap Doly menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Pria itu turun dari mobil dan berjalan mendekati pedagang kue ikan yang berjualan di sebuah gerobak pinggir jalan. “Bungkuskan kue ikannya, sepuluh biji,” pinta Doly. Pedagang tersebut menoleh ke arah Doly sambil menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan.” Sambil menunggu, Doly memainkan ponselnya. Dan saat itu, dia terkejut karena ponselnya dirampas oleh seseorang yang berada di atas motor bersama rekannya. Doly yang terkejut pun langsung berteriak, “Perampok! Perampok!” teriak Doly di sana membuat semua orang melihat ke arahnya. Sayangnya, motor yang dikendarai perampok itu sudah cukup jauh, sampai ada sebuah motor sport berwarna hitam melaju cepat mengejar perampok tersebut. Doly masih berdiri di tempatnya dengan tatapan yang penuh kegelisahan.Kejadian itu membuat suasana sekitar menjadi tegang sejenak. Doly berdiri terpaku, pandangannya mengikuti motor spo
“Kamu mau menanam apa, Sayang?” tanya Arsen saat melihat melihat taman yang sudah di rapihkan oleh Ivana. “Aku ingin menghias taman dengan nuansa yang bagus. Apalagi, sebentar lagi musim dingin akan segera berakhir, dan aku ingin menyambut musim baru dengan suasana yang baru. Aku ingin menanam bunga dan tanaman hias,” jelas Ivana penuh semangat.Arsen tersenyum melihat semangat Ivana yang menggebu-gebu. Dia berjalan mendekat dan meraih tangan Ivana lembut, memandangnya dengan penuh perhatian.“Bunga dan tanaman hias? Itu ide yang bagus. Kamu sudah memutuskan bunga apa yang ingin kamu tanam?” tanyanya sambil mengusap punggung tangan Ivana.Ivana mengangguk kecil, matanya berbinar. “Aku ingin menanam tulip, mawar, dan lavender. Mereka akan membuat taman ini penuh warna dan harum. Oh, dan aku juga ingin beberapa pohon kecil untuk memberikan sedikit keteduhan.”Arsen tertawa pelan. “Kamu memang selalu punya rencana besar, Sayang. Tapi aku suka itu. Aku akan membantumu
“Wah, Zee udah wangi, ya... “ Ivana membawa Zee ke dalam gendongannya dengan wajah yang ceria. Dia berjalan keluar dari kamar Zee, seorang pelayan berjalan mendekatinya. “Nyonya, ada tamu untuk anda. Dia adalah baby sister yang di kirim kantor penyedia,” tuturnya. “Oh iya, baiklah. Aku akan turun dan menemuinya,” ujar Ivana dengan menggendong Zee, dia pun turun ke bawah dan melihat sosok wanita di ruang tamu. Wanita itu terlihat masih muda, tetapi wajahnya cukup mirip dengan Ana, sekretarisnya dulu yang menjadi mata-mata Arsen. “Selamat siang, Nyonya Manley,” sapa wanita itu. “Saya Laila, yang di kirim oleh pihak penyedia untuk menjadi baby sister putri Anda,” ucap Laila tersenyum ramah.Ivana mengamati Laila dengan cermat. Ada sesuatu di mata Laila yang terasa familiar, meskipun ia tidak bisa langsung mengingat apa."Selamat siang, Laila," jawab Ivana dengan senyuman hangat tapi hati-hati. "Silakan duduk. Saya ingin tahu lebih banyak
Oek… Oek… Oek… Ivana bergegas bangun dari tidurnya saat mendengar tangisan Zee. Dia bangkit dari posisinya dan mendekati ranjang bayi yang berada di samping ranjang tempatnya dan Arsen tiduri. “Uh… putri cantik Mommy bangun, ya,” ucap Ivana tersenyum merekah menyapa Zee yang sudah mulai berhenti menangis. “Kenapa? Zee menangis?” tanya Arsen yang ikut terbangun di sana. “Sepertinya, popoknya basah. Aku akan menggantinya,” ucap Ivana. “Kamu pasti lelah. Istirahatlah, aku yang akan menggantikannya,” ucap Arsen bangkit dari posisinya mendekati ranjang bayi. “Apa tidak apa-apa?” tanya Ivana menatap Arsen. “Kenapa kamu ragu? Kamu takut aku tidak bisa melakukannya, ya?” kekeh Arsen. “Tenang saja, aku bisa melakukannya dengan baik. Lihatlah nanti,” ucap Arsen tersenyum dengan penuh rasa percaya diri.Ivana tersenyum kecil melihat kepercayaan diri Arsen yang jarang ia lihat dalam momen seperti ini. Ia mengangguk pe