“Ini gila!” pekik Doly bangkit dari duduknya. “Tenanglah, Doly. Ini menjelaskan kalau mendiang Kakek sudah tau adanya pengkhianat di keluarga Manley,” ucap Arsen. “Tapi wanita itu-!” Ivana yang merasa bingung, melihat ke arah Arsen dan bertanya. “Memangnya, siapa wanita itu? Apa ada hubungannya dengan kalian?” tanya Ivana. “Wanita itu adalah Aunt kami, putri bungsu Kakek. Sebenarnya, Aunt Sofia tidak bisa diakui oleh keluarga Manley karena dia lahir dari perempuan penghibur yang saat itu melayani Kakek saat perjalanan dinas keluar kota. Dan karena kehadirannya juga, Kakek dan Nenek memutuskan bercerai saat itu,” jawab Arsen. “Sejak wanita itu hadir di tengah-tengah keluarga Manley, kehidupan kita semakin tidak aman dan selalu saja ada masalah yang terjadi,” jawab Doly. “Pantas saja, keluarga Cezary dengan mudahnya menghancurkan keluarga Manley, kalau ada orang dalam yang membantunya,” ucap Cedric. “Dan wan
“Apa aku boleh duduk di sampingmu?” tanya Arsen membuat Ivana menoleh ke sumber suara. Saat ini, dia sedang berada di taman halaman belakang seorang diri, menatap langit malam yang gelap tanpa Bintang. “Duduk saja, lagipula kursinya masih luas,” jawab Ivana. Arsen pun duduk di samping wanita yang mengeratkan mantelnya karena cuaca masih cukup dingin. “Apa yang sedang kamu pikirkan. Aku terus melihatmu selalu tampak cemas,” ujar Arsen. “Mungkin bisa saja pengaruh kehamilan, tapi jangan terlalu overthinking. Semuanya pasti akan baik-baik saja.” Ivana melihat ke arah Arsen, “Kamu tidak tau, aku pernah mati dan bayi dalam kandunganku pernah keguguran di kehidupan sebelumnya. Bagaimana mungkin aku tidak cemas, Arsen. Aku sangat takut, aku takut kejadian di masa lalu akan kembali terulang. Hanya tinggal tiga bulan dari sekarang, aku mati di tangan Alex di kehidupan sebelumnya. Entah apa yang akan terjadi di kehidupan kali ini,” batin Ivana m
“Benar, itu Ivana Clover. Entah apa yang akan dia katakan,” ucap salah seorang jurnalis. Bahkan kini, semua orang terfokus pada layar ponselnya dan mengabaikan Freddy juga Alex yang berdiri di depan sana. “Halo semuanya, selamat siang dan salam sejahtera.” Ivana mulai membuka suaranya dan melihat ke layar kamera di depannya. “Saya, Ivana Clover akan melakukan klarifikasi eksklusif pada kalian dan menjawab rasa penasaran kalian. Pertama, saya akan menerangkan bahwa seluruh pemberitaan yang terjadi mengenai saya dan Ayah saya, itu semuanya tidak benar. Kami bukan melarikan diri, tetapi kami sedang berusaha melindungi diri.” Sontak semuanya kaget mendengar itu dan saling adu pandang dengan tatapan bingung dan semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. “Sialan! Cepat caritahu ip nya dan di mana dia berada!” bisik Alex pada asistennya dengan sangat marah. “Rencana kita, kembali kacau, Freddy!” amuk Alex dengan kesal tur
“Kurang ajar!” Alex melemparkan barang-barang di dekatnya hingga hancur dan pecah berserakan di lantai. Brak! Prank! “Sialan kau, Arsen, Ivana!” amuknya. Dalam suasana yang tegang dan tidak terduga, Alex, tiba-tiba memperlihatkan sisi gelapnya dengan mendekati Freddy dengan cepat. Gesturnya yang agresif dan penuh determinasi menciptakan momen yang menegangkan.Dalam sekejap, tanpa peringatan, Alex mencekik Freddy dengan tangan yang kuat, menyebabkan Freddy terhentak dalam keadaan kaget dan bingung. Suaranya bergetar saat dia berusaha memanggil nama Alex, seakan berharap bisa menghentikan tindakan mendadak tersebut. Nafas Freddy perlahan mulai terhambat, memburuk seiring dengan meningkatnya tekanan di lehernya.Kedua matanya memperlihatkan kepanikan yang mendalam, sementara wajahnya berubah kemerahan akibat kekurangan oksigen. Dalam upaya desperat untuk melepaskan diri, Freddy mengepalkan tinjunya dan berjuang sekuat tenaga, namun setia
“Um …!” Ivana perlahan membuka matanya saat sinar matahari menerobos masuk ke celah jendela kamar.Dia membuka matanya dengan sangat pelan, seolah enggan mengucapkan selamat tinggal pada mimpinya yang membuatnya tersenyum semalaman setelah tertidur di pelukan Arsen.Sambil meregangkan kedua tangannya, dia merasakan ketegangan di tubuhnya mulai melonggar, mengawali hari baru dengan semangat. Aroma makanan menggelitik indra penciumannya, membuatnya semakin bersemangat untuk bangkit dari tempat tidur.“Selamat pagi,” sapa Arsen dengan senyuman manisnya yang merekah dengan indah di sana. “Arsen?” Ivana cukup terkejut melihat sosok Arsen yang berdiri di samping ranjang, memegang nampan berisi sarapan dan segelas susu.Dia nggak menyangka akan melihat wajah familiar itu di pagi yang tenang ini. Dengan senyum tipis, Arsen meletakkan nampan di meja nakas dan duduk di sisi ranjang, seolah-olah memang sudah merencanakan ini dari malam sebelumnya.“Selamat pagi! Kamu pasti bangun denga
“Jadi maksudnya, Arsen itu adalah keturunan keluarga Manley?” tanya Freddy benar-benar terkejut mendengar ucapan Alex. Saat ini dia dan Jeremy berada di ruangan Alex. “Ya. Kurang ajar! Dia menipu dan mengelabuiku selama ini,” keluh Alex. “Kalau begitu, benar kecurigaanku selama ini. Arsen tiba-tiba muncul dan mengejar Ivana habis-habisan, seperti pria yang sudah tergila-gila pada seorang gadis. Ternyata dia memiliki tujuan lain mendekati keturunan Clover,” keluh Freddy tertegun di sana. “Dia bahkan memiliki saham di perusahaan Clover. Sialan! Aku kecolongan,” keluh Freddy. “Selam aini, kupikir dia hanya seorang pemuda miskin dari kampung yang memanfaatkan Ivana dengan menikahinya untuk mendapatkan harta Clover, siapa sangka dia datang ke keluarga Clover untuk membalaskan dendam.” Freddy menatap kosong dengan ekspresi terkejut bukan main. “Saham? Apa maksudmu? Berapa saham yang Arsen miliki di perusahaan Clover?” tanya Alex. “Jadi begin
Saat ini situasi di kediaman Alex sangat tegang. Freddy dan Jeremi baru saja tiba di ruang kerja Alex. “Jadi, kalian tidak menemukan apa pun terkait chip itu?” tanya Alex. “Tidak ada sama sekali,” jawab Jeremi. “Oh, Alex. Aku ingat sesuatu,” ujar Freddy. Dalam suasana yang tegang, Alex duduk dengan angkuh di sofa double, memegang sebilah pisau lipat yang tajam di tangannya. Dia menatap Freddy dengan tajam, mengajukan pertanyaan yang mengundang ketidakpastian."Apa?" tanyanya, nada suaranya mencerminkan ketidak sabaran dan dominasi. Freddy merasa tertekan, setiap detik berlalu membawa beban cemas yang semakin berat, karena dia khawatir bahwa kata-kata yang salah bisa berujung pada konsekuensi yang berbahaya. Ketakutan akan ujung pisau yang berkilau mendekat semakin memperburuk situasi, menjadikannya tidak hanya pertemuan verbal, tetapi juga pertaruhan antara kejujuran dan keselamatan. “Malam saat aku kembali ke kediaman Clover, aku berte
“Kalian semua, cepat tangkap mereka!” perintah Alex. Saat anak buah Alex bergerak mendekat, Arsen dengan cepat menekan tombol jebakan yang telah dipasang sebelumnya. Dalam sekejap, asap tebal menyebar ke seluruh ruangan, menyelimuti suasana dengan kepanikan yang tak terduga. Para pengikut Alex segera terbatuk-batok, berjuang untuk bernapas di tengah kabut yang mengepul. Kesadaran akan bahaya yang mengintai membuat mereka berusaha mencari jalan keluar, namun pandangan yang terhalang dan kondisi yang kacau menambah ketegangan situasi. Arsen, dengan sigap, memanfaatkan momen tersebut untuk merencanakan langkah selanjutnya dalam menghadapi ancaman yang semakin dekat. “Doly, sekarang!” “Oke!”Doly, dalam keadaan terdesak, mengambil tindakan berani ketika dia mendapati dirinya terjebak dalam situasi kritis. Dengan cepat, dia menginjak kaki salah seorang yang memeganginya secara tidak hati-hati, menyebabkan lawannya terkejut dan kehilangan konsentrasi. Tak
Acara dilanjut dengan resepsi di halaman gereja yang meriah. Zeeya sibuk menikmati banyak camilan dan dessert yang tersaji di sana.Resepsi di halaman gereja berlangsung meriah, dengan nuansa taman yang indah, dihiasi lampu-lampu berkelip dan bunga-bunga berwarna cerah. Meja-meja penuh dengan berbagai jenis hidangan lezat, dari makanan pembuka hingga hidangan penutup yang menggugah selera. Sambil berdiri di sekitar area dengan pemandangan danau yang tenang, para tamu menikmati kebersamaan dan suasana yang penuh kebahagiaan.Zeeya yang tak bisa menahan rasa ingin tahunya, sudah berada di meja dessert, dengan wajah ceria dan penuh semangat. Camilan-camilan kecil, kue-kue manis, dan es krim berwarna-warni menarik perhatian balita tersebut. Dengan riang, dia memilih beberapa kue kecil dan memakannya satu per satu sambil tertawa kecil.
Saat mereka melangkah masuk ke dalam gereja, suasana penuh kehangatan menyambut. Hiasan bunga putih dan hijau menghiasi altar, sementara cahaya matahari yang masuk melalui kaca patri memberikan nuansa sakral. Para tamu, yang sebagian besar adalah kerabat dekat dan teman, sudah menempati tempat duduk mereka.Cedric dan istrinya, yang sedang berbincang di dekat pintu masuk, langsung melambai begitu melihat Arsen, Ivana, dan Zeeya. Cedric tersenyum lebar, lalu menghampiri mereka. "Akhirnya kalian sampai juga. Zeeya, kamu terlihat sangat cantik hari ini!" katanya sambil bercanda.Zeeya tersenyum malu-malu sambil merapat ke Ivana. "Terima kasih, Uncle Cedlic."Tak lama kemudian, Elmer dan Grasella datang menghampiri. Elmer tersenyum sopan, sementara Grasella tampak anggun dengan gaun biru muda. "Senang sekali bertemu kalian di sini," sapa Elmer. "Doly pasti bahagia melihat kalian hadir.""Iya, ini acara yang tidak mungkin kami lewatkan," balas Arsen sambil menjabat tangan Elmer. "Bagaiman
“Ini lumah siapa, Mom, Dad? Besal sekali!” ujar Zeeya yang ada di gendongan Arsen. “Ini, rumah keluarga Daddy. Selama di sini, kita akan tinggal di sini,” ucap Arsen. “Asyik… Zeeya bisa main lali-lali dan ke tempat bunga,” ucap Zeeya dengan lucunya. Arsen tertawa kecil sambil mencium pipi Zeeya yang penuh semangat di gendongannya. "Tentu saja, Sayang. Nanti Daddy ajak Zeeya lihat semua tempat di sini. Ada taman bunga yang besar, ada air mancur juga. Kamu pasti suka."Ivana tersenyum melihat kegembiraan putrinya. Dia mengamati mansion megah yang sudah direnovasi itu dengan perasaan campur aduk. Tidak banyak yang berubah, Arsen dan Doly tidak ingin menghilangkan momen penuh kenangan di sini. Berada di sini secara langsung tetap memberinya kesan yang berbeda. Besar, mewah, dan penuh aura nostalgia."Mommy juga bisa ikut main sama Zeeya?" tanya Zeeya dengan mata berbinar, memeluk leher Arsen erat-erat."Tentu saja," jawab Ivana sambil mengusap lembut kepala putrinya. "Mommy dan Daddy a
2 Tahun Kemudian….. “Apa ini serius?” tanya Arsen mendengar ucapan Doly di sana. “Ya, kamu pikir aku berbohong,” ujar Doly. “Apa kamu sudah bertemu dengan wanita yang akan dinikahi Doly, Ric?” tanya Arsen. “Ya, sudah. Ini sih beneran pawangnya si Doly,” kekeh Cedric. “Dia langsung tunduk sama omongan calon istrinya.”Cedric dan Arsen terkekeh mendengarnya. “Itu bukan tunduk. Tapi, bentuk rasa cinta,” ucap Doly. Arsen tertawa kecil mendengar pembelaan Doly yang terdengar tulus namun juga sedikit defensif. "Rasa cinta, ya?" ucap Arsen menggoda. "Jadi, siapa wanita hebat yang berhasil menjinakkan si Doly ini?"Cedric, yang masih terkekeh, menyela lebih dulu. "Percayalah, dia tipe yang nggak main-main. Elegan, cerdas, tapi juga punya aura tegas. Doly langsung berubah total kalau di dekat dia. Serius banget."Arsen menatap Doly dengan senyum penuh arti. "Wah, kalau sampai Cedric bilang begitu, berarti dia benar-benar istimewa. Aku penasaran ingin bertemu dengannya. Kapan kamu memper
Doly sudah berpenampilan rapi dengan setelan jasnya. Dia bersiap untuk datang ke sebuah undangan pesta salah satu kliennya. “Uh... pesona Doly memang tidak terkalahkan,” gumamnya penuh percaya diri sambil merapikan jas yang dikenakannya.Doly menatap dirinya sendiri di cermin besar, senyum puas menghiasi wajahnya. Dengan gaya khasnya, ia mengangkat dagu sedikit, memiringkan kepala, dan mengedipkan satu mata ke pantulan dirinya. "Siapa yang bisa menolak daya tarik ini?" ujarnya sambil tertawa kecil.Dia mengambil parfum mahal dari meja rias, menyemprotkannya dengan gerakan anggun ke pergelangan tangan dan lehernya. Setelah itu, dia memeriksa kembali dasinya untuk memastikan segalanya sempurna."Klien pasti akan terkesan. Lagi pula, bukan Doly namanya kalau tidak mencuri perhatian," gumamnya sambil tersenyum penuh percaya diri.Sebelum melangkah keluar, ia mengambil ponselnya dan melihat sekilas undangan di layar. "Saatnya membuat malam ini lebih berwarna," katanya s
“Wah, ada kue ikan,” ucap Doly menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Pria itu turun dari mobil dan berjalan mendekati pedagang kue ikan yang berjualan di sebuah gerobak pinggir jalan. “Bungkuskan kue ikannya, sepuluh biji,” pinta Doly. Pedagang tersebut menoleh ke arah Doly sambil menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan.” Sambil menunggu, Doly memainkan ponselnya. Dan saat itu, dia terkejut karena ponselnya dirampas oleh seseorang yang berada di atas motor bersama rekannya. Doly yang terkejut pun langsung berteriak, “Perampok! Perampok!” teriak Doly di sana membuat semua orang melihat ke arahnya. Sayangnya, motor yang dikendarai perampok itu sudah cukup jauh, sampai ada sebuah motor sport berwarna hitam melaju cepat mengejar perampok tersebut. Doly masih berdiri di tempatnya dengan tatapan yang penuh kegelisahan.Kejadian itu membuat suasana sekitar menjadi tegang sejenak. Doly berdiri terpaku, pandangannya mengikuti motor spo
“Kamu mau menanam apa, Sayang?” tanya Arsen saat melihat melihat taman yang sudah di rapihkan oleh Ivana. “Aku ingin menghias taman dengan nuansa yang bagus. Apalagi, sebentar lagi musim dingin akan segera berakhir, dan aku ingin menyambut musim baru dengan suasana yang baru. Aku ingin menanam bunga dan tanaman hias,” jelas Ivana penuh semangat.Arsen tersenyum melihat semangat Ivana yang menggebu-gebu. Dia berjalan mendekat dan meraih tangan Ivana lembut, memandangnya dengan penuh perhatian.“Bunga dan tanaman hias? Itu ide yang bagus. Kamu sudah memutuskan bunga apa yang ingin kamu tanam?” tanyanya sambil mengusap punggung tangan Ivana.Ivana mengangguk kecil, matanya berbinar. “Aku ingin menanam tulip, mawar, dan lavender. Mereka akan membuat taman ini penuh warna dan harum. Oh, dan aku juga ingin beberapa pohon kecil untuk memberikan sedikit keteduhan.”Arsen tertawa pelan. “Kamu memang selalu punya rencana besar, Sayang. Tapi aku suka itu. Aku akan membantumu
“Wah, Zee udah wangi, ya... “ Ivana membawa Zee ke dalam gendongannya dengan wajah yang ceria. Dia berjalan keluar dari kamar Zee, seorang pelayan berjalan mendekatinya. “Nyonya, ada tamu untuk anda. Dia adalah baby sister yang di kirim kantor penyedia,” tuturnya. “Oh iya, baiklah. Aku akan turun dan menemuinya,” ujar Ivana dengan menggendong Zee, dia pun turun ke bawah dan melihat sosok wanita di ruang tamu. Wanita itu terlihat masih muda, tetapi wajahnya cukup mirip dengan Ana, sekretarisnya dulu yang menjadi mata-mata Arsen. “Selamat siang, Nyonya Manley,” sapa wanita itu. “Saya Laila, yang di kirim oleh pihak penyedia untuk menjadi baby sister putri Anda,” ucap Laila tersenyum ramah.Ivana mengamati Laila dengan cermat. Ada sesuatu di mata Laila yang terasa familiar, meskipun ia tidak bisa langsung mengingat apa."Selamat siang, Laila," jawab Ivana dengan senyuman hangat tapi hati-hati. "Silakan duduk. Saya ingin tahu lebih banyak
Oek… Oek… Oek… Ivana bergegas bangun dari tidurnya saat mendengar tangisan Zee. Dia bangkit dari posisinya dan mendekati ranjang bayi yang berada di samping ranjang tempatnya dan Arsen tiduri. “Uh… putri cantik Mommy bangun, ya,” ucap Ivana tersenyum merekah menyapa Zee yang sudah mulai berhenti menangis. “Kenapa? Zee menangis?” tanya Arsen yang ikut terbangun di sana. “Sepertinya, popoknya basah. Aku akan menggantinya,” ucap Ivana. “Kamu pasti lelah. Istirahatlah, aku yang akan menggantikannya,” ucap Arsen bangkit dari posisinya mendekati ranjang bayi. “Apa tidak apa-apa?” tanya Ivana menatap Arsen. “Kenapa kamu ragu? Kamu takut aku tidak bisa melakukannya, ya?” kekeh Arsen. “Tenang saja, aku bisa melakukannya dengan baik. Lihatlah nanti,” ucap Arsen tersenyum dengan penuh rasa percaya diri.Ivana tersenyum kecil melihat kepercayaan diri Arsen yang jarang ia lihat dalam momen seperti ini. Ia mengangguk pe