"Kita nggak akan pernah memaafkan Om Aldi karena menjauhkan kita dari Mommy!" teriak Zayyan sambil menatap Aldi dengan kesal.
"Kalian jangan menambah wanita di sekitar Daddy kalian!" kata Aldi sambil memijat kepalanya yang terasa pusing memikirkan ulah Si Kembar.
"Kita nggak nambah wanita di sekitar Daddy! Kita hanya butuh Mommy!" balas Zahran dengan wajah marah tapi semkain terlihat lucu dan menggemaskan
"Baik kita bicarakan ini sebagai seorang Pria. Kita duduk di kantin sana berbicara bertiga menyelesaikan masalah ini, bagaimana?" usul Aldi mencoba untuk berdiskusi dengan Si Kembar yang kelakuannya hampir sama dengan Daddy-nya jika keinginan mereka tidak dipenuhi.
Aldi duduk di depan Si Kembar setelah memesan 1 gelas kopi untuk dirinya dan 2 gelas coklat panas untuk Si Kembar. Dia memasang wajah profesional seperti sedang berhadapan dengan klien. Zahran dan Zayyan akan lebih tenang untuk diajak berbicara jika dia berpura-pura berbisnis dengan mereka.
"Jadi apa yang kalian inginkan?" tanya Aldi memulai pembicaraannya dengan Si Kembar dengan wajah serius.
"Kita ingin Mommy!" jawab Zayyan dengan ekspresi tak kalah serius.
"Darimana kalian tahu bahwa perempuan tadi adalah Mommy kalian?" tanya Aldi yang tidak paham bagaimana bisa Zahran dan Zayyan memanggil seorang perempuan 'Mommy' saat mereka baru pertama kali bertemu.
"Karena dia memang Mommy kita, dan kita adalah anak Mommy," kali ini Zahran yang menjawab pertanyaan Aldi tanpa ragu sedikit pun.
Perilaku tak biasa Zahran dan Zayyan membuat Aldi semakin heran. Mereka berdua tiba-tiba memeluk perempuan yang tidak pernah mereka temui dengan erat. Padahal selama ini mereka selalu marah jika ada perempuan yang mendekati mereka. Hal ini sama sekali tidak pernah terjadi sebelumnya.
"Bagaimana dengan perasaan Daddy kalian? Daddy kalian mencintai Tante Erina," tanya Aldi yang masih bingung dengan jalan pikiran Si Kembar.
"Kita nggak peduli perasaan Daddy karena Daddy juga nggak peduli dengan kita. Kita hanya mau Mommy!" sahut Zahran dengan menatap tajam Aldi tanpa rasa bersalah.
"Tante Erina baik, tapi dia bukan Mommy kita," tambah Zayyan yang sama kesalnya dengan kakak kembarnya.
Perkataan Si Kembar lagi-lagi membuat perasaan Aldi dipenuhi rasa bersalah dan kasihan. Selama ini Rayhan sama sekali tidak pernah menunjukkan perhatian pada dua anak kembar didepannya. Sahabat sekaligus atasannya selalu mendorong Zahran dan Zayyan untuk cepat mandiri.
"Baik jika itu mau kalian, tapi bagaimana caranya kalian meyakinkan perempuan itu bahwa dia Mommy kalian?" tanya Aldi masih mencoba untuk mengubah pola pikir Si Kembar.
"Maksud Om Aldi?" balas Zahran dan Zayyan bersamaan dengan tampang bingung.
"Bagaimana membuat Mommy kalian percaya bahwa kalian berdua adalah anaknya?" kata Aldi tersenyum tipis karena merasa rencananya berhasil
"Kenapa harus tidak percaya?" tanya Zayyan yang masih tidak mengerti maksud dari Aldi.
"Karena Mommy kalian perlu bukti bahwa kalian adalah anaknya," jawab Aldi dengan sabar.
"Kita bisa melakukan tes DNA dan Om Aldi yang akan membantu kita!" seru Zahran dengan tersenyum penuh percaya diri.
Aldi hanya bisa pasrah melihat tatapan memohon dari Si Kembar, dengan berat hati dia menyetujui pemintaan Si Kembar. Senyuman langsung menghiasi wajah menggemaskan mereka berdua sesaat setelah Aldi menganggukkan kepalanya.
Selama ini Aldi selalu menemani kemanapun Zahran dan Zayyan pergi. Dia mengetahui dengan detail kehidupan Si Kembar di tengah keluarga Bintara. Orang tua Rayhan yang merepakan kakek dan nenek Si Kembar tidak mengakui bahwa mereka adalah cucunya. Sedangkan Daddy mereka hanya memenuhi kebutuhan finansial mereka untuk menjalani kehidupan mereka tanpa memberikan kasih sayang seorang Ayah.
Daddy mereka disibukkan dengan pekerjaan dan urusan cintanya sendiri tanpa mempedulikan pertumbuhan anaknya. Zahran dan Zayyan dipaksa untuk tumbuh dewasa diusia mereka yang masih sangat muda.
"Om Aldi jangan beri tahu Daddy tentang Mommy ya!" kata Zayyan setelah minuman coklatnya habis.
"Kenapa?" tanya Aldi heran dengan perkataan Zayyan yang tiba-tiba.
"Karena kita nggak mau Daddy menjauhkan kita dari Mommy," sahut Zahran sambil menundukkan kepalanya menyembunyikan kesedihannya.
Kiran melangkah penuh percaya diri diiringin dengan senyuman ramah masuk ke dalam perusahaan Bintara. Tak lupa Kiran menyapa satpam dan resepsionis yang berjaga di lobby perusahaan Bintara dengan sopan. Dia juga antri di depan lift bersama karyawan lainnya dengan hati yang berdebar-debar. Saat Lift berhenti di lantai 8, jantung Kiran semakin berdetak lebih cepat. Dia melangkah perlahan mendekat ke arah salah satu karyawan yang sedang bersiap-siap untuk bekerja "Permisi, saya Kiran karyawan pindahan dari cabang di kota Y. Bu Citra kemarin meminta saya untuk bertemu Pak Hendra selaku kepala divisi di sini," kata Kiran memperkenalkan dirinya kepada orang tersebut "Pak Hendra belum datang. Silahkan tunggu di ruang tunggu sebelah sana ya!" jawab karyawan itu sambil mengarahkan Kiran ke ruang tunggu. Setelah beberapa saat menunggu, Kiran dipanggil kembali oleh karyawan yang menyuruhnya untuk menunggu dan mengatakan bahwa Pak Hendra telah menunggu di ruangannya. Saat Kiran masuk, tanpa ba
Setelah rapat selesai, Rara segera mengajak Kiran kembali ke lantai tempat mereka bekerja, dan mengarahkan Kiran untuk duduk di meja kosong di sampingnya. "Mulai saat ini kita satu tim dan ini tempat duduk kamu," kata Rara sambil menunjukkan meja kosong sebelah mejanya. "Makasih," balas Kiran singkat sambil menaruh tas kerjanya di meja dan menyalakan komputer di depannya. "Aku mau ngasih tau sesuatu ke kamu biar nggak patah hati lebih dalam," kata Rara sambil menatap serius pada Kiran. "Aku perhatiin saat di aula kamu liatin Tuan Rayhan terus. Kamu nggak bisa jatuh hati ke beliau, kita udah beda kasta. Selain itu, kamu tau kan wanita yang duduk di sebelah Tuan Rayhan tadi?" lanjut Rara penuh peringatan. Kiran menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Rara tanpa suara karena terlalu fokus dengan cerita Rara. Dia sangat penasaaran dengan cerita tentang Rayhan terutama tentang anaknya. Kiran sendiri merasa bingung kenapa dia tiba-tiba tertarik dengan kehidupan orang lain. "I
Setelah menunggu sekian lama, Si Kembar akhirnya melihat Kiran berjalan bersama pegawai lainnya menuju kantin tempat mereka duduk saat ini. Senyuman lebar menghisai bibir Si Kembar, mereka berdua segera bangkit dari tempat duduknya dan bermaksud berlari menuju Kiran."Kalo kalian berlari seperti itu, Mommy kalian pasti terkejut dan takut!" kata Aldi memperingatkan Si Kembar agar tidak mengejutkan Kiran, "Selain itu pegawai yang lain juga akan tahu mengenai Mommy kalian dan pastinya Daddy kalian juga akan tahu."Mendengar perkataan Aldi Si Kembar kembali ke duduk, mereka berdua diam memperhatikan setiap gerakan Kiran. Zahran dan Zayyan tidak ingin Kiran takut terhadap mereka, keduanya ingin Kiran menerima mereka sebagai anaknya dengan tulus dari hati yang paling dalam."Kak, aku kangen Mommy. Aku ingin peluk Mommy Kak!" rengek Zayyan sambil terus memperhatikan Kiran dari jauh."Kita harus sabar Dek. Kita nggak boleh membuat Mommy takut pada kita," balas Zahran menenangkan adiknya meski
"Kenapa malah diam?" tanya Kinan sambil mempererat pelukannya karena merasa sangat nyaman saat memeluk Si Kembar. Zahran yang mendengar pertanyaan dari Kiran segera membalikkan tubuhnya lagi dan menatap Kiran dengan wajah yang sudah dibasahi oleh air mata. "Bukannya Mommy juga membenci kita dan juga tidak ingin bertemu dengan kita lagi." "Bagaimana bisa saya membenci anak setampan dan selucu kalian?" kata Kiran sambil mencubit pipi Zahran yang menurutnya sangat mengemaskan. "Daddy, Kakek, Nenek, dan Tante Denna tidak sayang kita, mereka semua membenci kita," jawab Zahran sambil menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan kesedihannya. "Tante Erina baik ke kita karena kita anak Daddy, hanya Om Aldi yang benar-benar sayang sama kita," tambah Zayyan yang semakin menanggis terisak-isak dipelukkan Kiran. "Kata siapa hanya Om Aldi yang sayang kalian, Tante Kiran juga sayang banget sama kalian," kata Kiran menenangkan Si Kembar sambil terus memeluk dan mengelus-elus punggung kecil mereka.
Pagi ini Kiran memulainya harinya dengan perasaan yang masih kesal karena kejadian yang menimpanya kemarin siang. Kehidupan kantor yang diidamkannya seolah sirna karena CEO yang menyebalkan. Kiran tidak ada keinginan sedikit pun untuk merayu Rayhan. Dia bukanlah tipe perempuan yang suka menggoda laki-laki, apalagi laki-laki yang sudah memiliki kekasih dan tunangan. Kejadian yang menimpanya 6 tahun lalu membuatnya sedikit tidak percaya dengan laki-laki yang ditemuinya. "Dasar orang sombong dan arogan. Nggak semua orang suka sama kamu, dasar laki-laki kurang ajar!" maki Kiran meluapkan segala kekesalan dihatinya. Kiran yang sudah kesal sejak pagi dibuat kaget oleh Rara, rekan kerjanya itu begitu bersemangat memanggil Kiran dari balik meja kerjanya. Wajahnya terlihat bahagia karena tidak sabar ingin berbagi sesuatu yang menyenangkan pada Kiran "Ran, sini cepetan duduk!" teriak Rara dengan heboh. Teriakan Rara membuat karyawan-karyawan lain melihat ke arah mereka dengan pandangan kesa
Sedangkan di ruangan CEO, Rayhan terlihat begitu murka saat mengetahui adanya video yang membuat heboh satu perusahaannya. Dia memperintahkan orang-orang kepercayaannya untuk segera menghapus video tersebut dan mencari orang yang berani mempostingnya. "Saya tidak mau tahu, siang ini juga saya harus mendapatkan orang yang berani memposting video itu!" perintah Rayhan pada anak buahnya. Suasana di ruang CEO benar-benar sunyi, tidak ada seorang pun yang berani membuat suara atau bergerak sedikit pun. Semua yang ada di ruangan itu merasakan aura kemarahan Rayhan yang membuat bulu kuduk mereka berdiri. "Pecat detik itu juga jika ada karyawan yang berani membicarakan video itu!" lanjut Reihan berusaha meredam amarahnya. Suasana menjadi semakin tegang saat Rayhan menatap mereka satu persatu. Tidak ada satu orang pun yang berani menatap balik mata hitam Rayhan. Mata itu seolah tahu jika seseorang sedang membohonginya. Ketika Reyhan ingin mengatakan sesuatu yang lain tiba-tiba pintu ruangan
Tangan Aldi bergetar hebat saat membaca hasil tes DNA yang ada di tangannya, pikirannya masih tak percaya jika semua yang dikatakan Si Kembar adalah kenyataan. Zahran dan Zayyan melihatnya dengan mata berbinar-binar menanti dirinya mengatakan hasil dari tes yang mereka lakukan. "Bagaimana kalian berdua bisa tau?" tanya Aldi sambil melihat Si Kembar dengan pandangan tak percaya. "Tau apa?" balas Zahran dan Zayyan bersamaan. "Bagaimana kalian bisa tahu bahwa perempuan itu Mommy kalian?" tanya Aldi lagi yang semakin bingung dengan apa yang baru saja dia ketahui. Perkataan Aldi membuat Zahran dan Zayyan tertawa bahagia, mereka belompat-lompat sambil berteriak bahwa mereka mempunyai seorang ibu. Sedangkan Aldi masih saja terdiam sambil melihat ke arah Si kembar dan kertas yang ada ditangannya bergantian, pikirannya sama sekali tidak bisa mencerna dengan baik informasi yang baru saja dia dapatkan. Tanpa Aldi sadari, Si Kembar sudah pergi dari hadapannya karena tidak sabar ingin bertemu
Kiran menghela napasnya sambil melihat ke arah anak-anak kembarnya yang sedang sibuk makan es krim coklat. Air matanya kembali mengalir mengingat cerita Rara tentang apa yang selama ini dialami oleh Si kembar. "Apa yang anda ketahui tentang kejadian ini?" tanya Kiran sambil menatap Aldi tajam. "Apa kamu benar-benar tidak mengetahui bahwa Zahran dan Zayyan adalah anak kamu?" balas Aldi memastikan bahwa Kiran sama sekali tidak mempunyai tujuan tidak baik pada keluarga Bintara. "Apa anda pikir saya orang jahat yang tega membuang anak saya demi harta tak berguna itu?" bentak Kiran sampai membuat beberapa orang di sekitar melihat ke arahnya. Perkataan Kiran membuat Aldi sedikit malu karena sempat berpikiran buruk tentang Kiran, padahal selama beberapa hari ini dia tahu bahwa Kiran sama sekali tidak pernah mendekati Si Kembar kecuali mereka yang mendekati Kiran terlebih dahulu. Tanpa banyak bicara lagi Aldi segera menceritakan apa yang dia ketahui tentang kemunculan tiba-tiba Si kembar
Kiran bingung saat terbangun di tempat yang asing, matanya memandang berkeliling untuk mencari petunjuk tentang keberadaannya saat ini. Sebuah kamar mewah yang ukurannya melebihi rumah kontrakkannya dengan ranjang queen size di tengah ruangan dan lemari berukuran besar di sisi kanannya.Wajahnya berubah menjadi panik saat teringat kejadian kemarin malam, dia langsung melompat dan berlari ke arah pintu. Pikriannya semakin tidak karuan karena takut jika yang membawanya ke tempat ini adalah orang-orang yang menyergapnya diam-diam."Aku harus segera keluar dari tempat ini!" kata Kiran sambil berusaha untuk membuka pintu tersebut.Namun usahanya sia-sia karena pintunya terkunci, Kiran berlari dengan panik ke arah jendela mencoba untuk membukanya tapi dia semakin gelisah karena mengetahui bahwa dirinya berada di lantai yang cukup tinggi. Kiran kembali memutar otaknya agar dia bisa menyelamatkan dirinya dari orang-orang yang berhasil menangkapnya.Saat Kiran sibuk mencari cara untuk melarik
"Siapa kamu?" tanya salah satu dari laki-laki yang bertampang paling garang."Lepaskan istri saya!" jawab Rayhan sambil menendang perut salah satu dari mereka dengan kuat.Wajah Rayhan semakin terlihat khawatir saat melihat Kiran hanya diam saja dengan air mata yang terus turun membasahi wajah cantiknya. Berbagai tendangan dan pukulan dia arahkan tanpa menghiraukan keselamatannya, karena dalam hatinya terus berteriak untuk menyelamatkan Kiran apapun yang terjadi.Dalam hati Rayhan sedikit menyesal karena dia tidak mengajak salah satu pengawalnya malam ini. Wajah dan tubuhnya sudah terasa perih namun gerombolan laki-laki itu sama sekali tidak terlihat menyerah, ingin rasanya dia menyerah tapi rintihan suara Kiran meminta tolong membuat dirinya terus bertahan."Jangan sentuh istri saya, saya akan berikan berapa pun yang kalian inginkan!" teriak Rayhan saat laki-laki berwajah garang itu mulai menyeret tubuh Kiran menjauh."Saya adalah CEO perusahaan Bintara, saya akan melepaskan kalian d
Sudah 1 minggu Kiran tidak lagi bekerja di perusahaan Bintara, panggilan dari Rara dan kepala divisi dia abaikan tanpa ingin menjelaskan apa yang terjadi sedikit pun. Dia memutuskan untuk tidak lagi bersentuhan dengan hal-hal yang berhubungan dengan Rayhan, kecuali kedua anak kembarnya Zahran dan Zayyan. Saat ini dia lebih memilih untuk bekerja paruh waktu di toko serba ada di dekat rumah kontrakkannya sambil mencari cara untuk mendapatkan hak asuh kedua anaknya. Dia tidak akan membiarkan Si Kembar hidup sengsara di dekat orang-orang yang tidak menginginkan kehadirannya. Cerita Rara dan Aldi mengenai kedua anaknya semakin meyakinkan Kiran untuk membebaskan Zahran dan Zayyan. "Terima kasih atas kedatangannya, silahkan datang kembali!" kata Kiran sambil tersenyum profesional saat seorang pembeli melangkah keluar dari toko. "Aku harus mencari pekerjaan yang lebih layak sebelum aku menuntut hak asuh kedua anakku," lanjut Kiran sambil menghela napasnya dengan kasar. Hujan deras dan mie
Kiran langsung merebahkan dirinya sesaat setelah sampai di rumah kontrakannya, tubuh dan pikirannya terasa begitu lelah setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi 6 tahun lalu. Satu demi satu bayangan tentang kejadian naas itu kembali berputar di dalam kepalanya sampai membuat dia menjerit kesakitan. "Aku nggak boleh lemah, aku harus kuat demi kedua anakku!" kata Kiran sambil meminum obat penenang miliknya. "Aku harus bisa ngerebut Zahran dan Zayyan dari tangan laki-laki brengsek itu," tambah Kiran mencoba untuk menguatkan dirinya meskipun dengan tubuh yang gemetar karena penyakit psikologisnya mulai muncul kembali. Dalam hati Kiran timbul perdebatan tentang apa yang terjadi hari ini. Pertemuannya dengan kedua anak kembarnya membuat dirinya bersyukur bahwa di dunia ini dia masih memiliki keluarga yang membutuhkannya, namun kemunculan Rayhan membuat dirinya harus berjuang kembali untuk melawan masa lalunya yang suram. Tangannya tanpa sadar meraih ponselnya untuk melihat foto ked
Kiran tersenyum sinis saat mendengar pertanyaan Rayhan, tangannya semakin mencengkeram erat kerah baju laki-laki yang ada dihadapannya. Rasa kesal, marah, sedih, dan kecewa bercampur menjadi satu dalam hati dan pikirannya. Saat dia ingin membuang semua kenangan buruk masa lalu, tiba-tiba satu per satu rasa penasarannya terjawab. Anak yang selama ini dia rindukan dan laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya tiba-tiba muncul dihadapannya tanpa permisi. "Saya adalah mimpi buruk anda dan anda adalah mimpi buruk saya!" bentak Kiran sambil menyeringai tipis karena terlalu kesal mengingat penderitaannya selama ini. Perkataan Kiran membuat rasa penasaran Rayhan semakin besar, tapi saat dia melihat mata coklat Kiran dia sama sekali tidak berani untuk mengatakan hal yang ada dipikirannya. Rasa bersalah membuat Rayhan hanya bisa diam bahkan saat Kiran kembali menemparnya hingga Aldi menghentikannya. Wajah Kiran yang dipenuhi air mata membuat bayangan-bayangan 6 tahun lalu kembali terlintas
Kiran menghela napasnya sambil melihat ke arah anak-anak kembarnya yang sedang sibuk makan es krim coklat. Air matanya kembali mengalir mengingat cerita Rara tentang apa yang selama ini dialami oleh Si kembar. "Apa yang anda ketahui tentang kejadian ini?" tanya Kiran sambil menatap Aldi tajam. "Apa kamu benar-benar tidak mengetahui bahwa Zahran dan Zayyan adalah anak kamu?" balas Aldi memastikan bahwa Kiran sama sekali tidak mempunyai tujuan tidak baik pada keluarga Bintara. "Apa anda pikir saya orang jahat yang tega membuang anak saya demi harta tak berguna itu?" bentak Kiran sampai membuat beberapa orang di sekitar melihat ke arahnya. Perkataan Kiran membuat Aldi sedikit malu karena sempat berpikiran buruk tentang Kiran, padahal selama beberapa hari ini dia tahu bahwa Kiran sama sekali tidak pernah mendekati Si Kembar kecuali mereka yang mendekati Kiran terlebih dahulu. Tanpa banyak bicara lagi Aldi segera menceritakan apa yang dia ketahui tentang kemunculan tiba-tiba Si kembar
Tangan Aldi bergetar hebat saat membaca hasil tes DNA yang ada di tangannya, pikirannya masih tak percaya jika semua yang dikatakan Si Kembar adalah kenyataan. Zahran dan Zayyan melihatnya dengan mata berbinar-binar menanti dirinya mengatakan hasil dari tes yang mereka lakukan. "Bagaimana kalian berdua bisa tau?" tanya Aldi sambil melihat Si Kembar dengan pandangan tak percaya. "Tau apa?" balas Zahran dan Zayyan bersamaan. "Bagaimana kalian bisa tahu bahwa perempuan itu Mommy kalian?" tanya Aldi lagi yang semakin bingung dengan apa yang baru saja dia ketahui. Perkataan Aldi membuat Zahran dan Zayyan tertawa bahagia, mereka belompat-lompat sambil berteriak bahwa mereka mempunyai seorang ibu. Sedangkan Aldi masih saja terdiam sambil melihat ke arah Si kembar dan kertas yang ada ditangannya bergantian, pikirannya sama sekali tidak bisa mencerna dengan baik informasi yang baru saja dia dapatkan. Tanpa Aldi sadari, Si Kembar sudah pergi dari hadapannya karena tidak sabar ingin bertemu
Sedangkan di ruangan CEO, Rayhan terlihat begitu murka saat mengetahui adanya video yang membuat heboh satu perusahaannya. Dia memperintahkan orang-orang kepercayaannya untuk segera menghapus video tersebut dan mencari orang yang berani mempostingnya. "Saya tidak mau tahu, siang ini juga saya harus mendapatkan orang yang berani memposting video itu!" perintah Rayhan pada anak buahnya. Suasana di ruang CEO benar-benar sunyi, tidak ada seorang pun yang berani membuat suara atau bergerak sedikit pun. Semua yang ada di ruangan itu merasakan aura kemarahan Rayhan yang membuat bulu kuduk mereka berdiri. "Pecat detik itu juga jika ada karyawan yang berani membicarakan video itu!" lanjut Reihan berusaha meredam amarahnya. Suasana menjadi semakin tegang saat Rayhan menatap mereka satu persatu. Tidak ada satu orang pun yang berani menatap balik mata hitam Rayhan. Mata itu seolah tahu jika seseorang sedang membohonginya. Ketika Reyhan ingin mengatakan sesuatu yang lain tiba-tiba pintu ruangan
Pagi ini Kiran memulainya harinya dengan perasaan yang masih kesal karena kejadian yang menimpanya kemarin siang. Kehidupan kantor yang diidamkannya seolah sirna karena CEO yang menyebalkan. Kiran tidak ada keinginan sedikit pun untuk merayu Rayhan. Dia bukanlah tipe perempuan yang suka menggoda laki-laki, apalagi laki-laki yang sudah memiliki kekasih dan tunangan. Kejadian yang menimpanya 6 tahun lalu membuatnya sedikit tidak percaya dengan laki-laki yang ditemuinya. "Dasar orang sombong dan arogan. Nggak semua orang suka sama kamu, dasar laki-laki kurang ajar!" maki Kiran meluapkan segala kekesalan dihatinya. Kiran yang sudah kesal sejak pagi dibuat kaget oleh Rara, rekan kerjanya itu begitu bersemangat memanggil Kiran dari balik meja kerjanya. Wajahnya terlihat bahagia karena tidak sabar ingin berbagi sesuatu yang menyenangkan pada Kiran "Ran, sini cepetan duduk!" teriak Rara dengan heboh. Teriakan Rara membuat karyawan-karyawan lain melihat ke arah mereka dengan pandangan kesa